Anda di halaman 1dari 7

Menurut PSAK No.

16 Revisi 2007

Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau kontruksi
atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai
dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

Secara umum, biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya dan masih harus
dibebankan pada periode berikutnya. Sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa
manfaatnya dan masih harus dibebankan pada periode berikutnya, sedangkan beban adalah
pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan seluruhnya telah dibebankan pada periode
berjalan serta merupakan pengurang terhadap aktiva bersih perusahaan

Biaya dan Beban

Terdapat perbedaan antara biaya dan beban, diantaranya adalah :

a. Dari segi menghasilkan pendapatan,

Biaya adalah pengeluaran yang digunakan untuk mendapatkan harta/barang/jasa untuk


mendapatkan pendapatan/penghasilan. Contoh: mesin-mesin digunakan untuk pengolahan bahan
mentah menjadi barang jadi yang nantinya akan dijual dalam rangka memperoleh keuntungan.
Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang kita keluarkan karena suatu hal yang sudah kita
nikmati seperti beban listrik, beban air, dan lain-lain.

b. Dilihat dari manfaatnya

Biaya adalah nilai tukar yang digunakan sebagai prasyarat atau pengorbanan yang dibuat untuk
mendapatkan manfaat dalam hal ini adalah untung, dimana jangka waktunya lebih dari satu tahun.
Sedangkan beban adalah penurunan manfaat ekonomi dalam suatu periode akuntansi

c. Dilihat dari letaknya di Laporan Keuangan

Biaya terletak di Laporan Posisi Keuangan (biaya tersebut belum terpakai atau biaya-biaya yang
diharapkan akan memberi manfaat dimasa yang akan datang) misalnya sewa dibayar dimuka.
Sedangkan beban terletak di Laporan Laba Rugi (pengeluaran yang tidak dapat memberikan manfaat
lagi dimasa yang akan datang dan pengeluaran yang telah terpakai), misalnya beban iklan.

Contoh Kasus : 1 Juni 2017, PT. Ogah Rugi membayar uang sewa untuk menyewa gedung kantor
senilai Rp. 1.000.000 untuk 5 bulan. Pengeluaran (cost) tersebut merupakan suatu “aktiva” dalam
bentuk “hak untuk menempati kantor selama 5 bulan”. Setiap hari berlalu dalam bulan tersebut
sebagian dari masa pakai harta tadi telah terpakai dan menjadi beban (expense). Pada tanggal 30
Juni 2017 biaya yang telah terpakai untuk sewa adalah sebesar Rp. 200.000 dan harus diperlakukan
sebagai beban. Jurnal : Beban sewa Rp 200.000,- Sewa Dibayar Dimuka Rp 200.000,-

Pengukuran Biaya

Terdapat berbagai dasar dalam melakukan pengukuran biaya namun biaya historis merupakan
pengukuran biaya yang paling sering digunakan. Biaya pada umumnya diakui bila memenuhi salah
satu dari dua kriteria berikut:
a. Konsumsi Manfaat, biaya diakui ketika manfaat ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan biaya
tersebut telah digunakan.

b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomi

Karakteristik yang terkait dalam makna beban yaitu:

A. Penurunan Asset atau keluarnya kas, harus dibuktikan dengan terjadinya transaksi atau kejadian
yang menurunkan aset atau menimbulkan kas keluar atau sumber ekonomik perusahaan. Jadi
pemakaian dari suatu asset perusahaan atau manfaat ekonomik aset telah habis karena terpakai
pada barang dan jasa sehingga perusahaan tidak lagi menguasai lagi manfaat tersebut.

B. Operasi Utama Berlanjut. Kegiatan utama yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik
yang membatasi kenaikan pendapatan. Kenaikan pendapatan harus berasal dari kegiatan operasi
bukan dari kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini dilaksanakan dalam bentuk 12
produksi, pengiriman berbagai barang, atau melaksanakan berbagai jasa kepada pelanggan.

Karakteristik Pendukung yang terkait dengan beban :

1. Kenaikan Kewajiban. Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan
tidak mengakuinya sebagai asset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas
penurunan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan untuk
melakukan pengorbanan sumber ekonomik dimasa datang sehingga kewajiban timbul.

2. Penurunan Ekuitas. Definisi dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) secara eksplisit menyebutkan
bahwa penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas dan menurunkan ekuitas. Pendefinisian ini
sebenarnya menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas
secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Beban yang biasanya timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan antaralain meliputi misalnya beban pokok penjualan, gaji dan
penyusutan. Beban biasanya berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas atau
setara kas, persediaan atau aktiva tetap. Sementara itu kerugian akan mencerminkan pos lain yang
memenuhi definisi beban yang mungkin dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian merupakan
manfaat ekonomis yang pada dasarnya sama dengan beban yang lain.

Biaya menurut perpajakan

Biaya menurut perpajakan diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 6 yang berbunyi :

“besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurang biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:

a. Biaya pembelian bahan

b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi,
dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang

c. Bunga, Sewa, dan Royalti

d. Biaya perjalanan

e. Biaya pengolahan limbah


f. Premi asuransi

g. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

h. Biaya administrasi

i. Pajak kecuali Pajak Penghasilan.

j. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A

k. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

l. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

m.Kerugian selisih kurs mata uang asing.

n. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

o. Biaya beasiswa, magang,dan pelatihan.

p. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak; dan

3) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan

q. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih
debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

r. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;

s. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

t. Biaya pembangunan infrastruktur social yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

u. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;dan

v. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Selain beban-beban diatas, jenis beban berikut ini merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk
menghitung penghasilan bruto berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan :

a. Berdasarkan PMK-81/PMK.03/2009 yang berbunyi: Pembentukan dana cadangan. Besarnya dana


cadangan yang boleh dikurangkan sebagai beban untuk:
1) Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, SGU dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang

2) Usaha asuransi

3) Lembaga Penjamin Simpanan

4) Biaya reklamasi usaha pertambangan

5) Biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan

6) Biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri

b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura yang diatur dalam PMK83/PMK.03/2009 adalah
sebagai berikut :

c. Bantuan atau sumbangan berdasarkan PP No 18 Tahun 2009 dengan ilustrasi sebagai berikut : PT
Asmaul Husna membayarkan zakat dari penghasilan yang diterimanya sebesar 2,5% senilai Rp
15.000.000 kepada lembaga amil zakat yang pendiriannya telah disetujui oleh Pemerintah dan atas
zakat tersebut diberikanlah tanda terima pembayaran zakat, maka untuk badan amil zakat, zakat
tersebut bukan merupakan penghasilan sedangkan untuk PT Asmaul Husna merupakan beban yang
dapat dikurangkan

d. Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya. Maka, biaya
yang dapat dikurangkan oleh perusahaan hanya sebesar 50%nya saja dalam tahun pajak yang
bersangkutan melalui penyusutan aset tetap kelompok 1 dan atas beban berlangganan dan
pengisian pulsa serta perbaikan telepon dapat dibebankan secara rutin oleh perusahaan. Sebagai
contoh : atas pembelian HP oleh PT Yudistira selama Tahun 2017 telah dibayar langganan Kartu
Telkomsel sebesar Rp 8.000.000, maka biaya yang boleh dibebankan adalah senilai 50% x Rp
8.000.000 = Rp 4.000.000.
e. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau yang sejenis, termasuk
pengeluaran rutin untuk pembelian bahan bakar yang dimiliki ataudigunakan perusahaan bagi
karyawan tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, maka pembebanan biayanya hanya
diperbolehkan sebesar 50% dalam tahun pajak yang bersangkutan melalui penyusutan aset tetap
kelompok 2 dan atas beban pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat
dibebankan secara rutin.

f. Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sepanjangn dapat dibuktikan bahwa pajak masukan
tersebut telah benar-benar dibayar dan berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan dengan
kegiatan mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan

Berbeda dengan Akuntansi komersial, dalam perpajakan tidak semua arus kas keluar dapat dihitung
sebagai beban untuk mengurangi penghasilan bruto. Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan mengkategorikan jenis-jenis biaya tersebut sebagai berikut :

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden yang dibayarkan
oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis atau pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Penjelasan pasal : Deviden dan sisa hasil usaha koperasi pada prinsipnya merupakan bagian
laba dari perusahaan tersebut sehingga bukan merupakan biaya untuk mendapatkan
penghasilan
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu atau anggota Penjelasan pasal : sebagai contoh perjalanan dinas yang dikeluarkan
oleh perusahaan selama tahun 2017 senilai Rp 700.000.000, dimana terdapat perjalanan
pemegang saham serta anggota keluarganya dalam rangka liburan ke Singapura senilai Rp
100.000.000. Maka, atas dasar hal tersebut beban perjalanan yang dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan bruto hanya sebesar Rp 600.000.000 (beban perjalanan dinas
senilai Rp 100.000.000 harus dikoreksi fiskal).
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali : 1) Cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha Bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, SGU dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang 2) Cadangan untuk usaha
asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial 3) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan 4) Cadangan biaya
penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan 5) Cadangan biaya penutupan dan
pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri
Penjelasan Pasal : PT Dompu membebankan dana cadangan piutang atau penyisihan piutang
tak tertagih dalam laporan laba ruginya senilai Rp 50.000.000. secara fiskal, cadangan
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya sampai putang tersebut benar-benar tidak
dapat tertagih.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuranis jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi
beasiswa yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Penjelasan pasal : PT Anderson membebankan biaya makan bagi seluruh karyawan tanpa
terkecuali senilai Rp 70.000.000 dimana dari jumlah tersebut, sebesar Rp 10.000.000
merupakan beban makan yang dilakukan di Hotel Grand Colombia. Maka biaya makan yang
boleh dibebankan hanya senilai Rp 60.000.000 (biaya makan senilai Rp 10.000.000 harus
dilakukan koreksi fiskal).
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan. Penjelasan pasal : PT HOKBEN membayar gaji kepada Romulus yang
merupakan salah satu pemegang sahamnya yang juga menjabat sebagai Direktur Utama
sebesar Rp 90.000.000 per bulan. Pada posisi Direktur Utama dan di perusahaan sejenis, gaji
untuk Direktur Utama rata-rata hanya sebesar Rp 50.000.000. Maka atas hal tersebut, angka
senilai Rp 40.000.000 merupakan jumlah yang melebihi kewajaran dan harus dilakukan
koreksi fiskal.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf B Undang-Undang Pajak Penghasilan, kecuali sumbangan
dalam pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima
oleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, diterima oleh
lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2009. Contoh dan Penjelasan Pasal : 1) PT Darajati
memberikan bantuan kepada PT Deruri sebesar Rp 50.000.000, karena kedua perusahaan
tersebut tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan kepemilikan, maka untuk PT Deruri
tidak dapat diakui sebagai penghasilan dan untuk PT Darajati tidak diperkenankan diakui
sebagai beban untuk mengurangi Penghasilan Kena Pajak 2) PT Pokemon memberikan
sumbangan senilai Rp 500.000.000 kepada yayasan yatim piatu yang pendiriannya telah
disahkan oleh pemerintah. Biaya sumbangan tersebut boleh dibebankan sebagai biaya
dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak
h. Pajak Penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan Pribadi Wajib Pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya. Contoh dan penjelasan pasal : Tuan Rudiantara merupakan
pemilik dari PT Cahaya, pada bulan Agustus Tuan Rudiantara melakukan pencatatan biaya
atas sekolah musik anaknya sebesar Rp 10.000.000. Biaya tersebut merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk orang yang menjadi tanggungan Tuan Rudiantara, sehingga atas biaya
tersebut harus dikoreksi fiskal
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. Contoh
dan penjelasan pasal : PT Agregat pada Bulan Mei sampai Bulan Juni menerima Surat
Tagihan Pajak dari Kantor Pelayanan Pajak senilai Rp 350.000.000 dengan rincian Rp
300.000.000 merupakan pokok Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Rp 50.000.000 merupakan
sanksi bunganya. Atas Surat Tagihan Pajak tersebut, pembayaran pokok pajak
diperkenankan dibebankan sebagai biaya, sedangkan sanksi senilai Rp 50.000.000 tidak
diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya dalam menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak.

Selain biaya-biaya yang disebutkan diatas, biaya-biaya berikut ini juga tidak dapat dibebankan
sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak :
1) Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8)
Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai sepanjang dapat dibuktikan bahwa telah dibayar

2) Pajak masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan
besarnya Penghasilan Kena Pajak sebagaimana tertuang daam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 94 Tahun 2010

3) Kerugian dari pengalihan harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam
usaha/kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara objek pajak (Peraturan Pemerintah
No 94 Tahun 2010). Contoh : Tuan Agus memiliki sepeda motor tua yang dijual seharga Rp
8.000.000, jika dilihat dari harga beli awal menunjukkan laba maka laba tersebut dikenakan pajak,
tetapi jika rugi maka tidak dikenakan pajak dan kerugiannya tidak dibiayakan oleh pajak

4) Dalam hal pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya maka keuntungan berupa selisih
antara harga pasar harta tersebut dengan nilai sisa buku merupakan penghasilan bagi perusahaan
(Peraturan Pemerintah No 94 Tahun 2010)

5) Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya, sepanjang tidak ada
hubungannya dengan kegiatan usaha wajib pajak atau yang tidak dibuatkan daftar nominatif
(Peraturan Pemerintah No 94 Tahun 2010)

6) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak atau yang penghasilannya dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final atau pengenaan pajaknya
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus (Peraturan
Pemerintah No 94 Tahun 2010)

7) Biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya, seperti biaya yang tidak didukung oleh bukti
pembayaran

8) Pajak Penghasilan yang ditanggung pemberi penghasilan (Peraturan Pemerintah No 94 Tahun


2010)

9) Bunga pinjaman seluruhnya tidak dapat dibebankan, apabila rata-rata tertimbang perbulan <
rata-rata tertimbang deposito/tabungan per bulan (Surat Edaran-46/PJ.4/1995)

Anda mungkin juga menyukai