Anda di halaman 1dari 29

Lalar Belakang

Pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang
efisien sesuai situasi. Pengambilan keputusan dalam Al-Qur’an dijelaskan dengan cara
bermusyawarah. Namun Dalam menafsiri berbagai syari’at Islam, kebanyakan kaumkaum muslim
sendiri lebih menekankan syari’at tersebut hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat spritual saja
tanpa memperhatikan adanya bentuk syariat yang mengedepankan bentuk hubungan sosial yang
baik dalam masyarakat. Bahwa kewajiban terwujudnya hubungan sosial yang baik tersebut tidak
boleh ditinggalkan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat baik sesama muslim maupun non-
muslim, salah satunya yaitu adanya konsep musyawarah.

Musyawarah merupakan salah satu pesan syari’at yang sangat ditekankan di dalam al-Qur’an
keberadaannya dalam berbagai bentuk pola kehidupan manusia, baik dalam suatu rumah kecil yakni
rumah tangga yang terdiri anggota kecil keluarga, dan dalam bentuk rumah besar yakni sebuah
negara yang terdiri dari pemimpin dan rakyat, konsep Musyawarah merupakan suatu landasan
tegaknya kesamaan hak dan kewajiban dalam kehidupan manusia, dimana antara pemimpin dan
rakyat memilki hak yang sama membuat aturan yang mengikat dalam lingkup kehidupan
bermasyarakat.

Dalam tulisan ini akan membahas tentang pengambilan keputusan (musyawarah) yang sangat di
tekankan dalam al-Qur’an bahwa Musyawarah tersebut merupakan tradisi umat muslim pada masa
nabi yang harus terus dilestarikan dalam tatanan kehidupan sekaligus merupakan perintah Allah
yang disampaikan kepada nabi sebagai salah

(3)

Satu landasan syari’ah yang harus tetap ditegakan, terutama dalam kehidpan moderen saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi pembuatan keputusan ( decision making ). 2. Dasar-dasar pengambilan keputusan.

2. Kajian Islam mengenai pengambilan keputusan. C. Tujuan


1. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan. 2. Untuk mengetahui dasar
pengambilan keputusan.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

1. Pengertian Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Menurut Salusu (2004) pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara
bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Ketika keputusan sudah dibuat, sesuatu yang
baru mulai terjadi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambil tindakan, serta mendorong
lahirnya gerakan dan perubahan (Hill et al., dalam Salusu 2004). Harus ada tindakan yang dibuat saat
tiba waktunya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus diberlakukan dan
kalau tidak, sebenarnya itu bukanlah keputusan, tetapi lebih tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang
baik (Drucker&Hoy, dalam Salusu, 2004).1

Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses
mengidentifikasi dan memilih alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Hal ini
berarti bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat alternatif pilihan yang tidak hanya harus
diidentifikasi tetapi juga dipilih, dan pemilihannya sesuai dengan nilai, tujuan, gaya hidup dan lain
sebagainya sebagaimana yang dianut pengambil keputusan. Proses yang terjadi pada pengambilan
keputusan bertujuan untuk menekan ketidakpastian dan keraguan atas alternatif pilihan (Harris,
1998).

2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

(5)

Fungsi pengambilan keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun
organisasional, sifatnya futuristik. Namun, dapat di spesifikan sebagai berikut2 :
 Pemecahan semu konflik  Penghindaran ketidakpastian  Pencarian akar masalah

Tujuan pengambilan keputusan dibagi menjadi dua yaitu bersifat tunggal dan ganda. Bersifat tunggal
yaitu hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain sedangkan bersifat ganda
tujuannya masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif.3

3. Dasar – Dasar Pengambilan Keputusan

George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku, antara lain4 :

1. Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah
terkena sugesti, pengaruh luar. Dan faktor kejiwaan lain.

2. Pengalaman

Pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang
berdasarkan pengalaman sangan bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan
kemampuanuntuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaian sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah

2 Staff Gunadarma, Konsep Pengambilan Keputusan, hlm. 5 3 Ibid

4 Joash Tapiheru, Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik, Menembus Batas Rasionalisme,


Inkrementalisme dan Irasionalisme, hlm. 2

(6)

3. Fakta
Keputusan yang berdasarkan fakta, data atau informasi yang cukup itu merupakan keputusan yang
baik dan losid. Namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

3. Wewenang

Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembut keputusan sering melewati permasalah
yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

4. Rasional

Masalah yang dihadapi berkaitan dengan daya guna dan pemecahan secara rasional.

5. Kajian Islam Mengenai Pengambilan Keputusan

Dalam Islam, menurut Ibnu Taimiyah pengambilan keputusan yang disepakati ialah Musyawarah,
sebab merupakan ijma’ (konsensus) hasil musyawarah dan tidak merupakan rekayasa sepihak untuk
mementingkan kepentingan tertentu.5 Selain itu, dalam Islam terdapat prinsip

1. Prinsip pengambilan keputusan dalam Islam a. Adil

Prinsip yang pertama dan paling utama dalam pengambilan keputusan adalah adil. Secara istilah adil
dapat diartikan tidak berat sebelah, tidak memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting
karena dengan keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang lain.

b. Amanah

Amanah dapat diartikan pula terpercaya. Melalui amanah maka dalam pengambilan keputusan akan
memiliki dampak psikologis

5 Shohahussurur, Proses Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Ibnu Taimiyyah, Jurnal Tsaqafah,
Vol. 6, No. 1, April 2010. Hlm. 67
(7)

Bahwa keputsan tersebut merupakan keputusan yang harus dilaksanakan dan akan dipertanggung
jawabkan dikemudian hari. Sifat amanah sangat diperlukan karena menyangkut hajat hidup manusia
sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama.

c. Istiqomah

Dalam Islam Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah
Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa
keadaan sekalipun.

d. Kejujuran

Dalam Islam kita dituntut untuk bersikap jujur dalam setiap perbuatan, termasuk dalam
pengambilan keputusan.

2. Ayat tentang Pengambilan Keputusan a. Al-Baqarah ayat 233

‫ن‬
‫ن ييللويح‬
‫ل‬
‫ن‬
‫نه‬
‫ه دلللويأل ن‬
‫ل عيض‬
‫ن رييه ت‬
‫ه اد‬
‫ل لناوللياول‬
‫ةلع‬
‫ل اض‬
‫ل رنال منتنيه ن‬
‫ي أل دالرأل‬
‫ل نيممملممم‬
‫لن‬
‫ن‬
‫ن ييللمناك‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ن ههتهولس‬
‫يك‬
‫ن ول ن‬
‫ن ههقهزيرن ههلل دنولهويملليا ىللع‬
‫ل ول‬
‫اهلعلس‬
‫ي وه لنإن س‬
‫س‬
‫ف‬
‫ي نل ف‬
‫ه لنك‬
‫ل مممتهممم‬
‫لل‬
‫ف‬
‫ن ورهعيملليابن‬
‫هندنللولبن ههلل دسولهويمل للول اهلدنللولبن ةسدللناول رناض‬
‫ل ته لل‬
‫ادالرألل ن‬
‫ي ممإنمممم‬
‫فل‬
‫ك‬
‫ل لنذلذ‬
‫ل‬
‫ه ثيمن ث‬
‫ن رناولليا ىللعلول‬
‫ح‬
‫ل انلج‬
‫ه للفل رروهاش‬
‫ل تلول املههنيمن ض‬
‫ر‬
‫ارلتل ن‬
‫يع‬
‫ل لالص‬
‫لف‬
‫ن‬
‫اوعهض‬
‫ن ريتلس‬
‫ي تل ن‬
‫ي أل م‬
‫ي تهديرأل‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ي ممإنمممم‬
‫ول‬
‫ام‬
‫ل هنييللع‬
‫ل‬

‫)‪(8‬‬

‫اوم‬
‫ه للع‬
‫ي اول هللنال اوقهتنمماممم‬
‫ول‬
‫ف‬
‫ن ورهعيملليابن‬
‫م‬
‫ي تهييتآل‬

‫رسيص‬
‫ن بل ن‬
‫ل ولهم‬
‫ل عيتل ام‬
‫ل بن هللنال ن‬
‫ن أل‬

Artinya :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawarahan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”

 Tafsir Surat Al-Baqarah 233 Menurut Tafsir Al-Azhar

Ayat ini mengandung dalil boleh berijtihad dalam hukum. Hal ini berdasarkan kebolehan dari Allah
SWT bagi orang tua untuk bermusyawarah dalam hal-hal yang membawa kebaikan bagi anak,
sekalipun berdasarkan perkiraan mereka saja dan bukan berdasarkan hakikat atau keyakinan. At-
Tasyaawur (musyawarah) adalah mengeluarkan (mencari) pendapat yang terbaik.

Lafadz ini sama dengan al-musyaawarah dan al-masyuurah, seperti al-ma’uunah. Contoh dalam
bentuk: Syartu al ‘asl dan istakhrajtuhu artinya mengeluarkan madu. Syurtu ad-daabbah dan
syawwartuhaa: ajraituhaa, artinya aku memacu binatang tunggangan itu. Digunakan kata ini karena
maksudnya adalah

(9)

Membuat lari binatang tunggangan itu. Asy-syiwaar artinya perabot rumah.


Digunakan kata ini karena perabot rumah itu nampak bagi siapa saja yang melihat. Asy-Syaarah
artinya penampilan seseorang. Al-isyaarah artinya mengeluarkan apa yang ada dalam diri anda dan
menampakkannya. Di dalam ayat ini bertemu dua kalimat yang mengandung suasana rela dan
damai; pertama kalimat Taradhin, artinya berkerelaan kedua pihak, kedua kalimat tasyawurin,
artinya bermusyawarah kedua pihak, bertukar fikiran.

Dalam kedua kalimat ini terdapatlah bahwa di dalam dasar hati rela sama rela, harga menghargai, di
antara suami isteri, demi kemaslahatan anak mereka, memulai musyawarah bagaimana yang terbaik
untuk anak mereka. Ayat ini mempertegas lagi pelaksanaan ujung ayat 228, Yaitu bahwa si isteri
mempunyai hak yang sama dengan suami dan perlakuan yang sama. Di dalam ayat ini ditunjukkan
cara pelaksanaan hak dan kewajiban, yaitu dalam suasana cinta dan musyawarah. Kalau hati sama-
sama terbuka, tidak ada kusut yang tidak dapat diselesaikan dan tidak ada keruh yang tidak dapat
dijernihkan. Hasil keputusan mereka berdua, hasil dari ridha-meridhai dan musyawarah, diakui dan
diridhai pula oleh Allah.6

b. Asy – Syuura : 38

‫ة‬
‫ل للص‬
‫ن ال اومهاقأل‬
‫ل ول ميهنببرللن اوبهاجلتلسيا نليذنلناول‬
‫م‬
‫يه‬
‫ه انلقيزلرل امنمنول ميههنلييبل ى‬
‫ذ رلوش‬
‫هم‬
‫يه‬
‫ه رهميألول‬
‫ن‬
‫ل وق‬
‫ه فننييه‬

Artinya :

6 Haji Abdul Malik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar Juz 1, Singapura: Kerjaya print Pte Ltd,
2007), hal. 562-563.
(10)

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

 Mufrodatnya :

Lafadz Arti Lafadz Arti

‫ نل يذنلناول‬Dan

Orang-orang yang ‫ىرلوش‬

‫ ه‬Musyawarah

‫ اوبهاجلتلسي ا‬Mematuhi

Seruan ‫مي ههنلييبل‬

Di antara mereka

‫ مي هنببرللن‬Tuhan

Mereka ‫امن منول‬

Dan dari apa

‫ة‬
‫ ل لصن ال اومهاقألل ول‬Dan mereka mendirikan Shalat

‫ مي هه انلقيزلرل‬Yang kami berikan kepada mereka

‫ مي هه رهميألول‬Dan urusan

Mereka ‫ نل وقه فننييه‬Mereka menafkahkan

 Penjelasan tafsir :

Menurut Tafsir Al-Musbah :

Setelah ayat yang lalu menguraikan hal-hal yang selalu dihindari oleh orang-orang yang wajar
memperoleh kenikmatan yang abadi, ayat ayat diatas mengemukakan apa yang selalu menhiasi diri
mereka. Ayat diatas bagaikan menyatakan : Dan kenikmatan abadi itu disiapkan juga bagi orng orang
yang benar benar memenuhi seruan tuhan mereka dan merekan melaksanakan shalat secara
bersinambung dan sempurna, yakni sesuai rukun serta syaratnya juga dengan khusyuk kepada Allah.
Dan semua urusan yang berkaitan dengan masyarakat mereka adalah musyawarah antara mereka,
yakni mereka memutuskannya dengan musyawarah, tidak ada diantara mereka yang bersifat
otoriter dengan memaksakan pendapatnya ; dan disamping itu mereka juga dari sebagian rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka, baik harta maupun selainnya, mereka senantiasanya
nafkahkan secara tulus serta bersinambung baik nafkah wajib maupun sunnah.

(11)

Kata Syura’, terambil dari kata syaur. Kata syuura bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat
yang terbaik dengan memperhadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain. Kata ini terambil
dari kata Syirtu Al-‘Asal yang bermak na : saya mengeluarkan madu (dari wadahnya). Ini berarti
mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu dan bermusyawarah adalah upaya meraih
madu itu di manapun I ditemukan. Atau dengan kata lain, pendapat siapa pun yang dinilai benar
tanpa mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya. Untuk jelasnya, rujuklah pada Q.S Ali-
Imran ayat 159.
Al-Qur’an tidak menjelakan bagaimana bentuk syuura yang dianjurkannya. Ini untuk memberi
kesempatan kepada setiap masyarakat menyusun bentuk syuura yang mereka inginkan sesuai
dengan perkembangan. Perlu diingat bahwa ayat ini turun pada periode belum lagi terbentuk
masyarakat Islam yang memiliki kekuasaan politik sebelum terbentuknya negara madinah dibawah
pemimpin rasul saw.turunnya ayat yang menguraikan syuura pada periode makkah menunjukan
bahwa bermusyawarah adalah anjuran Al-Quran dalam segala waktu dan berbagai persoalan yang
belum ditemukan petunjuk Allah di dalamnya.7

 Menurut Tafsir Al-Wasith

Ayat ini turun terkait dengan kaum anshar: Rasulullah saw. Menyeru mereka untuk beriman, merka
memenuhi seruan tersebut dan mendirikan shalat.

-Menunaikan shalat pada waktunya dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya, disertai sifat
khusyuk kepada Allah dan hati yang jernih lagi terikat dengan Allah. Shalat merupakan tiang agama
dan amal ibadah paling agung.

(12)

-Mereka saling bermusyawarah untuk menyelesaikan urusan khusus maupun umum, seperti urusan
hukum, pemerintahan, pengumuman perang, pengangkatan pemimpin, hakim, pejabat negara, dan
lain sebagainya. Mencakup urusan urusan umum dan khusus.

-Menginfakkan di jalan Allah dan untuk ketaatan kepadaNya sebagian rezekia yang di karuniakan
Allah meliputi harta benda dan semua bentuk kebaikan. Sebab, infak menjadi sumber kekuatan
umat, sebagai solusi kelemahan, menjadi jalan untuk mengangkat kehormatan umat dan
merealisasikan jaminan sosial yang mesti terwujud antara kaum kaya dan kaum fakir.

-Mereka juga individu-individu yang pemberani dan kuat, apabila mereka melihat kezaliman dan
tindakakn sewenang-wenang mereka menolong pihak yang terzalimi dan mengembalikan hak hak
mereka yang trampas, dan apabila mereka mampu memberi maaf ini merupakan pujian bagi orang
yang memberi pertolongan untuk melawan tindakan lalim. 8

c. Q.S Ali Imran : 159


‫ت‬
‫ل نك‬
‫ه ويللول ميههلل ت‬
‫ل نلن ه‬
‫ن للال ن‬
‫ل مب ةرم‬
‫لح‬
‫ي رل املبنفل‬
‫ك‬
‫ل لنويحل ن‬
‫ي من ايوض‬
‫ضف‬
‫ل نل‬
‫لب‬
‫ن ليق‬
‫ل ليا ظ‬
‫ل يلنغل اظ‬
‫ظ فل‬
‫م‬
‫يه‬
‫ه ريوناش‬
‫ل ول ميههلل ريفنغيتلس‬
‫ي اول م‬
‫ي ههنيع‬
‫لف‬
‫هع‬
‫ي افل‬
‫ه‬
‫ن للال ىللع‬
‫لل‬
‫يك‬
‫ن ولتلفل ت‬
‫ل ميزلع‬
‫ل اذإلنفل رنميل‬
‫ل ا يفن‬
‫ن‬
‫ل يلنك‬
‫ب ولتلمهليا ب‬
‫ضح‬
‫ن يه هلللال ن‬
‫ن إن‬

8 Prof. Dr. Wahbah az-zuhaili, Tafsir Al-wasth Jilid 3, Jakarta:Gema Insani, 2003, hlm. 370-371

(13)

Artinya :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka,
sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada
Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran:
I59).

 Mufrodatnya :

Lafadz Arti Lafadz Arti

‫ امل بنفل‬Maka

Disebabkan

‫ مي ههنيعل‬Pada mereka

‫ ةر مل حي رل‬Rahmat (kasih sayang)


‫ مي ههلل ريفن غيتلسي اول‬Dan mohonkan ampun bagi mereka

‫ه‬

‫ ن لنال نل من‬Dari Allah ‫ مي هه ريوناشل ول‬Dan

Musyawarahlah dengan mereka

‫ مي ههلل تل نيلن‬Kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka

‫ رنميال يفن‬Dalam suatu

Urusan

‫ تل نيكه ويللول‬Sekiranya kamu bersikap

‫ تل ميزلعل اذإلنفل‬Maka apabila

Kamu telah

Bersepakat

‫ اظظ فل‬Berperilaku

Kasar

‫ لي كن ولتلفل‬Maka

Berserahdirilah
‫ بن ليقل ليا ظل يلنغل‬Berhati kasar ‫ هن لنال ىللعل‬Kepada Allah

‫ اوضض فل نيل‬Tentulah mereka

Menjauhkan diri ‫هللنال نن إن‬

Sesungguhnya Allah

‫ كل لنويحل ني من‬Dari

Sekelilingmu

‫ بض حن يه‬Menyukai

‫ فه عي افل‬Maka

Maafkanlah

‫ نل يلنكب ولتلمهليا‬Orang-orang yang bertawakal

 Penjelasan tafsir :

(14)

Pertama: Para ulama berkata: “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan perintah-
perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya Allah memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan
mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau karena telah meninggalkan perintah beliau. Setelah
mereka mendapatkan maaf, Allah memerintahkan beliau untuk memintakan ampun atas kesalahan
mereka terhadap Allah. Setelah mereka mendapatkan hal ini, maka mereka pantas untuk diajak
bermusyawarah dalam segala perkara.
Kedua, Ibnu ‘Athiyah berkata, “ Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan
hukum-hukum. Barang siapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama, maka wajb diberhentikan
(jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah memuji orang-orang yang
beriman karena mereka suka bermusyawarah dengan firmannya, ‫مم ههننيمبن ىرنوشه مم ههرهممأن و‬
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka”.

Ketiga, firman Allah,” Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” menunjukkan
kebolehan ijtihad dalam semua perkara menentukan perkiraan bersama didasari dengan wahyu.
Sebab, Allah mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya.

Keempat, tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah SAW
bersabda, ‫“ نن منتنؤممه رهاشن تنسم مهال‬Orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang dapat
dipercaya.

Kelima, kriteria orang yang diajak bermusyawarah dalam masalah kehidupan di masyarakat adalah
memiliki akal, pengalaman, dan santun kepaa orang yang mengajak bermusyawarah.

Keenam, Dalam musyawarah pasti ada perbedaan pendapat. Maka, orang yang bermusyawarah
harus memperhatikan pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan Sunnah, jika
memungkinkan. Apabila Allah telah menunjukkan kepada sesuatu yang dikehendaki

(15)

Maka hendaklah orang yang bermusyawarah menguatkan tekad untuk melaksanakannya sambil
bertawakal kepada-Nya, sebab inilah akhir ijtihad yang dikehendaki. Dengan ini pula Allah
memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam ayat ini.

Ketujuh, Allah berfirman, faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah, berarti bahwa kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Qatadah berkata, “ Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu perkara agar
melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah SWT.9

d. An-Nisa ayat 59

‫اوعهيط‬
‫ن ألول هللنال اوعهيط‬
‫ن أل اونهمآل ن‬
‫ل يذنلنا اهليضأ‬
‫ل ايل‬
‫ن‬
‫ي مممإنمم‬
‫فل‬
‫م‬
‫يك‬
‫ه نيمنرنميلي‬
‫ل ا يلنوأهول للوسهرنال‬
‫ه‬
‫ن لنال ىلإلن ههودضرهفل ءري‬
‫يش‬
‫ل يفن ميتهعيزالنلتل‬
‫م‬
‫ن وييللياول ه‬
‫ن لنالبن ن‬
‫ل ونهمنؤيته م‬
‫ي تهنيك‬
‫هن‬
‫ي إن ل‬
‫ن وس‬
‫ه رنالول‬
‫لليونأيتل ن‬
‫هس‬
‫لح‬
‫ي ألول رسييخل ك‬
‫ل ممملنمم‬
‫ذلذ‬
‫ر‬
‫نخ‬
‫ن ليا‬

‫‪Artinya :‬‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

9 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 622-628.

(16)

Tafsiran Ayat :

Menurut Tafsir Al-Azhar

Ayat ini dengan sendirinya menjelaskan bahwa masyarakat manusia, di sini dikhususkan masyarakat
orang yang beriman, mestilah tunduk kepada peraturan. Peraturan Yang maha Tinggi ialah Peraturan
Allah. Inilah yang wajib ditaati. Allah telah menurunkan peraturan itu dengan mengutus Rasul-rasul,
dan penutup segala rasul ialah Nabi Muhammad SAW. Rasul-rasul membawa undang-undang Tuhan
yang termaktub di dalam Kitab-kitab suci, Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an.

Maka isi Kitab suci itu semuanya, pokoknya ialah untuk keselamatan dan kebahagiaan kehidupan
manusia. Ketaatan kepada Allah mengenai tiap-tiap diri manusia walaupun ketika tidak ada
hubungannya dengan manusia lain. Ummat beriman disuruh terlebih dahulu taat kepada Allah,
sebab apabila dia berbuat baik, bukanlah semata-mata karena segan kepada manusia, dan bukan
pula karena semata-mata mengharap keuntungan duniawi. Dan jika dia meninggalkan berbuat suatu
pekerjaan yang tercela, bukan pula karena takut kepada ancaman manusia.

Kemudian orang yang beriman diperintahkan pula taat kepada Rasul. Sebab taat kepada Rasul
adalah lanjutan dari taat kepada Tuhan. Banyak perintah Tuhan yang wajib ditaati, tetapi tidak dapat
dijalankan kalau tidak melihat contoh teladan. Maka contoh teladan itu hanya ada pada Rasul. Dan
dengan taat kepada rasul barulah sempurna beragama. Sebab banyak juga orang yang percaya
kepada Tuhan, tetapi dia tidak beragama. Sebab dia tidak percaya kepada Rasul. Kemudian diikuti
oleh taat kepada Ulil-Amri-minkum, orang-orang yang menguasai pekerjaan, tegasnya orang-orang-
orang-orang berkuasa di antara kamu, atas daripada kamu. Minkum mempunyai dua arti. Pertama di
antara kamu, kedua dari pada kamu. Maksudnya, yaitu

(17)
Mereka yang berkuasa itu adalah daripada kamu juga, naik atau terpilih atau kamu akui
kekuasaannya, sebagai satu kenyataan.10

Al-Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa maksud munasabah ayat ini disangkut pautkan dengan
alasan turunnya ayat ini karena dalam kisah tersebut disebutkan adanya batasan antara taat kepada
perintah pimpinannya dan menolak perintah untuk terjun ke dalam api, pada saat itu mereka
memerlukan petunjuk berkenaan dengan apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini (Q.S 4:59) turun
memberikan petunjuk kepada mereka, apabila berbantahan hendaklah kembali kepada Allah dan
Rasulnya.11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

10Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid.2, hal. 1276-1277

11 K.H.Q. Shaleh, H.A.A Dahlan dkk, Asbabul Nuzul, Latar Belakng Historis Turunnya Ayat-ayat Al-
Qur’an Edisi ke-2, (Bandung:CV Penerbit Diponogoro, 2002), hal. 146

(18)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengidentifikasi dan memilih alternatif


berdasarkan nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Dalam Islam pengambilan keputusan disepakati
sebagai musyawarah, sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyyah yang mengatakan bahwa
musyawarah merupakan bagian konsensus yang tidak membawa kepentingan diri sendiri.

Dasar-dasar pengambilan keputusan terbagi menjadi beberapa sub yaitu pertama, berasal dari
intuisi atau Intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar.
Kedua, pengalaman yang dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Ketiga, keputusan yang
berdasarkan fakta, data atau informasi yang cukup itu merupakan keputusan yang baik. Keempat,
keputusan berdasarkan wewenang atau kekuasaan seseorang. Kelima, keputusan dengan rasional
yaitu masalah yang dihadapi berkaitan dengan daya guna dan pemecahan secara rasional.

B. Kritik dan Saran


Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan,
maka kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

(19)

Purba, JL, Pengambilan Keputusan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, 2011. Hlm 1

Staff Gunadarma, Konsep Pengambilan Keputusan, hlm. 5

Tapiheru,Joash, Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik, Menembus Batas Rasionalisme,


Inkrementalisme dan Irasionalisme, hlm. 2 Shohahussurur, Proses Pengambilan Keputusan dalam
Perspektif Ibnu

Taimiyyah, Jurnal Tsaqafah, Vol. 6, No. 1, April 2010. Hlm. 67 Amrullah, Haji Abdul Malik Abdulkarim,
Tafsir Al-Azhar Juz 1,

Singapura: Kerjaya print Pte Ltd, 2007), hal. 562-563.

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Mishbah,Jakarta Pusat : Lentera hati, 2002, hlm.177-179.

Prof. Dr. Wahbah az-zuhaili, Tafsir Al-wasth Jilid 3, Jakarta:Gema Insani, 2003, hlm. 370-371

Imam al-Qurthubi, Syaikh, Tafsir al-Qurthubi Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 622-628.

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid.2, hal. 1276-1277

K.H.Q. Shaleh, H.A.A Dahlan dkk, Asbabul Nuzul, Latar Belakng Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an
Edisi ke-2, (Bandung:CV Penerbit Diponogoro, 2002), hal. 146

(1)
Pertama: Para ulama berkata: “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan perintah-
perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya Allah memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan
mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau karena telah meninggalkan perintah beliau. Setelah
mereka mendapatkan maaf, Allah memerintahkan beliau untuk memintakan ampun atas kesalahan
mereka terhadap Allah. Setelah mereka mendapatkan hal ini, maka mereka pantas untuk diajak
bermusyawarah dalam segala perkara.

Kedua, Ibnu ‘Athiyah berkata, “ Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan
hukum-hukum. Barang siapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama, maka wajb diberhentikan
(jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah memuji orang-orang yang
beriman karena mereka suka bermusyawarah dengan firmannya, ‫مم ههننيمبن ىرنوشه مم ههرهممأن و‬
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka”.

Ketiga, firman Allah,” Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” menunjukkan
kebolehan ijtihad dalam semua perkara menentukan perkiraan bersama didasari dengan wahyu.
Sebab, Allah mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya.

Keempat, tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah SAW
bersabda, ‫“ نن منتنؤممه رهاشن تنسم مهال‬Orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang dapat
dipercaya.

Kelima, kriteria orang yang diajak bermusyawarah dalam masalah kehidupan di masyarakat adalah
memiliki akal, pengalaman, dan santun kepaa orang yang mengajak bermusyawarah.

Keenam, Dalam musyawarah pasti ada perbedaan pendapat. Maka, orang yang bermusyawarah
harus memperhatikan pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan Sunnah, jika
memungkinkan. Apabila Allah telah menunjukkan kepada sesuatu yang dikehendaki

(2)

Maka hendaklah orang yang bermusyawarah menguatkan tekad untuk melaksanakannya sambil
bertawakal kepada-Nya, sebab inilah akhir ijtihad yang dikehendaki. Dengan ini pula Allah
memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam ayat ini.

Ketujuh, Allah berfirman, faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah, berarti bahwa kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Qatadah berkata, “ Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu perkara agar
melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah SWT.9
‫‪d. An-Nisa ayat 59‬‬

‫اوعهيط‬
‫ن ألول هللنال اوعهيط‬
‫ن أل اونهمآل ن‬
‫ل يذنلنا اهليضأ‬
‫ل ايل‬
‫ن‬
‫ي مممإنمم‬
‫فل‬
‫م‬
‫يك‬
‫ه نيمنرنميلي‬
‫ل ا يلنوأهول للوسهرنال‬
‫ه‬
‫ن لنال ىلإلن ههودضرهفل ءري‬
‫يش‬
‫ل يفن ميتهعيزالنلتل‬
‫م‬
‫ن وييللياول ه‬
‫ن لنالبن ن‬
‫ل ونهمنؤيته م‬
‫ي تهنيك‬
‫هن‬
‫ي إن ل‬
‫ن وس‬
‫ه رنالول‬
‫لليونأيتل ن‬
‫هس‬
‫لح‬
‫ي ألول رسييخل ك‬
‫ل ممملنمم‬
‫ذلذ‬
‫ر‬
‫نخ‬
‫ن ليا‬

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

9 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 622-628.

(3)

Tafsiran Ayat :

Menurut Tafsir Al-Azhar

Ayat ini dengan sendirinya menjelaskan bahwa masyarakat manusia, di sini dikhususkan masyarakat
orang yang beriman, mestilah tunduk kepada peraturan. Peraturan Yang maha Tinggi ialah Peraturan
Allah. Inilah yang wajib ditaati. Allah telah menurunkan peraturan itu dengan mengutus Rasul-rasul,
dan penutup segala rasul ialah Nabi Muhammad SAW. Rasul-rasul membawa undang-undang Tuhan
yang termaktub di dalam Kitab-kitab suci, Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an.

Maka isi Kitab suci itu semuanya, pokoknya ialah untuk keselamatan dan kebahagiaan kehidupan
manusia. Ketaatan kepada Allah mengenai tiap-tiap diri manusia walaupun ketika tidak ada
hubungannya dengan manusia lain. Ummat beriman disuruh terlebih dahulu taat kepada Allah,
sebab apabila dia berbuat baik, bukanlah semata-mata karena segan kepada manusia, dan bukan
pula karena semata-mata mengharap keuntungan duniawi. Dan jika dia meninggalkan berbuat suatu
pekerjaan yang tercela, bukan pula karena takut kepada ancaman manusia.

Kemudian orang yang beriman diperintahkan pula taat kepada Rasul. Sebab taat kepada Rasul
adalah lanjutan dari taat kepada Tuhan. Banyak perintah Tuhan yang wajib ditaati, tetapi tidak dapat
dijalankan kalau tidak melihat contoh teladan. Maka contoh teladan itu hanya ada pada Rasul. Dan
dengan taat kepada rasul barulah sempurna beragama. Sebab banyak juga orang yang percaya
kepada Tuhan, tetapi dia tidak beragama. Sebab dia tidak percaya kepada Rasul. Kemudian diikuti
oleh taat kepada Ulil-Amri-minkum, orang-orang yang menguasai pekerjaan, tegasnya orang-orang-
orang-orang berkuasa di antara kamu, atas daripada kamu. Minkum mempunyai dua arti. Pertama di
antara kamu, kedua dari pada kamu. Maksudnya, yaitu

(4)

Mereka yang berkuasa itu adalah daripada kamu juga, naik atau terpilih atau kamu akui
kekuasaannya, sebagai satu kenyataan.10

Al-Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa maksud munasabah ayat ini disangkut pautkan dengan
alasan turunnya ayat ini karena dalam kisah tersebut disebutkan adanya batasan antara taat kepada
perintah pimpinannya dan menolak perintah untuk terjun ke dalam api, pada saat itu mereka
memerlukan petunjuk berkenaan dengan apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini (Q.S 4:59) turun
memberikan petunjuk kepada mereka, apabila berbantahan hendaklah kembali kepada Allah dan
Rasulnya.11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

10Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid.2, hal. 1276-1277

11 K.H.Q. Shaleh, H.A.A Dahlan dkk, Asbabul Nuzul, Latar Belakng Historis Turunnya Ayat-ayat Al-
Qur’an Edisi ke-2, (Bandung:CV Penerbit Diponogoro, 2002), hal. 146

(5)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengidentifikasi dan memilih alternatif


berdasarkan nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Dalam Islam pengambilan keputusan disepakati
sebagai musyawarah, sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyyah yang mengatakan bahwa
musyawarah merupakan bagian konsensus yang tidak membawa kepentingan diri sendiri.

Dasar-dasar pengambilan keputusan terbagi menjadi beberapa sub yaitu pertama, berasal dari
intuisi atau Intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar.
Kedua, pengalaman yang dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Ketiga, keputusan yang
berdasarkan fakta, data atau informasi yang cukup itu merupakan keputusan yang baik. Keempat,
keputusan berdasarkan wewenang atau kekuasaan seseorang. Kelima, keputusan dengan rasional
yaitu masalah yang dihadapi berkaitan dengan daya guna dan pemecahan secara rasional.

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan,
maka kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

(6)

Purba, JL, Pengambilan Keputusan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, 2011. Hlm 1

Staff Gunadarma, Konsep Pengambilan Keputusan, hlm. 5

Tapiheru,Joash, Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik, Menembus Batas Rasionalisme,


Inkrementalisme dan Irasionalisme, hlm. 2 Shohahussurur, Proses Pengambilan Keputusan dalam
Perspektif Ibnu

Taimiyyah, Jurnal Tsaqafah, Vol. 6, No. 1, April 2010. Hlm. 67 Amrullah, Haji Abdul Malik Abdulkarim,
Tafsir Al-Azhar Juz 1,

Singapura: Kerjaya print Pte Ltd, 2007), hal. 562-563.

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Mishbah,Jakarta Pusat : Lentera hati, 2002, hlm.177-179.

Prof. Dr. Wahbah az-zuhaili, Tafsir Al-wasth Jilid 3, Jakarta:Gema Insani, 2003, hlm. 370-371

Imam al-Qurthubi, Syaikh, Tafsir al-Qurthubi Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 622-628.

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid.2, hal. 1276-1277


K.H.Q. Shaleh, H.A.A Dahlan dkk, Asbabul Nuzul, Latar Belakng Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an
Edisi ke-2, (Bandung:CV Penerbit Diponogoro, 2002), hal. 146

Lihat dokumen lengkap (19 Halaman – 54.95KB)

DOKUMEN YANG TERKAIT

Ayat Al-Quran tentang Berlomba dalam Kebaikan

1 3 7
2 AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI
1 4 16
2 Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Berkompetisi Dalam Kebaikan
1 4 10
2 PENAFSIRAN AYAT AYAT AL QURAN TENTANG HI
3 1 16
4 Ayat Al Quran Tentang Kisah Sejarah dan
0 1 12
1 Ayat Al Quran tentang makanan dan minuma
1 0 10
2 TENTANG SURAT DAN AYAT DALAM AL QURAN
1 1 22
2 Ayat Ayat Al Quran Tentang Biologi Lingk
1 0 5
2 Tafsir Ayat Al Quran Tentang Haji
1 1 19
2 Makalah Tentang Ayat Al Quran
1 0 13
2 Dokumen global

DUKUNGAN

info@id.123dok.com

Syarat penggunaan

Kebijakan tentang cara menjual dokumen

LINKS

Titles

Topics
Copyright 123dok © 2017.

Dokumen global

Kategori

Semua

Bisnis

Karier

Data & Analitik

Desain

Perangkat & Hardware

Ekonomi & Keuangan

Lingkungan

Pendidikan

Teknik

Hiburan & Seni

Makanan

Pemerintah & Organisasi Nirlaba

Kesehatan & Pengobatan

Pelayanan kesehatan

Internet

Hubungan investasi

Hukum

Kepemimpinan & Manajemen

Gaya hidup

Marketing

Mobile

Berita & Politik

Presentasi & Public Speaking

Perumahan

Perekrutan & HR
Ritel

Penjualan

Ilmu pengetahuan

Perbaikan diri sendiri

Layanan

Anda mungkin juga menyukai