Disusun Oleh:
ILHAM SHOLIHIN
NIM. F1A019062
5
Adon Nasrullah, ibid., hal. 57.
Secara umum, sumber daya atau potensi yang terkandung dalam kawasan
pedesaan dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu sumber daya
pertanian, sumber daya peternakan, sumber daya industri, dan sumber daya
manusia:
1. Sumber daya pertanian
Dalam kawasan desa, bisa dibilang bahwa pertanian merupakan sektor yang
banyak dikembangkan dibanding dengan sektor lainnya. Hal itu terjadi karena
sektor pertanian merupakan sektor yang berimplikasi langsung dengan
pemenuhan kebutuhan pokok berupa kebutuhan pangan. Pengutamaan
sektor pertanian dalam kawasan desa sejatinya juga dibuktikan dengan
munculnya konsep tentang agropolitan yang dalam Undang-Undang Nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang didefinisikan sebagai “kawasan yang
terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis”.6 Kemudian, ada berbagai
macam bentuk pertanian yang dapat dikembangkan di desa, antara lain ialah:
a. Sawah
Bertani di sawah menjadi mata pencaharian pokok bagi para petani
khususnya di pedesaan. Ada beberapa jenis sistem pertanian sawah:
pertama, sawah Irigasi yang merupakan jenis pertanian padi sawah yang
pola penanamannya mengandalkan irigasi. Pola pengaturan air sistem ini
sudah ditata dengan baik. Jika air irigasi kering, tidak ditanami padi, tetapi
diganti dengan tanaman lain yang tahan dengan kekeringan, seperti ketela
pohon; kedua, sawah tadah hujan yang pengairannya hanya
mengandalkan air hujan; ketiga, sawah lebak yang didefinisikan sebagai
jenis pertanian sawah yang memanfaatkan lahan sekitar sungai yang tidak
tergenang saat volume air sungai meninggi; keempat, sawah pasang surut
yang merupakan jenis sawah yang memanfaatkan gerakan pasang surut
air laut; dan kelima, sawah gogorancah yang mengupayakan tanaman padi
berdasarkan ketersediaan air air. Apabila persediaan air cukup, jenis padi
yang ditanam adalah padi sawah biasa. Sebaliknya, apabila persediaan air
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 1 (24).
tidak ada atau sangat kurang, jenis padi yang ditanam merupakan jenis
padi yang ditanam di huma.
b. Ladang
Usaha perladangan di desa biasanya dilakukan pada daerah-daerah yang
persediaan airnya sangat kurang seperti daerah perbukitan atau dataran
tinggi. Selain tanaman padi, tanaman palawija seperti dari golongan umbi-
umbian, jagung, dan kacang-kacangan juga dapat diusahakan di ladang.
c. Kebun
Selain potensi pertanian lahan basah (sawah) dan lahan kering (ladang),
potensi lainnya yang dapat dikembangkan di pedesaan adalah usaha
perkebunan. Usaha ini cocok dilakukan untuk jenis desa perkebunan. Ada
berbagai macam jenis tanaman kebun yang didasarkan atas ketinggian
tempat. Bila di daerah pantai, tanaman yang cocok untuk dikembangkan
adalah berupa kelapa dan kelapa sawit. Kemudian, di dataran rendah atau
daerah yang memiliki ketinggian 700 meter di atas permukaan laut sangat
tepat untuk perkebunan tebu dan karet. Dan untuk daerah dataran tinggi
yang memiliki ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut
memiliki potensi sebagai perkebunan teh. Jadi, sebelum mengembangkan
perkebunan di pedesaan ada baiknya untuk mengetahui ketinggian tempat
agar tanaman yang diusahakan bisa cocok dan memiliki potensi yang lebih
untuk dikembangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
11
Siti Munawaroh dkk, ibid. hal. 103.
12
tumpang sari merupakan suatu bentuk sistem pola tanam campuran yang melibatkan dua jenis
tanaman atau lebih pada satu areal dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Lih,
http://www.swadayaonline.com/artikel/5062/Pemilihan-Tanaman-Tumpang-Sari-Sayuran/
sudah banyak petani yang memiliki mesin terutama handtractor untuk membantu
mengelola lahan. Antusiasme warga desa dalam memanfaatkan teknologi juga
datang dari keberadaan kelompok tani “Panggih Mulyo” di salah satu dusun di
Desa Margomulyo yang mempunyai empat unit mesin traktor, sembilan unit
pompa air, satu unit mesin perontok padi, dan satu unit mesin penggiling padi.
Selain teknologi modern, warga Desa Margomulyo juga menggunakan bahan-
bahan organik seperti pupuk dan peptisida untuk memelihara pertaniannya agar
mendapatkan hasil yang optimal. Namun, dalam penggunaaannya masih dalam
jumlah sedikit atau terbatas. Hal tersebut dilakukan, karena warga desa sangat
menyadari sepenuhnya jika penggunaan bahan kimia secara berlebihan juga
akan merusak lahan pertanian yakni tanah akan menjadi keras dan
pertumbuhan kurang baik. Untuk menyuburkan tanah atau mencukupi
kebutuhan unsur hara bagi tanaman, masyarakat desa lebih memilih
menggunakan pupuk kendang.
Meski sudah mengalami modernisasi yang begitu luar biasa dalam sektor
pertanian, namun tetap saja itu tidak tidak menyurutkan atau menghalangi
semangat mereka dalam melestarikan nilai-nilai sosial kemasyarakatan atau
norma yang dianut. Pelaksanaan gotong royong berupa sambatan di bidang
pertanian masih terpelihara hingga saat ini. Inti dari sambatan adalah kebutuhan
tenaga kerja dalam aktivitas pertanian diperoleh dengan cara saling membantu
antar rumah tangga petani secara bergiliran. Pola pengupahan dalam pertanian
tidak dikenal oleh warga desa. Sebagai gantinya mereka mengistilahkan dengan
pola saling meminjam tenaga kerja, sehingga pengeluaran upah tenaga kerja
tetap digantikan dengan tenaga kerja. Menurut salah satu warga, tradisi
sambatan ini telah berlangsung sejak mulai tanam hingga masa panen.
Khususnya ketika masuk masa panen, imbalan barang berupa hasil panen
diberikan oleh satu keluarga kepada keluarga lain yang telah membantu di masa
lalu. Unsur timbal balik memang berlaku jika warga melakukan sambatan, maka
yang terjadi adalah saling membagi hasil panen antar rumah tangga sebagai
‘upah’ atas kontribusi masing-masing di masa lalu. Imbalan berupa hasil panen
di disebut bawon. Model semacam ini juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk
asuransi sosial komunitas masyarakat desa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desa merupakan sebuah komunitas mandiri atau self-community yaitu
komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman seperti itu, desa
memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat. Desa
memiliki karakter yang beragam mulai dari hubungan sosial di antara
masyarakat hingga potensi sumber daya alam setempat. Secara sekilas,
hubungan sosial di antara masyarakat desa kadang bersifat asosiatif dan
disosiatif yang kebanyakan dilatarbelakangi oleh empat faktor, yaitu imitasi,
identifikasi, simpati, dan sugesti. Kemudian daripada itu, secara umum desa
memiliki potensi sumber daya yang bermacam-macam. Ada yang bersumber
pada bidang pertanian, peternakan, perikanan, hingga bahkan industry.
Selanjutnya, jika telusuri dengan lebih saksama, hubungan sosial antara
masyarakat di Desa Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro dalam kehidupan
sehari-hari lebih cenderung mengarah kepada hubungan yang asosiatif. Hal itu
dikarenakan adanya sistem sosial yang terwujud dalam bentuk norma, aturan,
dan sebagainya yang terus mendorong masyarakat untuk bersikap saling peduli
dan mengedepankan esensi manusia sebagai makhluk sosial. Jika mengacu
pada empat faktor yang telah disebutkan, maka akan didapati bahwa imitasi
merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya keteraturan dan
keselarasan dalam hubungan atau proses sosial masyarakatnya. Selain itu,
Desa Margomulyo yang memiliki potensi pertanian juga berhasil
mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki dengan bersikap terbuka
kepada teknologi yang akhirnya dapat membuat mereka hidup lebih maju
daripada sebelum-sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Setia.
Ruang.
Laman Internet:
http://www.swadayaonline.com/artikel/5062/Pemilihan-Tanaman-Tumpang-