Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN

Tentang

MEMAHAMI MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Disusun dan Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran
Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh Kelompok IV :

Sapri Al Gafar
Nim. 20010003

Umri Fahrudi Harahap


Nim. 20010126

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan karunia-Nya
kami penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Memahami Media
Pendidikan dan Proses Belajar Mengajar yang diajukan untuk pemenuhan tugas pada mata
kuliah Media Pembelajaran. Makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak.

Oleh karena itu selayaknya kami penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. ROMYILHAS, MA selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Media


Pembelajaran.
2. Rekan-rekan sejurusan pada program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca

Padang, 4 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. PROSES BELAJAR MENGAJAR ........................................................ 3
1. Konsep Belajar ................................................................................ 3
2. Konsep Mengajar............................................................................. 5
B. PERKEMBANGAN MEDIA PENDIDIKAN ....................................... 7
C. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR ...................................................... 10

BAB III. PENUTUP.................................................................................... ....... 13


A. Kesimpulan ................................................................................. ....... 13
B. Saran ........................................................................................... ....... 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama yang membentuk karakter/perilaku positif
manusia dalam hidupnya atau bisa dikatakan pendidikan merupakan sarana yang membantu
manusia agar mereka mampu untuk bertahan hidup dalam kehidupan sehari- hari di tengah
masyarakat. Karenanya, Pendidikan sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar,
karena pendidikan menjadikan peserta didik agar mereka menjadi seseorang yang terdidik,
baik dalam segi karakter, agama maupun dalam keilmuannya. Keberhasilan proses belajar
mengajar ini tidak terlepas dari media pembelajaran yang digunakannya. Media berperan
sebagai alat yang mempermudah proses pembelajaran dan sebagai alat bantu seorang
pendidik untuk menyampaikan sebuah ilmu dan materi yang akan disampaikannya kepada
peserta didik.
Saat ini merupakan zaman dimana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih
dan berkembang yang membuat manusia terus menggunakan teknologi untuk
mempermudah kehidupan sehari-harinya. Perkembangan IPTEK juga berpengaruh terhadap
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, menuntut
guru untuk terus melakukan pembaharuan dalam penggunaan mediapembelajaran.
Namun sangat disayangkan, kenyataannya sebagian besar guru masih belum
memiliki pengetahuan yang baik mengenai perkembangan teknologi serta masih belum
memiliki keterampilan yang cukup dalam menyusun rencana pengajaran menggunakan
sumber belajar termasuk menggunakan media pembelajaran didalamnya. Guru sebagai
seorang pendidik harus memiliki pengetahuan tentang karakteristik peserta didik,
mengetahui teori belajar, rancangan pembelajaran, penyajian bahan ajar, penguasaan
terhadap penggunaan media pembelajaran dan melakukan penilaian hasil belajar dalam
menyusun proses belajar mengajarnya.
Dari permasalahan tersebut, dapat disimpulkan penting seorang guru maupun calon
guru untuk memiliki pemahaman dan penguasaan yang mendalam mengenai penggunaan
media pembelajaran agar proses belajar mengajarnya dapat berlangsung secara efektif,
efisien dan optimal. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai penggunaan media
pembelajaran melalui makalah ini yang berjudul "Memahami Media Pendidikan dan Proses
Belajar Mengajar".

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latas belakang di atas maka, yang menjadi pokok bahasan dalam rumusan
masalah ini yaitu :
1. Apa itu Proses Belajar Mengajar?
2. Bagaimana Perkembangan Media Pendidikan?
3. Bagaimana Penggunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROSES BELAJAR MENGAJAR


1. Konsep Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai. 1
Dalam Islam paling tidak ada dua istilah yang digunakan Al-Qur’an yang
berkonotasi belajar, yaitu ta’allama dan darasa. Ta’allama berasal dari kata ‘alima -
ta’allama. ‘Alima berarti “mengetahui”, dari kata ‘alima juga terbentuk kata al-‘ilm
(ilmu). Maka ta’allama secara harfiah dapat diartikan kepada “menerima ilmu sebagai
akibat dari suatu pengajaran”. Dengan demikian, “belajar” sebagai terjemahan dari
ta’allama dapat didefenisikan kepada perolehan ilmu sebagai akibat dari aktivitas
pembelajaran. Atau dengan kata lain, belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang di mana aktivitas itu membuatnya memperoleh ilmu. 2
Dalam Al-Qur’an kata ta’allama itu terulang dua kali. Keduanya digunakan
dalam perbincangan tentang ilmu sihir. (QS. Al Baqarah : 102)

“Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan
antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi
mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka.
(QS.Al-Baqarah: 102)

Bardasarkan pengertian ta’allama (belajar) di atas, maka ayat ini dapat diartikan
kepada “bahwa orang Yahudi menerima ilmu sihir dari Harut dan Marut sebagai hasil
pengajaran keduanya. Dan ilmu yang mereka dapatkan itu tidak bermanfaat buat mereka,
bahkan memberi mudarat”. Mereka melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan bimbingan
atau arahan guru sihir, di mana berdasarkan aktivitas dan mengikuti arahan tukang sihir
tersebut maka para pencari ilmu sihir itu memperoleh apa yang mereka cari. Tetapi pada

1
Hamzah,. Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Aksara. 2008) h. 54
2
Yusuf Kadar. Tafsir Tarbawi. ( Jakarta: Imprint Bumi Aksara. 2013) h. 34
3
akhirnya pengetahuan yang telah mereka peroleh sesungguhnya tidak berguna bagi mereka
sendiri, malahan dapat mencederai mereka.

Ungkapan Al-Qur’an “wayata’allamuuna maa yadurruhum wa laa yanfa’uhum”


menggambarkan bahwa objek yang dipelajari mestilah sesuatu yang berguna atau
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sesuatu yang tidak berguna bahkan dapat mencederai
manusia tidak pantas dipelajari. Oleh karena itu, al- Qur,an melarang manusia mempelajari
ilmu sihir, karena ilmu tersebut tidak dapat mendatangkan manfaat bahkan sebaliknya; ia
dapat memudaratkan manusia. Maka ilmu yang pantas di pelajari adalah ilmu yang
berdampak positif terhadap manusia, baik dalam menjalani kehidupan dunia ataupun dibalik
kehidupan ini. 3

Kemudian kata darasa secara harfiah selalu diartikan kepada “mempelajari”,


seperti yang terlihat dalam firman Allah:

“Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami agar orang-


orang musyrik mengatakan, “Engkau telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli
Kitab),” dan agar Kami menjelaskan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang
mengetahui (QS. Al-An’am: 105).
Kata darasta dalam ayat ini berarti “engkau telah mempelajari”. seperti yang
terlihat dalam makna ungkapan darasa al-daaru yang semakna dengan baqiya
athruhaa (rumah itu masih ada bekasnya). Maka ungkapan darastu al-‘ilma sama
artinya dengan tanawaltu athrahu bi al-hifzi (saya memperoleh bekasnya dengan
menghafal). Berangkat dari makna harfiyah ini, maka belajar dapat di defenisikan
kepada suatu kegiatan pencarian ilmu, di mana hasilnya berbekas dan berpengaruh
terhadap orang yang mencarinya. Artinya, belajar tidak hanya sekeder aktivitas tetapi ia
mesti mendatangkan pengaruh atu perubahan pada orang yang belajar tersebut.4

Berdasarkan konsep ta’allama dan darasa di atas, maka hakikat belajar itu
adalah pencarian dan perolehan ilmu di mana ia mendatangkan manfaat atau perubahan
kepada si pelajar, serta memperoleh darinya perubahan yang terjadi pada perilaku
seseorang.

3
Ibid. Yusuf kadar. h. 35-36
4
Ibid. h. 37
4
2. Konsep Mengajar
Secara harfiah kata “mengajar” diartikan kepada “memberikan pelajaran”.
Artinya, mengajar sebagai suatu pekerjaan melibatkan berbagai hal, yaitu guru -sebagai
pengajar, materi pelajaran, dan pelajar.
Menurut Maswan dan Khoirul Muslimin (2011: 219) mengajar adalah memberi
pelajaran kepada sesorang (peserta didik) dengan cara melatih dan memberi petunjuk
agar mereka memperoleh sejumlah pengalaman. 5
Dalam Al Quran tentang mengajar menggunakan kata ‘allama. Luis Ma’luf
mengartikan kata ‘allama itu kepada “membuat orang mengetahui”, maka ungkapan
‘allama al-ustaazu al-tullab dapat diartikan kepada ustaz membuat mahasiswa itu
mengetahui.
Dengan demikian mengajar dapat diartikan kepada suatu aktifitas atau kegiatan
yang dilakukan seseorang yang dapat membuat orang lain mengetahui atau menguasai
suatu ilmu. Kegiatan itu meliputi kegiatan interaksi aktif antara kedua belah pihak antara
pengajar dan pelajar.
Konsep mengajar dalam islam terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Tarbiyah
Istilah tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara, menjaga,
dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang, dan tumbuhan.
Konsep tarbiyah sangat tepat digunakan dalam memaknai pendidikan Islam yang
lebih menekankan upaya pembentukan manusia agar menjadi generasi yang
berkualitas dan berkepribadian luhur.
Firman Allah QS. Al Isra’ : 24 :

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah.'Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil"

Dengan demikian, tarbiyah lebih diarahkan pada penerapan bimbingan,


perlindungan, pemiliharaan, dan curahan kasih sayang pendidik kepada anak
didiknya. Bimbingan diarahkan pada pemberian tuntutan bagi pembentukan sikap

5
Maswan & Khairul Muslimin. Tekhnologi Pendidikan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2017) h. 83
5
dan perilaku yang baik hingga anak didik dapat menemukan jalan hidupnya sesuai
dengan nilai-nilai ajaran agama.6
b. Ta’lim
Konsep ta’lim secara etimologi yaitu proses transfer ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan ini ta’lim sering dipahami sebagai proses bimbingan yang
mengedapankan aspek peningkatan intelektualitas peserta didik. Konsep ta’lim yang
lebih menekankan pada transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, bagaimanpun
harus dikaitkan dengan nilai-nilai Ilahiah. Maka, tidak heran bila dalam konsep
ta’lim pengetahuan tidak bebas nilai. Ini karena, ia harus selalu terikat dengan nilai-
nilai Ilahiah yang bermanfaat bagi anak didik secara keseluruhan.
Menurut Abdul Fattah Jalal (dalam Arif Hidayat: 2016), konsep ta’lim
merupakan proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung
jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran,
sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat
bagi dirinya (keterampilan).
Mengacu pada definisi ini ta’lim berarti adalah usaha terus-menerus manusia
sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi “tidak tahu” ke posisi “tahu” seperti
yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78 yang artinya:
Artinya:“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati agar kamu bersyukur”.7
Tujuan dan ideal konsep ta’lim bukan sekadar untuk menigkatkan potensi
dan skill mereka, melainkan pula sebagai bentuk kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan. Tidak heran bila konsep ta’lim mengacu pada pengembangan
kemampuan potensi fitrah manuisia berupa potensi akal (intelektual), sikap
(emosional), dan akhlak (spiritual) yang terintegrasi secara holistik.
c. Ta’dib
Pendidikan dalam konsep ta’dib, sebenarnya merujuk pada sabda Rasulullah
saw. yang berbunyi: “Aku dididik oleh Tuhanku, maka Ia memberikan kepadaku
sebaik-baik pendidikan” (Al Hadist). Pertanyaan ini menegaskan bahwa Allah
merupakan pendidik yang Agung yang memberikan pendidikan terbaik kepada
Rasulullah. Melalui peran Rasulullah, kita mendapat pendidikan yang diamanatkan

6
Arif Hidayat. Al-Islam Studi Al-Qur’an/ Kajian Tafsir Tarbawi.Yogyakarta: Deepublish. 2016. h. 52
7
Ibid. Arif Hidayat . h. 53
6
kepada orang tua sebagai lembaga pendidikan utama bagi anak didik untuk
mendapatkan bimbingan, pengayoman, dan arahan yang baik tentang kehidupan ini.
Sebagai pendidik agung, Allah dan Rasulullah merupakan cerminan utama
dari pencapaian pendidikan yang berlandaskan pada etika dan akhlak, sehingga
menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia. Konsep ta’dib diambil dari makna
addaba dan derivasinya yang berarti mendidik bila maknanya dikaitkan satu sama
lain akan menunjukkan pengertian pendidikan yang integratif.8

Oleh sebab itu, maka proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematik,
artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa di tempat belajar dengan melibatkan sub-
sub, bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan.

B. PERKEMBANGAN MEDIA PENDIDIKAN


Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memeperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu bertambah
dengan adanya buku. Pada masa itu kita kenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang
tercatat sebagai orang pertamayang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak
sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualis Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku ini dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa
“tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan”.
Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana yang dapat memberikan
perangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi peserta didik melalui semua
indera pandang-benar.9
Kalau kita amati lebih cermat, pada mulanya media pembelajaran hanya dianggap
sebagai alat bantu mengajar guru (Teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu
visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman
konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan rentensi belajar siswa.
Sekitar abad ke-20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan
audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat
pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgas Dale
membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang
paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman”

8
Naquib Al- Attas dalam Arif Hidayat: 2016: 52-53
9
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Cet. VII. Jakarta : Raja Grafindo. 2003). h. 6
7
(Cone Of Experience). Ketika itu pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,
sehingga pendapat Dale itu tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling
sesuai dengan memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa. 10
Adapun 11 kalsifikasi tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai
yang paling abstrak (kerucut pengalaman) Edgar Dale yaitu :
1. Pengalaman Langsung, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kontak langsung dengan
lingkungan, objek, binatang, manusia, dan sebagainya, dan merupakan bentuk
pembelajaran paling real yang bisa dialami oleh peserta didik.
2. Pengalaman Tiruan, yaitu pengalam yang diperoleh melalui interaksi dengan model,
benda tiruan, atau stimulasi dari realitas yang asli.
3. Pengalaman Dramatisasi, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui permainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama sosial yang mencerminkan objek asli yang
hendak dipelajari.
4. Demonstrasi, yaitu pengalaman yang diperoleh dari sebuah pertunjukan.
5. Darma Wisata- Pemeranan, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata dan
sebuah pengalaman yang diperoleh dari pameran.
6. Televisi-gambar bergerak, yaitu pengalaman yang diperoleh melaui televise pendidikan-
dan dipeoleh melaui gambar, film hidup, ataupun bioskop tentang hal yang dipelajari.
7. Rekaman Audio-Visual, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekamansuara atas suatu objek yang sedang dipelajari. Juga pengalaman yang diperoleh
dari sesuatu yang dapat dilihat seperti grafik, bagan, atau diagram
8. Verbal/Kata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata dan
merupakan pengalaman belajar yang paling rendah tingkat visualisasinya bagi peserta
didik.11

Pada akhir tahun 1950, tori Komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia pendidikan, alat
audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi
sebagai penyalur pesan belajar. Syangnya, waktu itu faktor siswa yang merupakan
komponeb utama dalam pembelajaran belum mendapat perhatian khusus.

10
Aristo Rahadi. Media Pembelajaran. (Cet. I Jakarta : Departemen Pendidikan nasional. 2003). h. 11
11
Rudi Susilana & Cepi Riyana, Media Pembelajaran. (Bandung : CV. Wacana Prima, 2009), h. 7

8
Pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama
dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong
diciptakannya media yang dapat mengubah tungkah laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah
diciptakannya Teach-ing machine (mesin pengajaran) dan programmed instruction
(Pembelajaran Terprogram).12
Pada tahun 1965-1970-an, pendekatan system (Sistem approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan system ini
mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Media
yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang
untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan belajar
mengajar.13
Perkembangan media pembelajaran memang mengikuti perkembangan tekhnolgi
pendidikan. Apabila ditelaah lebih lanjut berkembangnya paradigm dalam tekhnologi
pendidikan mempengaruhi perkembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Dalam paradigm pertama, media pembelajaran sama dengan alat peraga audio visual
yang dipakai oleh instruktur untuk melaksanakan tugasnya.
2. Dalam paradigm kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan secara
sistemik serta berpegang kepada kaidah komunikasi
3. Dalam paradigm ketiga, media dipandang sebagai bagian integral dalam system
pembelajaran dan karena itu menghendaki adanya perubahan pada komponen-
komponen lain dalam proses pembelajaran.
4. Dalam paradigm keempat, media pembelajaran lebih dipandang sebagai salah satu
sumber yang dengan sengaja den bertujuan dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk
keperluan belajar.

Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media hedaklah kata tersebut
diartikan dalam pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar
serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (peserta didik).
Sebagai penyaji informasi dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa
mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain

12
Aristo Rahadi, Media Pembelajaran…., h. 12
13
Ibid. h. 13
9
dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media
meskipun tanpa keberadaan guru.

C. PENGGGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR


Media pembelajaran merupakan suatu alat Bantu yang tidak bernyawa. Sehingga
agar penggunaan media pembelajaran dapat maksimal, guru harus pandai memanfaatkan
dan mengembangkannya dalam proses belajar mengajar. Dengan media pembelajaran,
kualitas belajar menjadi meningkat karena tidak hanya guru yang aktif memberikan materi
kepada siswa tetapi siswa juga dapat aktif di dalam kelas dan terlibat langsung dalam
proses pembelajarannya sehingga siswa menjadi lebih mudah menerima materi yang
disampaikan oleh guru dengan baik. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media
pembelajaran menjadi beberapa kategori, seperti:
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai alat bantu guru
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan dalam
proses belajar mengajar melainkan supaya lebih menarik perhatian siswa agar semangat
untuk belajar.
3. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar.
4. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu proses
belajar mengajar.

Ketika fungsi-fungsi media pelajaran itu diaplikasikan ke dalam proses belajar


mengajar, maka terlihatlah media peranannya sebagai berikut:
1. Sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
2. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh
parasiswa dalam proses belajarnya.
3. Media sebagai sumber belajar bagi siswa.

10
Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan
mempergunakan media dalam proses belajar mengajarnya agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media.


2. Persiapan guru. Pada langkah ini guru memilih dan memanfaatkan media pembelajaran
yang akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Persiapan kelas. Pada langkah ini, siswa atau kelas harus mempunyai persiapan dalam
menerima pelajaran dengan menggunakan media tertentu.
4. Langkah penyajian dan pemanfaatan media. Pada langkah ini, penyajian bahan
pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan media pembelajaran.
5. Langkah kegiatan belajar siswa. Pada langkah ini, siswa belajar dengan memanfaatkan
media pengajaran.
6. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini, kegiatan belajar di evaluasi sampai
sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, sekaligus menilai sejauh mana pengaruh
media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
siswa14.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan adanya
mediapembelajaran:

1. Proses belajar mengajar menjadi mudah dan menarik


Dengan adanya media pembelajaran, guru dapat menyampaikan materi pembelajaran
menjadi menarik dan mudah dimengerti oleh siswa. Sehingga siswa dapat mengerti dan
memahami pelajaran dengan mudah.
2. Efisiensi belajar siswa dapat meningkat
Siswa yang belajar dengan menggunakan media maka kegiatan belajarnya akan
menjadi lebih efisien karena sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, guru
dapat terbantu untuk menjelaskan hal2 yang sulit atau bahkan memakan waktu yang
lama dengan menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantunya. Sehingga, siswa
akan lebih mudah dan cepat paham akan materi yang dijelaskan. Dengan begitu,
kegiatan belajar mengajar siswa akan menjadi lebih efisiensi lagi.

14
https://www.academia.edu/3990309/Penggunaan_Media_Sumber_Belajar_Dalam_Proses_Belajar_Meng
ajar. Diakses pada 6 Mei 2021.

11
3. Membantu konsentrasi belajar siswa
Media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa dapat
membantu konsentrasi belajar siswa di dalam kelas dalam menerima materi yang
diberikan oleh guru. Siswa tidak merasa bosan dalam belajar di dalam kelas karena
dengan menampilkan media pembelajaran siswa akan menjadi senang berada di dalam
kelas untuk belajar dengan baik.
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga
ketika guru menyampaikan materi di dalam kelas maka perhatian siswa terhadap
pelajaran dapat meningkat. Guru dapat menampilkan media pembelajaran yang
menarik perhatian siswa sebelum pembelajaran di mulai.
5. Memberikan pengalaman menyeluruh dalam belajar
Dalam proses pembelajaran, siswa bukan hanya memahami hal absrak yang di
sampaikan guru tetapi siswa juga harus memahami secara nyata dari materi tersebut.
Dengan menggunakan media pembelajaran, dapat membantu siswa agar lebih
memahami materi secara keseluruhan. Sehingga guru dan siswa mempunyai
pengalaman yang sama dalam belajar.
6. Siswa terlibat dalam proses pembelajaran
Dengan menggunakan media, proses pembelajaran akan berlangsung dengan
baik karena bukan hanya guru yang terlibat aktif dalam proses belajar mengajarnya
namun siswa juga aktif untuk mengikuti dan terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa
bukan hanya sebagai objek tetapi menjadi subjek dalam kegiatan belajar dimana siswa
memiliki kesempatan untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya melalui aktivitas dalam proses pembelajaran. 15

15
Bungsu, R’a Putra. “Penggunaan Media Sumber Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar”.
www.academia.edu,

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa poinpenting,
yaitu:
1. Proses belajar mengajar pada hakikatnya ialah kegiatan interaksi yang saling
memengaruhi antara guru dan murid dalam rangka mencapai tujuan pengajaran,
baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Serta Sumber pokok
utama belajar mengajar dalam pandangan Al-Qur’an yaitu Al-Qur’an itu sendiri,
kemudian Hadits Nabi SAW, dan ditambah dengan alam semesta.
2. Perkembangan media pembelajaran dimulai pada abad ke-20 hinnga sekarang
semakin berkembang pesat dan dijadikan sebagai alat bantu guru dalam
mengajar. Pada mulanya media pembelajaran hanya dianggap sebagai alat bantu
mengajar guru. Serta alat bantu yang digunakan guru menjadi sesuatu yang
dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan sengaja den bertujuan
dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
3. Media pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena
itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan dengan beberapa alasan
yaitu berkenaan dengan maanfaat media pembelajaran itu sendiri dan sesuai
dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berpikir konkret menuju abstrak,
dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks.

B. Saran
Dengan mempelajari pengertian dan konsep belajar mengajar serta
perkembangan media pembelajaran termasuk penggunaannya dalam pelaksanaan
prose belajar mengajar diharapkan pembaca dapat memahami tentang media
pembelajaran dengan baik, dan dapat menerapkan media pembelajaran secara tepat
sehingga proses belajar mengajar berjalan sesuai rencana pembelajaran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arif Hidayat. Al-Islam Studi Al-Qur’an/ Kajian Tafsir Tarbawi.Yogyakarta Deepublish.

2016

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Cet. VII. Jakarta : Raja Grafindo. 2003

Aristo Rahadi. Media Pembelajaran. Cet. I Jakarta : Departemen Pendidikan nasional. 2003

Bungsu, R’a Putra. “Penggunaan Media Sumber Belajar Dalam Proses Belajar

Mengajar”.www.academia.edu,

Hamzah,. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 2008

https://www.academia.edu/3990309/Penggunaan_Media_Sumber_Belajar_Dalam_Proses_Bel
ajar_Mengajar. Diakses pada 6 Mei 2021.

Maswan & Khairul Muslimin. Tekhnologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2017

Rudi Susilana & Cepi Riyana, Media Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima, 2009

Yusuf Kadar. Tafsir Tarbawi. Jakarta: Imprint Bumi Aksara. 2013

1
.

Anda mungkin juga menyukai