Anda di halaman 1dari 77

BUNDEL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

Disusun Oleh :

Unit 1

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
SEMESTER GANJIL 2021-2022
LEMBAR PENGENALAN

Penyusun

Ade Wahida Paradilla (190704014)

Azurra Aprillya (210704005)

Teuku Baihaqi Alamsyah (210704003)

Maulidhia Syifa (210704004)

Win Win Titian Anggasani (210704008)

Maulidia Rahmah (210704012)

Mayshitah Fauzi (210704001)

Farhan Fadhillah (210704011)

Yulia Elfina (210704014)

Melna Nilva (210704015)

Shintia Karmila (210704013)

Wilda Athiya (210704002)

Waraqil Jannah Fhonna (210704007)

Iqbal Rinaldi (210704009)

Khairunnisa Br Ginting (180704019)

Rivanda Rikiansyah (210704010)

Editor:

Win Win Titian Anggasani (210704008)

KATA PENGANTAR
i
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada baginda besar
Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Muammar Yulian, M.Si selaku dosen pengampun praktikum kimia dasar 1. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium praktikum kimia dasar 1.

Penulis menyadari bahwa bundel laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
bundel laporan ini.

Banda Aceh, 01 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
Percobaan 1.............................................................................................................................1
PENENTUAN RUMUS EMPIRIS.......................................................................................1
Percobaan 2...........................................................................................................................11
TITRASI ASAM BASA.......................................................................................................11
Percobaan 3...........................................................................................................................26
KESETIMBANGAN KIMIA..............................................................................................26
Percobaan 4...........................................................................................................................40
REAKSI-REAKSI KIMIA..................................................................................................40
Percobaan 5...........................................................................................................................51
KINETIKA KIMIA.............................................................................................................51
Percobaan 6...........................................................................................................................63
UJI MOLEKUL HAYATI...................................................................................................63

iii
Percobaan 1

PENENTUAN RUMUS EMPIRIS

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari rumus empiris suatu senyawa
dan untuk menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.

II. DASAR TEORI


Rumus kimia yaitu untuk menyatakan komposisi molekul-molekul dan senyawa
ion dalam lambang-lambang kimia. Molekul merupakan kumpulan (suatu agresi)
yang terdiri dari sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu yang terikat bersama
ikatan kimia. Rumus molekul yaitu atom-atom dari setiap unsur di dalam unit terkecil
suatu zat. Rumus empiris merupakan rumus kimia yang paling sederhana untuk
memperkecil subskrip pada rumus molekul menjadi bilangan bulat terkecil. Beberapa
contoh dari rumus molekul dan rumus empiris yaitu itu Air (H2O), Amonia (NH3),
Karbondioksida (CO2), dan Metana (CH4) (Chang, 2004).
Segala sesuatu materi yang susunan, struktur, sifat dan perubahannya serta energi
yang menyertai perubahannya. Kimia sangat erat berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Ilmu kimia mengandung tentang hafalan dan berisi rumus-rumus yang
digunakan dalam memecahkan soal-soal hitungan kimia. Ilmu kimia juga membahas
tentang menghitung jumlah mol zat, mengkonversikan jumlah mol menjadi jumlah
partikel, masa dan volume. Ilmu kimia juga digunakan untuk menentukan rumus
empiris, rumus molekul, menentukan rumus senyawa hidrat, menentukan komposisi
atom dan menentukan banyak zat pereaksi atau hasil reaksi dari perhitungan kimia
(Sudirman, 2021).
Salah satu bahan pencemaran yang menjadi indikator untuk mendeteksi
terjadinya pencemaran tanah adalah cemaran logam berat. Faktor yang menyebabkan
logam berat termasuk dalam zat pencemaran karena adanya sifat logam berat yang
tidak dapat terurai. Asam nitrat banyak digunakan untuk mempercepat proses
1
destruksi dan merupakan oksidator yang kuat. HNO3 berperan sebagai pengoksidasi
karena HNO3 adalah pelarut logam yang baik. Penggunaan HNO3 untuk mendestruksi
zat organik dan ditambahkan dengan HCl, di mana HCl bertindak sebagai oksidator
sehingga dapat mengubah logam menjadi senyawa logam klorida dan diubah menjadi
kompleks anion yang stabil (Asmorowati et al, 2020).

2
III. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan penguap, kaca
arloji, pipet tetes, gelas ukur, neraca analitik, spatula, bunsen, kawat kasa, dan kaki
tiga.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah serbuk logam Cu, dan
Asam nitrat (HNO3).

IV. PROSEDUR KERJA

Logam Cu

- Dicuci dan dikeringkan cawan penguap


- Ditimbang
- Dimasukkan 0,5 gr serbuk logam Cu
- Ditambahkan dengan 10 mL HNO3 4 M
- Ditutup dengan kaca arloji
- Dipanaskan diatas nyala bunsen sampai terbentuk endapan/kristal
berwarna hitam
- Didinginkan
- Ditimbang
- Dihitung berat kristal hitam dan ditentukan rumus empirisnya

Hasil

3
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan
N Perlakuan Pengamatan
O
1. Dicuci dan di keringkan cawan Serbuk logam Cu berwarna merah bata dan
penguap
2. Ditimbang HNO3 tidak berwarna, ketika Cu
ditambahkan
3. Dimasukkan 0,5 gr serbuk logam Cu HNO3 tidak terjadi perubahan warna.
4. Ditambahkan dengan 10 ml HNO3 4 M Kemudian pada saat dipanaskan terjadi
5. Ditutup dengan kaca arloji perubahan warna menjadi biru dan
menimbukan bau yang sangat menyengat.
6. Dipanaskan diatas nyala bunsen sampai Mengeluarkan gas NO2, setelah lama
terbentuk endapan/kristal berwarna dipanaskan larutan mengering dan
hitam terbentuk endapan/kristal hitam,
menghasilkan produk CuO.
7. Didinginkan Temperatur menurun
8. Ditimbang 33,2340 gr
9. Dihitung berat kristal hitam dan Berat kristal hitam 0,6595 gr dan rumus
ditentukan rumus empiris nya empiris nya 1: 4

5. 2 Reaksi Percobaan

Cu(s) +4HNO3(aq) Cu (NO3)2 (aq) + 3NO2(li) + 2H2O(li)


setaranya
2Cu(s) + (NO3)2 (aq) 2CuO(s) + 2NO3(li) + 3O2 (g)

5. 3 Perhitungan

4
 Massa Kristal = Massa Cawan - Massa Cawan Kosong
= 33,2340 gr – 32,5745 gr
= 0,65 gr

 Massa O = Massa Kristal - Massa CU


= 0,65 gr – 0,5 gr
= 0,14 gr

MassaCU
 Mol CU =
Ar CU
0,5 gr
= 63,5 gr

= 0,008 gr

MassaO
 Mol O =
Ar O
0,14 gr
= 16 gr

= 0,01 gr

 Rumus Empiris = Mol CU : Mol O

= 0,008 : 0,009375
= 0,01 : 0,01
= 1 : 1

 Massa CuO = 0,008 x 79,5 = 0,636 gr

5
massa teori−massa praktek
 Persen Mutlak = x 100%
massa teori

0,636 gr −0,65 gr
= x 100%
0,636 gr
= 0,02 gr x 100%
= 2%

6
VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan percobaan ini membahas tentang


penentuan rumus empiris dan bertujuan untuk mencari rumus empiris dan bertujuan
untuk mencari rumus empiri suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa
tersebut. Menurut Chang (2004), rumus empiris merupakan rumus kimia yang paling
sederhana untuk memperkecil subskrip pada rumus molekul menjadi bilangan bulat
terkecil. Beberapa contohnya yaitu Air (H2O), Amonia (NH3), Karbon dioksida
(CO2), dan Metana (CH4). Rumus molekul adalah ungkapan yang menyatakan jenis
dan jumlah atom dalam suatu senyawa yang merupakan satu kesatuan sifat. Jika
dihubungkan dengan rumus empiris, maka rumus molekul diartikan sebagai kelipatan
dari rumus empirisnya.
Percobaan ini dilakukan dengan direaksikan 0,5 gr serbuk logam Cu dengan
HNO3, serbuk logam Cu berwarna merah bata dan HNO 3 tidak berwarna jadi ketika
keduanya dicampurkan tidak terjadi perubahan warna. Serbuk logam Cu mudah larut
ketika direaksikan dengan HNO3 karena HNO3 berperan sebagai pengoksidasi, yaitu
pelarut logam yang baik. Menurut Asmorowati (2020), Asam nitrat (HNO3) sangat
banyak digunakan untuk mempercepat proses destruksi logam berat dan merupakan
oksidator yang kuat. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan pemanasan. Proses
pemanasan dilakukan sampai endapan/kristal hitam terbentuk, pemanasan berguna
untuk mengeluarkan gas NO2.
Gas NO2 merupakan hasil dari reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara saat
pembakaran, terutama pada suhu tinggi. Menurut Slamet (2009), nitrogen dioksida
(NO2) merupakan salah satu komponen utama yang mempengaruhi kualitas udara,
NO2 juga merupakan gas yang beracun berwarna cokelat kemerahan dan berbau
tajam, pengaruh dari gas NO2 dalam konsentrasi tinggi terhadap lingkungan akan
menyebabkan udara terlihat kecokelatan.
Perubahan warna yang terjadi pada saat dipanaskan yaitu warna merah bata
menjadi warna biru, dan setelah lama dipanaskan terbentuk endapan/krital berwarna
hitam. Kristal berwarna hitam yaitu produk yang dihasilkan dari proses pemanasan,

7
produk tersebut yaitu CuO (Tembaga (II) dioksida). Percobaan ini mengalami proses
reaksi kimia. Reaksi kimia merupakan proses berubahnya pereaksi menjadi hasil
reaksi (produk). Tanda-tanda terjadinya reaksi pada percobaan ini yaitu perubahan
suhu, disebabkan karena adanya pemutusan ikatan-ikatan antar atom pereaksi dan
pembentukan ikatan-ikatan baru yang membentuk produk. Perubahan warna
disebabkan karena adanya pemutusan ikatan-ikatan antar reaktan dan pembentukan
ikatan-ikatan baru yang membentuk produk. Perubahan gas, ditandai dengan adanya
gelembung-gelembung dan bau yang khas paa larutan. Jadi hasil akhir yang diperoleh
yaitu rumus empirisnya didapatkan perbandingan 1 : 1 dan rumus molekul CuO
(Tembaga (II) dioksida).

8
VII. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah rumus empiris yang didapatkan yaitu
CuO (Tembaga (II) oksida) dan rumus molekul yang ditetapkan yaitu 1 : 1.
Menghasilkan rumus molekul CuO dari perbandingan tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asmorowati, D.S., Sri, S. S., dan Ida, I. K. (2020). Perbandingan Metode Destruksi
Basah dan Destruksi kering Untuk Analisis dalam Tanah di Sekitar
Laboratorium Kimia FMIPA UNNES. Indonesia Journal Of Cheminal
science. 9(3) :170-171.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta

Surdiman. (2021). Identifikasi Pemahaman Materi Stoikiometri Pada Mahasiswa


Baru Pendidikan Kimia FKip Undana. Jurnal Beta Kimia. 1(1) : 1-6.

10
Percobaan 2
TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menstandarisasi larutan
penitrasi dan untuk mengetahui konsentrasi sampel.

II. DASAR TEORI


Titrasi asam basa merupakan proses penentuan banyaknya larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui. Indikator asam basa indikator asam basa merupakan
asam atau basa organik yang memiliki satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi daripada suatu warna lain jika konsentrasinya lebih rendah. Indikator asam
basa bisa berubah warna jika pH nya berubah. Titrasi asam basa adalah titrasi yang
melibatkan pengukuran volume volume suatu asam dan suatu bahasa yang tepat dan
saling menetralkan. Titrasi asam basa maupun basa adalah elektrolit kuat larutan pada
titik ekivalen akan menghasilkan pH 7 (Sundari, 2016).
Analisis volumetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif. Penggunaan
analisis volumetri dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang ada dalam
larutan. Analisis volumetri sangat ditentukan dengan adanya indikator yang tepat
sehingga menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Indikator yang digunakan harus
bisa memberikan perubahan warna. Indikator harus berubah warna tepat pada saat
titran menjadi ekivalen dengan titrat (Harjanti, 2008).
Titrasi asam basa merupakan cara untuk menentukan konsentrasi asam dan basa
menggunakan larutan standar titrasi asam basa dapat digunakan untuk perubahan
besar dalam pH supaya dapat menetapkan titik Akhir. Larutan standar bisa berupa
asam basa atau basa yang konsentrasi sudah diketahui. Indikator yang sering
digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator fenolftalein. Terdapat beberapa
indikator alami yang diekstrak dari buah-buahan dedaunan maupun bunga-bungaan
(Pratama et al, 2015).

11
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, pipet volume,
buret, statif dan klem, gelas ukur, labu takar, botol aquades, dan beaker glass.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam oksalat
(H2C2O4), Natrium hidroksida (NaOH), Indikator fenofltalein (C 20H14O4), sari jambu,
dan sari jeruk.

IV. PROSEDUR KERJA

4. 1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N


N
NaOH

- Dipipet 10 mL H2C2O4 0,1 M


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 3 tetes indikator fenolflatein
- Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sehingga terjadi
perubahan warna menjadi merah lembayung
- Dicatat volume NaOH yang dipakai
- Diulangi perlakuan yang sama sebanyak tiga kali

Hasil

12
4. 2 Standarisasi larutan NaOH 0,1 N

Sampel

- Dipipet 10 mL sampel
- Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
- Diencerkan dengan aquades sampai garis batas
- Dihomogenkan
- Dipipet 10 mL sampel yang diencerkan dari labu takar
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 3 tetes indikator fenolflatein
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sehingga terjadi perubahan warna
menjadi merah lembayung
- Dicatat volume NaOH yang terpakai
- Diulangi perlakuan yang sama sebanyak tiga kali

Hasil

13
V. DATA HASIL PENGAMATAN
V. I Data Percobaan
Tabel 5. 1. 1 Data Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M
No Volume H2C2O4 0,1 M PP (tetes) Volume NaOH
(mL) 0,1 N (mL)
1 10 3 V1 =13,7
2 10 3 V2 =13,7
3 10 3 V3 = 13,7
Vrata-rata = 4,3

Tabel 5. 1. 2 Standarisasi Sari Jeruk


No Volume Sari Jeruk PP (tetes) Volume NaOH
(mL) 0,1 N (mL)
1 10 3 V1 = 5
2 10 3 V2 = 4
3 10 3 V3 = 4
Vrata-rata = 4,3

Tabel 5. 1. 3 Standarisasi Sari Jeruk


No Volume Sari Jeruk PP (tetes) Volume NaOH
(mL) 0,1 N (mL)
1 10 3 V1 = 2
2 10 3 V1 = 2
3 10 3 V1 = 1
Vrata-rata = 1,6

V. II Reaksi Percobaan

14
5. 2. 1 Reaksi percobaan standarisasi larutan NaOH 0,1N
dititrasi
1. C2H2O4(li) + 2H2O(li) + 3 tetes pp → larutan bening + NaOH(li) →
larutan merah lembayung

dititrasi
2. C2H2O4(li) + 2H2O(li) + 3 tetes pp → larutan bening + NaOH(li) →
larutan merah lembayung

dititrasi
3. C2H2O4(li) + 2H2O(li) + 3 tetes pp → larutan bening + NaOH(li) →
larutan merah lembayung

5. 2. 2 Reaksi percobaan standarisasi sari jeruk 10 mL


dititrasi
1. Sari jeruk + H2O(gas) + 3 tetes pp → larutan kuning + NaOH(li)
→ larutan pink seulas

dititrasi
2. Sari jeruk + H2O(gas) + 3 tetes pp → larutan kuning + NaOH(li)
→ larutan pink seulas
dititrasi
3. Sari jeruk + H2O(gas) + 3 tetes pp → larutan kuning + NaOH(li)
→ larutan pink seulas

5. 2. 3 Reaksi percobaan standarisasi sari jeruk 10 mL


dititrasi
1. Sari jeruk + H2O(gas) + 3 tetes pp → larutan kuning + NaOH(li)
→ larutan pink seulas
15
dititrasi
2. Sari jeruk + H2O(gas) + 3 tetes pp → larutan kuning + NaOH(li)
→ larutan merah lambayung

dititrasi
3. Sari jeruk + H2O(gas) + 3 tetes pp → larutan kuning + NaOH(li)
→ larutan merah lembayung

5. 3 Perhitungan
5. 3. 1 Standarisasi NaOH 0,1 N
Dik : V1 = 10 mL
V2 = 13,7 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 13,7 . 0,1
13,7
N1 =
10
N1 = 0,137 N

16
Dik : V1 = 10 mL
V2 = 13,7 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 13,7 . 0,1
13,7
N1 =
10
N1 = 0,137 N

Dik : V1 = 10 mL
V2 = 13,7 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 13,7 . 0,1
13,7
N1 =
10
N1 = 0,137 N

5. 3. 2 Standarisasi Sari Jeruk


Dik : V1 = 10 mL
V2 = 5 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 5 . 0,1
0,5
N1 =
10
N1 = 0,05 N
17
Dik : V1 = 10 mL
V2 = 4 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 4 . 0,1
0,4
N1 =
10
N1 = 0,04 N

Dik : V1 = 10 mL
V2 = 4 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 4 . 0,1
0,4
N1 =
10
N1 = 0,04 N

5. 3. 3 Standarisasi Sari Jeruk


Dik : V1 = 10 mL
V2 = 2 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 2 . 0,1
0,2
N1 =
10
18
N1 = 0,02 N
Dik : V1 = 10 mL
V2 = 2 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 2 . 0,1
0,2
N1 =
10
N1 = 0,02 N

Dik : V1 = 10 mL
V2 = 1 mL
N2 = 0,1 N
Dit : N1 ?
Jawab : V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 1 . 0,1
0,1
N1 =
10
N1 = 0,01 N

VI. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan salah satu cara cara untuk menentukan konsentrasi larutan
suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya titrasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu titrasi redoks, secara
umum titrasi redoks ada tiga macam yaitu titrasi iodometri titrasi iodimetri dan titrasi
permanganometri. Titrasi kompleksasi, titrasi ini merupakan jenis titrasi dengan
reaksi kompleksasi atau pembentukan kompleks. Titrasi argentometri, merupakan
jenis titrasi yang digunakan khusus untuk reaksi pengendapan, titrasi yang digunakan
19
dalam percobaan ini adalah titrasi asam basa. Titrasi asam basa merupakan metode
analisis kuantitatif yang berdasarkan reaksi asam basa. Titrasi asam basa terbagi
menjadi dua yaitu alkalimetri dan asidimetri. Alkalimetri adalah analisis (volumetri)
yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar. Sedangkan asidimetri adalah
analisis (volumetri) yang menggunakan asam basa sebagai larutan standar. Perbedaan
alkalimetri dengan asidimetri adalah proses titrasi asidimetri dan alkalimetri
merupakan salah satu proses titrasi netralisasi.
Asidimetri merupakan suatu titrasi terhadap larutan basa bebas atau garam yang
berasal dari basa lemah dengan larutan standar asam, dalam proses ini terjadi
penggabungan ion H+ dengan ion H- membentuk molekul air, sedangkan alkalimetri
merupakan suatu proses titrasi larutan asam bebas atau larutan garam yang yang
berasal dari asam lemah dengan larutan standar biasa. Berdasarkan teori Ika (2009),
titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu metode yang
menggunakan larutan yang disebut titran, dan dilepaskan dari perangkat keras yang
disebut. Titran merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya
berada di dalam buret, sedangkan titrat merupakan larutan yang akan dicari
konsentrasinya dengan direaksikan dengan titran, titrat biasanya berada dalam
erlenmeyer. Titrasi dapat dilihat karena terjadi suatu perubahan warna, perubahan
warna ini dihasilkan oleh larutan standar nya sendiri, Hal ini disebabkan karena
penambahan suatu zat yang disebut sebagai indikator. indikator merupakan sesuatu
yang dapat digunakan sebagai petunjuk atau standar dasar dalam mengukur adanya
perubahan yang ditandai dengan perubahan warna. Indikator yang digunakan dalam
percobaan ini adalah indikator fenolftalein. Percobaan titrasi asam basa menggunakan
metode titrasi alkalimetri yang dimana titran berada dalam buret, yaitu larutan NaOH,
sedangkan titrat berada di dalam erlenmeyer yaitu larutan asam oksalat, dan juga
menggunakan sampel. Percobaan ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu yang pertama
menstandarisasi larutan NaOH, menstandarisasi larutan sari jambu air dan
menstandarisasi sari jeruk, akan tetapi karena tidak ada jambu air, maka standarisasi
sari jeruk dilakukan dua kali pengulangan.

20
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu menstandarisasi larutan NaOH, hal
yang pertama dilakukan yaitu larutan asam oksalat direaksikan dengan 3 tetes
indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan
warna. Perubahan warna yang terjadi yaitu menjadi warna merah lembayung. Titik
akhir titrasi merupakan titik saat indikator mengalami perubahan warna. Indikator
fenolftalein berfungsi sebagai indikator dimana pH tentunya terjadi perubahan warna
sehingga titik akhir titrasi. tercapai 3 kali pengurangan konsentrasi yang diperoleh
yaitu pada erlenmeyer 1 0,137 N, erlenmeyer 2 0,137 N, dan erlenmeyer 3 0,137 N.
Percobaan yang kedua yaitu itu standarisasi sampel. Sampel yang digunakan
adalah sari jeruk yang dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali pengulangan karena
tidak ada sampel sari jambu air titik menstandarisasi sari jeruk dilakukan dengan
pengenceran sampel sebanyak 60 mL dengan aquades. Setelah larutan sampel
diencerkan diukur dengan 10 mL dan dimasukkan pada setiap erlenmeyer dengan 10
mL sampel sari jeruk, kemudian direaksikan dengan 3 fenolftalein dan dititrasikan
dengan larutan NaOH. Didapatkan hasil pada erlenmeyer 1, 2, 3, dan 4 dengan warna
yang sama yaitu berwarna pink seulas, sedangkan pada erlenmeyer 5 dan 6
menghasilkan warna lebih pekat yaitu berwarna merah rose karena kelebihan larutan
NaOH. Konsentrasi yang diperoleh yaitu erlenmeyer 1 0,05 N, erlenmeyer 2 0,04 N,
erlenmeyer 4 0,02 N, erlenmeyer 5 0,02 N, dan erlenmeyer 6 0,01 N

VII. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah pada proses titrasi NaOH
dengan C2H2O4 memiliki volume larutan yang lebih banyak disbanding sari jeruk dan
sari jambu air. Konsentrasi dari masing-masing sampel memiliki nilai kurang lebih
0,1 M sesuai keterangan pada perhitungan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Harjanti, R. (2008). Pemungutan Kurkumin Dari Kunyit (Curcuma Domesica Val)


dan Pemakainnya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa
Proses.2 (2) : 50- 52.
Pratama, Y., Agung, T. R., dan Latifah. (2015). Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Indoseian Jurnal Of Chemical
Science. 4(2) :153
Sundari, R. (2016). Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurumin (Curcuma Domestica Val).
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Teknoin. 22(8) : 595-596

22
Percobaan 3

KESETIMBANGAN KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur konstanta kesetimbangan dari
reaksi antara.

II. DASAR TEORI


Kesetibangan kimia di dalamnya terdapat konsep pereaksi, hasil reaksi, reaksi
reversible, dan laju reaksi. Laju reaksi merupakan konsep dasar untuk memahami
kesetimbangan kimia dengan baik. Pada laju reaksi, pengaruh temperature melibatkan
konsep energi kinetik dan teori tumbukan, yaitu peningkatan temperature akan
23
meningkatkan kesepatan gerakan molekul. Peningkatan gerakan molekul akan
meningkatkan energi kinetik dan laju tumbukan molekul. Reaktan dapat bereaksi
menghasilkan produk jika molekul yang bertumbukan memiliki energi kinetik dan
total sama atau lebih besar dari energi aktivasi. Jidi, pada saat temperature dinaikkan,
molekul mempunyai energi kinetik yang cukup untuk melampaui energi aktivasi
sehingga tumbukan erektif yang terjadi semakin besar akibatnya laju reaksi semakin
besar (Umam et al, 2015).
Reaksi kimia pada dasarnya merupakan suatu reaksi kesetimbangan, yaitu reaksi
arah kekanan dan kekiri sama besar. Tetapan kecepatan reaksi kimia merupakan rasio
tetapan kecepatan reaksi kekanan dibagi dengan kecepatan reaksi ke kiri. Ketetapan
kesetimbangan berhubungan dengan kecepatan gerak molekul. Secara
termodinamika, kecepatan gerak molekul untuk bereaksi kimia disebut dengan energi
gibbs. Semakin besar energi gibbs maka reaksi kimia membutuhkan energi tambahan
karena gerak molekul yang lambat. Perubahan energi gibbs setara dengan perubahan
kesetimbangan kimia (Wibowo et al, 2014).
Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi maju dan reaksi
balik dari suatu zat sama besar. Konsentrasi reaksi (zat yang bereaksi) dan produk
(zat hasil reaksi) tetap, sehingga tidak berubah seiring berjalannya waktu.
Kesetimbangan kimia juga membahas proses terjadinya perubahan molekul zat yang
di pengaruhi oleh perubahan suhu. Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
merupakan proses kesetimbangan yaitu perubahan wujud cair, reaksi kesetimbangan
dalam tubuh, dan reaksi kesetimbangan dalam mulut. Pada umumnya reaksi-reaksi
kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), Ketika laju reaaksi
kekanan dan kekiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka
kesetimbangan reaksi tercapai (Dewi, 2009).

24
III. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, pipet volume,
bola karet, pipet tetes, gelas ukur, statif dan klem, buret, dan beaker glass.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam klorida (HCl),
Etanol absolut (C2H5OH), Asam asetat glasial (CH3COOH), dan Natrium hidroksida
(NaOH).

IV. PROSEDUR KERJA

NaOH

- Disediakan 5 erlenmeyer 125 mL


- Diisi masing-masing erlenmeyer dengan 5 mL HCl 2 M
- Ditambahakan etanol absolut kedalam masing-masing erlanmayer
dengan volume sebagai berikut:4 mL untuk erlanmayer II, 3 mL
25
untuk erlanmayer III, 2 mL untuk erlanmayer IV, dan 1 mL untuk
erlameyer V, sedangkan erlameyer I tidak ditambahkan etanol
absolut.
- Ditambahkan asam asetat glacial kedalam masing-masing
erlanmeyer dengan volume sebagai berikut: 1 mL untuk erlanmeyer
II, 2 mL untuk erlanmeyer III, 3 mL untuk erlanmeyer IV dan 4 mL
untuk erlanmeyer V sedangkan erlanmeyer I tidak di tambahkan
asam asetat glasial.
- Ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
- Diguncang-guncang selama ± 15 menit
- Di titrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH 3 M
- Di catat volume naoh yang terpakai

Hasil

V. DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel 5. 1 Data Percobaan

Volume Volume
Erlenmeye Volume Volume
Asam Asam Asetat
r Etanol Absolut NaOH 3 M
Klorida 3 M Glasial

1 5 mL − − 2,2 mL

2 5 mL 4 mL 1 mL 5,1 mL

3 5 mL 3 mL 2 mL 10,9 mL

4 5 mL 2 mL 3 mL 13,3 mL

5 5 mL 1 mL 4 mL 40 mL

5. 2 Reaksi Percobaan

CH3COOH(S) + C2H5OH(S) → CH3COOC2H5(aq) + H20(p)


26
CH3COOC2H5(aq) + HCl(aq) → CH3COOH(aq) + C2H5Cl(aq)

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(p)

5. 3 Perhitungan
Erlenmeyer II
CH3COOH + C2H50H → CH3COOC2H + H20
1. Mol CH3COOH
Dik : m = 1,05 gr
mr = 60
V = 1 mL
Dit : n ?

massa 1000
m= x
mr v
1,05 1000
m= x
60 1
= 17,5 M
n=m.v
= 17,5 . 1
= 17,5 mol

2. Mol C2H5OH
Dit : m = 1,05 gr
mr = 46
v = 4 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v

27
1,05 1000
= 46 x v

= 5,7 M
n =m.v
= 5,7 . 4
= 22,8 mol

Mol : CH3COOC2H5
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) → CH3COOC2H5(aq) + H20
3CH3COOH + C2H5OH → 2CH3COOC2H3 + 3H2O
Mula-mula 17,5 22,8 - -
Bereaksi 17,5 15,3 - -
7,5 11,4 11,4

N 11,4
M CH3COOH = V = 2 = 5,7
Konsentrasi dari H2O adalah :
n 17,5
N H2O = 17,5 m=
v
= 3
= 5, 83

Erlenmeyer III
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2H + H2O

1. Mol CH3COOH
Dik : m = 1,05 gr
Mr = 60 gr/mol
V = 2 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v
28
1,05 1000
= 60 x 2

= 8,75 M
n = m.v
= 8,75 . 2
= 17,5 mol

2. Mol CH3COOH
Dik : m = 1,05 gr
mr = 46 gr/mol
v = 3 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v
1,05 1000
= 60 x 3

= 7,33 mL
n = m.v
= 7,33 . 3 = 21,99 mol

Mol : CH3COOC2H5
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) → CH3COOC2H5(aq) + H20
3CH3CCOOH + C2H5OH → 2CH3COOC2H5 + 3H20
Mula-mula 17,5 21,99 - -
Bereaksi 17,5 32,7 10.995 10.995
-10,71 10.995 10.995

n 10,995
MCH3COOH =
v
= 2
= 5,49

Konsentrasi dari H2O adalah:


29
n 17,5
n H2O = 17,5 m= v = 3 = 5,33

Erlenmeyer IV
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2H + H2O
1. Mol CH3COOH
Dik : m = 1,05 gr
mr = 60 gr/mol
v = 3 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v
1,05 1000
m= x
60 3
= 5,83M

m = m.v
= 5,83. 3
= 17,49 mol

2. Mol C2H5OH
Dik : m = 1.05 gr
mr = 46 gr/mol
v = 2 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v
1,05 1000
= 46 x 2

= 11 M
30
n = m.v
= 11. 2 = 22 mol

Mol CH3COOC2H5
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) → CH3COOC2H5(aq) + H20
3CH3COOH+C2H5OH → 2CH3COOC2 + 3H20
Mula-mula 17,49 22,8 - -
Bereaksi 17,49 41,4 11 11
11 11

n 11
Mol CH3COOH =
v
= 2
= 5,5

Konsentrasi dari H2O adalah :


17,49
n H2O= 17,49 m= = 5,83
3
Erlenmeyer V
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2OH + H2O

1. Mol CH3COOH
Dik : m = 1,05 gr
mr = 60 gr/mol
v = 4 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v
1,06 1000
= 60 x 4

= 4,37 m
n = m.v
31
= 4,37 .4 = 17,48 mol
2. Mol C2H5OH
Dik : m = 1,05 gr
mr = 46gr/mol
v = 1 mL
Dit : n ?
massa 1000
m= x
mr v
1,05 1000
= 46 x 1

= 22 M
n = m.v
= 22 .1 = 22 mol

Mol CH3COOC2H5
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) → CH3COOC2H5(aq) + H2O
3CH3COOH + C2H5OH → 2CH3COOC2H3 + 3H2O
Mula-mula 17,48 22 - -
Bereaksi 17,48 22,0 11 11
-98 11 11

N 11
Mol CH3COOH = = =5,5
V 2
Konsentrasi dari H2O adalah:
n 17,48
n H2O = 17,48 m= v = 3 = 5,82

32
Konstanta
Erlenmeyer II

[ 11,4 ] 2 [ 10,995 ] 3 129,96 .1481,544


Kc = = 5359,375 .22,8
[ 17,5 ] 2[22,8]
191541, 458
= 122193,75
= 1,5757

Erlenmeyer III

[ 10,995 ] 2 [ 10,995 ] 3 120,890025. 1329,1858


Kc = =
[ 17,5 ] 2 [21,99] 5959,375 . 21,99
160685. 30759878
= 117852,65625
= 1,3634

Erlenmeyer IV

[ 11 ] 2 [ 11 ] 3 121. 1331
Kc = =
[ 17,49 ] 2[22,8] 5350,192749. 22,8
161051
= 121984,3946

= 1,3202

Erlenmeyer V

[ 11 ] 2 [ 11 ] 3 161051
Kc = =
[ 17,48 ] 2[22] 5341,020992. 22

33
161051
= 117502,461824

= 1,3706

34
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini membahas tentang kesetimbangan kimia. Kesetimbangan kimia
adalah reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah, disebut reaksi dapat balik.
Apabila dalam suatu reaksi kimia kecepatan reaksi kekanan sama dengan kecepatan
reaksi kekiri, maka reaksi dinyatakan dalam keadaan setimbang. Menurut sujana
(2002), kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan sewaktu konsentrasi reaktan dan
produk tidak berubah terhadap waktu. Reaksi kesetimbangan dapat digolongkan
berdasarkan fasa dari zat ya. Bereaksi dan hasil reaksinya sehingga dikenal dua jenis.
Reaksi kesetimbangan yaitu reaksi kesetimbangan homogen dan heterogen.
Reaksi kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan dimana fasa dari zat
zat yang bereaksi dengan zat zat hasil reaksi sama yaitu gas atau larutan. Sedang kan
kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan. Yang memiliki fasa reaktan
dan produk yang tidak sama (berbeda). Pergeseran kesetimbangan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu temperatur, konsentrasi pengaruh katalis dan tekanan dan
volume.
Pengaruh konsentrasi jika konsentrasi Salah Satu komponen tersebut diperbesar,
maka reaksi sistem akan mengurangi komponen tersebut. Pengaruh suhu / temperatur,
Jika suhu temperatur suatu sistem kesetimbangan dinaikkan maka reaksi sistem
menurunkan temperatur, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang
menyerap kalor (kepihak reaksi endoterm). Pengaruh tekanan dan volume, Perubahan
tekanan dan volume hanya berpengaruh pada kesetimbangan yang melibatkan gas.
Pengaruh katalis, katalis merupakan satu yang dapat mempercepat reaksi, hal ini
berlaku juga untuk reaksi kesetimbangan.
Percobaan ini dimulai dengan disiapkan 5 erlenmeyer, kemu dian pada setiap
erlenmeyer ditambahkan dengan 5 mL HCI. Kemudian pada erlenmeyer II, III, IV,
dan V ditambahkan etanol absolut dengan volume yang berbeda, yaitu pada
erlenmeyer II 4 mL, erlenmeyer III 3 mL, erlenmeyer IV 2 mL dan erlenmeyer V 1
mL. Kemudian ditambahkan asam asetat glasial dengan volume yang berbeda juga.
Erlenmeyer II 1 mL, erlenmeyer III 2 mL, erlenmeyer IV 3 mI dan erlenmeyer V 4
mL. Setelah larutan HCl direaksikan dengan etanol absolut dan asam asetat glasial
35
ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet. Pada erlenmeyer 1 hanya
ditambahkan HCl. Diguncang-guncang selama kurang lebih 15 menit. Percobaan ini
membutuhkan waktu yang sedikit lama karena ada proses pengojokan pada setiap
erlenmeyer.
Langkah selanjutnya yaitu dititrasi dengan larutan baku NaOH. Titrasi adalah
salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara
mereaksikan larutan tersebut dengan larutan lain yang diketahui konsentrasinya. Titik
ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumLah asam tepat
dinetralkan oleh sejumlah basa. Erlenmeyer I,II,III,1V dan V ditambah 3 tetes
indikator fenolftalein. Indikator fenolftalein berfungsi sebagai indikator dimana pH
tertentu terjadi perubahan warna sehingga menandakan titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi adalah titik saat indikator mengalami perubahan warna.
Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna, pada erlenmeyer I terjadi
perubahan warna menjadi merah lembayung, erlenmeyer II terjadi perubahan warna
akan tetapi tidak bertahan lama, erlenmeyer III terjadi perubahan warna akan tetapi
tidak bertahan lama, erlenmeyer IV terjadi perubahan warna menjadi warna merah
lembayung dan erlenmeyer V tidak terjadi perubahan warna. Penambahan HCl disini
berfungsi sebagai katalis, yaitu untuk mempercepat reaksi terjadi akan tetapi tidak
ikut bereaksi. Berdasarkan hasil perhitungan konstanta yang diperoleh yaitu untuk
erlenmeyer II 1,5751, erlenmeyer III 1,3634, erlenmeyer IV 1,3202, dan erlenmeyer
V 1,3.706.

36
VII. KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini adalah :


1. Perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi tergantung berapa tetes naoh
di tambahkan.
2. Konstanta yang di dapatkan pada erlanmeyer II 1,5757, sedangkan utuk
konstanta untuk erlanmeyer III, IV, dan V sama yang nilai konstantanya
berturut-turut yaitu erlanmeyer III 1,3634, erlanmeyer IV 1,3202 dan
erlanmeyer V 1, 3706.

37
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, L. J. (2009). Pengembangan Media Pembelajaran Reaksi Kesetimbangan


Kimia. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejujuran. 6(2) : 71-80.
Umam, J. Y., Iskandar, M.S., dan Budiasih, E. (2015). Analisis Dampak Kesalahan-
Kesalahan Konsep Laju Reaksi Terhadap Kesalahan Keseimbangan Pada
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sains. 3(2) : 69-70.
Wibowo, H. B., dan Luthfia, H. A. (2014). Penentuan Tetapan-Tetapan Kecepatan
dan Suhu Reaksi untuk Memilih Proses Pembuatan Butadien. Jurnal Majalah
Sains dan Teknologi Dirgantara. 9(1) : 35-42.

38
Percobaan 4

REAKSI-REAKSI KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi kimia senyawa
organik dan untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya reaksi.

II. DASAR TEORI


Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Penggolongan
senyawa organik dapat digolongkan menurut gugus fungsi yang dikandungnya.
Gugus fungsi adalah sekelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul
induk. Gugus fungsi organik berupa alkohol, eternaldehid dan keton asam karboksilat
dan amina. Senyawa organik banyak digunakan dalam banyak larutan yaitu campuran
pelarut dan terlarut (Firmansyah, 2020).
Reaksi Kimia merupakan proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi titik
proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat, sangat cepat dan ada yang
berlangsung lambat maupun sangat lambat titik penjelasan tentang kecepatan atau
laju reaksi disebut kinetika kimia. Kinetika kimia membahas tentang cara
menentukan laju reaksi yaitu sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada yang kurang
reaktif titik faktor yang berpengaruh yaitu pereaksi, konsentrasi, suhu dan katalis
(Purwani et al, 2011).
Asam formiat termasuk ke dalam golongan asam organik. Jenis asam organik ini
apabila dipakai dalam proses pikel, selain membantu menurunkan nilai pH kuat pada
proses pikel, gugus asam juga akan masuk ke dalam krom kompleks dan berfungsi
sebagai masker pada proses penyamaran (tanning). Penggunaan absolut juga
membuat kulit lebih halus. Contohnya pada kulit untuk jaket, rok, baju dan celana.
Asam formiat juga salah satu pelarut organik yang sering digunakan untuk larutan
pemasak dalam pembuat pump. Kegunaan utama asam formiat dalam pembuatan

39
pump adalah proses pembuatan itu dapat dilakukan pada suhu dan tekanan lebih
rendah (Gumiar et al,2010)
Asam benzoat secara alami terdapat dalam tanaman buah kronberry, cengkeh
dan kayu manis. Yang sangat umum digunakan sebagai bahan pengawet pada produk
bahan pangan. Asam benzoat yang biasa diperdagangkan dalam bentuk garam
natrium benzoat. Asam benzoat digunakan sebagai anti mikroba pada buah-buahan
asam yang diawetkan. Asam menyedot dalam tanaman kayu manis terdapat beberapa
senyawa seperti agenol, henzyl benzoat, belzaldehida, terpen dan alkohol. Asam
benzoat terdapat dalam minyak atsiri pada tanaman dalam bentuk benzoat
(Rorong,2013).

40
III. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pemanas
bunsen, pipet tetes, rak tabung, dan gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam formiat
(CH2O2), bubuk Magnesium, Asam sulfat (H2SO4), Kalium dikromat (K2Cr2O7), Asam
Asetat (CH3COOH), Na-bikarbonat (NaHCO3), Amonium hidroksida (NH4OH),
Asam benzoat (C7H6O2), Besi (III) klorida (FeCl3), Aquadest, dan Etil asetat
(C4H8O2).

IV. PROSEDUR KERJA


4. 1 Asam formiat (semut)
CH2O2

- Diambil satu tabung reaksi diisi dengan asam semut sebanyak 1 mL


- Diambahkan sedikit bubuk magnesium, perhatikan gas yang keluar
- Diambil satu tabung reaksi, diisi dengan asam semut sebanyak 1
mL
- Ditambahkan dengan 2 mL H2SO4(p), perhatikan gas yang keluar
- Diambil satu tabung reaksi, diisi dengan1 mL asam semut
- Ditambahkan 2 mL larutan K2Cr2O7 dalam H2SO4, panaskan.
Perhatikan apakah terjadi oksidasi dengan melihat perubahan
warna dari kuning menjadi hijau

Hasil

41
4. 2 Asam cuka

CH3COOH

- Diambil satu tabung reaksi diisi dengan 2 mL asam cuka


- Ditambahkan sedikit bubuk magnesium , perhatikan apakah ada gas
yang keluar
- Diambil satu tabung reaksi diisi dengan 2 mL asam cuka
- Ditambahkan 2 mL larutan Natrium bikarbonat, perhatikan apakah
ada gas yang keluar
- Diambil satu tabung reaksi diisi dengan 2 mL asam cuka
- Ditambahkan 2 mL larutan K2Cr2O7 dalam H2SO4 panaskan.
- Diperhatikan apakah terjadi oksidasi dengan melihat perubahan
warna dari kuning menjadi hijau

Hasil
4. 3 Asam benzoat

C7H6O2
- Ditambahkan kedalam tabung reaksi larutan sedikit asam benzoat
dalam sedikit mungkin NH4OH 10 %
- Ditambahkan 2 mL larutan FeCl3, perhatikan apakah terjadi reaksi
warna
- Diambil satu tabung reaksi, diisi dengan 2 mL aquadest,
kemudian tambahkan 5 tetes etil asetat
- Ditambahkan 2 mL larutan FeCl3, perhatikan apakah juga terjadi
reaksi warna

Hasil

42
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 5. 1 Data Percobaan

Perlakuan Pengamatan

1. Asam Formiat
a. Asam Semut + Mg Menghasilkan Gas pada saat di
tambahkan Mg
Menghasilkan gas pada saat
b. Asam Semut + H2SO4(p) ditambahkan H2SO4(p)
Mengalami Perubahan warna menjadi
c. Asam Semut + K2Cr2O7 warna orange, setelah dipanaskan tetap
+ H2SO4 bewarna orange karna ada kesalahan.
2. Asam Asetat
a. Asam Asetat + Mg Menghasilkan gas, tetapi bubuk Mg
tidak larut didalam asetat.
Menghasilkan gas tetapi tidak lama
b. Asam Asetat + NaHCO3 hanya pada saat NaHCO3 ditambahkan.
Menghasilkan perubahan warna pada
c. Asam Asetat + K2Cr2O7 saat penambahan K2Cr2O7, pada saat
+ H2SO4 penambahan H2SO4 menjadi warna
orange setelah dipanaskan tidak terjadi
prubahan warna menjadi hijau karena
ada kesalahan.

43
3. Asam Benzoat
A. Asam benzoat + FeCl3 Terjadi perubahan warna menjadi warna
merah bata pada saat FeCl3
B. Etil Asetat + FeCl3 Terjadi perubahan warna menjadi warna
orange pada saat penambahan FeCl3

5. 2. Reaksi Percobaan
1. Asam Formiat
a. CHOOH(L) + Mg(S) Mg (COOH)2(S) + H2(G)
b. CHOOH(L) + H2SO4(L) CO2(L) + SO2(L) + 2H2O(L)
c. CHOOH(L) + K2Cr2O7(L) + H2SO(L) CO 2(L) + K2SO4(L) + Cr3(SO4)3(L) +
H2O(L)
2. Asam Asetat
a. CH3COOH(L) + Mg(S) Mg (CH3COO)2(L) + H2(G)
b. CH3COOH(L) + NaHCO3(L) CH3COONa(L) + CO2(L) + H2O(L)
c. CH3COOH(L) + K2Cr2O7(L) + H2SO4(L) CO2(L) + K2SO4(L) + Cr
( SO4)3(L) + H2O(L)
3. Asam Benzoat
a. C7H6O2(L) + FeCI3(S) Fe(C7H6O2)(S) + 3HCI(L)
b. CH3CH2OCH3(L) + FeCl3(S) Fe ( C4H7O2)3(S) + 3HCI(L)

44
VI. PEMBAHASAN
Reaksi kimia adalah proses dimana zat baru yang disebut produk terbentuk dari
sejumlah zat asal yang disebut reaktan. Reaksi asam-basa adalah reaksi yang
mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke molekul basa.Reaksi redoks
adalah transfer elektron dari salah satu senyawa (reduktor) kesenyawa lain(oksidator).
Dalam proses ini senyawa yang satu akan teroksidasi dan senyawa lainya akan
tereduksi,oleh karena itu disebut redoks. Reaksi kimia organic adalah reaksi yang
melibatkan senyawa organik.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang mengandung
karbon, kecuali karbonat, oksidan karbonat dan karbida. Senyawa organik mengikat
unsur - unsur non logam seperti (hidrogen, oksigen, nitrogen). Gugus-gugus umum
dalam kimia ada bermacam ragam seperti gugus haloformil (RCOX), gugus hidroksil
(ROH), gugus aldehida (RCOH), gugus alkil (RH), gugus karboksil (RCOOH) dan
masi banyak gugus gugus lainya. Macam-macam reaksi kimia diantaranya reaksi
pembakaran, reaksi kombinasi, reaksi dekomposisi, reaksi perpindahan dan reaksi
dekomposisi. Reaksi pembakaran adalah reaksi yang mudah terbakar dengan
pengoksidasi untuk menghasilkan produk yang teroksidasi.
Asam formiat merupakancairan jernih yang tidak berwarna,mudah menguap
berbau khas dan rangsang dengan rumus kimia (HCOOH). Asam formiat adalah asam
paling kuat diantara asam-asam karboksil lainya. Asam formiat juga merupakan
senyawa intermediet yaitu senyawa yang penting dalam banyak sintesis kimia. Et-
muller (1684) melakukan penelitian dengan mendistilasikan sejumLah semut gunung
yang menghasilkan suatu “acid spirit” yang dapat merusak besi. Asam formiat
bertentangan dengan asam lemak yang lain karena asam formiat mudah dioksidasikan
menjadi karbondioksida dan air, karena asam formiat mempunyai daya pereduksi.
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu pada asam semut (asam formiat). Asam
semut direaksikan dengan sedikit bubuk magnesium menghasilkan gelembung gas.
Kemudian asam semut direaksikan dengan H2SO4 (P) menghasilkan gas. Kemudian
asam semut direaksikan dengan K2Cr2O7 menghasilkan perubahan warna menjadi

45
orange selanjutnya ditambahkan H2SO4 dan dipanaskan supaya terjadinya perubahan
warna menjadi hijau.
Percobaan selanjutnya yaitu pada asam cuka, asam cuka direaksikan dengan
bubuk magnesium menghasilkan gelembung gas. Kemudian asam cuka direaksikan
dengan NaHCO3 menghasilkan gelembung gas. Kemudian asam cuka direaksikan
dengan K2Cr2O7 dan H2SO4 menghasilkan perubahan warna menjadi orange. Funsi
dari penambahan H2SO4 yaitu untuk mempercepat reaksi. Kemudian larutan
dipanaskan sampai terjadi perubahan warna menjadi hijau, akan tetapi karena terjadi
kesalahan pada maka tidak terjadi perubahan warna. Kegunaan dari proses
pemanasan yaitu untuk mempercepat terjadinya perubahan warna.
Percobaan yang terakhir dilakukan yaitu pada asam benzoat, yang pertama yaitu
asam benzoat direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan perubahan warna menjadi
merah bata. Kemudian selanjutnya aquades direaksikan dengan 5 tetes etil asetat
tidak terjadi perubahan warna, kemudian di tambahkan FeCl3 menghasilkan
perubahan warna menjadi orange.

46
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Terjadinya reaksi kimia karena partikel-partikel reaktan saling bertumbukan
satu sama lain sehingga menghasilkan produk baru.
2. Reaksi kimia terjadi ditandai dengan adanya perubahan suhu atau gas,
perubahan warna, endapan dan bau.

47
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, D. (2020). Identification Of Hydroxil and Carbonyl Compounds at


Pineaple Leafs Plant. Sainstech Innovation Journal. 3(1) : 50-52.
Gumilar.J, putranto.W. Wulandari.F. (2010). Pengaruh penggunaan asam sulfat dan
asam formiat pada proses pikel terhadap kualitas kulit. Jurnal ilmu ternak.
10(1).
Purnami. Wardana., dan Veronika, K. (2015). Pengaruh Penggunaan Katalis
Terhadap Laju dan Evisiensi Pembentukan Hidrogen. Jurnal Rekayasa
Mesin. 6(1) : 54-55.
Rorong .J. (2013). Analisis asam benzoat dengan perbedaan preparasi pada kulit
dan kayu manis. Jurnal kimia. 6(2).

48
Percobaan 5

KINETIKA KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur perubahan konsentrasi
pereaksi menurut waktu dan untuk mengamati pengaruh suhu pada laju reaksi.

II. DASAR TEORI


Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi
berturut-turut selama proses perumabahan reaktan menjadi produk atau urutan
langkah-langkah reaksi menuju tersusunnya reaksi total. Laju reaksi merupakan laju
pengurahan reaktan tiap satuan waktu atau laju pembentukan produk tiap satuan
waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah suhu, katalis, konsentrasi
pereaksi, dan luasuhu permukaan. Berdasarkan suhunya, hampir semua pereaksi
menjadi lebih cepat jika suhunya dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan
menambah energi kinetik partikel pereaksi, akibatnya jumLah energi tabrakkan
bertambah besar. Dalam katalis, laju reaksi dapat dipercepat dapat dipercepat dengan
menambah zat yang bernama katalis. Sedangkan pada konsentrasi pereaksi, dua
molekul yang akan bereaksi harus bertabrakkan langsung. Jika konsentrasi
diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan
tabrakkan sehingga akan mempercepat reaksi. Dengan luas permukaan, semakin
besar bidang sentuh maka, tumbukkan antar partikel akan semakin terjadi, sehingga
reaksi berjalan lebih cepat (Anwar et al, 2015).
Penentuan orde reaksi secara grafis terbagi tiga yaitu, orde nol menyatakan
bahwa laju reaksinya tidak bergantung pada konsentrasi reaktan. Orde satu
menyatakan laju berbanding langsung pada konsentrasi reaktan. Terakhir adalah orde
dua yang menyatakan laju reaksi berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi.
Laju reaksi memiliki energi etivasi (E). Energi tersebut adalah energi minimum yang
harus dimiliki reaktan untuk bereaksi (Elida, 2012).

49
Orde reaksi memiliki empat metode yang digunakan untuk mengetahui orde
reaksi ini antara lain, metode isolasi, metode ini konsentrasi suatu reaktan dibuat jauh
lebih kecil daripada konsentrasi reaktan lainnya. Metode laju awal reaksi digunakan
untuk menentukan orde reaksi berdasarkan nilai laju reaksi awal didasarkan pada
asumsi bahwa reaksi bersifat bergantung secara stoikiometri terhadap satuan waktu
reaksi. Metode lainnya adalah metode fraksional dan metode intergrasi. Laju awal
reaksi dapat dipilih karena dapat menggambarkan kecenderungan pola dekomposisi
reaktan untuk membentuk suatu produk secara komparatif pada dua atau lebih kondisi
awal reaksi yang berbeda (Fatimah, 2015).

50
III. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, gelas ukur,
bunsen, termometer, dan pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam oksalat
(H2C2O4), Asam sulfat (H2SO4), Kalium permanganat (KMnO4), Natrium tiosulfat
(Na2S2O3), Asam klorida (HCl), dan vitamin CDR.

IV. PROSEDUR KERJA

4. 1 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

H2C2O4 1,0 M

- Disediakan 2 buah erlenmeyer 100 mL


- Diisi masing-masing erlenmeyer dengan 6 mL asam oksalat 0,1 M
- Ditambahakan 2 mL asam sulfat pada masing-masing erlenmeyer
- Dipanaskan erlenmeyer pertama sampai 100 ºC, erlenmeyer kedua
tidak dipanaskan
- Ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 N pada masing-masing erlenmeyer
- Diamati perubahan warna dan dicatat waktu mulai saat penambahan
KMnO4 0,1 N sampai jernih

Hasil

51
4. 2 Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

H2C2O4 1,0 M

- Disediakan 2 buah erlenmeyer 100 mL


- Diisi masing-masing erlenmeyer dengan 6 mL asam oksalat 0,1 M
- Ditambahakan 1 mL asam sulfat pada erlenmeyer pertama dan 5
mL pada erlenmeyer kedua
- Ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 N pada masing-masing erlenmeyer
- Diamati perubahan warna dan dicatat waktu mulai saat penambahan
KMnO4 0,1N sampai jernih

Hasil

4. 3 Pengaruh Luas Permukaan terhadap laju reaksi

H2O

- Disediakan 2 beaker glass


- Di isi masing-masing erlenmeyer dengan 25 mL H2O
- Ditambahkan 1 tablet CDR kedalam erlenmeyer I
- Dicatat waktu saat CDR ditambahakan sampai semuanya melarut
- Diulangi percobaan dengan menambahkan tablet CDR yang telah
dihaluskan
Hasil

52
4. 4 Orde Reaksi dalam Reaksi antara Natrium Tiosulfat dengan Asam klorida

Na2S2O3
0,15 M
- Disediakan 3 erlenmeyer 125 mL
- Di isi masing-masing erlenmeyer dengan natrium tiosulfat 0,15 M
dengan volume sebagai berikut : 15 mL untuk erlenmeyer I, 10 mL
untuk erlenmeyer II dan 5 mL untuk erlenmeyer III
- Ditambahkan H2O kedalam masing-masing erlenmeyer dengan
volume sebagai berikut : 3 mL untuk erlenmeyer I, 5 mL untuk
erlenmeyer II, sedangkan erlenmeyer III tidak ditambahkan H2O
- Diaduk campuran Natrium Tiosulfat dan air sampai homogen
- Ditambahkan 4 mL HCl 3 M kedalam masing-masing erlenmeyer
dan dicatat waktu saat HCl ditambahakan sampai terbentuk endapan
belerang yang ditandai dengan mengkeruhnya larutan.

Hasil

53
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Table 5. 1. 1 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Erlenmeyer V H2C2O4 V H2SO4 V KMnO4 Suhu Waktu

1 6 mL 2 mL 3 100o C 3 detik
tetes
2 6 mL 2 mL 3 - 1 menit
tetes

Tabel 5. 1. 2 Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

Erlenmeyer V H2C2O4 V H2SO4 V KMnO4 Waktu

1 6 mL 1 mL 3 tetes 15, 38 menit


2 6 mL 5 mL 3 tetes 13, 22 menit

Tabel 5. 1. 3 Pengaruh Luas Permukaan terhadap laju reaksi

Erlenmeyer Sampel V H2O Waktu


Sampel
1 25 mL 1 menit
Tablet
Sampel
2 25 mL 52 detik
Serbuk

Tabel 5. 1. 4 Orde Reaksi dalam reaksi antara Natrium Tiosulfat dengan Asam
Klorida

Erlenmeyer v Na2S2O3 v H2O v HCl 3 M Waktu

3 15 mL 3 mL 4 mL 47 detik
4 10 mL 5 mL 4 mL 1 menit 9 detik
5 5 mL - 4 mL 1 menit 7 detik

54
5.2 Reaksi Percobaan
5. 2. 1 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

KMnO4(L) + H2SO4(L) + C2H204(L)  K2SO4(L) + MnS04(L) + CO2(g) +


H2O(L)

Kesetimbangnya :

2KMnO4(L) + 3H2SO4(L) + 5C2H204(L)  K2SO4(L) + 2MnS04(L) +


10CO2(g) + 8H2O(L)

5. 2. 2 Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

KMnO4(L) + H2SO4(L) + C2H204(L)  K2SO4(L) + MnS04(L) + CO2(g) +


H2O(L)

Kesetimbangnya :
2KMnO4(L) + 3H2SO4(L) + 5C2H204(L)  K2SO4(L) + 2MnS04(L) +
10CO2(g) + 8H2O(L)

5. 2. 3 Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi

5. 2. 4 Orde reaksi dalam reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida

Na2so3(L) + HCl(L)  NaCl(L) + H2O(L) + SO2(g)

Kesetimbannya :

Na2so3(L) + 2HCl(L)  2NaCl(L) + H2O(L) + SO2(g)

5.3 Perhitungan

55
5. 3. 1 Orde reaksi dalam reaksi antara natrium tiosulfat dengan HCl

1. Dik : V1 = 15 mL
M1 = 0,15 N
V2 = 3 mL

Dit : M2 = ...?
Penyelesaian :
V1 . M1 = V2 . M2
15 . 0,15 = 3 . M2
2,25 = 3 . M2
3
M2 =
2,25
M2 = 1,3N

2. Dik : V1 = 10 mL
M1 = 0,15 N
V2 = 5 mL

Dit : M2 =...?
Penyelesaian :
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,15 = 5 . M2
1,5 = 3 . M2
5
M2 =
1,5
M2 = 3,3 N

VI. PEMBAHASAN
Laju reaksi adalah berkurangnya konsentrasi pada reaktan tiap satuan waktu,
yang mempengaruhi produk. Laju reaksi memiliki yang Namanya orde reaksi

56
yang berpengaruh pada perubahan konsentrasi. Orde reaksi dibagi menjadi 3,
yaitu orde nol, orde mol menunjukkan bahwa laju reaksi tidak bergantung pada
konsentrasi reaksi. Orde satu menujukkan bahwa dia punya perbandingan yang
lurus dengan konsentrasi pereaksi. Terakhir, orde dua menunjukkan ketika
konsentrasi dinaikkan n kali maka laju reaksi akan naik n pangkat 2 kali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, antara lain luas permukaan.
Luas permukaan yang dimaksud adaalah luas permukaan partikel pada sampel,
bukan luas permukaan median tersebut. Kedua, suhu juga menjadi factor pada laju
reaksi, dikarenakan jika suhu dinaikkan atau dipanaskan maka itu akan
mempercepat laju reaksi tersebut. Ketiga, konsentrasi berpengaruh dengan laju
reaksi, dikarenakan makin pekat konsentrasi pada larutan tersebut, maka makin
cepat laju reaksi terjadi. Terakhir katalis juga berpengaruh sebagai zat untuk
mempercepat proses laju reaksi, tetapi katalis bisa kembali menjadi zatnya sendiri
dan tidak tercampur dalam reaksi tersebut.
Percobaan ini memiliki 4 poin prosedur yang menjelaskan tentang apa-apa
saja faktor yang berpengaruh terhadap laju reaksi. Percobaan pertama tentang
pengaruh suhu terhadap laju reaksi, itu dibuktikan dengan larutan yang
dipanaskan lebih cepat bereaksi menjadi bening dibandingkan larutan yang tidak
dipanaskan. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi dibuktikan dengan 1 mL katalis
asam sulfat lebih cepat beraksi menjadi jernih dibandingkan 5 mL katalis asam
sulfat. Pengaruh luas permukaan menggunakan CDR dengan perbandingan
satunya dihaluskan dan satunya utuh membuktikan bahwa CDR yang dihaluskan
lebih cepat terlarutkan daripada yang utuh, dikarenakan CDR yang dihaluskan
memiliki luas permukaan partikel yang lebih besar. Hal itu menyebabkan CDR itu
lebih cepat terlarut. Terakhir, pada orde reaksi antara natrium tiosulfat dan asam
klorida dihaluskan pada konsentrasi yang lebih pekat, terjadi proses
pengendapanya itu lebih cepat dibandingkan larutan yang ditambahkan air atau
diencerkan. Permasalahan, pada prosedur kerja ini, kami melakukan kesalahan
yang menyebabkan hasil percobaan didapatkan bahwa larutan yang diencerkan
lebih cepat terjadi proses pengendapan dibandingkan dengan larutan yang tidak
diencerkan. Itu mebuktikan pada prosedur ini terjadi human error.

57
VII.KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah laruttan reaksi yang memiliki
konsentrasi lebih pekat, membuat laju reaksi lebih cepat berubahnya atau
prosesnya. Pengaruh suhu juga berpengaruh, disaat suhu dinaikan atau dipanaskan
larutan reaksi lebih cepat beraksi menjadi jernih.

58
DAFTAR PUSTAKA

Elida. Purba. (2012). Laju Reaksi Fotosintesi Untuk Penyerapan Gas. Jurnal
Pendidikan. 6(1) : 46-50.
Fatimah, Is . (2015). Kimia Fisika. Budi Utama. Yogyakarta
Anwar, M., Sumiati, S., dan Jusniar. (2015). Laju Reaksi Fotosintesis untuk
Penyerapan Gas. Jurnal Pendidikan. 18(2) : 77-81.

59
Percobaan 6

UJI MOLEKUL HAYATI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah ntuk mengetahui cara identifikasi
karbohidrat secara kualitatif dan untuk mengetahui cara identifikasi protein
secara kualitatif.

60
II. DASAR TEORI
Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1
atom O. Gula pereduksi adalah golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah
ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua monosakarida
(glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa
dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi (Afriza, 2019).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia.
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Klasifikasi karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti
molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbon lain.
Monosakarida tidak berwarna, bentuk kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut
dalam pelarut non-polar (Fitri, 2020).
Protein merupakan komponen makromolekul utama yang dibutuhkan
makhluk hidup. Protein juga merupakan suatu polimer yang terdiri dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptide. Fungsi protein
lebih diutamakan untuk sintesis protein-protein baru. Diet protein secara
sempurna akan dihidrolisis di saluran gastrointestinal dan hanya asam amino
bebas yang dapat diserap usus. Kemudian asam amino dan peptida yang
terbentuk dari pencernaan protein alami akan diabsorbsi dan dianabolisme di
berbagai jaringan dan organ sebagai protein tubuh (Susanti, 2016).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, beaker glass, dan penangas air.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Fehling A (CuSO4),
Fehling B (KOH), Larutan Benedict, Natrium hidroksida (NaOH), α- naftol,
Asam sulfat (H2SO4), Asam klorida (HCl), Air salifah, Tembaga (II) sulfat
(CuSO4), Timbal (II) asetat (Pb(CH3COO)), Asam asetat (CH3COOH), Millon A,
Millon B, Asam nitrat (HNO3), Besi (III) klorida (FeCl3).

61
IV. PROSEDUR KERJA

4. 1 Identifikasi Terhadap Karbohidrat


4. 1. 1 Uji Fehling

Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan fehling A
- Ditambahkan fehling B
- Dipanaskan selama 10 menit
- Diamati perubahan warnanya

Hasil

4. 1. 2 Uji Benedict

Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan larutan Benedict
- Dipanaskan selama 10 menit
- Diamati perubahan warnanya

Hasil

4. 1. 3 Uji Hidrolisa Disakarida

Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan HCl 2 M
- Ditambahkan fehling A
- Ditambahkan fehling B
- Dipanaskan selama 10 menit

62
- Diamati perubahan warnanya
Hasil

4. 1. 4 Uji Hidrolisa pati

Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahakan air salifah
- Ditambahkan fehling A
- Ditambahkan fehling B
- Dipanaskan selama 10 menit
- Diamati perubahan warnanya
Hasil

4. 1. 5 Uji Hidrolisa Pati dengan Penambahan asam kuat

Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan air salifah
- Ditambahkan HCl 2 M
- Ditambahkan fehling A
- Ditambahkan fehling B
- Dipanaskan selama 10 menit
- Diamati perubahan warnanya
Hasil

4. 2 Identifikasi Terhadap Protein


4. 2. 1 Uji Denaturasi dengan pemanasan

Sampel
- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi
- Dipanaskan selama 10 menit
- Diamati perubahan bentuknya

Hasil

63
4. 2. 2 Uji Denaturasi Dengan Penambahan Asam Kuat
Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan HCl 2 M
- Diamati perubahannya

Hasil

4. 2. 3 Uji Denaturasi Dengan Penambahan logam

Sampel

- Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan FeCl3 0,01 N
- Diamati perubahannya

Hasil

V. DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel 5. 1. 1 Identifikasi terhadap karbohidrat

SAMPEL
UJI PERLAKUAN
Sirup Tepung

64
Uji Fehling Sampel+ Fehling A+
Fehling B

Merah bata

(+) (-)
Uji Benedict Sampel + Larutan
Benedict

Merah bata

(+) (-)

Uji Hidrolisa Sampel + HCl 2M +


Disakarida Fehling A + Fehling B

Merah bata

(+) (-)
Uji Hidrolisa Sampel+ air salifah +
Pati fehling A + fehling B

Merah bata

(+) (-)

Uji Hidrolisa Sampel + air salifah +


Pati dengan HCl 2M + Fehling A
Penambahan + Fehling B
Asam Kuat

Merah bata
(+) (-)
5. 1. 2 Identifikasi terhadap Protein

SAMPEL

UJI PERLAKUAN
Telur Telur
Susu
Keong Ayam

65
Sampel + NaOH
+ CuSO4

Uji biuret

(+)

Sampel + HNO3

Uji
xantoprotein

(+)

Uji
Denaturasi Sampel
Dengan koagulan
Pemanasan (+) (+) (+)

Uji
Denaturasi Sampel + HCl
dengan 2M gelatin
Asam Kuat (+) (+) (+)

Uji Sampel + FeCl3


Denaturasi 0,01 N
dengan Gelatin
Logam (+) (+) (+)

5. 2 Reaksi Percobaan

66
5. 2. 1 Reaksi Percobaan Karbohidrat
1. Uji Fehling

+ 2 CuO(s) + 2 OH(gas) + Cu2O(s) + H2O(L)

2. Uji Benedict

+ 2 Cu+2(s) + 5 OH-(gas) + Cu2O(s) + 3 H2O(L)

5. 2. 2 Reaksi Percobaan Protein


1. Uji Biuret

2. Uji Xantoprotein

67
VI. PEMBAHASAN
Percobaaan ini membahas tentang uji molekul hayati. Uji molekul hayati
merupakan uji untuk mengetahui kandungan pada suatu makanan seperti
karbohidrat dan protein. Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi
karbohidrat dan protein secara kualitatif. Karbohidrta merupakan senyawa yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). karbohidrat
memiliki berbagai fungsi didalam tubuh yaitu bahan bakar, cadangan makanan,
dan bahan pengembang.
Karbohidrat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu berdasarkan gugus fungsi dan
berdasarkan penguraiannya. Berdasarkan gugus fungsi terbagi 2 yaitu aldosa yang
mengikat gugus aldehid, dan ketosa yang mengikat gugus ketosa. Berdasarkan
penguraiannya karbohidrat terbagi menjadi tiga golongan yaitu monosakarida,
disakarida (oligosakarida), dan polisakarida. Monosakarida merupakan
karbohidrat yang tidak dapat terhidrolisis lagi menjadi yang lebih kecil.
Disakarida merupakan senyawa yang berisi dua gula sederhana yang dihubungkan
oleh pembentukan asetat antara gugus keton dengan gugus hidroksil. Polisakarida
merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa ratus sampai ribuan
monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik.
Karbohidrat diuji dengan menggunakan sampel tepung beras. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, uji yang dilakukan pada uji karbohidrat yaitu uji
fehling, uji benedict, uji hidrolisa disakarida, uji hidrolisa pati, dan uji hidrolisa
pati dengan penambahan asam kuat. Uji fehling digunakan untuk menguji
kandungan gula tereduksi dalam suatu sampel. Uji dilakukan dengan cara sampel
ditambahkan fehling A, dan ditambahkan fehling B, kemudian dipanaskan selama
10 menit menghasilkan larutan berwarna merah bata. Menurut James (2008),
bahwa dalam percobaan uji fehling sampel glukosa dan sukrosa yang diuji dengan
pereaksi fehling pada masing-masing tabung dan kemudian dipanaskan, maka
glukosa dan sukrosa akan menghasilkan endapan berwarna merah bata. Hasil yang
didapatkan pada pengujian ini sesuai dengan teori itu, itu dibuktikan dengan
larutan yang berubah warna menjadi merah bata dengan menggunakan sampel
sirup, sedangkan dengan menggunakan sampel tepung beras dinyatakan gagal,
dikarenakan warna yang didapatkan biru gelap. Hal tersebut menyatakan bahwa

68
sampel tepung beras melakukan perubahan warna tidak sesuai dengan teori, atau
Human Error.
Uji benedict merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui
kandungan karbohidrat pada suatu sampel. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, sampel ditambahkan larutan benedict, kemudian dipanaskan selama 10
menit dan menghasilkan warna merah bata. Menurut Poedjiadi (2009),
menyatakan bahwa uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
Uji hidrolisa merupakan proses karbohidrat komplek menjadi sederhana. Uji
hidrolisa terbagi tiga yaitu, uji hidrolisa disakarida, uji hidrolisa pati, dan uji
hidrolisa pati dengan menambahan asam kuat. Uji hidrolisa disakarida dilakukan
dengan cara sampel ditambahkan dengan HCl, kemudian ditambahkan fehling A
dan fehling B, dan perubahan warna yang terjadi yaitu berwarna merah bata.
Perubahan warna yang didapatkan pada percobaan ini, pada sampel sirup terjadi
perubahan warna menjadi ungu, tetepi itu dinyatakan berhasil karena pada saat
proses pamanasan larutan sempat berubah warna menjadi merah bata. Sampel
tepung beras terjadi perubahan warna menjadi biru terang, sampel ini dinyatakan
gagal dikarenakan perubahan warnanya tidak sesuai teori. Uji hidrolisa pati,
sampel ditambahkan air salifah ditambahkan HCl, lalu ditambahkan fehling A dan
fehling B, dan terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Perubahan warna
yang terjadi pada percobaan yang dilakukan pada sampel sirup berubah warna
menjadi oranye, sedangkan pada sampel tepung beras perubahan warna yang
terjadi berwarna biru gelap, dan hal ini dinyatakan gagal dikarenakan tidak sesuai
teori yang ada. Uji hidrolisa pati dengan penambahan asam kuat, sampel
ditambahkan air salifah dan larutan HCl, lalu ditambahkan fehling A dan fehling
B dan terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Menurut Ridwan (1990),
didalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida dan
disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga
terjadi kondensasi yang akhirnya membentuk kompleks warna tertentu. Perubahan
yang terjadi pada sampel sirup berwarna biru gelap yang dinyatakan berhasil
dikarenakan disaat proses pemanasan larutan tersebut sempat berubah warna

69
menjadi merah bata, sedangkan sampel tepung beras berubah warna menjadi biru
terang yang dinyatakan gagal dikarenakan tidak sesuai dengan teori yang ada.
Protein merupakan makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam
amino. Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem protein nabati.
Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan dan protein nabati
merupakan protein yang berasal dari tumbuhan. Sampel yang digunakan pada
pengujian protein yaitu telur keong, telur ayam dan susu. Uji yang dilakukan yaitu
uji biuret, uji xantoprotein, uji denaturasi dengan pemanasan, uji denaturasi
dengan penambahan asam kuat, dan uji denaturasi dengan penambahan logam.
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu
zat yang diuji. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan cara sampel
ditambahkan NaOH kemudian ditambahkan CuSO4 menghasilkan warna ungu.
Dibuktikan dengan teori, menurut Panji (2013), menyatakan bahwa reaksi positif
muncul dari uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah
muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen buret dengan NH daari
ikatan peptida dan O dari air.
Uji xantoprotein merupakan uji kuantitatif pada protein yang digunakan
untuk menunjukkan adanya benzena. Uji ini dilakukan dengan cara sampel
ditambahkan HNO3 menghasilkan warna putih.hal ini dibuktikan dengan teori
menurut Poedjiadi (1994), menyatakan bahwa larutan asam nitrat pekat
ditambahkan dengan hati-hati kedalam protein, setelah dicampurkan terbentuk
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan.
Uji denaturasi terjadi karena perubahan suhu atau pH yang terlalu ekstrim.
Uji denaturasi ada empat yaitu, denaturasi dengan pemanasan, denaturasi dengan
penambahan asam kuat, denaturasi dengan penambahan basa kuat, dan denaturasi
dengan penambahan logam, tetapi uji yang kita lakukan hanya tiga saja. Uji
denaturasi dengan pemanasan, sampel dipanaskan sampai terjadi keogulan. Hal ini
dibuktikan dengan sampel telor keong, telor ayam, dan susu yang telah
dipanaskan terjadi pengerasan atau menggumpal. Uji denaturasi dengan asam
kuat, sampel ditambahkan larutan HCl dan berubah menjadi gelatin. Hal ini
dibuktikan dengan sampel yang digunakan saat ditambahkan HCl, larutan sampel

70
tersebut mengeluarkan busa dan berubah menjadi padat atau menjadi gelatin
seperti agar. Uji denaturasi dengan logam, sampel ditambahkan larutan FeCl 3 yang
merubah larutan mejadi gelatin. Hal ini dibuktikan dengan sampel yang
ditambahkan larutan FeCl3 terjadi proses perubahan warna menjadi orange
kemerahan dan terdapat endapan sampel yang berubah menjadi padat atau gelatin.
Menurut Stoker (2010), menyatakan bahwa denaturasi protein merupakan proses
perubahan struktur lengkap dan karakteristik bentuk truktural, karena fungsi
biokimia protein bergantung pada tida dimensi bentuknya atau susunan senyawa
yang terdapat pada asam amino.

71
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Identifikasi karbohidrat secara kualitatif didapatkan hasil negatif dan
positif dengan sampel berupa tepung beras dan sirup, percobaan dengan
sampel tepung beras ini gagal bukan karena sampel tidak mengandung
karbohidrat akan tetapi karena terjadinya kesalahan pada saat pratikum.
Sampel sirup didapatkan hasil positif dikarenakan pada sampel sirup
tersebut mengandung karbohidrat.
2. Identifikasi protein secara kualitatif didapatkan hasil positif dengan
menggunakan sampel berupa telur keong, telur ayam, dan susu,
Berdasarkan hasil yang didapatkan positif, telur keong, telur ayam dan
susu tersebut mengandung protein.

72
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, R., dan Ismanilda. (2019). Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi
dengan Metode Lane Eyhon dan Luff Schoorl Pada Buah Naga
Merah (Hylocereur Polyrhizus). Jurnal Teknologi dan Manajemen
Pengelolaan Laboratorium. 2(2) : 90-96.

Anthony, A. dan James, A. R. (2008). Neuromuscular Disorder. United States of


America. The McGraw-Hill Companies Inc.

Fitri, A., dan Yolla, A. (2020). Analisis Senyawa Kimia Pada Karbohidrat.
Jurnal Teknologi Pangan. 17(1) : 45-52.

Panji, N. (2013). Panduan Membuat Kompos Cair. Pustaka baru Press. Jakarta.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Poedjiadi, A. (2009). Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Ridwan. (1990). Kimia Organik. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Susanti, K., Sumaryada, T., dan Hidayat, E. (2016). Profil Susu dan
Produk Olahan. Jurnal Mipa. 29(2) : 99-106.

Stoker, H., Stephen. (2010). General, Organic, and Biological Chemistry Fifth
Edition. Cengange Learning. Belmot CA USA.

73

Anda mungkin juga menyukai