Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENYAKIT

HIPERTENSI
DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKRTA

NAMA : FIAN S.L.MANANGA

NIM : 10110024

KELAS : A.71

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA


YOGYAKARTA 2012
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hipertensi
1. Hipertensi
Hipertensi yaitu sutau peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang tidak
normal ( Price S.A, Wilson L.M, 1995). Hipertensi merupakan resiko terjadinya stroke dan
penyakit jantung koroner.
Olahraga lebih banyak di hubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik
dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.Olahraga
juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi .Kurang melakukan olahraga akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi (Susalit E, 2001).

2. Klasifikasi Hipertensi

Istilah hipertensi di ambil dalam bahasa inggris hypertension. Kata hypertension berasal
dari bahasa latin yaitu hyper dan tension. Hyper berarti super atau luar biasa dan tension
berarti tekanan atau tegangan. D i samping itu dalam bahasa inggris di gunakan istilah high
blood pressure yang berarti tekanan darah tinggi (Bangun, 2002).

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko
yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau
menerapkan hidup sehat, maka akan mampu terhindar dari hipertensi. Penyakit itu berjalan
terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum terjadi
komplikasi pada organ tubuh (Susalit E,2001).

Pada umum nya penderita hipertensi adalah orang yang di atas usia 40 tahun, namun
saat ini tidak menutup kemungkinan di derita oleh orang usia muda. Sebagian besar
hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi di bawah usia 20
tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini di sebabkan karena orang pada usia produktif jarang
memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti
merokok. Mereka yang memiliki berat badan berlebihan cenderung memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi daripada mereka yang kurus. Seseorang yang memiliki indeks masa tubuh
30 atau lebih di anggap kelebihan berat badan, sementara jika BMI antara 25 dan 30 dianggap
agak kelebihan berat badan. Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah. Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun kemungkinan meningkatkan
tekanan darah karena meningkatnya kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding
arteriol (Beevers DG, 2002)
Menurut laporan National Health and Nutrition Examination Survey II, dalam dua
dekade terakhir ini terjadi kenaikan presentase kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi
dari 15% menjadi 84%, presentase pasien hipertensi yang mendapat pengobatan dari 36%
menjadi 73%, dan presentase pasien hipertensi yang tekanan darahnya terkendali dari 16%
menjadi 55% (Susalit E, 2001).

Responden yang mengalami hipertensi,sebagian besar mengalami obesitas sebanyak 14


orang (43,8%) sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi sebagian besar berat
badan normal yaitu sebanyak 22 orang (68,8%). Hasil analisis di dapatkan bahwa pada
responden yang gemuk untuk terjadinya hipertensi 2,821 kali di bandingkan dengan
responden yang memiliki berat badan normal tetapi karena 95% CI 0,577 < OR < 13,791
maka resiko ini tidak bermakna secara statistik. Pada responden yang obesitas untuk
terjadinya hipertensi 3,385 kali di bandingkan dengan responden yang memiliki berat badan
normal dan 95% CI 1,085 < OR < 10,554 yang berarti resiko ini bermakna secara statistik.

Klasifikasi hipertensi menurut laporan Joint National Committee on Detection,


Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (2000) yang ketujuh. Ditentukan bagi
orang dewasa berumur 18 tahun atau lebih.Tekanan darah yang di maksud adalah rata-rata
dari dua atau lebih pengukuran dan di lakukan dua kali atau lebih pada waktu berbeda

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi sesuai JNC VII (2000)

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 Dan < 80
Normal <130 Dan <85
Normal Tinggi 130-139 Atau 85-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 Atau 90-99
Derajat 2 >160 Atau >100
Sumber : National Heart, Lung and Blood Instiute, 2003.
3. Epidemiologi Hipertensi

A. Masalah hipertensi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertroph (untuk otot jantung). Dengan
target oragan di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang
membawa kematian tinggi.

Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa indonesia tetapi


dengan hanya 4 % yang controlled hypertension. Hipertensi terkontrol berarti mereka yang
menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat untuk
itu.

Sebagai gambaran umum masalah hipertensi ini adalah:

1. Prevalensi 6-15% padfa orang dewasa. Sebagai suatu proses degeneratif, hipertensi
tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa. Ditemukan kecenderungan
peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia.
2. 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita HT. Karena itu, mereka
cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak berubah dan
menghindari faktor resiko.
3. 70% adalah HT ringan, karena itu hipertensi banyak di acuhkan atau terabaikan
sampai saat menjadi ganas ( hipertensi maligna )
4. 90% HT esensial, mereka dengan HT yang tidak di ketahui seluk beluk penyebabnya.
Artinya sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatannya.

B. Batasan

Ada berbagai macam batasan tekanan darah untuk dapat di sebut hipertensi. Untuk itu
WHO memakai batasan berikut :
HT jika TDS > 160 mmHg atau TDD > 95 mmHG.

Macam HT:

1. HT ringan : TDD 90-110


2. HT sedang: TDD 110-130
3. HT berat: > 130

Disini banyak tampak bahwa WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian
tekanan yang lebih tepat di pakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tekanan
darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah waktu jantung
menguncup, dan tekanan darah diastolik yakni tekanan darah waktu jantung istirahat.
Dalam hal patofisiologi, pengobatan dan prognosis maka tekanan diastolik lebih
penting daripada sistolik.
Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting karena perubahan tingginya
hipertensi sangat mempengaruhi perhitungan prevalensinya dalam populasi. Sebagai
contoh, perubahan prevalensi hipertensi akibat perubahan batasan hipertensi pada
penduduk lelaki putih Amerika Serikat usia 65-74 tahun berikut ini:

Tekanan darah Presentase populasi


(sistolik/diastolik)
>140/90 53
>160/95 24
>170/95 17

Keadaan ini berkaitan dengan pentingnya penentuan defenisi operasional dalam


penelitian, yakni berkaitan dengan cut-off point dari apa yang disebut hipertensi. Jika
batasan hipertensi sangat ‘strict’ (> 170/95) maka prevalensi hipertensi hanya 17%,
sedangkan dengan definisi > 140/90 maka prevalensi mencapai 53%.

C. Faktor Resiko Hipertensi

Adapun faktor-faktor yang dapat dimasukan sebagai faktor resiko hipertensi adalah:

1. Umur : BP meningkat sesuai umur, > 40 tahun.


2. Ras/Suku : Orang kulit hitam > white

Besar variasi antarasuku di Indonesia

Terendah: Lembah Balim Jaya (o,6%).

Tertinggi: Sukabumi, Jabar (28,6%)

3. Urban/Rural : Kota > Desa


4. Geografis : Pantai > Pegunungan
5. Seks : Wanita > Lelaki
6. Gemuk : Gemuk > Kurus
7. Stres
8. Personality type A :A>B
9. Diet : Tinggi Garam
10. DM
11. Water Composition : a. Sodium : Inconsistent

b. Cadmium : Ada bukti dari studi

c. Lead : Kemungkinan ada hubungan


12. Alkohol : Meninggi bila di minum > 3x/hari

Moderate amount may be protective

13. Rokok : Non significant


14. Kopi : Belum ditemukan
15. Pil KB : Riks meninggikan dengan hanya 5 kali dibandingkan pakai 1 tahun.

D. Manajemen Pencegahan Hipertensi

Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tapi mengandung potensi
yang besar untuk masalah yang lebih besar.

Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan
yang lebih berat. Karena itu, diperlukan manajemen yang tepat dalam upaya pencegahannya.
Bagaimana perencanaan pelayanan kesehatan terhadap upaya pencegahan dan manajemen
hipertensi dalam komuniti dapat di lihat dalam tabel berikut:

Perencanaan Pelayanan Kesehatan Masalah Hipertensi

Besar masalah Survei populasi tekanan darah dan kontrol hipertensi

Etiologi Penelitian ekologi (garam dan tekanan darah)


Penelitian observasional (berat badan dan tekanan darah)
Penelitian eksperimental (penurunan berat badan)

Efektivitas Randomized controlled trials


Evaluation program screening
Studi kepatuhan (complience)

Efesiensi Penelitian cost-effectiveness

Implementasi Program kontrol nasional

Monitoring Assessment personal dan peralatan

Reassessment Efek kualitas hidup


Pengukuran kembali tingkat tekanan darah populasi
E. Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti:

1. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman


2. Mampu menurunkan darah secara multifaktoral
3. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi
4. Melindungi organ-organ vital
5. Mendukung pengobatan penyakit penyerta
6. Mengurangi faktor resiko PKV dalam hal memperbaiki LVH dan mencegah
pembentukan aterosklerosis
7. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina
8. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut
9. Efek sampingan serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, endema,rasa lelah,
mual, dan muka merah.
10. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien
11. Melindungi jantung terhadap resiko infark.

Jenis-jenis obat hipertensi:

1. Anti hipertensi non-farmakologik:

(Tindakan pengobatan supportif sesuai Joint National Commitee on Detection,


Evaluation and Treatment of High Blood Pressure):

a. Turunkan BB pada obesitas


b. Pembatasan konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan rokok
e. Olahraga teratur
f. Diet rendah lemak jenuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
2. Obat antihipertensi:
a. Diuretika: pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input.
Pemberian diuretika sudah terlalu dinjurkan sebagai langkah pertama dalam
manajemen hipertensi
b. Penyekat Beta (B-blocker)
c. Antagonis Kalsium
d. Inhibitor ACE (Anti Converting Enzyme), misalnya Inhibace.
e. Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika)
f. Obat penyekat Alpha
g. Vasodilator
F. Evaluasi Keberhasilan Pengobatan Hipertensi

Untuk menentukan keberhasilan pengobatan hipertensi maka tidak hanya melihat adanya
penurunan tekanan darah tetapi ada tiga faktor yang penting di evaluasi:

a. Tekanan darah menurun


b. Lipid menurun
c. Sensitifitas terhadap insulin meningkat

Ketiga hal ini berhubungan dengan masa depan yang baik untuk jantung, terhindar dari
left ventricular hypertrophy khususnya dan morbiditas kardiovaskular lainnya.

G. Prognosis Hipertensi

Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ
yang diserang nya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis seseorang penderita
hipertensi adalah:

1. Etiologi hipertensi; hipertensi skunder yang di temukan pada tahap dini akan
lebih baik prognosisnya
2. Umur; usia muda mempunyai prognosis yang kurang baik dibandingkan dengan
usia lebih tua
3. Jenis kelamin; umumnya wanita lebih bisa mentolerir lebih baik terhadap
kenaikan tkanan dibandingkan dengan pria
4. Suku/ras; orang hitam di amerika mempunyai prognosis lebih jelek
dibandingkan orang kulit putih
5. Sifat hipertensi; tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik
prognosisnya
6. Komplikasi; adanyaa komplikasi memperberat prognosis
7. Banyaknya faktor resiko lain; ada tidaknya faktor resiko lain seperti DM atau
kolesterolemia bisa memperburuk hipertensi.
B. Obesitas
1. Obesitas

Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang seruis
dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan (Garrow, 1988).

Obesitas atau yang biasa di kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang sering
merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi
gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan. Jadi
obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat di
bandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak di
tubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih (overwight) adalah kelebihan berat badan
termasuk didalamnya otot,tulang,lemak dan air.

2. Klasifikasi Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan tubuh. Meskipun penyebab utamanya belum diketahui, namun obesitas pada
remaja terlihat cenderung kompleks, multifaktorial, dan berperan sebagai pencetus terjadinya
penyakit kronis dan degeneratif.

Faktor resiko yang berperan terjadinya obesitas antaralain adalah sbagai berikut:

a) Faktor genetik

Obesitas cenderung untuk di turunkan, sehingga di duga memiliki penyebab genetik.


Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan
gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk
memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian menunjukan bahwa
rata-rata faktor genetik memberikan kontribusi sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.

b) Faktor lingkungan

Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun lingkungan


seseorang juga memegang peranan yang cukup brarti. Yang termasuk lingkungan
dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan
beberapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktivitasnya setiap hari. Seseorang
tidak dapat mengubah pola genetiknya namun dapat mengubah pola makan dan
aktifitasnya.
c) Faktor Psikososial

Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memeberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan emosi ini
merupakan masalah serius pada wanita muda penderita obesitas, dan dapat
meimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman
dalam pergaulan bersosial.

d) Faktor kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, antara lain:

1. Hipotiroidisme
2. Sindroma Chusing
3. Sindroma Prader Willi, dan
4. Beberapa kelainan sraf yang menyebabkan seseorang menjadi banyak makan.

Obat-obatan juga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas yaitu obat-obatan


tertensu seperti steroid dan beberapa anti depresant, dapat menyebabkan
penambahan berat badan.

e) Faktor Perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya


jumlah lemak yang di simpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi
gemuk pada masa kanak-kanak, dapat memiliki sampai lima kali sel lemak dari orang yang
mempunyai berat badan normal. Oleh karena itu penurunan berat badan hanya dapat
dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak setiap sel.

f) Aktivitas fisik

Seseorang yang aktifitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi


terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah
sedikit di bandingkan dengan orang yang aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya
kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang dan
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas.
3. Epidemiologi Obesitas

A. Masalah Obesitas

Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung


bagian bawah, dan memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul,lutut,dan
pergelangan kaki). Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang
relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat di
buang secara efesien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering juga ditemukan
oedema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata, namun merupakan dilema kesehatan
yang mengerikan. Obesitas secara langsung membahayakan kesehatan seseorang. Obesitas
meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun antara lain sebagai berikut:

1) Diabetes tipe 2 (timbul pada masa remaja)


2) Tekanan darah tinggi ( Hipertensi)
3) Stroke
4) Serangan jantung (infark miokardium)
5) Gagal jantung
6) Kanker ( jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
7) Batu kandung empedu
8) Gout dan arthritis
9) Osteoastritis
10) Tidur apneu (kegagalan bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan
berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
11) Sindroma Pickwickian (Obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi, dan
ngantuk)

Penderita obesitas cenderung lebih responsif bila dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal, terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau
waktunya untuk makan. Penderita obesitas cenderung makan bila dia merasa ingin makan,
bukan pada saat dia lapar. Pola makan berlebihan akan menyebabkan mereka sulit untuk
keluar dari kondisi kegemukan atau obesitas, hal ini disebabkan mereka tidak memiliki
control diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan mereka.
B. Diagnosis Obesitas

Ada beberapa cara yang dilakukan dalam mendiagnosa obesitas, yaitu dengan cara :

1. Mengukur Lemak Tubuh

Dalam mengukur lemak tubuh, diperlukan peralatan khusus, misalnya:

a. Underwater weight, yaitu pengukuran berat bdan yang dilakukan di dalam air dan
kemudian lemak tubuh di hitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
b. BOD POD, yaitu sebuah ruangan yang berbentuk telur yang telah di
komputerisasi. Pada saat seseorang telah memasuki BOD POD, maka jumlah
udara yang tersisa akan digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
c. DEXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry), yang mempunyai scanning tulang.
Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

2. Mengukur Lingkar Pinggang

Pinggang diukur pada titik yang sempit, sedangkan pingul diukur pada titik yang
terlebar. Kemudian, ukur pinggang di bagi dengan ukuran pinggul.

Gemuk pada pria pada umumnya seperti apel (android). Lemaak banyak disimpan di
daerah pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai buah pir
(gynecoid), dimana penumpukan tejadi di bagian bawah tubuh, seperti pinggul,pantat,
dan paha.

Obesitas sentral sering di kaitkan dengan komplikasi metabolik dan pembuluh


darah( kardiovaskular), sehingga nampak pengukuran lingkar pinggang lebih
memberi arti di bandingkan bila menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Sebagai
patokan, pinggang yang berukuran > 90 cm, merupakan tanda bahaya bagi
pria.sedangkn untuk wanita, resiko tersebut meningkat apabila lingkar pinggang
berukuran > 80.

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan

Kategori Batas ambang

Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0


Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,5
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27,0
C. Pengobatan

Ada beberapa cara untuk mengurangi prevalensi obesitas yaitu sebagai berikut:

1) Edukasi: Memberikan pengajaran kepada penderita obesitas bahwa cara yang


paling efektif untuk menurunkan berat badan adalah dengan meningkatkan
aktifitas fisik dan mengurangi asupan energi.
2) Pencegahan: Meyakinkan bahwa seseorang sudah pada berat badan yang ideal.
3) Pengobatan: Memberikan motivasi kepada penderita obesitas untuk membuat
suatu rencan dalam rangka menurunkan asupan energi meningkatkan aktifitas
fisik. Pembatasan kalori dan modifikasi diet seharusnya dilakukan sehingga
mereka dapat mencapai dan menjaga berat badan yang di idam-idamkan. Jenis
dan beratnya latihan fisik, jumlah kalori yang diberikan secara berbeda, serta
pemberian obat juga di berikan disesuaikan dengaan keadaan penderita.

Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan


dengan meningkatnya angka BMI:

a) Resiko rendah : BMI <27


b) Resiko menengah : BMI 27-30
c) Resiko tinggi : BMI 30-35
d) Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
e) Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih

Bagi sebagian besar orang yang menderita overweight atau obese, cara yang
paling efektif dan aman untuk mengurangi berat badan yaitu dengan cara
mengurangi makan dan meningkatkan olahraga. Penderita dengan resiko
kesehatan rendah menjalani diet sedang sekitar 1200-1500 kalori perhari untuk
wanita, dan 1400-2000 kalori perhari untuk pria, disertai dengan olahraga.
Sedangkan untuk penderita dengan resiko kesehatn menengah, menjalani diet
rendah kalori sekitar 800-1200 kalori perhari untuk wanita, dan1000-1400 kalori
perhari untuk pria, disertai dengan olahraga. Penderita dengan resiko kesehatan
tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti obesitas disertai diet rendah
kalori dan olahraga.
C. Kerangka Teori

Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol:

1. Usia
2. Ras
3. Jenis Kelamin

Kejadian

Faktor yang Dapat Dikontrol: Hipertensi

1. Urban
2. Geografi
3. Obesitas
4. Stres
5. Diet
6. DM
7. Alkohol
8. Rokok
9. Kopi

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

D. Kerangka Konsep

OBESITAS HIPERTENSI
E. Hipotesis
1. Terdapat hbubngan antara obesitas dengan hipertensi yang disebabkan karena kurang
berolahraga.
2. Terdapat hubungan antara usia dengan hipertensi pada usia 25-45 tahun
3. Terdapat hubungan antara obesitas dan hipertensi sebanyak 24 orang (43,8%)

Anda mungkin juga menyukai