HIPERTENSI
DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKRTA
NIM : 10110024
KELAS : A.71
A. Hipertensi
1. Hipertensi
Hipertensi yaitu sutau peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang tidak
normal ( Price S.A, Wilson L.M, 1995). Hipertensi merupakan resiko terjadinya stroke dan
penyakit jantung koroner.
Olahraga lebih banyak di hubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik
dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.Olahraga
juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi .Kurang melakukan olahraga akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi (Susalit E, 2001).
2. Klasifikasi Hipertensi
Istilah hipertensi di ambil dalam bahasa inggris hypertension. Kata hypertension berasal
dari bahasa latin yaitu hyper dan tension. Hyper berarti super atau luar biasa dan tension
berarti tekanan atau tegangan. D i samping itu dalam bahasa inggris di gunakan istilah high
blood pressure yang berarti tekanan darah tinggi (Bangun, 2002).
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko
yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau
menerapkan hidup sehat, maka akan mampu terhindar dari hipertensi. Penyakit itu berjalan
terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum terjadi
komplikasi pada organ tubuh (Susalit E,2001).
Pada umum nya penderita hipertensi adalah orang yang di atas usia 40 tahun, namun
saat ini tidak menutup kemungkinan di derita oleh orang usia muda. Sebagian besar
hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi di bawah usia 20
tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini di sebabkan karena orang pada usia produktif jarang
memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti
merokok. Mereka yang memiliki berat badan berlebihan cenderung memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi daripada mereka yang kurus. Seseorang yang memiliki indeks masa tubuh
30 atau lebih di anggap kelebihan berat badan, sementara jika BMI antara 25 dan 30 dianggap
agak kelebihan berat badan. Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah. Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun kemungkinan meningkatkan
tekanan darah karena meningkatnya kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding
arteriol (Beevers DG, 2002)
Menurut laporan National Health and Nutrition Examination Survey II, dalam dua
dekade terakhir ini terjadi kenaikan presentase kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi
dari 15% menjadi 84%, presentase pasien hipertensi yang mendapat pengobatan dari 36%
menjadi 73%, dan presentase pasien hipertensi yang tekanan darahnya terkendali dari 16%
menjadi 55% (Susalit E, 2001).
A. Masalah hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertroph (untuk otot jantung). Dengan
target oragan di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang
membawa kematian tinggi.
1. Prevalensi 6-15% padfa orang dewasa. Sebagai suatu proses degeneratif, hipertensi
tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa. Ditemukan kecenderungan
peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia.
2. 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita HT. Karena itu, mereka
cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak berubah dan
menghindari faktor resiko.
3. 70% adalah HT ringan, karena itu hipertensi banyak di acuhkan atau terabaikan
sampai saat menjadi ganas ( hipertensi maligna )
4. 90% HT esensial, mereka dengan HT yang tidak di ketahui seluk beluk penyebabnya.
Artinya sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatannya.
B. Batasan
Ada berbagai macam batasan tekanan darah untuk dapat di sebut hipertensi. Untuk itu
WHO memakai batasan berikut :
HT jika TDS > 160 mmHg atau TDD > 95 mmHG.
Macam HT:
Disini banyak tampak bahwa WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian
tekanan yang lebih tepat di pakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tekanan
darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah waktu jantung
menguncup, dan tekanan darah diastolik yakni tekanan darah waktu jantung istirahat.
Dalam hal patofisiologi, pengobatan dan prognosis maka tekanan diastolik lebih
penting daripada sistolik.
Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting karena perubahan tingginya
hipertensi sangat mempengaruhi perhitungan prevalensinya dalam populasi. Sebagai
contoh, perubahan prevalensi hipertensi akibat perubahan batasan hipertensi pada
penduduk lelaki putih Amerika Serikat usia 65-74 tahun berikut ini:
Adapun faktor-faktor yang dapat dimasukan sebagai faktor resiko hipertensi adalah:
Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tapi mengandung potensi
yang besar untuk masalah yang lebih besar.
Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan
yang lebih berat. Karena itu, diperlukan manajemen yang tepat dalam upaya pencegahannya.
Bagaimana perencanaan pelayanan kesehatan terhadap upaya pencegahan dan manajemen
hipertensi dalam komuniti dapat di lihat dalam tabel berikut:
Untuk menentukan keberhasilan pengobatan hipertensi maka tidak hanya melihat adanya
penurunan tekanan darah tetapi ada tiga faktor yang penting di evaluasi:
Ketiga hal ini berhubungan dengan masa depan yang baik untuk jantung, terhindar dari
left ventricular hypertrophy khususnya dan morbiditas kardiovaskular lainnya.
G. Prognosis Hipertensi
Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ
yang diserang nya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis seseorang penderita
hipertensi adalah:
1. Etiologi hipertensi; hipertensi skunder yang di temukan pada tahap dini akan
lebih baik prognosisnya
2. Umur; usia muda mempunyai prognosis yang kurang baik dibandingkan dengan
usia lebih tua
3. Jenis kelamin; umumnya wanita lebih bisa mentolerir lebih baik terhadap
kenaikan tkanan dibandingkan dengan pria
4. Suku/ras; orang hitam di amerika mempunyai prognosis lebih jelek
dibandingkan orang kulit putih
5. Sifat hipertensi; tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik
prognosisnya
6. Komplikasi; adanyaa komplikasi memperberat prognosis
7. Banyaknya faktor resiko lain; ada tidaknya faktor resiko lain seperti DM atau
kolesterolemia bisa memperburuk hipertensi.
B. Obesitas
1. Obesitas
Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang seruis
dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan (Garrow, 1988).
Obesitas atau yang biasa di kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang sering
merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi
gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan. Jadi
obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat di
bandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak di
tubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih (overwight) adalah kelebihan berat badan
termasuk didalamnya otot,tulang,lemak dan air.
2. Klasifikasi Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan tubuh. Meskipun penyebab utamanya belum diketahui, namun obesitas pada
remaja terlihat cenderung kompleks, multifaktorial, dan berperan sebagai pencetus terjadinya
penyakit kronis dan degeneratif.
Faktor resiko yang berperan terjadinya obesitas antaralain adalah sbagai berikut:
a) Faktor genetik
b) Faktor lingkungan
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memeberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan emosi ini
merupakan masalah serius pada wanita muda penderita obesitas, dan dapat
meimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman
dalam pergaulan bersosial.
d) Faktor kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, antara lain:
1. Hipotiroidisme
2. Sindroma Chusing
3. Sindroma Prader Willi, dan
4. Beberapa kelainan sraf yang menyebabkan seseorang menjadi banyak makan.
e) Faktor Perkembangan
f) Aktivitas fisik
A. Masalah Obesitas
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata, namun merupakan dilema kesehatan
yang mengerikan. Obesitas secara langsung membahayakan kesehatan seseorang. Obesitas
meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun antara lain sebagai berikut:
Penderita obesitas cenderung lebih responsif bila dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal, terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau
waktunya untuk makan. Penderita obesitas cenderung makan bila dia merasa ingin makan,
bukan pada saat dia lapar. Pola makan berlebihan akan menyebabkan mereka sulit untuk
keluar dari kondisi kegemukan atau obesitas, hal ini disebabkan mereka tidak memiliki
control diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan mereka.
B. Diagnosis Obesitas
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam mendiagnosa obesitas, yaitu dengan cara :
a. Underwater weight, yaitu pengukuran berat bdan yang dilakukan di dalam air dan
kemudian lemak tubuh di hitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
b. BOD POD, yaitu sebuah ruangan yang berbentuk telur yang telah di
komputerisasi. Pada saat seseorang telah memasuki BOD POD, maka jumlah
udara yang tersisa akan digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
c. DEXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry), yang mempunyai scanning tulang.
Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
Pinggang diukur pada titik yang sempit, sedangkan pingul diukur pada titik yang
terlebar. Kemudian, ukur pinggang di bagi dengan ukuran pinggul.
Gemuk pada pria pada umumnya seperti apel (android). Lemaak banyak disimpan di
daerah pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai buah pir
(gynecoid), dimana penumpukan tejadi di bagian bawah tubuh, seperti pinggul,pantat,
dan paha.
Ada beberapa cara untuk mengurangi prevalensi obesitas yaitu sebagai berikut:
Bagi sebagian besar orang yang menderita overweight atau obese, cara yang
paling efektif dan aman untuk mengurangi berat badan yaitu dengan cara
mengurangi makan dan meningkatkan olahraga. Penderita dengan resiko
kesehatan rendah menjalani diet sedang sekitar 1200-1500 kalori perhari untuk
wanita, dan 1400-2000 kalori perhari untuk pria, disertai dengan olahraga.
Sedangkan untuk penderita dengan resiko kesehatn menengah, menjalani diet
rendah kalori sekitar 800-1200 kalori perhari untuk wanita, dan1000-1400 kalori
perhari untuk pria, disertai dengan olahraga. Penderita dengan resiko kesehatan
tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti obesitas disertai diet rendah
kalori dan olahraga.
C. Kerangka Teori
1. Usia
2. Ras
3. Jenis Kelamin
Kejadian
1. Urban
2. Geografi
3. Obesitas
4. Stres
5. Diet
6. DM
7. Alkohol
8. Rokok
9. Kopi
D. Kerangka Konsep
OBESITAS HIPERTENSI
E. Hipotesis
1. Terdapat hbubngan antara obesitas dengan hipertensi yang disebabkan karena kurang
berolahraga.
2. Terdapat hubungan antara usia dengan hipertensi pada usia 25-45 tahun
3. Terdapat hubungan antara obesitas dan hipertensi sebanyak 24 orang (43,8%)