Anda di halaman 1dari 16

RESUME MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN STRATEJIK

KELAS EA

Dosen Pengampu : Dr. Bambang Hariadi, SE., M. Ec.

RPS 10: PREFERRED STOCK, WARRANTS, AND CONVERTIBLES

Disusun Oleh:

CALISTA FREDLINA IRMA THAHIRAH – 216020201111011

FAJAR KUSUMA - 216020200141005

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
A. Saham Preferen
Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga
obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor.
Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut Sundjaja at. al
(2002:322) adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.
2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda
tanpa mengambil risiko untuk memaksakan jika usaha sedang lesu yaitu dengan tidak
membagikan bunga atau membayar pokoknya.
3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh
perusahaan dengan pembayaran melalui utang baru dan divestasi.
A.1 Tipe-tipe Saham Preferen
- Adjustable Rate Preferred Stock
Saham preferen tingkat disesuaikan (ARPS) adalah cara perusahaan dapat
menerbitkan saham preferen yang dividennya mengambang dengan beberapa suku
bunga acuan seperti U.S. T-bills. Pemegang saham preferen baik obligasi maupun
saham ekuitas, memiliki keuntungan (misalnya: dividen) lebih tinggi daripada
pemegang saham biasa. Lebih lanjut, salah satu risiko ARPS adalah pembayaran
dividen pada pemegang saham preferen akan menurun jika suku bunga turun.
- Market Auction Preferred Stock (Saham Preferen Lelang)
Saham preferen pasar lelang (AMPS) adalah jenis saham preferen yang
menampilkan variable hasil dividen. Tingkat dividen pada AMPS biasanya diatur
ulang setiap satu hingga lima minggu melalui dutch auction. Dutch Auction adalah
lelang publik di mana investor mengajukan penawaran untuk jumlah penawaran
yang ingin mereka beli dan harga yang bersedia mereka bayar.
A.2 Keunggulan dan Kekurangan Saham Preferen
Keunggulan Saham Preferen :
• Cumulative preference share atau dalam artian membagikan dividen di akhir tahun
secara bersamaan menggunakan sistem akumulasi untuk tahun berikutnya kepada
pemegang saham
• Participating preference share, yaitu keuntungan perusahaan yang masih tersisa
akan diprioritaskan atas setiap pemegang saham
• Bila perusahaan melakukan likuiditas maka uang hasil investasi akan lebih dulu
diberikan kepada pemilik saham preferen sebelum pemilik saham biasa
• Nilai dividen yang didapat lebih besar apabila dibandingkan dengan saham biasa
Kekurangan Saham Preferen :
• Saham preferen hanya diterbitkan perusahaan yang sedang sangat
membutuhkannya.
• Tidak terdapat hak paksa dalam saham preferen untuk setiap dividen yang
dibagikan.
• Pemegang saham preferen akan dibebankan setiap kewajiban yang diberikan dan
harus dibereskan kepada perusahaan penerbit saham.
• Fluktuasi harga saham preferen lebih besar bila dibandingkan dengan harga
obligasi.

B. Warrant
Pada dasarnya, warrant adalah suatu hak yang diberikan kepada para pemilik saham untuk
membeli berbagai lembaran saham pada suatu harga yang sudah ditentukan oleh perusahaan
emiten yang menerbitkannya dalam kurun waktu tertentu. Warrant adalah suatu produk turunan
di pasar modal yang sering diberikan kepada para pemilik modal atau investor saat ingin
membeli suatu saham baru. Saat membeli suatu warrant, maka para investor akan diberikan hak
untuk bisa menebus saham yang harganya sudah ditetapkan di kemudian hari. Warrant
diterbitkan oleh emiten untuk menarik minat para investor, sehingga bisa terlibat langsung
dalam IPO atau right issue pada suatu saham baru. Hal ini mengingat para investor cenderung
akan melirik saham dari emiten yang tampil lebih stabil, seperti dari sektor perbankan ataupun
consumer goods. Terlebih lagi, para investor juga memiliki keinginan kuat untuk melakukan
investasi dalam jangka waktu panjang. Dengan diterbitkannya warrant, maka akan menarik
perhatian banyak investor. Lebih lanjut, harganya pun cenderung lebih murah daripada harga
saham pada umumnya.
B.1 Keuntungan dan Risiko Warrant
Keuntungan Warrant
Salah satu keuntungan dari warrant adalah nilai keuntungan yang besar. Dalam
trading warrant, tidak ada istilah proses auto-reject seperti yang ada pada
trading saham. Tidak adanya proses ini bisa dijadikan celah oleh para investor
untuk mendapatkan keuntungan yang sangat banyak.
Risiko Warrant
Warrant adalah produk investasi saham yang memiliki tingkat risiko yang tinggi
dikarenakan harga warrant sangat spekulatif. Selain itu, tinggi atau rendahnya harga
suatu warrant juga dipengaruhi oleh perusahaan emitennya. Jika nilai saham pada
emiten tersebut ternyata sedang turun, maka tentunya akan mempengaruhi harga
warrant. Setiap investor warrant harus pandai dalam menganalisa waktu terbaik untuk
menjual warrant, karena umumnya produk tersebut mempunyai tanggal jatuh tempo.
Semakin dekat tanggalnya, maka harga warrant tersebut bisa menjadi semakin tidak
berharga. Untuk itu, sebelum membeli suatu warrant perlu untuk mempelajari prospek
emiten dan juga performa harga sahamnya di masa depan.
B.2 Menghitung Harga Wajar Warrant
Terdapat tiga hal yang harus diketahui oleh setiap investor yang ingin menghitung
harga wajar pada suatu warrant, yaitu harga penebusan (harga eksekusi) yang
ditetapkan oleh perusahaan, waktu atau tanggal penebusan, serta harga induk saat ini.
Nilai Wajar Warrant = (Nilai pasar harga saham biasa – harga eksekusi) x
Jumlah saham biasa dibeli dengan satu lembar waran.
Contoh sederhana:
PT Buaran Jaya Tbk memiliki waran yang beredar dengan harga eksekusi Rp2.000 per
lembar dengan perincian, satu lembar waran akan mendapat hak membeli tiga lembar
saham biasa. Harga saham PT Buaran Jaya Tbk sekarang adalah Rp2.500, per lembar, maka
harga waran dari perusahaan ini seharusnya dijual di angka:
(Rp2.500 – Rp2.000) x 3 = Rp1.500.

Setidaknya ada tiga hal yang memengaruhi harga warrant, yaitu :


1. Jangka waktu jatuh tempo, volatilitas harga saham, dan tingkat suku bunga bebas
risiko. Semakin panjang umur sebuah warrant, maka akan semakin tinggi nilai
spekulatifnya, begitupun sebaliknya, semakin pendek umurnya, maka semakin rendah
nilainya.
2. Saham warrant juga dipengaruhi oleh volatilitas dari harga saham yang menjadi aset
dasarnya. Apabila harga volatilitasnya tinggi, maka semakin tinggi pula nilai
spekulatifnya dan sebaliknya.
3. Warrant didasarkan pada tingkat suku bunga bebas risiko. Apabila tingkat suku bunga
risiko semakin tinggi, maka imbal hasil tabungan dari waran juga akan mengalami
kenaikan dan semakin tinggi nilai spekulatifnya.
Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan
yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada
periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut.

Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu :
Dilihat dari sisi penerbit :
• Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk
badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
• Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
• Municipal Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai
proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

Dilihat dari sistem pembayaran bunga :


• Zero Coupon Bonds : obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara
periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
• Coupon Bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai
dengan ketentuan penerbitnya.
• Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan
sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
• Floating Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti
average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari
bank pemerintah dan swasta.

Dilihat dari hak penukaran / opsi :


• Convertible Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
• Exchangeable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik
penerbitnya.
• Callable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
• Putable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan
emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
tersebut.

Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya :


a. Secured Bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau
dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya
adalah:
• Guaranteed Bonds : Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin
denan penangguangan dari pihak ketiga
• Mortgage Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan
agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
• Collateral Trust Bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki
penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang
dimilikinya.
b. Unsecured Bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi
dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

Dilihat dari segi nilai nominal


• Conventional Bonds : obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp
1 miliar per satu lot.
• Retail Bonds : obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang
kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil :


a. Conventional Bonds : obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon
bunga.
b. Syariah Bonds : obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah,
yaitu:
• Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan
akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas
obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
• Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad
sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

Karakteristik Obligasi :
• Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima
oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
• Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara
berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon
obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
• Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode
jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.
Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di
prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang
memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang
jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.
• Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan
faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko /
kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau
pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating)
obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic
Indonesia.

Pengertian
Convertible bond atau yang biasa kita kenal dengan istilah “obligasi konversi” adalah sekuritas
utang perusahaan pendapatan tetap yang menghasilkan pembayaran bunga, tetapi dapat diubah
menjadi saham biasa atau saham ekuitas yang telah ditentukan sebelumnya. Konversi dari
obligasi menjadi saham dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu selama umur obligasi dan
biasanya atas kebijakan pemegang obligasi. Jika harga saham mengalami penurunan sejak
tanggal penerbitan obligasi, investor dapat menahan obligasi hingga jatuh tempo dan
mendapatkan bayaran sesuai nilai nominalnya.
Jika harga saham naik secara signifikan, investor dapat mengubah obligasi menjadi saham dan
menahan atau menjual saham sesuai kebijakan mereka. Idealnya, seorang investor ingin
mengubah obligasi menjadi saham ketika keuntungan dari penjualan saham melebihi nilai
nominal obligasi ditambah jumlah pembayaran bunga tersisa.

Alasan utama perusahaan menerbitkan convertible bond :


• Tingkat suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang
dapat diberikan oleh emiten untuk utang non konversi.
• Keinginan untuk meningkatkan modal ekuitas tanpa melepaskan kontrol kepemilikan
lebih dari yang dibutuhkan.
• Memperoleh pembiayaan saham biasa dengan harga lebih murah.

Keuntungan dan Kelemahan Convertible Bond :


Keuntungan :
1. Bentuk bantuan untuk perusahaan meminimalkan sentimen investor negatif yang akan
mengelilingi penerbitan ekuitas. Setiap kali perusahaan menerbitkan saham atau ekuitas
tambahan, itu menambah jumlah saham yang beredar dan melemahkan kepemilikan
investor yang ada.
2. Membantu memberikan keamanan kepada investor jika terjadi gagal bayar.

Kelemahan ;
Sebuah perusahaan pemula misalnya, mungkin memiliki proyek yang membutuhkan modal
dalam jumlah besar yang mengakibatkan kerugian pendapatan jangka pendek. Namun, proyek
tersebut harus mengarahkan perusahaan pada profit di masa depan.

Pergerakan Convertible Bond


Opsi beli adalah perjanjian yang memberikan hak kepada pembeli opsi bukan kewajiban untuk
membeli saham, obligasi, atau instrumen lain dengan harga tertentu dalam periode tertentu.
Namun, convertible bond cenderung menawarkan tingkat kupon yang lebih rendah atau tingkat
pengembalian sebagai ganti nilai opsi untuk mengubah obligasi menjadi saham biasa.
Perusahaan mendapatkan keuntungan karena mereka dapat menerbitkan utang dengan tingkat
bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan penawaran obligasi tradisional. Namun, tidak
semua perusahaan menawarkan convertible bond. Selain itu, sebagian besar convertible bond
dianggap berisiko atau lebih tidak stabil daripada instrumen pendapatan tetap pada umumnya.

Kelebihan :
• Investor menerima pembayaran bunga suku bunga tetap dengan opsi untuk
mengkonversi ke saham dan mendapatkan keuntungan dari apresiasi harga saham.
• Investor mendapatkan keamanan risiko karena pemegang obligasi dibayar sebelum
pemegang saham biasa.
• Perusahaan mendapat keuntungan dengan meningkatkan modal tanpa segera mendilusi
saham mereka.
Kelemahan :
Karena opsi untuk mengubah obligasi menjadi saham biasa, mereka menawarkan tingkat
kupon yang lebih rendah.

Akuntansi untuk obligasi konversi :


Obligasi konversi dianggap instrumen campuran, maka menggunakan metode with-and-
without dalam menilai instrumen campuran. Langkah-langkah :
1. Menentukan nilai pasar obligasi konversi dengan komponen ekuitas dan liabilitas.
2. Menentukan komponen liabilitas dengan menghitung NPV (net present value) dari
semua aliran kontraktual cashflow dimasa mendatang yang di diskontokan dengan
tingkat bunga pasar.
3. Mengurangi komponen liabilitas yang dihitung pada langkah kedua dari nilai pasar
obligasi konversi akan diperoleh nilai ekuitas.

Harga Obligasi :

Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi
dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal.

Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:

• Par (nilai Par) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai
nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100%
x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
• at premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal:
Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi
adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta
• at discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal:
Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari
obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.

Yield Obligasi :

Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan
sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk
dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus
mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian
tahunan yang akan diterima.

Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield to maturity.
1. Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah kupon yang diterima
selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut.

Contoh: Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17%
per tahun sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal Rp
1.000.000.000, maka:

2. Sementara itu yield to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian atau pendapatan
yang akan diperoleh investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula
YTM yang seringkali digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau
pendekatan nilai YTM, sebagai berikut:
Keterangan:
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
M = Market value
P = harga pembelian (purchase value)
Contoh: Obligasi XYZ dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94,25% memiliki
kupon sebesar 16% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 12 juli 2007.
Berapakah besar YTM approximationnya ?
C = 16%
n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3,853 tahun
R = 94,25%
P = 100%
REVIEW JURNAL

Jurnal : Is individual trading priced in the preferred stock discount ?


Penulis : Cheol Park, Paul Moon Sub Choi, Joung Hwa Choi
Jenis Jurnal : Emerging Markets Review

Pendahuluan
• Diskon keseluruhan saham preferen terhadap saham biasa yang sebanding adalah
fenomena yang terus-menerus ditemukan di mana-mana dan secara global. Perbedaan
lintas negara dalam diskon sesuai dengan premi hak suara untuk pemegang saham biasa
yang bervariasi.
• Literatur secara teoritis memprediksi bahwa risiko pedagang kebisingan (NTR)
menyimpang dari harga aset dari nilai fundamentalnya. Mengingat hal ini, kami secara
khusus menggunakan bobot perdagangan individu (ITWs) dari pasangan saham biasa
dan saham preferen sebagai proksi untuk NTR yang terkait dengan PSD.
• Investor individu telah lama dicurigai sebagai pedagang yang berisik di pasar saham
karena akses mereka yang terbatas ke informasi internal dan fundamental perusahaan.
Jensen (1968) dan Sewa dkk. (1974) menunjukkan bahwa individu sering cenderung
untuk memperdagangkan saham tunggal pada kebisingan yang salah atau berinvestasi
dalam reksa dana dengan biaya tinggi daripada membangun atau memegang portofolio
pasar. Kyle (1985) dan Black (1986) juga melabeli individu yang tidak tahu informasi
tentang kebisingan pedagang untuk perilaku perdagangan suboptimal mereka di pasar.
• Dalam literatur keuangan perusahaan, selain perbedaan dua kelas dalam pembayaran
dividen, penyebab PSD sebagian besar telah dijelaskan oleh tidak adanya hak suara
setelah karya mani Zingales (1994, 1995). Pertama, keuntungan pribadi dengan kontrol
manajemen yang disertai dengan hak suara dapat membuat saham biasa dengan hak
suara lebih berharga daripada saham preferen (Zingales, 1994). Kedua, deviasi harga
antara saham biasa dan saham preferen tidak substansial di negara-negara dengan
kepemilikan dan manajemen perusahaan yang terpisah dengan baik dan komposisi
pemegang saham yang sangat terdiversifikasi, seperti AS (Zingales, 1995). Berbagai
kasus negara untuk Israel (Levy, 1983), Inggris (Megginson, 1990), Swiss (Horner,
1988), Korea (Chung dan Kim, 1999; Kim et al., 1996) dan 18 negara (Nenova, 2003)
juga menunjukkan variasi cross-sectional PSD bersama dengan penyimpangan dalam
premi hak suara karena stratifikasi lintas batas tata kelola perusahaan
• Di Korea, perubahan institusional yang mempengaruhi keuntungan pribadi dari
pemegang saham besar seiring dengan kepemilikan mereka (Chung dan Kim, 1999;
Kim et al., 1996) dan yang terjadi di pasar untuk kontrol perusahaan (Kook dan Jung,
1996), dan pergantian saham preferen (Chay dan Moon, 2005; Han, 2010) tampak
penting dalam mengevaluasi hak suara dan menentukan PSD.
• Di pasar saham Korea, saham preferen, rata-rata, menunjukkan perdagangan individu
yang lebih besar daripada daftar saham biasa yang sebanding. Karena penciptaan NTR
tergantung pada volume pedagang individu yang tidak mendapat informasi (De Long
et al., 1990), mengikuti saran Choi dan Choi (2018) tentang ITW sebagai proxy untuk
NTR, kami berharap diskon saham preferen akan membesar sesuai dengan peningkatan
ITW relatif terhadap saham biasa yang sebanding. Sepasang ekuitas umum dan saham
preferen tertentu, yang memiliki karakteristik tingkat perusahaan yang identik, dapat
dikontraskan oleh ITW setelah mengendalikan risiko fundamental dan sistematis dan
perbedaan kelas ganda dalam hasil dividen, hak suara, dan omset.

Data
2.1. Database
• Harga harian 185 pasang saham biasa dan saham preferen yang terdaftar di KSE dan
Kosdaq dari Januari 2000 hingga Oktober 2014 diperoleh dari DataGuide. Informasi
lain tentang dividen, hak suara, volume dan jumlah perdagangan, dan informasi
transaksi juga diperoleh dari DataGuide.
• Tren deret waktu dari tingkat diskonto saham preferen dan variabel penjelas utama
Sebagai variabel terikat, diskonto saham preferen (PSD) adalah selisih harga saham
biasa atas saham preferen dibagi dengan harga saham biasa (Zingales, 1994; Kim et al.,
1996). Untuk variabel terkait dividen, variabel dummy dividen (Dividen) periode
tertentu sama dengan satu jika pembayaran dilakukan pada periode sebelumnya, untuk
pembayaran dividen dianggap sebagai sinyal yang kredibel dan konsisten, atau nol
sebaliknya. 5 hari perdagangan sebelum hari dividen tertentu (Penurunan Dividen)
dikendalikan dengan variabel dummy yang akan berinteraksi dengan boneka dividen
dalam model egression karena PSD dapat berkontraksi hingga hari dividen yang
diumumkan karena permintaan yang lebih tinggi untuk saham preferen isu. Untuk
variabel terkait hak suara, kontrol mutlak diperoleh oleh pemegang saham dengan lebih
dari 50% saham (Kontrol Absolut). Nilai hak suara secara non-linier dipengaruhi oleh
saham pemegang saham besar (Largest Stake). Karena kepemilikan pemegang saham
besar secara bertahap meningkat jauh dari saham kendali absolut, nilai hak suara akan
meningkat pada pertarungan proxy yang lebih mungkin (Pertarungan Proksi). Namun,
karena kemungkinan pertarungan proxy lebih rendah setelah perolehan kendali mutlak
(lebih dari 50% saham), hak suara akan dinilai lebih sedikit saat itu setelah stabilisasi
manajemen. Perusahaan sampel apakah berafiliasi dengan konglomerat (ditunjuk oleh
Komite Perdagangan Adil Korea) atau tidak (Chaebol). Ukuran likuiditas adalah omset
(volume perdagangan dinormalisasi dengan jumlah total saham yang beredar), dan
volume dolar dan rasio Amihud (2002). Amihud's (2002) menyarankan rasio nilai
absolut pengembalian atas volume dolar kontemporer sebagai ukuran likuiditas. Bobot
perdagangan individu (ITW) adalah rasio volume perdagangan individu saham
terhadap total volume perdagangan saham. Semua ukuran relatif dalam penelitian ini
adalah ekses saham preferen atas saham biasa. Semua perkiraan selain koefisien
autokorelasi dan statistik Durbin-Watson berada pada frekuensi tahunan. Koefisien
autokorelasi dan statistik Durbin-Watson untuk ITW relatif (RITW) dan PSD
didasarkan pada pengamatan bulan perusahaan.

Variabel :
2.2. Variabel
2.1. Diskon saham preferen Ada tiga ukuran PSD yang diketahui dalam literatur. Pertama,
Zingales (1994) dan Kim et al. (1996) mendefinisikan PSD sebagai perbedaan harga saham
biasa atas saham preferen dibagi dengan harga saham biasa untuk studi Italia dan Korea
masing-masing: Harga saham biasa Harga saham preferen . Harga saham biasa Kedua,
berbagai kasus negara yang mempelajari AS (Cox dan Roden, 2002), Rusia (Muravyev,
2004), dan Korea (Chay dan Moon, 2005; Han, 2010) semuanya mengadopsi rasio harga
saham preferen daripada saham biasa. listing seperti: Harga saham preferen Harga saham
biasa . Terakhir, dalam analisis mereka tentang perubahan institusional dalam hak suara,
Kook dan Jung (1996) menggunakan premi relatif dari saham biasa yang diberikan untuk
mengukur nilai hak legal sebagai berikut: Harga saham preferen Harga saham biasa , Harga
saham preferen yang mungkin menjadi terlalu tidak stabil sebagai variabel dependen,
karena sifat harga saham preferen yang lebih fluktuatif.

2.2.2. Variabel penjelas Diskon saham preferen, atau premi saham biasa, sebagian besar
telah dijelaskan oleh perbedaan kelas ganda dalam dividen, hak suara dan omset dalam
literatur. Dalam penelitian ini, kami memperkenalkan kepadatan pedagang individu
sebagai proksi NTR yang berkontribusi dalam menentukan PSD.

2.2.2.1. Bobot perdagangan individu. Choi and Choi (2018)7 menyarankan ITW sebagai
proxy untuk NTR yang menjelaskan return saham, dan mereka mendefinisikan
ITW saham i dalam interval perdagangan t sebagai: ITW Volume perdagangan
individu saham / Total volume perdagangan saham

2.2.2.2. Bobot perdagangan individu relatif. De Long dkk. (1990) menunjukkan bahwa
saham-saham dengan proporsi pedagang individu yang tinggi dapat memberikan
potongan harga karena NTR. Dengan asumsi ITW adalah proksi untuk NTR,
penelitian ini menguji apakah kelebihan ITW dari saham preferen atas saham biasa
dapat berfungsi sebagai penentu PSD yang bermakna secara statistik dan ekonomi.

2.2.2.3. Dividen.
Karena saham preferen tipe lama Korea cenderung menghasilkan dividen tambahan 1%
(berlawanan dengan nilai nominal KRW 5000, sehingga KRW 50 lebih banyak)
dibandingkan dengan saham biasa, pengumuman pembayaran dividen daripada jumlah
dividen akan mempengaruhi diskon relatif saham preferen. Variabel dummy dividen
pada tahun tertentu (y) sama dengan satu jika pembayaran terjadi pada tahun
sebelumnya (y−1) dari saham biasa (i), atau nol sebaliknya. Lag digunakan karena
pembayaran dividen dianggap sebagai sinyal yang kredibel secara konsisten.

3. Hasil utama
NTR dalam perdagangan saham berasal dari ketidakpastian harga jangka pendek karena
persepsi yang salah dari pedagang yang kurang informasi. Secara umum, saham yang salah
harga akan diidentifikasi oleh pedagang atau arbitrase yang terinformasi yang akan memaksa
perdagangan mereka menuju nilai wajar. Namun, kehadiran pedagang kebisingan akan
mencegah arbitrase memasuki pasar di bawah ketidakseimbangan karena sifat jangka pendek
dari portofolio mereka. Akibatnya, harga saham yang dipindahkan akan bertahan untuk waktu
yang lama (De Long et al., 1990). Bagian ini memberikan hasil uji empiris dari pertanyaan
penelitian kami yang berkaitan dengan NTR. Pertama, penelitian ini berfokus apakah kelebihan
ITW dari daftar saham preferen yang diberikan atas ekuitas umum yang sebanding menentukan
pengendalian PSD untuk karakteristik tingkat perusahaan yang identik dan perbedaan kelas
ganda dari dividen, hak suara, dan omset.

Saham preferen tidak membebani leverage perusahaan atau melemahkan kepemilikan yang
ada, sementara mereka memenuhi kebutuhan investor yang menyukai arus kas yang lebih
tinggi daripada hak suara dan berhak dengan senioritas dalam klaim aset dan dividen yang
belum dibayarkan secara kumulatif. Oleh karena itu, deviasi harga antara saham biasa dan
saham preferen dengan nilai fundamental yang identik diketahui dalam literatur sebagai akibat
dari perbedaan kelas ganda dalam dividen dan hak suara. Namun, karena arus kas tambahan
kepada pemegang saham preferen di Korea adalah marjinal (dividen 1% tambahan terhadap
nilai nominal KRW 5000 relatif terhadap saham biasa), premi hak suara saham biasa telah
dianggap sebagai sumber dominan PSD persisten di Korea.11 Di mana-mana diamati di banyak
pasar modal di seluruh dunia, PSD tidak hanya bervariasi secara struktural lintas batas karena
perbedaan dalam tingkat kedaulatan tata kelola perusahaan, tetapi juga berfluktuasi dari waktu
ke waktu. Saham preferen yang terdaftar di Korea telah diperdagangkan dengan diskon rata-
rata 10% terhadap ekuitas biasa pada tahun 1990-an, tetapi perbedaannya telah meluas hingga
kisaran 20% hingga 40% sejak tahun 2000.12 Seperti yang terlihat pada Tabel 2, tren moderat
dalam nilai hak suara menyiratkan elemen tersembunyi dari tingkat diskonto yang bervariasi
waktu dari ekuitas pilihan. Oleh karena itu, Muravyev (2004) dan Chay dan Moon (2005)
berpendapat bahwa perbedaan omset relatif antara saham biasa dan saham preferen dapat
menjadi faktor penjelas yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai