Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DASAR MENULISKAN AL-QURAN DAN ETIKA MENULIS HURUF


HIJAIYAH

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Baca Dan Tulis Al-Qur’an”

Dosen Pengampuh:

H. Marwan Sileuw, S. Ag, M. Pd

Disusun Oleh:

Partono

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK PAPUA

FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2021/2022

Jln. Merah Putih Buper Waena Distrik Heram Kota Jayapura Prov. Papua
Tlp. (0967) 572126 Fax. (0967) 572125 Kode Pos 99351
KATA PENGANTAR

ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬

‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ أَ َّما بَ ْع ُد‬


َ ‫صلِّ ْي َونُ َسلِّ ُم َعلَى َخي ِْر ْاألَن َِام َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َو‬
َ ُ‫ َون‬.‫ان َو ْا ِإل ْسالَ ِم‬
ِ ‫ْال َح ْم ُد ِهللِ الَّ ِذيْ أَ ْن َع َمنَا بِنِ ْع َم ِة ْا ِإل ْي َم‬

Bismillaahirrohmaanirroohiim, dengan menyebut asma Allah yang MahaPengasih dan

Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur ke Hadirat Allah Azzawa Jalla atas segala nikmat,

hidayah dan segala bentuk pertolongan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah dengan judul ”Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah”,

yang selama ini belum pernah di pelajari sama sekali oleh penulis.

Dalam makalah ini, kami sebagai penulis menyadari banyak sekali kekurangan-

kekurangan dalam penyusunan, baik referensi, data dan tata cara dalam menyampaikan. Oleh

karenanya, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar kami semakin

termotivasi agar kedepan menjadi lebih baik.

Akhir kata kami mengucapkan banyak terima-kasih kepada bapak dosen pembimbing

yang sangat berperan dalam pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir nanti. Jaza kallohu

khoiron, semoga Allah SWT membalas yang lebih baik amiiiin…

Semoga makalah ini membawa manfaat untuk kita sekalian.

Jayapura, 30 Oktober 2021

Partono

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah....................................................................................... 4

B. Teknik Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah....................................................................................... 5

C. Metode Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah....................................................................................... 6

D. Indikator Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah....................................................................................... 8

E. Gagasan Menulis Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah....................................................................................... 9

F. Etika Menulis Huruf Hijaiyah..................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 12

B. Saran............................................................................................ 12

i
Daftar Rujukan............................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci bagi orang Islam dan merupakan kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi manusia. 1 Dalam

al-Qur’an terdapat beberapa unsur di dalamnya, di antaranya: unsur bacaan yang dibahas

ilmu qira’at, unsur kandungan yang dibahas ilmu tafsir, dan unsur tulisan yang dibahas

ilmu rasm. Ilmu rasm al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf al-

Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafallafalnya maupun

bentuk-bentuk huruf yang digunakan.2

Pada masa Nabi Muhammad saw penulisan mushaf al-Qur’an yang dipegang oleh

para sahabat tidak memiliki pola standar, sehingga mushaf tersebut berbeda satu dengan

yang lainnya, karena memang dikhususkan untuk kebutuhan pribadi dan tidak

direncanakan untuk diwariskan ke generasi setelahnya. Namun, banyaknya tragedi-tragedi

sejarah umat Islam sehingga mengharuskan untuk menyamaratakan tulisan al-Qur’an

tersebut.

Penulisan al-Qur’an bermula saat kekhalifahan Abubakar atas usul Umar bin Khattab

yang merasa khawatir akan semakin menghilangnya para penghafal al-Qur’an. Karena itu,

tujuan pokok dalam penyalinan al-Qur’an di zaman Abubakar masih dalam rangka

pemeliharaan. Setelah itu, di zaman ke khalifahan Usman bin Affan untuk

menyempurnakannya menjadi mushaf yang mana dalam penulisannya maupun pada

urutannya ditentukan oleh para sahabat dengan tujuan untuk menyatukan kaum muslimin

pada satu macam mushaf dengan menyeragamkan bacaan serta menyatukan tertib susunan

1
Nasruddin, “Sejarah Penulisan al-Qur’an (Kajian Antropologi Budaya)”, Jurnal Rihlah, Vol. 2, No. 1, 2015,
hlm.53
2
Mira Shodiqoh, “Ilmu Rasm al-Qur’an”, Jurnal Tadris, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 1

1
ayat-ayatnya. Dengan demikian tidak terjadi perbedaan pemahaman antara mushaf dengan

mushaf yang lain.3

Sehingga, penulisan ayat-ayat al-Qur’an pun, berawal dari membaca alQur’an,

menjaganya dan untuk mengingat hafalannya. Aktivitas penulisannya juga membutuhkan

nilai-nilai spiritual dan kesungguhan yang luar biasa, agar penulisan naskah al-Qur’an 30

juz selesai dengan baik. Sebab al-Qur’an, adalah kitab suci umat Islam yang senantiasa

terjaga otentifikasinya, maka kesalahan penulisan bisa berakibat fatal. Sehingga

standarisasi al-Qur’an sangat dibutuhkan untuk menyamakan semua tulisan mushaf al-

Qur’an tersebut.

Indonesia memiliki mushaf al-Qur’an standar yang menjadi patokan dalam penulisan

dan penerbitan al-Qur’an sejak tahun 1984. Ada tiga varian Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, yaitu Mushaf al-Qur’an Standar Usmani untuk orang awas, Mushaf al-Qur’an

Standar Bahriyah untuk para penghafal al-Qur’an, dan Mushaf al-Qur’an Standar Braille

untuk para tunanetra.4

Dalam dunia pendidikan kemampuan menulis Al-Qur’an juga sudah diajarkan sejak

anak memasuki dunia sekolah, seperti menulis huruf hijaiyah, kosa kata Arab, dan ayat-

ayat Al-Qur’an. Pendidikan menulis Al-Qur’an sulit untuk dikuasai karena menulis Al-

Qur’an menghendaki penguasaan berbagai unsur, baik itu ketepatan dalam kaidah yang

berlaku dalam menyalin naskah ataupun imla.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan permasalahan yang nantinya

akan dijawab dalam pembahasan makalah ini adalah :

3
Syamsuddin Arif, “Tekstualisasi al-Qur’an: Antara Kenyataan dan Kesalahpahaman”, Jurnal Peradaban
Islam, Vol. 12, No. 2, 2016, hlm. 236
4
Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia”, Jurnal Suhuf, Vol. 2, No. 1, 2011,
hlm.1-2.

2
1. Apa Pengertian Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah?

2. Bagaimana Teknik Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah?

3. Bagaimana Metode Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah?

4. Bagaimana Indikator Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf

Hijaiyah?

5. Bagaimana Gagasan Menulis Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah?

6. Bagaimana Etika Menulis Huruf Hijaiyah?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Pengertian Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

2. Untuk Mengetahui Teknik Dasar dan Metode Dasar Serta Indikator Dasar

Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

3. Untuk Mengetahui Gagasan Menulis Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

4. Untuk Mengetahui Etika Menulis Huruf Hijaiyah

Dari sisi lain, semoga makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat dalam

beberapa hal antara lain:

1. Menambah Khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan.

2. Menambah dan memperluas wawasan pemakalah dan pembaca tentang dasar

menuliskan al-quran dan etika menulis huruf hijaiyah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

Menulis dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah membuat huruf (angka dan

sebagainya) dengan alat tulis (pena). Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang

mencakup gerakan lengan, tangan, jari, dan secara terintegrasi.5

Saat ini kemampuan menulis menjadi hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang.

Mampu dan terampil menulis dengan baik dan benar menjadi salah satu tujuan

pembelajaran di sekolahsekolah baik yang formal maupun informal. Dengan menulis anak

dapat membaca kembali huruf-huruf yang di tulisnya. Selain itu, anak akan lebih cepatdan

tahan lama untuk mengingatnya.6

Kata huruf berasal dari bahasa arab : Harfun, Al-Harfu. Huruf arab yang terdapat

dalam Al-Qur’an terdiri dari 28 huruf atau 30 ( termasuk lam-Alif dan Hamzah) yang

sering disebut dengan huruf hijaiyyah.7 Dalam menulis huruf hijaiyyah, diperlukan suatu

keterampilan dan potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seseorang

tidak dilatih secara continue dan konsisten, maka potensi tersebut menjadi hilang

perlahan-lahan.

Sebagaimana yang diungkapkan Kusnawan dalam bukunya “Berdakwah Lewat

Tulisan” pada dasarnya setiap orang memiliki keterampilan dan potensi dalam menulis,

hanya saja keterampilan dan potensi yang dimiliki harus dikembangkan.8

Kata huruf berasal dari bahasa arab harf atau huruuf (‫)ح}}رف او ح}}روف‬. Huruf arab

disebut juga huruf hija’iyah (‫ )هجائية‬. Kata hija’iyah berasal dari kata kerja hajjaa (

5
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 224
6
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009), hlm. 134
7
Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2005), hlm.5
8
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid Press, 2004), hlm. 5

4
‫)هجى‬yang artinya mengeja, menghitung huruf, membaca huruf demi huruf. Huruf

hija’iyah disebut pula huruuf tahjiyyah (‫)حروف تهجية‬.

Huruf hijaiyah disebut juga alfabet arab. Kata alfabet itu sendiri berasal dari bahasa

arab alif, ba’, ta’.9 Kata abjad juga berasal dari bahasa arab a-ba-ja-dun; alif, ba’, ta’, jim,

dan dal (‫ )أبجد‬. Namun ada pula yang menolak pendapat ini dengan alasan, huruf hijaiyah

mempunyai aturan urutan yang berbeda dengan terminologi abjad. Huruf hijaiyah dimulai

dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara terpisah-pisah. Sedang terminologi abjad

urutannya disusun dalam bentuk kalimat (‫)أبجد هوز حطى كلمن سعفص قرشت‬, di samping itu

terminologi abjad lebih bersifat terbatas pada bahasa samiyah yang lokal (lughah samiyah

al-umm).

Huruf hijaiyah berjumlah 28 huruf tunggal atau 30 jika memasukkan huruf rangkap

lam-alif (‫ )ال‬dan hamzah (‫ )ء‬sebagai huruf yang berdiri sendiri. Orang yang pertama kali

menyusun huruf hijaiyah secara berurutan mulai dari alif sampai ya’ adalah Nashr Bin

‘Ashim Al-Laitsi (‫)ناصر بن عاص}}م اللي}}ثي‬. Cara menulis huruf Arab berbeda dengan huruf

Latin. Kalau huruf Latin dari kiri ke kanan maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri.10

Dari pengertian-pengertian di atas maka Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika

Menulis Huruf Hijaiyah adalah catatan yang diperagakan oleh siswa dalam menulis Al-

Qur’an dengan cara menyalin atau meniru huruf-huruf yang dirangkai menjadi satu

kalimat atau ayat ayat Al-Qur‟an maupun syakal atau tanda baca yang benar. Selain itu

juga Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah dalah keterampilan

menuliskan huruf-huruf hijaiyah dalam Al Qur’an sesuai dengan kaidah penulisan yang

benar.

B. Teknik Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah


9
Abd. Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab Dengan Metode
Komparatif (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988), hlm. 5
10
Philip K. Hitti, History Of The Arab, (Jakarta: Serambi, 2005), hlm. 64.

5
1. Berbentuk tunggal

Tandanya tidak dapat bersambung dari kanan dan ke kiri. Dia selalu terpisah

sebab menuliskan huruf arah dari kanan ke kiri.

2. Berbentuk akhir

Mengapa dari tunggal lompat ke akhir? Karena bentuk tunggal dan akhir sama

besar dan kecilnya, sama tinggi rendahnya, sama panjang pendeknya, dan sama

gemuk kurusnya. Tandanya dapat bersambung ke kanan saja, yang dibuat dari huruf

tunggal disambung dari kanan terletak di akhir rangkaian.

3. Berbentuk awal

Tandanya dapat bersambung ke kiri saja, yang dibuat dari huruf tunggal yang

di potong ekornya, dan terletak di awal rangkaian.

4. Berbentuk tengah

Yaitu yang dapat bersambung dari kanan ke kiri, yang dibuat dari huruf awal,

sambung saja kanan, dan terletak di tengah-tengah perangkaian. (Muhaimin, 2003:11)

Ada beberapa teknik dasar menuliskan al-quran dan etika menulis huruf hijaiyah, yaitu:

1. Penulisan huruf Arab dimulai dari arah sebelah kanan ke kiri.

2. Huruf-huruf itu ada yang dapat menyambung dan disambung, ada yang bisa

disambung tetapi tidak bisa menyambung. Di antara 28 huruf hijaiyyah di bawah ini

adalah huruf-huruf yang dapat disambung tetapi tidak dapat menyambung.

‫ادذرزو‬

3. Masing-masing mempunyai bentuk huruf sesuai posisinya (di awal, di tengah maupun

di akhir)

4. Semua huruf Arab adalah konsonan, termasuk alif, wawu dan ya (sering disebut huruf

illat), maka mereka memerlukan tanda vokal (syakkal).

C. Metode Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

6
Salah satu metode menulis al-Qur’an adalah dengan cara imla’. Menurut Mahmud

Ma’ruf dikutip dari Imla’ adalah menuliskan huruf-huruf sesuai posisi nya dengan benar

dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan makna. Imla’ (Imla’i) adalah

katergori menulis yang menekankan pada rupa atau postur huruf dalam bentuk kata-kata

atau kalimat.11

Dalam pembelajaran menulis Al-Qur‟an terdapat beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode klasikal, yaitu menyuruh siswa untuk membaca secara bersamasama, dengan

bacaan yang sama dan dengan batas baca yang sama. Sehingga siswa yang tidak bisa

membaca menjadi bisa membaca, kemudian disuruh untuk menulisnya.

2. Metode individual, metode diimplementasikan dengan cara siswa dipanggil ke depan

untuk membaca, sesuai dengan batas bacaanya sendiri-sendiri dengan di simak oleh

guru. Kemudian siswa disuruh untuk menulisnya di papan tulis.

3. Metode drill (latihan), metode ini diimplementasikan dengan cara siswa dibiasakan

latihan membaca dan menulis Al-Qur‟an secara berulangulang.12

Tahapan pembelajaran dikemukakan oleh Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad

dikutip dari imla’ itu ada 4 macam,13 yaitu:

1. Imla’ Manqul

2. Imla’ Manzur

3. Imla’ Masmu

4. Imla’ Ikhtibariy

11
Muhammad Ma'mun Aman. “Kajian Pembelajaran Baca Tulis AlQur'an”. (Jurnal Pendidikan Islam. 2018),
hlm. 60
12
Fathul Maujud. Pembinaan Keterampilan Menulis Al-Qur’an Bagi Anak Usia Sekolah di Desa Pakuan
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.(El Tsaqafah. 15 (1). 2017), hlm. 31
13
Sitti Kurraedah, Aplikasi Maharah Kitabah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. (Jurnal Al’- Ta’dib. 8 (2)
2015), hlm. 87

7
Sedangkan menurut Dr. Abdul Munim Sayyid Abdul Al dikutip dari Kurraedah

menyebutkan 3 macam imla’, yaitu:

1. Imla’ Manqul

2. Imla’ Manzur

3. Imla’ Ikhtibariy/Masmu

Maksud dari jenis dan macam-macam imla’ tersebut adalah:

1. Imla’ manqul atau Imla’ menyalin yaitu imla’ dengan cara menyalin tulisan yang

ditulis oleh guru di papan tulis atau pada media yang lain seperti karton (sejenis kertas

tebal dan berukuran panjang) selanjutnya peserta didik meniru dengan menulis pada

buku tulis. Latihan menulis seperti ini sangat sesuai diberikan kepada pemula.

2. Imla’ manzur atau imla’ mengamati yaitu imla’ dengan cara mengamati yaitu tulisan

yang tertera pada media tertentu dilihat lalu dihapus kemudian peserta didik disuruh

menulis kembali ke dalam buku tanpa melihat tulisan. Imla’ ini juga lazim disebut

imla’ mansukh, sebab dilakukan dengan cara menyalin tulisan yang telah dihapus

setelah diperlihatkan tulisannya kepada peserta didik. Jenis imla’ ini merupakan

lanjutan dari imla’ yang disalin dan tingkat kesulitannya lebih tinggi dibandingkan

dengan imla’ manqul. Imla’ ini diajarkan setelah siswa mahir dalam imla’ yang

disalin.

3. Masmu’ atau Imla’ menyimak yaitu imla’ dengan cara guru memperdengarkan kepada

peserta didik beberapa kata atau kalimat. Ketika guru membaca/mengungkapkan

pelajaran bahasa Arab peserta didik langsung menulis kata atau kalimat yang

disebutkan oleh guru. Jenis imla’ ini adalah lanjutan dari imla’ yang dilihat. Diajarkan

setelah peserta didik mahir dalam imla’ yang dilihat. Jadi imla’ ini lebuh sukar dari

imla’ yang dilihat.14

14
Ibid., hlm. 88

8
Imla’ menyimak disamakan dengan Imla’ ikhtibariy karena penekanannya sama-sama

tertuju pada peserta didik yang sudah berpengetahuan cukup tentang imla’ yang

didengar. Setelah mendengarkan kata-kata/ kalimat/ teks yang dibacakan, lalu peserta

didik menulisnnya. Imla’ ini sedikit lebih sukar dibandingkan dengan imla’ manzur,

karena peserta didik dituntut untuk menulis kalimat/teks tanpa melihat contoh tulisan

dari guru, kemampuan menulis hanya mengandalkan hasil kecermatan mereka dalam

mendengarkan bacaan guru.

D. Indikator Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

Beberapa indikator yang harus dikuasai dalam menulis Al Qur’an, antara lain: 1)

Menulis huruf tunggal 2) Menulis huruf berharakat 3) Menuliskan huruf sambung terdiri

dari beberapa huruf, kalimat (kata) dan beberapa kalimat 4) Menyalin ayat Al Qur’an

dengan melihat teks Al Qur’an maupun dilakukan secara imla atau dikte.

Mushtahafa Ghalayaini mengatakan bahwa asal penulisan setiap kata adalah ditulis

sebagaimana bentuk pengucapannya di awal atau diakhir di kutip dari Putri Neli. 15 Untuk

itu, kaidah-kaidah dalam penulisan Al-Qur‟an adalah:

1. Menulis kata sesuai dengan bacaannya (yuktabu ma yuntaq). Maksudnya jika sebuah

kata hurufnya diucapkan tidak panjang (mad dengan alif, waw dan ya’) maka harus

ditulis tidak panjang atau sebaliknya jika dibaca panjang maka harus ditulis panjang.

2. Tidak menulis kata yang hanya ada dalam pengucapan, artinya kata-kata yang dibaca

mad dan tanwin tidak dituliskan alif madnya atau nun pada akhir kata yang bertanwin,

seperti kata Tuhan ( ‫ ) إلھ‬di baca : ilaahun, huruf lam harus dibaca panjang tetapi tidak

ditulis alif mad sesudah lam: dan ha’ dibaca 54 hun dengan tanda tanwin bukan

ditulis dengan menambahkan nun diakhir ha’ ( )

15
Neli Putri, Problematika Menulis Bahasa Arab. (Jurnal Al-Ta’lim. 1 (2) 2012), hlm. 173.

9
3. Menulis kata yang unsurnya harus ditulis tetapi tidak dibaca, seperti kata: , ,‫اولواولي‬

‫ اولئك‬, huruf waw yang terletak sesudah hamzah tidak dibaca dan bukan sebagai mad

akan tetapi harus ditulis.16

Adapun indikator yang harus dikuasai dalam menulis Al Qur‟an, antara lain:

1. Kemampuan menulis huruf hujaiyyah

2. Ketepatan cara menulis huruf

3. Kemampuan menyambung huruf

4. Keindahan tulisan dalam menulis huruf.17

E. Gagasan Menulis Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah

Pembinaan Al-Qur’an bagi anak merupakan satu cara terpenting untuk mendidik dan

membina anak, karena masa tersebut merupakan masa pembentukan watak yang ideal.

Anak-anak pada masa tersebut mudah menerima apa saja yang diperdengarkan dan

dilukiskan. Mendidik anak untuk mengenal Al- Qur’an, baik pada aspek bacaan maupun

tulisannya dapat dilakukan baik oleh orang tua anak di rumah maupun oleh guru ngaji atau

pun sekolah. Mendidik anak untuk mengenal Al-Qur’an merupakan bentuk pemenuhan

hak wiqayah terhadap anak, yaitu hak memelihara anak agar terhindar dari api neraka.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Tahrim ayat 6:


ۤ
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕٕىِ} َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم‬

َ‫َويَ ْف َعلُوْ نَ َما ي ُْؤ َمرُوْ ن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat

yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim :6)18
16
Ibid., 74
17
Sukino. Dasar Menulis Al-Qur’an. (Yogyakarta: Cemerlang Pres. 2012), hlm. 11
18
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. ( Jakarta: Fokus Media. 2011), hlm. 560

10
Pengajaran membawa anak untuk mengenal huruf-huruf hijaiyah, hal tersebut dapat

dilakukan dengan mendengarkan bunyi-bunyi huruf dan mengucapkannya baik dalam

bentuk mandiri (berdiri sendiri) ataupun ketika berada pada kata, kalimat pendek dan

mudah sampai pada kalimat panjang dan rumit. Di samping itu, pengenalan huruf juga

dilakukan dengan mengajarkan kemahiran menulis bentuk huruf-huruf arab yang betul.19

F. Etika Menulis Huruf Hijaiyah

Dalam kitab suci Alqur’an terdapat dua puluh delapan huruf Hijaiyah, tiga buah vokal

(tanda bunyi) yaitu fathah, kasrah, dan dhammah. Dilengkapi dengan perpanjangan vokal

dalam bentuk mad. Lambang konsonan disebut huruf, dan lambang vokal disebut harakat.

Huruf Hijaiyah dibagi menjadi dua kelompok: Huruf Qomariyah dan Huruf Syamsiyah.

Sebagaimana telah diutarakan bahwa huruf Hijaiyah adalah huruf konsonan (mati).

Sedangkan untuk membunyikannya harus mempergunakan vokal konsonan (bunyi huruf).

Vokal pendek disebut huruf qomariyah, bunyinya jelas seperti kita melihat bulan (qamar)

karenanya disebut “Al-Huruf‘i Qamariyah”.Sedangkan vokal panjang disebut huruf

syamsiyah, bunyinya tidak jelas dan panjang seperti kita melihat matahari (syams)

karenanya disebut “Al-Huruf ‘i Syamsiyah”.

Ketika menulis huruf Hijaiyah atau huruf Arab secara tunggal (terpisah) maupun

bersambung, maka bentuk setiap huruf yang ditulis akan berbeda cara menuliskannya dari

satu huruf dengan huruf lainnya. Ada bentuk huruf yang sama, yang membedakannya

adalah pada jumlah titik. Sama seperti membentuk huruf latina akan berbeda hurufnya

dengan huruf ƀ. Oleh karena itu, diperlukan suatu latihan yang sungguh-sungguh dalam

belajar menulis huruf ini sehingga memiliki suatu kemampuan dalam menuliskannya.

Kemampuan menulis huruf Hijaiyah termasuk dalam ranah psikomotorik gerakan yang

19
Fathul Maujud. Pembinaan Keterampilan Menulis Al-Qur’an Bagi Anak Usia Sekolah..Op.Cit., hlm. 28

11
terbimbing, karena menulis merupakan suatu gerakan anggota badan yaitu tangan yang

dilatih sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

Pembelajaran menulis huruf Hijaiyah atau menulis Alquran merupakan usaha

membelajarkan peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan motoriknya dalam

hal menulis huruf Hijaiyah. Adapun tujuan pembelajaran Alquran atau huruf Hijaiyah

yang dikemukakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, adalah sebagai berikut:

1. Aspek pengetahuan (knowing), dalam hal ini siswa memiliki pengetahuan mengenai

berbagai hal yang berkenaan dengan tata cara penulisan huruf Hijaiyah dan juga

dibekali pengetahuan mengenai pentingnya menguasai Alquran dalam bentuk tulisan.

2. Aspek pelaksanaan (doing), pelaksanaan yang dimaksud adalah anak didik terampil

dalam menuliskan huruf-huruf Hijaiyah yang menjadi materi pelajaran.

3. Aspek Pembiasaan (Being)

Agar keterampilan menulis yang dimiliki siswa tetap terjaga dengan baik,

maka guru perlu melakukan pembiasaan kepada siswa agar siswa tetap

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan tidak mudah dilupakan oleh siswa.

Adapun langkah-langkah dalam menulis huruf Hijaiyah adalah sebagai berikut:

1. Menebalkan huruf

2. Mencontoh huruf

3. Mewarnai huruf

4. Membentuk huruf20

Untuk dapat mengetahui perkembangan anak didik saat menulis huruf Hijaiyah

sebaiknya anak didik diberikan stimulasi menulis, sehingga anak didik sudah terbiasa

menggerakkan pergelangan tangannya, stimulasi menulis yang diberikan meliputi:

20
Lan Kusrin & Ali Safrudin, Gemar Membaca dan Menulis Huruf Hijaiyyah (Surabaya: Bintang Books, 2011),
hlm.13

12
1. Menebalkan bentuk Guru memberikan huruf Hijaiyah yang tulisannya terlihat tipis,

kemudian anak didik menebalkan huruf tersebut dengan didampingi oleh guru.

2. Mengikuti Garis Putus-putus/Titik-titik Cara yang kedua setelah anak lancar

menebalkan huruf, guru memberikan lukisan huruf Hijaiyah dengan garis putus-putus,

laluanak didik menggabungkan garis tersebut, sehingga menjadi sebuah huruf

Hijaiyah yang sempurna.

3. Menirukan Bentuk Langkah selanjutnya guru memberikan contoh beberapa huruf

Hijaiyah kepada anak didik.Kemudian anak didik diminta untuk menirukan bentuk

huruf Hijaiyah tersebut disamping contoh huruf yang telah tersedia

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika Menulis Huruf Hijaiyah adalah catatan yang

diperagakan oleh siswa dalam menulis Al-Qur’an dengan cara menyalin atau meniru

huruf-huruf yang dirangkai menjadi satu kalimat atau ayat ayat Al-Qur’an maupun syakal

atau tanda baca yang benar. Selain itu juga Dasar Menuliskan Al-Quran Dan Etika

Menulis Huruf Hijaiyah adalah keterampilan menuliskan huruf-huruf hijaiyah dalam Al

Qur’an sesuai dengan kaidah penulisan yang benar.

Ketika menulis huruf Hijaiyah atau huruf Arab secara tunggal (terpisah) maupun

bersambung, maka bentuk setiap huruf yang ditulis akan berbeda cara menuliskannya dari

satu huruf dengan huruf lainnya. Ada bentuk huruf yang sama, yang membedakannya

adalah pada jumlah titik. Sama seperti membentuk huruf latin a akan berbeda hurufnya

dengan huruf ƀ. Oleh karena itu, diperlukan suatu latihan yang sungguh-sungguh dalam

belajar menulis huruf ini sehingga memiliki suatu kemampuan dalam menuliskannya.

Kemampuan menulis huruf Hijaiyah termasuk dalam ranah psikomotorik gerakan yang

terbimbing, karena menulis merupakan suatu gerakan anggota badan yaitu tangan yang

dilatih sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

Pembinaan Al-Qur’an bagi anak merupakan satu cara terpenting untuk mendidik dan

membina anak, karena masa tersebut merupakan masa pembentukan watak yang ideal.

Anak-anak pada masa tersebut mudah menerima apa saja yang diperdengarkan dan

dilukiskan. Mendidik anak untuk mengenal Al- Qur’an, baik pada aspek bacaan maupun

tulisannya dapat dilakukan baik oleh orang tua anak di rumah maupun oleh guru ngaji atau

pun sekolah. Mendidik anak untuk mengenal Al-Qur’an merupakan bentuk pemenuhan

hak wiqayah terhadap anak, yaitu hak memelihara anak agar terhindar dari api neraka

14
B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi,Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab Dengan

Metode Komparatif (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988).

Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid Press, 2004).

Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama RI, 2009).

Fathul Maujud. Pembinaan Keterampilan Menulis Al-Qur’an Bagi Anak Usia Sekolah di Desa

Pakuan Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.(El Tsaqafah. 15 (1). 2017).

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. ( Jakarta: Fokus Media. 2011), hlm. 560

Lan Kusrin & Ali Safrudin, Gemar Membaca dan Menulis Huruf Hijaiyyah (Surabaya: Bintang

Books, 2011).

Mira Shodiqoh, “Ilmu Rasm al-Qur’an”, Jurnal Tadris, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 1

Muhammad Ma'mun Aman. “Kajian Pembelajaran Baca Tulis AlQur'an”. (Jurnal Pendidikan Islam.

2018).

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999).

Nasruddin, “Sejarah Penulisan al-Qur’an (Kajian Antropologi Budaya)”, Jurnal Rihlah, Vol. 2, No.

1, 2015.

Neli Putri, Problematika Menulis Bahasa Arab. (Jurnal Al-Ta’lim. 1 (2) 2012), hlm. 173.

Philip K. Hitti, History Of The Arab, (Jakarta: Serambi, 2005).

Sitti Kurraedah, Aplikasi Maharah Kitabah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. (Jurnal Al’- Ta’dib. 8

(2) 2015).

Sukino. Dasar Menulis Al-Qur’an. (Yogyakarta: Cemerlang Pres. 2012), hlm. 11

Syamsuddin Arif, “Tekstualisasi al-Qur’an: Antara Kenyataan dan Kesalahpahaman”, Jurnal

Peradaban Islam, Vol. 12, No. 2, 2016.

Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia”, Jurnal Suhuf, Vol. 2, No. 1,

2011.

16

Anda mungkin juga menyukai