Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM PADA BY.NY.M


DI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

DISUSUN OLEH :
NAMA : RHETIYA MEKIZA
NIM : G1B221010
KELOMPOK : II
PERIODE : MINGGU KE-2

PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Fadliyana Ekawaty, M. Kep., S. Kep. An
Ns. Suryati, S. Kep., M. Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KONSEP IKTERIK NEONATORUM
A. Definisi
Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin
yang berlebihan di dalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum
kurang dari 0,5 mg%. Ikterus nyata secara klinis jika kadar bilirubin
meningkat diatas 2mg%. (Nurarif dan Kusuma, 2015). Ikterus adalah keadaan
dimana kulit dan mata bayi berwarna kekuningan hal ini disebabkan dengan
kadar bilirubin yang meningkat.
B. Klasifikasi
(Vidya dan Jaya, 2016), membagi ikterus menjadi 2 :
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan
biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua.
Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang
mengalami hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12
mg/dl, pada BBLR 10mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya
ialah karna bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase
2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timbul segera dalam 24 jam
pertama, dan terus bertambah 5mg/dl setiap harinya, kadar bilirubin untuk
bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian
menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh
penanganan dan perawatan khusus, hal ini disebabkan karna ikterus patologis
sangat berhubungan dengan penyakit sepsis.
Tanda-tandanya ialah :
a. Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadar melebihi 12mg/dl.
b. Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam.
c. Ikterus yang disertai dengan hemolisis(kerusakan sel darah merah).
d. Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm dan
14 hari pada bayi BBLR.
Derajat Ikterus Kramer

C. Etiologi
Penyebab icterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi icterus
neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan
darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup
dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar,
akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu
defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam
“uptake” bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
kesel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar.
Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.(Nurarif dan Kusuma, 2015).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum : bayi mengalami lemas ataupun letargis,
disertai kejang tidak mau menghisap, dan biasanya pada bola mata tampak
berputar-putar, feses berwarna seperti dempul, perutnya bisa membuncit
adanya pembesaran pada hati.
Gejala terbagi 2 :
1. Akut : letargis, tidak mau minum dan hipotoni
2. Kronis : sudah mengalami paralisis dari serebral serta adanya paralisis
pada bagian otot mata
Pengamatan dan penelitian RSCM Jakarta menunjukkan bahwa dianggap
hiperbillirubinemia jika :
1. Ikterus terjadi 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonates kurang
bulan dan 12,5 mg% pada neonates cukup bulan
4. Icterus yang disertai proses hemolysis (inkompatibilitas darah, defisiensi
enzim G-6-PD dan sepsis)
5. Icterus yang disertai keadaan sebagai berikut :
a. Berat lahir < 2000 gram
b. Masa gestasi < 36 minggu
c. Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
d. Infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f. Hipoglikemia, hiperkarbia
g. Hiperosmolalitas darah
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
E. Faktor Resiko
1) Faktor Maternal : kelompok atau ras tertentu, penggunaan oksitosin
didalam larutan Hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah),
kekurangan ASI, adanya konsumsi jamu- jamuan, komplikasi selama
kehamilan misalnya DM
2) Faktor Perinatal : Trauma lahir seperti cephal hematoma (pembengkakan
pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah),
adanya infeksi bakteri virus maupun protozoa
3) Faktor Neonatus : prematuritas, faktor genetik seperti hiperbilirubinemia
F. Pathway
Hemoglobin

Hemo Globin

Feco Biliverdin

Peningkatan destruksi Pemecahan bilirubin


eritrosit (ggn konjungsi berlebih
bilirubin/ggn transport
bilirubin/peningkatan Suplai bilirubin melebihi
siklus enteropetik) Hb dan tampungan hepar
eritrosit abnormal
Hepar tidak mampu
Peningkatan bilirubin melakukan konjugasi
Ikterus Neonatus
unjongned dlm darah
➔ pengeluaran Sebagian masuk kembali
Ikterus pd sclera leher dan meconium terlambat ke siklus emerohepatik
badan, peningkatan bilirubin → tinja berwarna pucat
indirek > 12 mg/dl

Kerusakan Indikasi fototerapi


integritas kulit

Sinar dgn intensitas tinggi

Gangguan suhu tubuh

Ketidakefektifan
termoregulasi

(Nurarif dan Kusuma, 2015)


G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG, radiologi
2. Kadar bilirubin serum (total)
3. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
4. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
5. Pada icterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
terhadap galaktosemia
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah,
urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP)
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
H. Penatalaksanaan
Alternatif yang bisa digunakan :
1. Terapi Sinar : biasa disebut fototerapi untuk mencegah konsentrasi
bilirubin yang tidak terkonjugasi di dalam darah, biasanya permukaan kulit
bayi itu dipajankan terhadap sinar-sinar yang intensitasnya sangat tinggi
yang secara fotokimiawi mengubah bilirubin yang tidak terkonjugasi yang
larut lemak menjadi larut air dan dapat diekskresikan melalui empedu dan
keluarnya itu menjadi urin.
2. Terapi Transfusi : ini dilakukan jika setelah menjalani fototerapi tidak ada
perbaikan atau kadar bilirubin itu terus meningkat sampai 20mg/dl bahkan
lebih, efek terapi transfusi juga bisa diwaspadai karena bayi bisa
mengalami gangguan perkembangan seperti gangguan motorik, gangguan
bicara, gangguan penglihatan
3. Terapi Obat-obatan
4. Terapi ASI : bilirubin bisa dipecah apabila bayi banyak mengeluarkan feses
atau urinnya, jadi bayi harus banyak mendapatkan ASI
5. Terapi Matahari : merupakan terapi tambahan setelah bayi dirawat di
rumah sakit, bayi dijemur selama 15-30menit dengan posisi yang berbeda-
beda, seperti ¼ telentang, ¼ Telungkup, dan janga lupa tutupi matanya,
untuk berjemur yang terbaik itu pada jam 7-9 pagi.
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :
1. Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan
oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin.
2. Fenoforbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatik pada pigmen
dalam empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk
mengikat bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan.
3. Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg%.
Pelaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :
1. Bilirubin Indirek
Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar ultraviolet
ringan yaitu dari jam 7.00 – 9.00 pagi. Karena bilirubin fisiologis jenis ini
tidak larut dalam air.
2. Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang adekuat. Hal
ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut dalam air, dan akan
dikeluarkan melalui sistem pencernaan.
(Vidya dan Jaya, 2016)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Diri
a) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, nomer registrasi,
tanggal masuk RS, dan diagnose medis.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, hubungan, alamat, agama, dan
pekerjaan.
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama
Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas menyusu,
tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi, refleks
hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah 20mg/dl dan
sudah sampai ke jaringan serebral maka bayi akan mengalami kejang
dan peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat gangguan
hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rhatau golongan darah
A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi
saluran pencernaan, ibu menderita DM
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit menurun pada keluarga seperti hipertensi, DM dll.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
b) Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat
pergerakan dada yang abnormal.
c) Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
d) Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
e) Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala dan
leher termasuk ke grade satu, dst.
f) Neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah mencapai jaringan
serebral, maka akan menyebabkan kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
4. Pola Fungsi Kesehatan
Meliputi pola persepsi, pola nutrisi dan metabolik, pola eliminasi, pola
tidur, pola toleransi dan koping stress, pola seksual dan reproduksi, pola
kepercayaan.
5. Program Therapy
Berbagai terapi yang diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan
seperti perawatan dengan fototerapi
6. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai pemeriksaan laboratorium untuk mendukung tindakan medis
seperti pemeriksaan bilirubin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ikterik Neonatus b.d Bilirubin tak terkonjugasi didalam sirkulasi
2. Pola Nafas tidak efektif b.d Imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan
ketidakstabilan alveolar)
3. Resiko Infeksi b.d prosedur invasive terpajan kuman pathogen
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi
Hasil
1. Ikterik Neonatus SLKI SIKI
berhubungan Integritas Kulit Fototerapi Neonatus (I.03091):
dengan Bilirubin Dan Jaringan Observasi :
tak terkonjugasi 1. Monitor ikterik pada sklera
Meningkat
didalam sirkulasi dan kulit bayi
Batasan (L.14125) : 2. Identifikasi kebutuhan cairan
karakteristik : Fototerapi sesuai dengan usia gestasi dan
1. Profil darah Neonatus, berat badan
abnormal perawatan bayi 3. Monitor suhu dan TTV setiap
(hemolisis; Kriteria hasil : 4 jam sekali
bilirubin 1. Nilai bilirubin 4. Monitor efek samping
serum total >2 fototerapi (mis. hipertermi,
menurun
mg/di; diare, rush pada kulit,
bilirubin 2. Kulit tampak penurunan berat badan lebih
serum total kemerahan/ pink dari 8-10%)
pada rentang muda Terapeutik :
resiko tinggi 1. Siapkan lampu fototerapi dan
menurut usia 1. Sklera berwarna inkubator atau kotak bayi
pada putih 2. Lepaskan pakaian bayi kecuali
nomogram popok
spesifik- 3. Berikan penutup mata (eye
waktu) protector/biliband/kasa) pada
Memar kulit bayi
abnormal 4. Ukur jarak antara lampu dan
2. Membran permukaan kulit bayi (30 cm
mukosa atau tergantung spesifikasi
kuning lampu fototerapi)
3. Kulit kuning 5. Biarkan tubuh bayi terpapar
4. Sclera kuning sinar fototerapi secara
berkelanjutan
6. Ganti segera alas dan popok
bayi jika BAB/BAK
7. Gunakan linen berwarna putih
agar mematulkan cahaya
sebanyak mungkin

Perawatan Bayi (I.10338):


Observasi :
1. Monitor tanda-tanda vital bayi
(terutama suhu 36,5°C -37,5 °C)
Terapeutik :
Ganti popok bayi jika basah
2. Pola Nafas tidak SLKI SIKI
Manajemen Jalan Nafas:
efektif b.d Status Respirasi :
1. Posisikan klien untuk
Imaturitas Manajemen Jalan
memaksimalkan ventilasi dan
neurologis nafas
mengurangi dispnea
(defisiensi 2. Pernafasan
2. Monitor respirasi dan status
surfaktan dan pasien 30-
oksigen
ketidakstabilan 60x/menit
Monitor Respirasi :
alveolar) 3. pengembangan
1. Monitoring kecepatan, irama,
Batasan dada
kedalaman dan upaya nafas.
Karakteristik : 4. tidak ada
2. Monitor retraksi dada dan alat
1. Bernafas retraksi dada
bantu pernafasan
menggunakan saat bernapas
3. Monitor adanya cuping
otot 5. inspirasi dalam
hidung
pernafasan tidak ditemukan
4. Monitor pola nafas : bradipnea,
tambahan 6. saat bernapas
takipnea, hiperventilasi,
2. Dispnea tidak memakai
respirasi kusmaul, apnea
3. Nafas pendek otot napas
5. Pernafasan 5. Monitor adanya kelemahan
tambahan
rata-rata < 25
otot diafragma
atau > 60 kali 7. bernapas mudah
permenit 3. tidak ada suara 1. Observasi penggunaan CPAP
napas tambahan Berikan diet bayi
(8x17,5cc/OGT)Kolaborasi
dengan dokter
3. Resiko infeksi b.d SLKI SIKI
prosedur invasif, Status Imun : Pencegahan Infeksi
terpajankuman Pencegahan Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
patogen kriteria hasil : lokal dan sistemik
Batasan 1. Bebas dari tanda 2. Batasi jumlah pengunjung
karakteristik: dan gejala 3. Cuci tangan sebelum dan
1. Tanda gejala infeksi sesudah kontak dengan pasien
infeksi 2. Kemampuan dan lingkungan pasien
2. kulit mencegah 4. Pertahankan teknik aseptik pada
kemerahan infeksi pasien berisiko tinggi
3. kenaikan suhu 3. Jumlah leukosit
tubuh dalam rentang
normal
4. Suhu dalam
rentang normal

C. Implementasi
Melakukan intervensi seperti rencana keperawatan yang telah dibuat

D. Evaluasi
Evaluasi perkembangan pasien :
1. Tidak di dapati icterus kembali lagi
2. Termoregulasi dalam batas normal
3. Integritas kulit dalam keadaan baik
DAFTAR PUSTAKA

Atikah, Vidya dan Pongki Jaya. 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Trans Info Media

Nurarif, A. H dan Kusuma, Hardi. 2015. NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:


MediAction

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
FORMAT PENGKAJIAN BAYI / NEONATUS

Tanggal pengkajian : 13 Oktober 2021


Tanggal klien masuk RS : 13 Oktober 2021
No. RM 979174

IDENTITAS BAYI/KELUARGA

Nama Bayi : By.Ny M


Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/usia : 25 September 2021/3hari
Diagnosa medis : Ikterik, BBRL
Dx awal :

Nama ibu : Ny. M Nama ayah : Tn. A


Pekerjaan ibu : IRT Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pendidikan ibu : SMA Pendidikan ayah : SMA
Alamat ibu / ayah : JL. Harapan, RT 08, Kuala Tungkal

PENGKAJIAN
1. Kemampuan Konservasi Energi
1. Usia gestasi : 35-36 minggu
2. BB/ PB lahir : 2200 gram/ 40cm
3. Apgar score : 1 menit : 8, 5 menit : 9
4. BB/TB sekarang : 2000 gram/ 48cm
5. Kesadaran : Samnolen
6. Suara tangisan : ( ) kuat ( ) melengking
(✔) lemah ( )sulit menangis

7. Pergerakan : ( ) aktif & kuat (✔) pasif & lemah


8. Postur : ( ) fleksi (✔) ekstensi
9. Kulit/ ketebalan lemak subkutan : ( ) tipis (✔) normal
10. Tanda vital
(a) Suhu : 37oC
(b) Frekuensi nafas : 56x/menit
(c) Nadi : 132x/menit
(d) Tekanan darah : mmHg
11. Kestabilan suhu : (✔) stabil ( ) tidak stabil
12. Penggunaan incubator : ( ) ya (✔) tidak
o
Suhu incubator C

2. Kemampuan Integritas struktur


a. Pernafasan
INSPEKSI

1) Bentuk dada : ( ✔ ) normal ( ) malformasi


2) Nafas spontan : ( ) ada (✔) tidak
3) Gerakan pernafasan di dada: ( ✔ ) teratur ( ) tidak teratur
( ✔ ) simetris ( ) tidak simetris
4) Penggunaan otot bantu nafas :( ✔ ) ada ( ) tidak
5) Retraksi suprasternal :( ✔ ) ada ( ) tidak
6) Pernafasan cuping hidung :( ✔ ) ada ( ) tidak
7) Tipe /pola pernafasan :( ) normal ( ) cheynestokes
( ) biot (✔) kussmaul

PALPASI

1) Fremitus : ( ✔ ) sama pada semua lapang paru kiri &kanan


( ) ada bagian paru yang tidak teraba fremitus

Yaitu pada bagian………………………

AUSKULTASI

1) Suara nafas : ( ✔ ) vesikuler ( ) ronkhi ( ) wheezing

b. Kardiovaskuler

INSPEKSI

1) Warna kulit : ( ) normal (✔ ) sianosis ( ✔ ) jaundice


2) Kapilari refill : ( ✔ ) < 3 detik ( ) > 3 detik
3) Edema : ( ✔ ) tidak ada ( ) ekstremitas
( ) palpebra ( ) acites

PALPASI

1) Suhu akral : ( ✔ ) hangat ( ) dingin


2) Iktus : ( ✔ ) Lateral sternum intracostal 4 ( ) diviasi
3)
AUSKULTASI

1) Frekuensi jantung : x/menit


2) Bunyi jantung : (✔) jelas & teratur ( ) jelas & tidak
teratur
: ( ) lemah & teratur ( ) lemah &
tidak teratur

c. Gastrointestinal
INSPEKSI

1) Lingkar abdomen : 29 cm
2) Permukaan abdomen : ( ✔ ) rata ( ) ada tonjolan :
kuadran……
3) Kulit abdomen : ( ✔ ) sama dengan bagian tubuh lain
( ) mengkilat dan tipis
4) Regurgitasi/muntah : ( ) ada ( ✔ ) tidak
5) Anus : ( ✔ ) terbuka/paten ( ) inverforata
6) Karakteristik feses :
- Warna : ( ) kekuningan ( ) pucat
( ) bercampur darah ( ) kehitaman

- Konsistensi : ( ) lunak ( ) encer ( ) keras


7) Residual lambung (NGT) ........................ cc

PALPASI

1) Distensi : ( ) ada ( ✔ ) tidak


2) Pembesaran hepar (N:<3cm) : ( ) ada ( ✔ ) tidak
3) Pembesaran lien (N:teraba sebatas apex) : ( ) ada ( ✔ ) tidak

AUSKULTASI

1) Bising usus : ( ✔ ) ada ( ) tidak

d. Genitourinaria
1) Genitalia wanita :
- Labia :( ) labia mayora lebih besar dari pada
minora
( ✔ ) labia minora lebih besar dari pada mayora

- Klitoris : ( ✔ ) menonjol sebesar biji kacang hijau


( ) menonjol besar menyerupai penis

( ) tidak terlihat

- Secret : ( ) ada ( ✔ ) tidak


2) Genitalia pria :
- Scrotum :( ) kedua testis sudah turun ke
skrotum
( ) testis belum turun, tapi mudah
diturunkan

( ) testis tidak dapat turun ke skrotum

- Metus uretra : ( ) di ujung penis ( ) dibatang


penis
( ) di pangkal penis ( ) tidak ada

3) Urinaria :
- Jumlah :…………….. cc
- Warna : ( ✔ ) kuning jernih ( ) keruh
( ) seperti air teh ( ) bercampur
darah

- Urin pertama keluar : ( ✔ ) < 24 jam pertama ( ) > 24 jam


pertama

e. Neurologis
1) Lingkar kepala : 32 cm
2) Respon pupil terhadap cahaya : (✔ ) positif kiri dan kanan
( ) negatif kanan

( ) negatif kiri

3) Reflex :
- Moro :( ✔ ) positif ( ) negatif
- Menggenggam :( ✔ ) positif ( ) negatif
- Menghisap :( ✔ ) positif ( ) negatif
- Mencari sentuhan (rooting) :( ✔ ) positif ( ) negatif
- Melangkah (stepping) :( ✔ ) positif ( ) negative

f. Muskuloskeletal
1) Sendi :
- Bentuk : ( ✔ ) normal ( ) dislokasi :di………
- Pergerakan sendi : ( ✔ ) normal ( ) terbatas :pada……
2) Tonus otot : ( ✔ ) kuat ( ) lemah

g. Integumen
1) Turgor kulit : ( ✔) elastis ( ) kurang elastic
2) Kelembaban : ( ✔) lembab ( ) kering
3) Tekstur : ( ✔ ) halus ( ) kasar ( ) bersisik
4) Iritasi / luka : ( ) ada : di…………………………….

( ✔ ) tidak

5) Perdarahan bawah kulit : ( ) ptekie ( ) ekimosis


( ) purpura (✔) tidak ada perdarahan

6) Milia(benjolan putih kecil di : ( ) ada ( ✔ ) tidak


wajah ✔ ) tidak
7) Vernik kaseosa : ( ) ada ( ) macula
8) Kelainan pada kulit : ( ) eritema ( ) vesikula
( ) papula (
) ulkus
( ) postula (
( ✔ ) tidak ada kelainan

9) Umbilikus : (✔) tidak ada perdaraha/pus


( ) ada perdarahan/pus
3. Kemampuan Intergritas personal
a. Perkembangan psikososial (trust vs mistrust)
Bayi akan tenang jika berinteraksi dengan orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya. Jika kebutuhannya tidak terpenuhi maka bayi menjadi gelisah dan
menangis saat berinteraksi dengan pemberi perawatan

( ✔ ) ya ( ) tidak

b. Perkembangan psikoseksual ( Oral stage)


Bayi tampak lebih menyenangi aktivitas berhubungan dengan zona mulut, yaitu
bayi tampak sering menghisap-hisap mulutnya, menelan, mengunyah, dan
menggigit atau memasukkan benda atau tangan ke dalam mulut.

(✔ ) ya ( ) tidak

4. Kemampuan Integritas Sosial


a. Perkembangan interpersonal (maternal person)
Bayi terlihat lebih tenang jika kontak dengan ibunya

( ✔ ) ya ( ) tidak

b. Keterlibatan orang tua


Kemauan ibu untuk interaksi dengan bayinya dan merawat bayinya

( ✔ ) ada ( ) tidak

Hubungan orang tua dan bayi

Tingkah laku Ibu Ayah

Ada Tidak Ada Tidak

Berkunjung

Menyentuh

Memeluk

Berbicara

Kontak mata

c. Interaksi bayi dengan pemberi perawatan


Kontak mata : (✔) ada ( ) tidak

Tersenyum : (✔) ada ( ) tidak


5. Data penunjang
1) Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
Billirubin Total : 26,9
Bilirubin Direct : 17,9
Bilirubin Indirect : 9,0
- SpO2 = 98 %
- Radiologi
2) Riwayat prenatal
- Riwayat penyakit ibu selama kehamilan:
- Peningkatan BB ibu selama hamil
:……………………………….
- Kebiasaan merokok/alkohol selama hamil : Tidak ada
- Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil : Tidak ada
3) Riwayat intra natal
- Jenis persalinan : SC
- Lama persalinan
:……………………………………………….
- Masalah waktu persalinan :
- Keadaan bayi saat lahir : Bayi lahir SC segera menangis,\
indikasi : NKB(neonatus kurang bulan), BBRL, Ikterik Neonatorum
4) Riwayat keluarga
- Riwayat kehamilan dan persalinan ibu sebelumnya : G2P1A0

Anak ke Riwayat masalah Riwayat Kondisi anak


kehamilan persalinan saat lahir

- Genogram
- Riwayat penyakit keluarga :
DATA TAMBAHAN

Yang melakukan pengkajian

( Rhetiya Mekiza)
ANALISA DATA
No. DATA PENYEBAB MASALAH
1. DS : - Imaturitas Pola Nafas tidak
DO : neurologis efektif
1. Keadaan umum : Pasien
tampak lemah
2. Pasien tampak terpasang alat
bantu pernapasan
3. Pasien tampak menggunakan
otot bantu pernafasan
4. Retraksi dada
5. Pasien tampak sesak nafas atau
Dispnea
6. TTV :
1. S: 37 C
2. Rr: 56
3. N: 132x/i

2. DS: Bilirubin tak Ikterik Neonatus


DO : terkonjugasi
1. Kulit pasien Nampak kuning didalam sirkulasi
2. Sklera Pasien Nampak Kuning
3. Bilirubin : 26,9 %
3. DS: - prosedur invasif, Resiko Infeksi
DO : terpajan kuman
Pasien Tampak menggunakan patogen
alat bantu pernapasan atau
ventilator, terpasang Selang OGT,
terpasang infus
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Paraf Tanggal


Ditegakkan Dx Teratasi
13/10/2021 1 Pola Nafas tidak efektif b.d
Imaturitas neurologis
13/10/2021 2 Ikterik Neonatus b.d
Bilirubin tak terkonjugasi
didalam sirkulasi

13/10/2021 3 Resiko Infeksi b.d prosedur


invasive terpajan kuman patogen

PRIORITAS DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. Pola Nafas tidak efektif b.d Imaturitas neurologis


2. Ikterik Neonatus b.d Bilirubin tak terkonjugasi didalam sirkulasi
3. Resiko Infeksi b.d prosedur invasive terpajan kuman patogen
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi
Hasil
1. Pola Nafas tidak SLKI SIKI
efektif b.d Pola Nafas : Manajemen Jalan Nafas:
Imaturitas manajemen jalan 1. Posisikan klien untuk
neurologis nafas, pemantauan memaksimalkan ventilasi
Batasan respirasi 2. Monitor pola nafas (frekuensi,
Karakteristik : Kriteria hasil : kedalaman,usaha nafas)
1. Bernafas 1. Pernafasan pasien 3. Monitor respirasi dan status
menggunakan 30-60x/menit oksigen
otot 2. pengembangan Pemantauan Respirasi :
pernafasan dada 1. Monitoring kecepatan, irama,
tambahan 3. tidak adaretraksi kedalaman dan upaya nafas.
2. Dispnea dadasaat 2. Monitor pola nafas : bradipnea,
bernapas takipnea, hiperventilasi,respirasi
3. Nafas pendek
4. inspirasi dalam kusmaul, apnea
4. Pernafasan tidak ditemukan 3. Monitor retraksi dada dan alat
rata-rata < 25 5. saat bernapastidak bantu pernafasan
atau > 60 kali memakaiotot 4. Monitor adanya cupinghidung
permenit napastambahan 5. Monitor adanya kelemahan otot
6. bernapas mudah diafragma
7. tidak ada suara 6. Kolaborasi dengan dokter
napas tambahan
2. Ikterik Neonatus SLKI SIKI
berhubungan Integritas Kulit Dan Fototerapi Neonatus (I.03091):
dengan Bilirubin Jaringan Meningkat Observasi :
tak terkonjugasi 1. Monitor ikterik pada sklera dan
(L.14125) :
didalam sirkulasi kulit bayi
Batasan Fototerapi Neonatus,
perawatan bayi 2. Identifikasi kebutuhan cairan
karakteristik : sesuai dengan usia gestasi dan
1. Profil darah Kriteria hasil :
berat badan
abnormal 1. Nilai bilirubin 3. Monitor suhu dan TTV setiap 4
(hemolisis; menurun jam sekali
bilirubin serum 2. Kulit tampak 4. Monitor efek samping fototerapi
total >2mg/di;
kemerahan/ pink (mis. hipertermi,diare, rush pada
bilirubin serum kulit, penurunan berat badan
total pada muda
lebih dari 8-10%)
rentang resiko 3. Sklera berwarna
Terapeutik :
tinggi menurut putih 1. Siapkan lampu fototerapi dan
usia pada
inkubator atau kotak bayi
nomogram
spesifik- 2. Lepaskan pakaian bayi kecuali
waktu) Memar popok
kulit abnormal 3. Berikan penutup mata (eye
2. Membran protector/biliband/kasa) padabayi
mukosa 4. Ukur jarak antara lampu dan
kuning permukaan kulit bayi (30 cm atau
3. Kulit kuning tergantung spesifikasi lampu
fototerapi)
4. Sclera kuning
5. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
6. Ganti segera alas dan popok bayi
jika BAB/BAK
7. Gunakan linen berwarna putih
agar mematulkan cahaya
sebanyak mungkin

Perawatan Bayi (I.10338):


Observasi :
Monitor tanda-tanda vital bayi
(terutama suhu 36,5°C -37,5 °C)
Terapeutik :
Ganti popok bayi jika basah
3. Resiko infeksi SLKI SIKI
Status Imun : Pencegahan Infeksi
b.d prosedur
Pencegahan Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
invasif, terpajan kriteria hasil : lokal dan sistemik
kuman patogen 1. Bebas dari tanda 2. Batasi jumlah pengunjung
dan gejala infeksi
Batasan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
2. Kemampuan kontak dengan pasien dan
karakteristik:
mencegah infeksi lingkungan pasien
1. Tanda gejala 3. Jumlah leukosit
infeksi 4. Pertahankan teknik aseptik pada
dalam rentang pasien berisiko tinggi
2. kulit normal
kemerahan 1. Suhu dalamrentang
3. kenaikan suhu normal
tubuh
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
13 – 10 – 2021 1 Manajemen Jalan Nafas: S:-
1. Memposisikan klien untuk O : Keadaan umum
memaksimalkan ventilasi nampak lemah,
2. Memonitor pola nafas terpasang
(frekuensi, Ventilator
kedalaman,usaha nafas)
A : Pola nafas tidak
3. Memonitor respirasi dan
efektif berhubungan
status oksigen
dengan imaturitas
Pemantauan Respirasi :
neurologis (Masalah
1. Memonitoring kecepatan, belum teratasi)
irama, kedalaman dan
P : Lanjutkan intervensi
upaya nafas.
2. Memonitor pola nafas :
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi,respirasi
kusmaul, apnea
3. Memonitor retraksi dada
dan alatbantu pernafasan
4. Memonitor adanya
cupinghidung
5. Memonitor adanya
kelemahan otot
diafragma
Kolaborasi dengan dokter
2 1. Memonitor ikterik pada S:-
sklera dan kulit bayi
2. Mengidentifikasi O : Keadaan umum
kebutuhan cairan sesuai nampak lemah,
dengan usia gestasi dan TTV S: 37 C Rr: 56
berat badan N: 132x/i, Kulit bayi
3. Memberikan diet adlib
masih terlihat
(8 x 30-35 cc/ oral)
4. Memonitor suhu dan berwarna kuning, suhu
TTV setiap 4 jamsekali 37 %
5. Monitor tanda-tanda A : Ikterik neonatus
vital bayi (terutamasuhu (Masalah belum teratasi)
36,5°C -37,5 °C)
P : Lanjutkan intervensi
6. Ganti popok bayi jika
basah
3 1. Memonitor tanda dan S:
gejala infeksilokal O : Suhu: 37 c Rr:
dan sistemik 56x/I N : 132x/i
2. Membatasi jumlah Terpasang
pengujung Ventilator dan
3. Mencuci tangan OGT, Ivfd d10
sebelum dan sesudah A : Resiko infeksi
kontak dengan bayi berhubungan dengan
dan lingkungannya prosedur invasif,
terpajan kuman
4. Mempertahkan teknik
pathogen (masalah
aseptik pada bayi
belum teratasi)
5. Kolaborasi pemberian
P : Lanjutkan intervensi
injeksi
14 – 10 - 2021 1 Manajemen Jalan Nafas: S:-
1. Memposisikan klien untuk O : Keadaan umum
memaksimalkan ventilasi nampak lemah, CPAP
dan mengurangi dispnea weaning, Spo2 98%
2. Memonitor pola nafas
A : Pola nafas tidak
(frekuensi,
efektif berhubungan
kedalaman,usaha nafas)
dengan imaturitas
3. Memonitor respirasi dan
neurologis (Masalah
status oksigen
teratasi sebagian )
Pemantauan Respirasi :
P : Lanjutkan intervensi
1. Memonitoring kecepatan, (CPAP weaning)
irama, kedalaman dan
upaya nafas.
2. Memonitor pola nafas :
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi,respirasi
kusmaul, apnea
3. Memonitor retraksi dada
dan alatbantu pernafasan
4. Memonitor adanya
cupinghidung
5. Memonitor adanya
kelemahan otot
diafragma
Kolaborasi dengan dokter
2 1. Memonitor ikterik pada S:-
sklera dan kulit bayi
2. Mengidentifikasi O : Keadaan umum
kebutuhan cairan sesuai nampak lemah, Latergis
dengan usia gestasi dan (+), Kulit kuning bayi
berat badan sudah sedikit membaik
3. Memonitor suhu dan bb 1900 gram, suhu 37 C
TTV setiap 4 jamsekali
A : Ikterik neonatus
4. Monitor tanda-tanda
vital bayi (terutamasuhu (Masalah teratasi
36,5°C -37,5 °C) sebagian)
Ganti popok bayi jika basah P : Lanjutkan intervensi
3 1. Memonitor tanda dan S:
gejala infeksilokal O : Suhu: 37 c Rr:
dan sistemik 56x/I N : 132x/i
2. Membatasi jumlah Terpasang infus
pengujung D10
3. Mencuci tangan A : Resiko infeksi
sebelum dan sesudah berhubungan dengan
kontak dengan bayi prosedur invasif,
dan lingkungannya terpajan kuman
pathogen (masalah
4. Mempertahkan teknik
belum teratasi)
aseptik pada bayi
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi pemberian
injeksi

Anda mungkin juga menyukai