Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
  
Tujuan
Tujuan dari penyusunan Standar Operasional Kegiatan Panjat Tebing ini adalah :
 
Ruang Lingkup
 
Ruang lingkup Standar Operasional (SOP) Kegiatan Panjat Tebing ini sebenarnya tidak
hanya pemanjatan di tebing sungguhan, tetapi meliputi juga pemanjatan di Tebing
buatan (wall ; boulder). Disamping itu ada pula etika pemanjatan, teknik pemanjatan,
keselamatan dalam pemanjatan, peralatan panjat tebing, pola latihan, pencegahan
kecelakaan, tindakan pertolongan pertama, dan juga opsi-opsi lain
(pengembangan / improve) yang dapat dilakukan ketika terjadi suatu kondisi terntentu.
 
1. Penjelasan singkat tentang divisi PANJAT
 
Pada awalnya panjat tebing merupakan salah satu bagian dari mountenering. Misalnya
saja dilakukan oleh manusia jaman kuno dalam upaya bertahan hidup (survival) seperti
untuk mencari telur pada sarang yang berada pada suatu celah tebing. Atau pada
manusia modern panjat tebing diaplikasikan dalam pendakian gunung yang memiliki
jalur bertebing, jadi pendaki harus memanjat tebing tersebut untuk dapat melanjutkan
perjalanan. Namun sesuai dengan perkembangan jaman, panjat tebing menjadi satu
cabang sendiri sebagai kelengkapan suatu kegiatan kepecintaalaman.perkembangan di
Indonesia sendiri dimulai sekitar tahun 1960 dengan dipelopori oleh Angkatan Darat,
yaitu ketika memanjat tebing Citatah Bandung. Panjat tebing modern di Indonesia
dimulai sekitar tahun 1977 dengan berdirinya sekolah panjat tebing amatir waktu itu
(Skyger Amateur Rock Climbing). Di Yogyakarta sendiri mulai digemari mulai tahun
1980-an. Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin maraknya panjat tebing,
maka dibuatlah tebing-tebing tiruan (wall climbing) yang saat ini bahkan sudah sering
dilombakan.
Dewasa ini Panjat Tebing sudah menjadi suatu olahraga yang cukup digemari di
kalangan pemuda, bahkan anak-anak di Indonesia. Sebagai salah satu olahraga, panjat
tebing memiliki prinsip-prinsip tersendiri, misalnya saja pemanjat harus punya prosedur
keamanannya sendiri ketika melakukan pemanjatan (hal ini terkait juga dengan
peralatan panjat tebing), pengembangan kemampuan (skill) meliputi kelenturan dan
kekuatan otot yang dapat dikembangkan dengan latihan rutin dan terstruktur, teknik-
teknik pemanjatan,  kecerdikan pemanjat dalam menyelesaikan rute pemanjatan, serta
pengetahuan tentang kondisi tebing yang akan dipanjat, selain itu pemanjat harus
memiliki mental yang baik, artinya bahwa mental yang baik disini meliputi sikap tidak
mudah menyerah, semangat, dan siap menghadapi segala tantangan.
 
1. Etika Panjat Tebing
2. Untuk persiapan dan pemanjatan
3. Dapatkan informasi yang up-to-date sebanyak mungkin mengenai tebing dan
lokasi pemanjatan.
4. Jika ada penutupan akses ke tebing panjat, jangan dilanggar.
5. Gunakan jalan setapak yang sudah ada meskipun lebih jauh dan lebih lama
untuk dicapai.
6. Berkemahlah ditempat yang telah disediakan atau yang biasa digunakan.
7. Buang air di WC, minimal harus 10 meter dari sumber air/ sungai.
8. Usahakan jangan mengganggu komunitas hidup sekitar.
9. Gunakan kapur magnesium seperlunya.
10. Jangan rapel langsung melingkarkan tali kernmantel ke pohon melainkan
gunakan sling webbing atau sejenis yang didikatkan ke pohon.
11. Ikuti aturan, tradisi, etika yang berlaku di lingkungan sekitar dimana kamu
memanjat. Hormati kuncen/ kepala desa, dan ramah tamahlah dengan penduduk
sekitar.
12. Tetaplah berpenampilan low profile.
13. Hormati dan hargailah sesama pemanjat
 
2. Untuk pembuatan jalur baru
3. Jangan merubah permukaan tebing:
4. Dilarang memahat bebatuan untuk alasan apapun
5. Dilarang mengelem batu di muka tebing
6. Tidak diperkenankan menggosok permukaan tebing secara agresif dan
berlebihan
7. Pemasangan proteksi permanen (bolts hanger) dilakukan apabila rute tsb tidak
bisa dipanjat secara tradisional dengan menggunakan alat pengaman yang bisa
dipasang-lepas.
 
1. Klasifikasi Panjat Tebing
Klasifikasi dalam panjat tebing tidak mempunyai ketetapan maupun ketentuan yang
pasti, hal ini disebabkan adanya perbedaan tradisi setiap daerah pemanjatan dan
kelompok pemanjat tertentu, sehingga setiap daerah pemanjatan memiliki kultur sendiri-
sendiri.
 
1. Berdasarkan teknik memanjat, panjat tebing dibagi menjadi dua, yaitu:
2. Free climbing, adalah pemajatan yang menggunakan peralatan hanya untuk
menahan jatuh dan saat berhenti menambat. Pemasangan pengaman tidak
digunakan untuk pegangan atau pijakan untuk menambah tinggi.
3. Artificial cimbing, adalah pemanjatan yang menggunakan peralatan selain untuk
menahan jatuh, juga digunakan untuk menambah ketinggian dengan cara dijadikan
pegangan atau pijakan.
4. Berdasarkan tujuan pemanjatan, panjat tebing dibagi menjadi 2, yaitu :
5. Pemanjatan Sport, adalah pemanjatan yang dilakukan dengan tujuan olahraga
dan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan pemanjat.
Pemanjatan sport dapat dibagi lagi menjadi :
1. Bouldering, yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan pada tebing-tebing pendek
(tidak terlalu tinggi), biasanya pemanjat melakukan gerakan secara horisontal (kiri-
kanan) dan vertikal (naik turun). Gerakan ini dilakukan berulang-ulang. Untuk
bouldering peralatan yang digunakan ditekan sedikit mungkin, jadi pemanjat hanya
memerlukan pakaian, sepatu dan chalk bag. Adapun tujuan bouldering adalah
untuk melatih kemampuan seorang pemanjat (melartih gerakan yang sulit, melatih
endurance / ketahanan) dan sebagai pemanasan sebelum melakukan pemanjatan
di dinding tinggi.
2. Lead, pemanjatan lead menggunakan bantuan hanger dan runner untuk
mengamankan pemanjat, biasanya hanger sudah terpasang pada tebing sehingga
pemanjat hanya harus memasang runner pada hanger tersebut sebagai pengaman
apabila jatuh, top pada jenis pemanjatan ini adalah top hanger.
3. Speed, teknik pemanjatan ini biasanya dilakukan untuk tujuan kompetisi, yaitu
dengan memanjat secepat mungkin, penilaian panjat tebing ini adalah waktu.
Pengaman yang digunakan adalah Top Anchor.
4. Pemanjatan dengan tujuan pembukaan jalur atau Ekspedisi :
Menurut tujuannya, pemanjatan ini dilakukan dengan cara artificial. Peralatan yang
digunakan dalam jenis pemanjatan ini tidaklah sederhana, mengiingat resiko yang
mungkin terjadi sangatlah besar, sehingga pemanjata dikonsdisikan seaman mungkin.
Inti dari jenis pemanjatan ini adalah memasang hanger pada tebing dengan
mempertimbangkan kekuatan tebing itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
tidak boleh merusak ataupun mengganggu lingkungan dan komunitas hidup yang
sudah ada di tempat tersebut.
 
1. Teknik-teknik pemanjatan
1. Panjat Tebing
1. Teknik pemanjatan
Pada teknik pemanjatan  dikelompokkan sesuai bagian dengan tebing yang
dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan, yaitu :
1. Face Climbing, yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat
tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan
tangan.
2. Friction / Slab Climbing, adalah teknik yang mengandalkan gaya gesek sebagai
gaya penumpu yang biasa dilakukan pada tebing tidak terlalu vertikal.
3. Fissure Climbing, merupakan teknik yang memanfaatkan celah rekah batuan
dengan mempergunakan anggota badan sebagai pasak .
 
1. Taktik pemanjatan
Berdasarkan tingkat kesulitan, Trad Climbing/Adventure Climbing dibagi dalam 3
kategori :
1. Crag Climbing
merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara
:
 Single pitch climbing: dalam Pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di
tengah untuk mengamankan orang kedua.
 Multipitch climbing: Pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan
diperlukan pergantian Leader. Tiap Pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras
memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua(second
man).
2. Big Wall Climbing
merupakan jenis Pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari Crag Climbing dan
membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan memerlukan pengaturan
tentang jadwal Pemanjatan, makanan, perlengkapan tidur, dll.
 
Terdapat 2 sistem yang digunakan dalam Pemanjatan Big Wall yaitu:
 Alpine System / Alpine Push
Dalam alpine push, Pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala
peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk Pemanjatan dibawa ke atas.
Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pemanjatan ini baru dianggap
berhasil apabila semua Pemanjat telah mencapai puncak.
 Himalayan System / Himalayan Tactic
Sistem pemanjatan yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai
sasaran(puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan Big Wall yang dilakukan
sampai sore hari, setelah itu Pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan
pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel ditebing
untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Pemanjatan tipe ini biasanya terdiri atas
beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan. Sehingga dengan berhasilnya
satu orang dari seluruh tim, berarti pemanjatan ini sudah berhasil untuk seluruh tim.
 
 
2. Panjat Dinding
1. Teknik memegang poin :
1. Crimp / Half Crimp
Teknik ini adalah cara memgang hand hold ( Point ) yang ekstrim, dengan 4 jari dan
dibantu ibu jari diatasnya yang berfungsi sebagai pengunci, teknik ini dipakai pada saat
arah hand hold ( Point ) normal (Menghadap keatas)
2. Open
Teknik ini hampir sama dengan Crimp / Half Crimp diatas perbedaannya hanya pada
ibu jari, pada teknik ini tidak memakai ibu jari sebagai pengunci, ini teknik adalah dasar
dari teknik pegangan yang ada dan dapat dilakukan pada semua jenis hand hold ( Point
) selama hand hold ( Point ) yang terpasang normal (Menghadap keatas).
3. Palm
Teknik ini adalah cara memegang hand hold ( Point ) dengan menggunakan telapak
tangan bagian dalam ( dekat dengan ibu jari ) bukan pada jari sebagai tumpuannya,
teknik ini dapat dilakukan dengan posisi lengan lurus dalam usaha menambah
ketinggian
4. Lying / Block
Teknik ini adalah memegang satu hand hold ( Point ) dengan kedua tangan kita atau
dapat juga disebut 1 titik dua tumpuan.
5. Two Finger
Teknik ini adalah cara memegang hand hold dengan dua jari saja, untuk memgang
memakai dua jari sebaiknya menggunakan jari tengah dan jari manis karena akan
menghasilkan cengkraman yang optimal.
 
1. Teknik pijakan poin :
1. Edging
Teknik ini adalah teknik dasar dalam pemanjatan untuk pijakan, pengertiannya teknik ini
menggunakan ujung sepatu / ujung kaki dari mulai sisi luar, tangah, dan sisi dalam
teknik ini mutlak berfungsi apabila pemanjat memakai sepatu.
2. Smearing
Teknik ini adalah cara memijak hand hold di sepatu bagian tengah / telapak atas
dibawah jari kaki, teknik ini dapat berfungsi dengan baik apabila kita menemukan tebing
smearing kurang dari 90 derajat akan tetapi dapat juga digunakan apabila kita
menemukan hold yang berjenis slap.
3. Hooking
Teknik ini adalah cara memijak hold dengan menggunakan tumit pada teknik ini dapat
dilakukan pada saat menemukan contur dinding roof / pada saat akan melewati roof.
Satu kaki bertumpuan memakai tumit.
 
1. Jenis – jenis tebing
 
Secara umum yang dinamakan tebing adalah suatu permukaan bumi yang tersusun
oleh suatu jenis batuan yang memiliki kemiringan minimal 65°. Berdasarkan jenis
batuan penyusun terdapat jenis batuan kapur (lime stone) yang berwarna putih
kecoklat-coklatan, serta tebingt andesit yang tersusun oleh batuan yang berwarna
hitam.
Berdasarkan besar sudut kemiringan terdapat beberapa jenis bagian tebing, yaitu :
1. Slab, mempunyai kemiringan 65°-90°.
2. Face, yaitu Permukaan tebing yang berbentuk datar.
3. Vertikal, mempunyai kemiringan sekitar 90°.
4. Overhang, mempunya kemiringan 90°-180°.
5. Roof, mempunyai kemiringan 180°.
 
1. Karakteristik TEBING
 
Tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar
tentang karakteristik tebing yang harus diketahui antara lain:
1. Bentuk :
2. Blank : Bentuk tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau biasa disebut
vertical
3. Overhang : Bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80
derajat
4. Roof : Bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak
menggantung
5. Teras : Bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak
menjorok ke dalam tebing
6. Top : Bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan.
7. Permukaan Tebing :
1. Face
Adalah permukaan tebing yang mempunyai tonjolan. Beberapa model dari bentukan
face :
 Jug/Bucket/Thank-God hold
 Crimper
 Edge
 Pocket
 Sloper
 Pinch
1. Slap/Friction : Adalah permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan
atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan.
2. Fissure : Permukaan tebing yang tidak mempunyai celah(crack).
 
3. Macam-macam batuan :
Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan
ajang pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan Beku
2. Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf
 
 
BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PANJAT TEBING
1. Pengetahuan pengaman alam (natural anchor)
Pengaman Alam ( natural anchor ) adalah pengaman yang disediakan oleh alam,
macamnya :
1. Tumbuhan
Bila tumbuhan tersebut kuat dan akarnya menghujam ke dalam dinding tebing dan
dalam pemasangannya diupayakan harus dekat dengan pangkalnya dengan dijerat tali
pita atau webbing.
1. Batu sisip
Batu yang tersisip disela vertikal tebing.
1. Batu tanduk.
Batu yang menonjol. Menyerupai poin di papan panjat dinding.
4. Lubang tembus.
Lubang yang menembus tebing.
Berdasarkan tingkat keamanannya pengaman alam :
1. Pengaman emas               : Pengaman yang berfungsi sangat baik digunakan
untuk
tambatan dan beban jatuh
2. Pengaman perak              : Pengaman yang berfungsi kurang baik, biasanya
bisa terlepas jika dipakai jatuh.
3. Pengaman perunggu        : Pengaman yang berfungsi jelek dan pasti terlepas
jika terkena beban jatuh
4. Pengaman pengunci         : Pengaman yang berfungsi sangat baik, tidak
terlepas jika ditarik ke segala arah dan pasti bersifat emas.
  
1. Pengetahuan peralatan panjat tebing
 
1. Tali carmantel
 Fungsi utama dalam pemanjatan adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Tali yang
dipakai dalam panjat tebing terbuat dari nylon ( kern ) untuk menahan gerakan friksi
juga sebagai penguatan digunakan pembungkus ( mantle ) sehingga tali ini bisa disebut
” kermnantle “. Yang biasa digunakan ketika dalam divisi panjat adalah  Tali Kermantel
Dinamik yang
Memiliki kelenturan bagus sehingga dapat berfungsi sebagai peredam kejut.
Kelenturannya mencapai 5- 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Biasanya
memakai warna yang mencolok seperti merah, hijau dan ungu.
 
2. Webbing (tali pita)
 Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness, atau
 Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau
untuk membawa peralatan.
 Dapat digunakan sebagai instalasi anchor utama

3. Carabinner
1. Carabiner Screw ( menggunakan kunci pengaman )
2. Carabiner Snap (tidak berkunci )
3. Carabiner automatic, merupakan gabungan dari carabiner snap dan screw
 
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners (titik
pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pemanjat yang
terjatuh.
 
Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada sehingga jika pen yang ada pada
carabinber sudah longgar sebaiknya jangan dipakai.

4. Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh,. Harness yang
baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan tetapi sangat terasa
gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.

5. Helm 
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm
untuk melindungi dari benturan tebing saat pemanjat terjatuh atau bila ada batu yang
berjatuhan.
Helm yang baik digunakan adalah helm yang memiliki karakteristik ringan tapi keras.

6. Sepatu panjat
 Sebagai pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dapat melekat di
tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard
(keras).
7. Chalk bag
 
Tempat untuk menyimpan magnesium carbonat ( MgCO3 ) yang dipergunakan untuk
menghilangkan keringat yang terdapat pada ujung jari.
 
8. Prussik
 Merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunakan sebagai
penghubung anchor dengan runner/carabiner, juga dapat digunakan untuk meniti tali
keatas dengan menggunakan simpul prusik dan cowstail.

9. Sling
Suatu tali yang dibentuk menjadi loop dengan cara menyambungkan kedua ujungnya.
Berdasarkan jenis tali yang digunakan terdapat dua jenis sling yaitu :
 Sling Webbing
 Sling Prussik
 
10. Herolop
Mempunyai kegunaan hampir sama dengan sling dan biasanya dibuat oleh pabrik. Atau
kalau tidak bisa menggunakan webbing. Fungsi dari heroloop biasanya digunakan
untuk menggabungkan 2 carabiner menjadi satu unit yang disebut Runner.

11. Runner
Digunakan sebagai pengaman jalan, dibentuk dari 2 carabinner yang disatukan dengan
sebuah herolop. Pemasangan carabiner sebaiknya berarah buka berlawanan, karena
dimaksudkan untuk pembagian beban dan keamanan yang lebih.

12. Figure of 8
Terbuat dari bahan yang sama dengan Carabiner. Fungsinya sebagai pengaman
pemanjatan yang digunakan oleh belayer. Dapat juga digunakan sebagai autostop
ketika descender / turun dengan tali.

13. Etrier / Stirrup


 
Tangga untuk membantu menambah ketinggian tanpa menjejakkan kaki pada tebing.
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka
etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier
menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk
menambah ketinggian.

14. Grigri
Alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yang tinggi
karena dapat membelay dengan sendirinya.

15. Piton (Paku tebing)


Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton
ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau
melepas piton digunakan hammer.sesuai dengan bentuknya piton terbagi menjadi 2 :
1. Piton blade (pisau)
2. Piton angel (memiliki sudut)
 
16. Hammer (Palu tebing)
 Berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg
diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi
mengencangkan mur pada saat memasang hanger.
 
17. Chock
Chock adalah alat dalam pendakian tebing yang dimasukkan ke celah batu sehingga
terjepit dan dapat menahan berat badan dari arah tertentu.
Chock mempunyai tiga bentuk :
a. Hexa (berbentuk segi enam)
b. Stopper (berbentuk simetris)
c.Trieams (berbentuk paruh burung)
Disamping itu chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners).
 
18. Friend
 Friend adalah pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran
yang bisa menyesuaikan bentuk dengan celah tebing. Biasanya ukurannya lebih besar
dari chok, memiliki katup pembuka
 
19. Sky hook
 
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada
celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
 
20. Hand Drill
 Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan
kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
 
21. Bolt Hanger dan Resin Anchor
 Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah
dilubangi/dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt) sedang Resin Anchor dipasang
pada permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem
(resin glue)
 
22. Peding
 Berfungsi untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara alat dengan alat, atau alat
dengan tebing / wall. Biasanya digunakan untuk pembuatan top anchor.
 
Peralatan yang harus dibawa dalam melakukan pemanjatan
 
1. Panjat Tebing
Peralatan yang harus dibawa ketika melakukan panjat tebing adalah seperti disebutkan
dibawah ini, jumlah disesuaikan dengan rute pemanjatan, jumlah tim pemanjatan, dan
karakteristik tebing :
1. Tali carmantel
2. Webbing (tali pita)
3. Carabinner
4. Carabiner Screw ( menggunakan kunci pengaman )
5. Carabiner Snap (tidak berkunci )
6. Carabiner automatic, merupakan gabungan dari carabiner snap dan screw
7. Harness
8. Helm
9. Sepatu Panjat
10. Chalk bag
11. Prussik
12. Sling
13. Sling Webbing
14. Sling Prussik
15. Runner
16. Belay Device :
1. Figure of 8
2. Carabiner automatic
3. Grigri
1. Etrier / Stirrup
2. Piton (paku tebing)
4. Piton blade (pisau)
5. Piton Angel (memiliki sudut)
1. Hammer (palu tebing)
2. Chock
6. Hexa (berbentuk segi enam)
7. Stopper (berbentuk simetris)
8. Trieams (berbentuk paruh burung)
1. Friend
2. Sky hook
3. Pedding
 
Peralatan tambahan untuk pembuatan jalur :
1. Hand Drill
2. Bolt Hanger dan Resin Anchor

2. Panjat Dinding
Peralatan yang dipakai ketika akan melaksanakan panjat dinding relativ lebih sedikit
seperti berikut :
1. Tali carmantel
2. Webbing (tali pita)
3. Carabinner
 Carabiner Screw ( menggunakan kunci pengaman )
 Carabiner Snap (tidak berkunci )
 Carabiner automatic, merupakan gabungan dari carabiner snap dan screw
1. Harness
2. Helm
3. Sepatu Panjat
4. Chalk bag
5. Sling (webbing dan prusik )
6. Runner
7. Pedding
8. Belay Device :
 Figure of 8
 Carabiner automatic
 Grigri
 
1. Peralatan Tambahan
Dalam poin ini akan dijelaskan beberapa peralatan tambahan yang sebenarnya wajib
digunakan ketika melaksanakan pemanjatan di tebing, hanya saja dibedakan dngan
peralatan wajib yang digunakan untuk tebing itu sendiri.
Peralatan yang dibawa disesuikan dengan lama pemanjatan, jumlah tim pemanjatan,
dan daerah tebing yang akan dipanjat. Peralatan tambahan, seperti berikut  :
 
1. Dome (Tenda)
Ketika panjat tebing dilaksanakan di daerah tebing yang jauh atau dekat dengan
pemukiman warga atau basecamp panjat. Diusahakan membawa dome (tenda) dengan
jumlah disesuaikan dengan jumlah peserta yang ikut serta dalam tim pemanjatan.
Misalnya saja, bila tim berjumlah 3 orang (karena di Gitapala sendiri peserta  kegiatan
yang dianjurkan minimal 3 orang), dibutuhkan minimal 1 dome, begitu pun kelipatannya.
Lebih baik lagi apabila antara orang dan alat-alat dipisahkan domenya. 1 dome untuk
anggota pemanjatan dan 1 dome lagi untuk peralatan.
2. Carrier (tas besar)
Sebenarnya penggunaan carrier disini tidaklah wajib, akan tetapi lebih baik bila tim
menggunakan carrier untuk membawa peralatan pribadinya ataupun peralatan
kelompok. Karena dikhawatirkan ketika menggunakan daypack akan tidak maksimal
peralatan yang dibawa. Isi dari tas carrier tersebut seperti di bawah ini :
1. Sleeping Bag / hamook, disesuaikan penggunannya dengan kebutuhan. Ketika
dirasa tidak dibutuhkan tidak perlu dibawa. Namun sangat dianjurkan untuk tetap
membawa peralatan ini untuk berjaga-jaga apabila terjadi perubahan cuaca secara
tiba-tiba.
2. Pakaian, pakaian disini maksudnya adalah pakaian yang melekat di badan
sebagai komponen penutup tubuh ataupun aksesoris tambahan dan pakaian ganti.
Termasuk juga di dalamnya, sepatu, sandal, topi, kacamata, syal, jaket dsb.
Walaupun kegiatan outdoor akan tetapi harus tetap menjaga kebersihan diri dan
keindahan serta tetap mengikuti norma yang berlaku di tempat tersebut.
Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
3. Alat mandi, juga disesuaikan dengan kebutuhan pribadi setiap masing-masing
individu. Alat mandi disini dapat ditambahkan pula tisu basah ataupun tisu kering di
dalamnya.
4. Kotak P3K, sangat dibutuhkan untuk melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan-kecelakaan ringan ataupun berat. Isinya dapat diisi obatan-obatan
umum (dalam dan luar) serta dianjurkan ditambahkan obat-obat pribadi.
5. Mantel atau payung, mantel sangat diperlukan terlebih ketika musim hujan.
Bukan itu saja, mantel dapat difungsikan sebagai penutup alat-alat panjat dari
panasnya sinar matahari dan bisa juga digunakan sebagai alas pengganti matras.
6. Senter atau sumber penerangan, senter sebagai sumber penerangan satu-
satunya selain api wajib dibawa saat melakukan perjalanan outdoor, baik jauh
ataupun dekat, malam ataupun siang. Sebagai antisipasi tentunya. Dianjurkan
untuk menggunakan senter dengan daya batere, bukan charger.
7. Peralatan survival, tidak saja di gunung ataupun hutan, barang yang satu ini
wajib dibawa. Karena alam yang tidak dapat diprediksi sedetik kemudian
bagaimana kondisinya. Peralatan survival (survival kit) ini terdiri dari ; lampu
cadangan, batere cadangan, senar pancing, silet / cutter, peniti, parafin, korek api 2
jenis, kail pancing, kertas, bolpoin (alat tulis), serta Tramontina (parang).
8. Logistik (bahan makanan), terdiri dari beras, sayur mayur, lauk pauk, mie instan,
bumbu-bumbuan, air minum, vitamin, suplemen makanan, yang disesuaikan jumlah
tim pemanjatan dan lama waktu pemanjatan.
 
3. Perlengkapan memasak :
Perlengkapan memasak sangat dibutuhkan, tidak saja hanya ketika di Gunung atau
hutan, akan tetapi setiap perjalanan outdoor hendaknya selalu membawa peralatan ini
untuk mengolah bahan makanan yang sudah dibawa.
Perlengkapan memasak disini, antara lain :
1. Nesting
Nesting digunakan untuk memasak air atau memasak makanan, dapat juga digunakan
sebagai pengganti piring ataupun mangkok.
2. Kompor
Kompor yang digunakan dapat berbagai jenis, tergantung kebutuhan. Akan tetapi
sangat dianjjurkan bagi tim untuk membawa tidak hanya satu jenis bahan bakar. Seperti
misalnya kalau sudah membawa kompor berbahan bakar gas, harus menambahkan
kompor berbahan bakar parafin atau spiritus di dalam checklist alatnya.
3. Bahan bakar
Bahan bakar ada beberapa macam, diantaranya adalah gas, parafin, minyak tanah,
briket, dan spiritus. Namun yang lazim kita gunakan adalah gas, , minyak tanah, parafin
dan spiritus, atau bahkan kayu kering yang sudah tidak terpakai lagi. Bahan bakar
sama seperti kompor, dianjurkan pada setiap kegiatan tim tidak hanya membawa satu
jenis bahan bakar.
1. Pisau, untuk memotong bahan makanan dan bumbu-bumbuan
2. Sendok, garpu, piring, gelas, diusahakan menggunakan bahan plastik dan ringan
supaya mudah di packing dan tidak membutuhkan ruang yang besar.
 
4. Perlengkapan dokumentasi :
1. Alat tulis,
Alat tulis digunakan untuk mencatat waktu pelaksanaan, informasi-informasi yang
didapat di sekitar area pemanjatan, dan juga mencatat evaluasi serta briefing.
2. Camera
Camera ini cukup penting sebenarnya untuk mengabadikan moment, dan juga tempat
pemanjatan, sehingga bisa menjadi referensi bagi pemanjatan selanjutnya dan
kelengkapan dokumentasi.
 
5. Alat komunikasi
Alat komunikasi disini bisa berbentuk macam-macam, bisa Handphone, pager, ataupun
handie talki. Untuk daerah tebing yang susah sinyal provider kartu handphone sangat
diannjurkan membawa handie talki sebagai alat komunikasi. Alat komunikasi ini wajib
dibawa karena untuk berkomunikasi dengan tim basecamp atau kantor GITAPALA
ketika terjadi suatu hal-hal tertentu, baik yang sudah direncanakan ataupun yang tidak
direncanakan.
 
1. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan panjat tebing sebagai kegiatan outdoor memerlukan safety yang baik dan
persiapan yang baik pula demi keberhasilan kegiatan tersebut. Diperlukan persiapan
yang matang baik individu ataupun tim.
 
1. Persiapan individu meliputi :
1. Latihan, tidak ada hal yang dapat diraih secara tiba-tiba, terlebih dalam
dunia panjat tebing. Semuanya membutuhkan latihan yang rutin dan berkala,
demi mendapatkan hasil yang maksimal. Latihan yang dilakukan secara rutin
dapat meningkatkan skill, endurance, power, dan proble solving pemanjat itu
sendiri ketika mengalami kondisi-kondisi tertentu di tebing.
2. Pematanngan teknik-teknik dan materi panjat tebing, ilmu yang
sebagaimana dijelaskan oleh Tuhan tidak akan pernah habis, dan seluruh
individu yangs sadar akan hal ini dianjurkan untuk terus mengasah
kemampuan dan pengetahuan kepanjat tebingannya.
3. Mental, pembinaan mental memang terkesan absurd dan bersifat
kualitatif. Akan tetapi mental yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan
pemanjat dalam melakukan pemanjatan.
 
2. Persiapan tim
Persiapan tim sangat dibutuhkan untuk membangun chemistryi antar anggota tim, demi
keberhasilan sebuah agenda pemanjatan. Meliputi koordinasi yang baik, dan upgrading
materi serta informasi terkait tebing yang akan dipanjat.
Persiapan tim sebagai salah satu unsur penunjang keberhasilann suatu pemanjatan,
dijabarkan dibawah ini :
1. Pengumpulan informasi tentang tebing yang akan dipanjat, pengumpulan
informasi ini bisa didapatkan dari internet, bertanya ke senior, ataupun OPA lain,
dan juga dari forum-forum panjat tebing yang saat ini sudah ramai di kalangan kita.
Tujuannya adalah perkiraan peralatan yang akan dibawa, akses transportasi serta
perkitaan dana yang akan dikeluarkan.
2. Survey
Selain informasi kasar berupa gambaran umum diatas. Dibutuhkan juga survey, survey
dapat dilakukan dengan sedikitnya 2 cara, yaitu dengan hanya melihat tebing yang
akan dipanjat dan mengumpulkan informasi dari warga masyarakat sekitar dan dapat
juga dengan mencoba langsung tebing tersebut apabila dibutuhkan dan dimungkinkan.
1. Koordinasi
Koordinasi yang baik meliputi pembentukan kepanitiaan kegiatan dan pembagian tugas
yang jelas bagi setiap anggota tim.
 
1. Teknis pemanjatan
2. Panjat dinding
      Panjat dinding adalah salah satu  jenis  pemanjatan sport dimana media yang biasa
digunakan berupa papan kayu atau fiber yang dibentuk  sedekemian rupa sesuai 
bentuk kerangka paanjat. Biasanya dalam pemanjatan ini yang digunakan model top
ancoring, yaitu pengaman buatan yang dibuat di  bagian atas sehingga pemanjat hanya
melakukan pemanjatan tanpa harus melakukan pengamanan diri karena sudah di back
up dari ancor dan belayer.
1. Teknik pembuatan top ancor
1. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan (tali webbing min 2, carabiner oval
screw min 4, pedding, dan juga tali kermantel
2. Menyambung tali webbing, dan pastikan tersambung denganbaik
3. Pemasangan peding di dua sisi kerangka kanan dan kiri, fungsi dari
ppeding ini adalah untuk mencegah friksi antara webbing dengan kerangka
papan wall climbing. Pastikan kerangka yang menjadi tambatan benar benar
kokoh dan bisa menahan beban pemanjat
4. Mengikatkan tali webbing tersebut pada kerangka yang telah di beri
peding, sisakan sebagian tali untuk nantinya dijadikan sebagai tambatan dari
tali kermantel
5. Pasang carabiner screw ke lubang webbing yang ada, masing-masing
dua buah hal ini untuk dijadikan sebagai cadangan bla ccarabiner yang satu
rusak atau patah.
6. Pastikan screw terkunci kembalidan posisikan screw berlawanan dengan
yang satunya.
7. Masukan tali kermatel dari lubang carabiner screw tadi, dan beri tanda
untuk tali yang akan digunakan pemanjat dengan membuat simpul 8 pada
ujung talinya
8. Perikas kembai carabiner screw, dan juga tali webbing telah terpasang
dengan baik dan benar
9. Ancor siap digunakan untuk pemanjatan
2. Persiapan pemanjatan
3. Meyiapkan alat yang dibutuhkan seperti harness, chalk bag, sepatu panjat dan
kaus kaki untuk tambahan bisa gunakan runner, dan tali prusik sebagai pengaman
tambahan jika diperlukan
4. Memasang sepatu panjat, gunakan sepatu dengan nomer sepatu 1 nomor lebih
kecil dari sepatu yang biasa dipakai. Jika nomer sepatu biasanya 40, maka
gunakan nomor sepatu panjat 39. Ini untuk meminimalkan cidera dan memudahkan
pemanjatan.
5. Pasang harness dan juga chalk bag dengan baik dan benar pastikan harnest
terkunci dengan benar
6. Untuk seorang belayer
Belayer disini bertugas untuk mengamankan pemanjat dari kemungkinan terjatuh
sehngga diperlukan ekstra perhatian. Selain itu belayer juga bisa mengarahkan
pemanjat mengenai jalur pemanjatan. Komunikasi yang baik antar belayer dan
pemanjat menjadi kunci kesuksesan pemanjatan.
Yang harus disiapkan seorang belayer meliputi
1. Harnest, carabiner automatic/oval screw, dan figur 8. (untuk figur 8 bisa diganti
dengan grigri )
2. Memasang harnest dengan baik dan pastikan semua terkunci, selanjutnya baru
pasang carabiner automatic/oval screw di bagian depan tengah.
3. Masukan tali kedalam lubang figur 8 dengan cara membuat loop dan
memasukanya dari bagian bawah, posisikan tangan terkuat digunakan untuk
menahan tali. Setelah itu baru masukan lubang yang kecil kedalam carabiner
automatic/oval screw. Pastikan friksi yang terjadi benar benar bisa menghambat
jatuhnya pemanjat.
2. Pemanjatan sport pada tebing alam
Pemanjatan ini biasa dilakukan pada tebing alam yang telah dibuat jalur sebelumnya,
dimana pada tebing tersebut sudah terpasang  pengaman berupa hanger ( besi
berlubang yang ditancapkan pada dinding tebing dengan mur/baut ) jarak antar hanger
biasanya antara 1-2 meter . hanger ini yang  nantinya bisa digunakan pemanjat untuk
beristirahat dan juga melanjutkan pemanjatan. Jenis tebing yang baiasa digunakan
dalam pemanjatan ini biasanya tidak terlalu tinggiatau tipe crag climbing dimana
pemanjat dapat menyelesaikan seorang diri.
Teknis pemanjatan sport pada tebing sebagai berikut:
1. Pembuatan top ancor
Dalam tebing alam biasanya bagian top akan dibuat pengaman ganda yang saling
sejajar. Ini yang biasa digunakan untuk top ancor. Untuk membuatnya cukup dengan
memasang 2 runner pada masing masing hanger untuk kemudian disatukan dengan tali
kermantel yang kita gunakan untuk pemanjatan.
2. Persiapan pemanjatan
Untuk persiapan pemanjatan pada tebing alam tidak jauh berbeda dengan panjat
dinding hanya saja pemanjat diharuskan membawa runner (dua carabiner yang
disatukan dengan sling atau heroloop) sesuai dengan jumlah hanger yang ada pada
dinding tebing.
Baru setelah top ancor terpasang pemanjatan sama dengan pada panjat dinding.
Usahakan dalam memasang runner dan tali kermantel tidak bergesekan dengan
dinding tebing untuk mencegah terjadinya pengelupasan pada tali kermantel.
3. Persiapan belayer
Untuk belayer mengenai alat dan tugas sama dengan pada panjat dinding.
 
3. Pemanjatan artivicial (artivisial climbing)
            Pemanjatan artivicial iniadalah salah satu pemanjatan paling beresiko karena
pengaman yang digunakan harus dibuat sendiri sehingga peralatan yang dibutuhkan
sangat banyak dan beragam. Pemanjatan ini biasa dilakukan untuk pembuatan jalur
baru atau dalam rangka ekspedisi. pemanjatan artivicial ini bisa dilakukan sendiri atau
lebih dari satu orang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanjatan
artivicial yang dilakukan lebih dari satu orang.
1. Persiapan pemanjatan
Dalam pemanjatan artivicial multipicth peran leader sangat penting, karena dia yang
bertugas untuk membuka jalur dan memasang pengaman untuk pemanjat berikutnya.
Seorang leader harus mempunyai pengalaman dan juga skill yang baik, baik itu dalam
pemasangan pengaman ataupun pembuatan top ancor.
Dalam pemanjatan ini semua jenis alat sebisa mungkin dibawa karena kita tidak tau alat
mana nantinya yang bisa digunakan untuk pengaman buatan tersebut. Disinilah kejelian
dan pengalaman seorang leader diutuhkan.
2. Pembuatan top ancor
1. Pilihlah tebing yang nyaman untuk dijadikan top ancor (bisa mencari teras
atau tambatan yang bisa dijadikan pijakan pohon atau celah batu yang besar )
2. Pasang pengaman menggunakan costail
3. Mencari lubang tembus, celah tebing, atau pohon/akar pohon yang kuat
yang bisa dijadikan pengaman.
4. Memerikasa apakah tebing tersebut aman cara untuk memeriksanya
adalah sebagai berikut.
 Lubang tembus : memasukan sling kemudian dibebani
 Celah tebing :  dengan memasang friends, chook atau piton kemudian dibebani
 Batang pohon / akar : dengan mengikat atau dibebani langsung.
5. Setelah dirasa aman baru memasang alat yang paling tepat untuk dibuat
pengaman, baru setelah itu membuat rangkaian untuk top ancor
6. Gunakan minimal 3 pengaman yang dapat mengamankan leader untuk
membelay pemanjat yang dibawah.
7. Dalam posisi ini leader beralih fungsi menjadi belayer karena pemanjat
yang dibawah harus (ketika 2 orang) bila lebih maka pemanjat nomor dua dan
seterusanya bisa menggunakan ascender untuk menuju leader atau pemanjat
pertama, begitu sterrusnya.
8. Semua pemanjat diwajibkan menggunakan peralatan lengkap baik itu
ascender taupun alat untuk belaying. Karena disini semua bisa berposisi
sebagai pemanjat ataupun sebagai belayer. Tergantung banyaknya pemanjat.
3. Untuk belayer
Belayer pada pemanjatan artivicial ini selain mempersiapkan alat untuk membelay juga
alat untuk pemanjatan karena dia nantinya juga akan ikut memanjat.
4. Teknik cleaning
Teknik cleaning adalah teknik untuk cleaning atau mengambil kembali alat / pengaman
yang digunakan pada saat pemanjatan. Secara garis besar Teknik Cleaning dapat
dibagi menjadi 2 cara yaitu dengan cleaning bersih atau dengan clim down.
1. Cleaning bersih
Untuk melakukan cleaning bersih, persiapan yang dilakukan cukup panjang,, terutama
persiapan alat. Dan alat yang digunakan cukup banyak. Namun tingkat keamanannya
relatif lebih baik dibanding cleaning climbdown. Secara umum teknik ini digunakan
untuk melakukan cleaning dengan cara rapling menggunakan figur 8. Dalam teknik ini
diperlukan 2 tali dimana tali yang satunya digunakan sebagai rangkaian untuk rapling.
 
Secara teknis dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat untuk cleaning meliputi (tali kermantel, figur of 8, sling
prusik, carabiner oval screw, harness, carabiner non screw dan costill)
2. Membuat double simpul 8 pada tali kermantel dan mengaitkan pada sling prussik
yang akan dibawa naik ke atas.
3. Pada harness bagian depan dipasang carabinner oval screw yang sudah diberi
figure of 8 dan juga dipasang costill yang sudah dikaitkan tali kermantel yang sudah
diberi carabiner snap / non screw. Pada harness bagian samping dipasang sling
prussik yang sudah dikaitkan dengan double simpul delapan tali kermantel kedua,
lalu dipasangkan ke harness dengan carabinner snap / non screw pada sling
prussik tadi.
4. Setelah persiapan alat sudah siap maka cleaning siap dilakukan, pemanjat naik
ke atas dengan menggunakan line tali pertama dan membawa tali kermantel kedua
untuk line repling.
5. Setelah pemanjatan sampai pada titik tertinggi pengaman atauanchor,
dilakukanlah proses cleaning
6. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memasang costill pada runner bagian
atas yang terpasang pada hanger (pemanjatan sport) atau pada lubang tembus /
anchor alami (pemanjatan artificial).
7. Setelah itu pemanjat akan mempunyai 2 pengaman jika jatuh, pertama
pengaman pada bellayer dan kedua pengaman pada costiil yang sudah dipasang
tadi.
8. Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah memasang line kedua, yaitu
dengan memasukkan sling prussik yang sudah dikaitkan dengan tali kermantel
kedua pada hanger (pemanjatan sport) atau lubang tembus / anchor alami
(pemanjatan artificial), kemudian kancing sling prussik yang sudah mengait di
hanger / anchor alami tersebut dengan carabiner snap / non screw. Hati-hati
terhadap pemasangan costill, usahakan sambungan costill yang mempunyai
bentukan lebih besar tidak ikut masuk di hanger / anchor alami, karena akan
menyebabkan sling prussik tersebut tersangkut dan mengabitkan cleaning bersih
gagal dilakukan, dan harus diulangi lagi.
9. Kemudian tali kermantel yang kedua tadi dicari ujungnya, kemudian ujung
tersebut dimasukkan ke sling prussik yang sudah terpasang pada hanger / anchor
alami tadi searah dengan carabinner snap penguncinya. Lalu ulur tali tersebut
sampai sama panjangnya satu sisi dengan sisi yang lain (sampai kira-kira
menyentuh bawah).
10. Setelah itu pasang tali kermantel kedua tadi pada figure of 8 seperti pengesetan
pada bellayer. Tali yang dipasang adalah tali yang mengunci sling prussik yang
terpasang di hanger / anchor alami tadi. Lalu tali yang sudah terpasang di figure of
8 tadi dipasang pada carabinner oval screw yang terpasang pada harness beserta
figure of 8 nya (seperti pengesetan pada bellayer).
11. Jangan lupa untuk melepaskan carabinner snap pengunci sling prussing yang
terpasang pada hanger / anchor alami.
12. Lalu siapkan posisi seperti posisi akan melakukan reppeling, dan jangan lupa
untuk mengunci line tali yang digunakan turun dengan menguncikan pada figure of
8 dan carabinner oval screw nya, usahakan double atau 2x, supaya tingkat
keamanannya maksimal. Usahakan posisinya lebih dekat dengan pengaman paling
atas.
13. Lepaskan costill dengan posisi tangan kanan tetap siaga seperti ketika
melakukan reppeling.
14. Lepaskan runner.
15. Buka kuncian pada line kermantel untuk digunakan reppeling. Posisi tangan
adalah salah satu tangan mengunci tali (di bagian bawah tubuh) dan satu tangan
yang lain digunakan untuk membuka kuncian.
16. Reppeling bisa dilakukan.
17. Lepaskan runner / pengaman-pengaman yang ada di bawahnya. Bisa dengan
mengunci line seperti cara diatas tadi, bisa juga tidak perlu mengunci line apabila
dirasa sudah cukup aman. Usahakan melepaskan runer atau pengaman-pengaman
yang terpasang tadi dengan satu tangan, kalaupun tidak bisa berarti harus dikunci
dulu line nya dan kemudian memasang costill supaya lebih leluasa (biasanya
terjadi pada pengaman sisip yang sulit untuk dilepaskan)
18. Setelah sampai di bawah, tarik salah satu tali yang merupakan lawan dari ujung
tali yang digunakan untuk reppelingan tadi (tali pengunci sling prussik), sampai
ujungnya. Secara otomatis tali kermanel beserta prussiknya akan jatuh ke bawah.
 
2. Cleaning climb down
Cleaning climb down, biasa dilakukan untuk pemanjat yang memiliki stamina dan
endurence yang kuat, dan biasanya dilakukan di tebing yang relatif tidak terlalu tinggi,
mengingat resikonya cukup besar (resiko jatuh / benturan dsb). Cara melakukannya
relatif sangat lebih sederhana daripada teknik cleaning bersih, dan tidak memerlukan
alat tambahan lain selain alat yang digunakan untuk memanjat.
 
Cara melakukan cleaning climb down secara teknis dapat dijabarkan seperi di bawah ini
:
1. Memanjat seperti biasa hingga sampai pengaman tertinggi.
2. Bila lelah / kecapaian bisa memasang costill kemudian istirahat sebentar.
3. Setelah itu lepas costill lalau dilakukan pelepasan pengaman dengan satu
tangan, karna tangan yang lain digunakan untuk mencengkeram tebing. Pada
posisi ini siapkan diri untuk kemungkinan jatuh sampai ke pengaman di bawahnya
(biasanya tidak lebih dari 3 m)
4. Untuk pengaman yang susah dilepaskan seperti pengaman sisip, maka bisa
dipasang costill untuk mempermudah kerja (dapat menggunakan 2 tangan).
5. Begitu seterusnya dilakukan sampai ke pengaman terakhir, pastikan tidak ada
pengaman yang tertinggal atau terjatuh.
 
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN
 
1. Bahaya dalam melakukan kegiatan Panjat Tebing
Resiko setiap saat dapat menghampiri setiap pelaku kegiatan outdoor, meskipun sudah
melakukan segala prosedur seperti yang ditentukan. Namanya alam, tidak dapat benar-
benar diprediksi bagaimana alam itu akan memperlakukan pencintanya (dalam hal ini
penggiat).
Beberapa  bahaya yang dapat terjadi ketika melakukan kegiatan Panjat Tebing seperti
berikut ini :
 
1. Pemasangann alat yang tidak benar :
Pemasangan alat harus disesuaikan dengan fungsi dan caranya, serta tingkat
keamanannya. Pemasangan alat yang tidak benar sangat beresiko tehadap
keselamatan pemanjat. Seperti misalnya,
1. Harness yang tidak terkancing dengan baik, harness memiliki pengunci yang
disebut danger. Bagian ini sangat penting untuk diperhatikan sebelum melakukan
pemanjatan, baik itu di tebing ataupun di wall sekalipun. karena apabila hal ini tidak
diindahkan bisa fatal akibatnya. Pemanjat bisa jatuh bebas ke tanah, tertekuk
badannya, terbalik posisi jatuh sehingga terantuk ke tebing / wall dst.
2. Pelindung kepala yang satu ini harus memenuhi standar yang pasti yaitu pas di
kepala, keras sehingga tahan terhadap benturan dan ringan untuk mempermudah
melakukan pergerakan. Helm yang terlalu longgar / sempit dan tidak mempunyai
tali pengikat sangat tidak dianjurkan untuk digunakan.
3. Pengaman, pengaman sisip seerti chock dan piton juga pengaman sementara
seperti skyhook adalah pengaman buatan sementara yang kadang-kadang memiliki
peranan yang vital ketika terjadi kecelakaan dalam melakukan pemanjatan.
Pemasangannya yang kurang mantap, dan tidak sesuai dengan fungsi dan bentukan
tebing hanya akan menahan pemanjat sementara. Untuk kemudian pemanjat akan
jatuh karena sudah berpikir pengaman ini aman padahal belum. Ketika alat ini jatuh,
tidak hanya memberikan efek yang tidak baik bagi pemanjat, tetapi juga bagi orang lain
yang berada di sekitar area pemanjatan.
Pengaman lain seperti runner juga harus diperhatikan, dipastikan sudah
berbunyi klik maka tingkat keamanannya maksimal.
1. Friksi, alat yang tidak dipasang dengan baik kadang-kadang menimbulkan friksi.
Bisaanya friksi ini terjadi pada tali dengan tebing. Friksi atau gesekan sedikit atau
banyak merupakan hal yang harus dihindari oleh pemanjat, utamanya bagi
pembuat jalur. Karena peralatan yang dipakai sangat kuat, tetapi juga rentan bila
tidak benar pemakaiannya maka hal-hal semacam ini harus diperhatikan.
 
2. Pemilihan Anchor alam yang tidak benar.
Pemilihan anchor alami seperti pohon, akar dan lubang tembus perlu diperhatikan. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan pemanjat untuk memastikan tingkat keamanan
suatu anchor alam.
 Untuk pohon atau akar, cara memastikan keamanannya adalah memilih pohon
yang masih hidup, jangan memilih pohon atau akar yang sudah mati. Pilih pohon
atau akar yang lentur, dan kayunya tidak rapuh, serta akarnya menghujam mantap
di tebing.
 Untuk lubang tembus diketuk dahulu menggunakan hammer, pilih bagian tebing
yang apabila diketuk suaranya tidak nyaring, apabila diketuk suaranya tidak nyaring
artinya bagian tebing tersebut memiliki tinngkat kepadatan yang baik, sebaliknya
apabila suaranya nyaring maka tingkat keamanannya rendah, artinya bagian tebing
tersebut sangat kering dan berpotensi lemah untuk digunakan sebagai anchor.
Langkah selanjutnya adalah mengeceknya dengan menggunakan sling, atau sky
hook, digoyang-goyangkan ke segala arah apabila tidak ada tanda-tanda
kerapuhan pada lubang tersebut, maka lubang tembus tersebut siap untuk
digunakan sebagai tambatan pengaman.
 
3. Cidera / kecelakaan (Luka pada bagian tubuh)
1. Luka ringan :
1. Terkilir / memar
Terkilir atau memar bisa saja terjadi pada otot manapun juga, biasanya terjadi karena
pemanjat kurang memperhatikan pemanasan secara serius.
2. Lecet
Luka lecet, atau luka luar sangat biasa ditemukan ketika melakukan kegiatan panjat
tebing. Karena dibutuhkan keberanian, bahkan seringkali kenekatan, kadang-kadang
pemanjat harus mengambil resiko ini demi keberhasilan suatu pemanjatan. Luka lecet
ini biasa terjadi karena gesekan dengan tebing, dengan wall, dengan alat dan lain-lain.
1. Luka berat
1. Patah tulang
Luka yang cukup berat adalah patah tulang, penyebab patah tulang sendiri bisa karena
benturan, jatuh, atau tertimpa sesuatu dari atas. Untuk mengurangi resiko yang fatal ini
diharapkan bagi setiap pemanjat untuk memperhatikan peralatan yang digunakan serta
etika dan sikap pemanjatan.
2. Pendarahan
pendarahan bisa saja terjadi kepada pemanjat ketika sedang melakukan pemanjatan.
Biasanya di daerah kepala karena benturan atau baretan di kulit.
 
1. Pencegahan yang dilakukan :
 
1. Berdoa
Sebenarnya hal ini adalah wajib dilakukaan, termasuk dalam poin pencegahan dan
prosedur kegiatan. Dalam melakukan sebuah usaha, tidak dipungkiri ada kekuatan lain
yang selalu menjaga setiap manusia berjalan pada trek yang benar. Yaitu kekuatan
Tuhan. Sebagai manusia Indonesia yang menganut ideologi Pancasila dan beriman,
maka doa adalah faktor yang penting dalam setiap keberhasilan. Tanpa berdoa, orang
dikatakan sombong, bahkan inkar. Dalam dunia panjat tebing hal tersebut diaplikasikan,
seperti tertera dalam sebuah pepatah kuno “Tuhan selalu bersama orang-orang yang
pemberani”.
 
2. Latihan
Melakukan latihan untuk meningkatkan kemampuan memajat seperti menuangkan
bumbu pada sup. Tidak ada suatu keberhasilan yang tidak membutuhkan kerja keras.
Termasuk di dalamnya latihan, rutin ataupun tidak, sering ataupun jarang. Namun
kemampuan dasar ada baiknya bila terus diasah dengan latihan yang baik dan benar.
 
3. Meningkatkan pengetahuan tentang tebing yang akan dipanjat
Selain faktor-faktor yang ada di dalam diri pemanjat, faktor seperti ini sangat penting
untuk diperhatikan. Tidak mungkin seseorang yang tidak tahu medan, akan berhgasil
ketika melakukan kegiatan di medan tersebut. Untuk itu meningkatkan pengetahuan
terhadap hal-hal penting seperti ini wajib untuk dilakukan.
 
4. Pemanasan
Pemanasan sangat diperlukan untuk mempersiapkan otot dan tubuh sebelum
pemanjatan dilakukan.
 
5. Meningkatkan pengetahuan pengguanaan alat
Tidak mungkin seorang pemanjat dapat tiba-tiba menjadi bisa dan berhasil dalam
melakukan pemanjatan. Kecuali dalam dunia dongen, hal ini mustahil dilakukan bila
tanpa pengetahuan. Untuk itu, meningkatkan pengetahuan tentang alat dan
penggunaannya sama kedudukannya dengan usaha pemanjatan itu sendiri.
 
6. Menggunakan alat sesuai fungsinya
Alat-alat panjat berfungsi sangat baik untuk keselamatan pemanjat, akan tetapi apabila
penggunaan alat tersebut tidak tepat sesuai fungsinya maka tingkat keamanannya akan
berkurang atau bahkan tidak ada.
 
7. Menaati sikap dan etika pemanjat
Kadang-kadang apabila sudah larut dalam memanjat, karena senang atau lupa
pemanjat sering tidak mengindahkan etika dan sikap yang seharusnya ada pada diri
pemanjat. Hal tersebut bisa mengakibatkan kecerobohan dan menghasilkan sesuatu
yang buruk yang tentu saja tidak diinginkan.
 
1. Pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan
Jika terjadi kecelakaan, tentu saja hal tersebut adalah buruk dan tidak diinginkan bagi
setiap agenda pemanjatan. Akan tetapi jika hal tersebut terjadi maka seluruh anggota
tim harus siap untuk menghadapinya. Dalam prinsip penanganan kecelakaan yang
harus diperhatikan adalah penolong tidak boleh menjadi korban selanjutnya, dengan
kata lain penolong yang diharapkan mampu mengatasi masalah ini harus cekatan dan
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tindakan pertolongan pertama :
 
1. Memindahkan korban ke tempat yang aman.
Memindahkan korban ke tempat yang aman ini wajib dilakukan, supaya korban dan
penolong tidak mendapatkan ancaman kecelakan berikutnya.
 
2. Segera melakukan tindakan pertolongan
Syaratnya adalah tidak boleh gegabah, tangkas, cepat dan tepat dalam melakukan
tindakan pertolongan pertama ini. Pastikan korban merasa aman dan nyaman dengan
pertolongan yang kita lakukan. Kondisi psikologis korban juga harus diperhatikan
sedemikian rupa. Biarkan korban rileks terlebih dahulu dengan mengatakan hal-hal
yang baik dan menentramkan, atau memberikan minuman hangat.
 
3. Memberikan obat luka yang tepat
Dalam melakukan tindakan pertolongan harus tepat dalam memberikan obat luka.
1. Untuk luka ringan seperti lecet dibersihkan dulu lukanya, kemudian diberi alkohol
penyeteril luka, obat merah, dan kassa dan plester luka untuk menutup luka
korban.
2. Untuk luka ringan lain seperti terkilir, bagian luka tidak boleh ditekuk, harus
diluruskan, dan jangan dipijat, karena salah memijat luka terkilir akan menyebabkan
luka semakin parah dan fatal akibatnya. Lebih baik untuk memberikan balsem otot
kepada korban, dan melakukan pembalutan agar luka tidak bertambah parah.
3. Untuk luka berat, seperti patah tulang termasuk luka yang serius, dan perlu untuk
segera diatasi. Pastikan pembidaian dilakukan dengan benar, pembidaian biasa
dilakukan dengan meletakkan bidai di daerah dua persendian, hal ini dilakukan
untuk meminimalisir akibat fatal yang bisa saja terjadi.
4. Untuk luka berat lain, seperti pendarahan. Hal yang harus dilakukan adalah
membersihkan luka, dan menghentikan sumber pendarahan dengan menekan
sekitar area pendarahan dengan mengikatkan mitela atau perban. Kemudian tutup
luka tersebut dengan pembalut luka, kassa dan plester luka.
 

Anda mungkin juga menyukai