Adapun yang menjadi dasar hutang piutang dapat dilihat pada ketentuan Al-Qur’an dan
Al-Hadits, dalam Al-Qur’an terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi :
ِ … َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا
ب
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.(Q.S al-Maidah : 2)”
Dalam hutang piutang dilarang memberikan syarat dalam mengembalikan hutang.
Contoh : Fatimah menghutangi Ahmad Rp. 100.000,- dalam waktu 3 bulan Ahmad harus
mengembalikan hutangnya menjadi Rp.110.000,-. Tambahan ini termasuk riba (haram).
Tetapi jika tambahan ini tidak disyaratkan waktu aqad tetapi sukarela dari peminjam
sebagai bentuk terima kasih, maka hal ini tidak termasuk riba bahkan dianjurkan.
Rasulullah bersabda :
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِسنًا فَا َ ْعطَى ِسنًا
َ هللا
ِ ض َرس ُْو ُل َ اِ ْستَ ْق َر: الَ ََع ْن اَبِي هُ َر ْي َرةَ ق
ﻮﺼﺤﺤﻪwضا ًء ﴿ﺮﻮﺍﻩﺍﺤﻤﺪ ﻮﺍﻠﺘﺭﻤﻴﻧﻯ َ َاسنُ ُك ْم ق
ِ ال ِخيَا ُر ُك ْم اَ َح
َ َ﴾ َخ ْيرًا ِم ْن ُسنَّ ِة َوق
Artinya :“Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah SAW telah berhutang binatang ternak,
kemudian Beliau membayar dengan binatang yang lebih besar umurnya dari
binatang yang Beliau pinjam itu, dan Rasulullah bersabda : Orang yang paling
baik di antara kamu adalah orang yang dapat membayar hutangnya dengan yang
lebih baik.” (HR. Ahmad At-Turmudzi dan telah menshohehkannya).
oooOooo