Anda di halaman 1dari 2

Kalvin Wahyu Julius

195010107111120
40
Hukum Pidana Khusus D
Modus Operandi Tindak Pidana Terorisme
Modus operandi merupakan meotde operasional sebuah perbuatan yang
mungkin saja terdiri dari satu atau lebih kombinasi dari beberapa perbuatan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia modus operandi adalah cara
atau teknik yang berciri kbusus dari seseorang penjahat dalam melakukan
kejahatan.1 Jadi dalam hubungannya tindak pidana terorisme, modus operandi
adalah cara, metode atau teknik khusus sesesorang untuk melakukan suatu kejahatan
yang dilakukan oleh pelaku kejahatan.
1. Propaganda
Dengan adanya kemajuan teknologi telah mengubah penyampaian informasi
di masyarakat. Dengan berbagai kemudahan yang diberikan oleh teknologi, disaat
yang bersamaan propaganda terorisme juga menjadi mudah ditemukan. Saat ini yang
berkembang adalah penyebaran konten cyberterism baik berupa multimedia dan
tulisan-tulisan mulai dilihat menjadi sebuah metode propaganda. Di mana semula
buku-buku, majalah, kaset dan video yang berisi propaganda semula berbentuk fisik
telah diunggah pada situs-situs, blog dan sosial media untuk disebar luaskan secara
luas dan tanpa batas.
Materi isi propaganda sangat bergantung dari tujuan yang hendak dicapai oleh
penyebarnya. Seperti misalnya dalam keadaan perang, propaganda ditujukan agar
masyarakat terpengaruh dan menentukan sikap: patriotisme (patriotism), cinta
keluarga (family life), kebencian (hatred), percaya akan kemenangan (confidence in

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud. Jakarta.
Balai Pustaka. Hal. 622.
ultimate victory), rasa berani (sense of courage), ingin bertualang (sense of
adventure), sehingga perang yang dilancarkan oleh penyebar propaganda mendapat
dukungan dari masyarakat.
2. Penipuan Online
Modus operandi tindak pidana penipuan daring yang paling banyak dilakukan,
berdasarkan data Reskrimsus Siber Polda Jatim adalah penipuan dengan media
website, disusul dengan media email, media telephone, media sms dan media kartu
kredit. Selain itu, terdapat modus operandi yang ternyata hubungan antara pelaku
dan korban berada di luar produsen/penyedia jasa dengan konsumen. Sedangkan
konstruksi norma dalam rumusan pasal UU ITE belum cukup untuk menjadi
penanggulang semua tindak pidana penipuan daring karena kurang
komprehensifnya rumusan pasal dalam UU ITE. Konstruksi Pasal 28 ayat 1 UU ITE
hanya terbatas dalam mekanisme perlindungan konsumen dari penipuan, sedangkan
masih banyak tindak pidana penipuan yang menggunakan modus di luar dari
hubungan konsumen yang dilindungi dari produsen dan/atau penyedia jasa yang
melakukan tindak pidana penipuan.

Anda mungkin juga menyukai