Anda di halaman 1dari 87

HALAMAN SAMPUL LUAR

PENERAPAN MEDIA PERMAINAN PUZZLE TERHADAP


MOTORIK HALUS PADA AN. K DI PMB SITI HAJAR
NATAR LAMPUNG SELATAN

Oleh :
ANITA CYNTIA RAHMAN
NIM : 1815401076

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2021

i
HALAMAN SAMPUL DALAM

PENERAPAN MEDIA PERMAINAN PUZZLE TERHADAP


MOTORIK HALUS PADA AN. K DI PMB SITI HAJAR
NATAR LAMPUNG SELATAN

Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir
dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Kebidanan
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Oleh :
ANITA CYNTIA RAHMAN
NIM : 1815401076

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2021

ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Laporan Tugas Akhir, Mei 2021

Anita Cyntia Rahman


NIM : 1815401076

Studi Kasus Penerapan Media Permainan Puzzle Terhadap Motorik Halus


pada An.K Natar, Lampung Selatan, 2021
65 Halaman; 7 Tabel; 7 Lampiran

ABSTRAK

Data WHO 5-25% anak mengalami gangguan motorik halus. Di Indonesia,


16 % balita mengalami gangguan perkembangan, baik motorik halus dan kasar,
gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Hal ini
terjadi dipicu oleh kurangnya deteksi dini dan kurangnya stimulasi yang diberikan
untuk mendukung perkembangan motorik halus. Penulis tertarik untuk melakukan
penerapan permainan puzzle terhadap motorik halus pada An.K.
Tujuan asuhan kebidanan diberikan dengan menggunakan media permainan
puzzle untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada An.K di PMB Siti
Hajar pada bulan Februari – Mei 2021.
Metode pada laporan menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Pendekatan studi
kasus yang berpedoman pada varney dan di dokumentasikan menggunakan
SOAP.
Hasil Asuhan yang diberikan pada An. K motorik halus anak berkembang
sangat baik. Dengan media permainan puzzle bahwa permainan puzzle dapat
meningkatkan perkembangan motorik halus pada An. K sehingga mengurangi
resiko gangguan perkembangan motorik halus pada An. K , serta tidak terdapat
kesenjangan antara asuhan yang diberikan penulis dengan teori.

Kata kunci : Permainan puzzle, motorik halus


Daftar bacaan : 13 ( 2015-2020 )

iii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Final Report, May 2021

Anita Cyntia Rahman


NIM : 1815401076

Case Study of Application of Puzzle Game Media to Fine Motoric in


Children. K Natar, South Lampung, 2021
65 Pages; 7 Charts; 7 Attachments

ABSTRACT

WHO data 5-25% of children have fine motor disorders. In Indonesia, 16%
of toddlers experience developmental disorders, both fine and gross motor skills,
hearing loss, low intelligence and speech delays. This happens triggered by the
lack of early detection and lack of stimulation given to support fine motor
development. The author is interested in applying puzzle games to fine motor
skills in An.K.
The purpose of midwifery care is given by using puzzle game media to
improve fine motor development in children at PMB Siti Hajar in February – May
2021.
The method in the report uses qualitative research, with data collection
techniques using primary data and secondary data. A case study approach based
on Varney and documented using SOAP.
The results of the care given to An. Children's fine motor skills develop very
well, with puzzle game media that puzzle games can improve fine motor
development in An. K thereby reducing the risk of impaired fine motor
development in An. K , and there is no gap between the care provided by the
author and the theory.

Key words : Puzzle game, fine motor skills


Reading List : 13 ( 2015-2020 )

iv
BIODATA PENULIS

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Anita Cyntia Rahman
2. NIM : 1815401076
3. Program Studi : D III Kebidanan Tanjung Karang
4. Tempat Tanggal Lahir : Bandar lampung, 3 januari 2000
5. Agama : Islam
6. E-mail : anitacyntia@gmail.com
7. No.Hp : 083134130199
8. Alamat : Jl.Pangeran Antasari Gg, Masjid No.63 Bandar
Lampung
B. Riwayat Pendidikan
1. TK : TK Pratama 1
2. SD : SD Negeri 1 Kalibalau Kencana
3. SMP : SMP Negeri 12 Bandar Lampung
4. SMA : SMA Negeri 12 Bandar Lampung

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

STUDI KASUS PENERAPAN MEDIA PERMAINAN PUZZLE


TERHADAP MOTORIK HALUS PADA AN. K DI PMB SITI HAJAR
NATAR LAMPUNG SELATAN

Penulis
Anita Cyntia Rahman/ NIM : 1815401076

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing laporan tugas akhir Program
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Kebidanan

Bandar Lampung, Mei 2021

Tim Pembimbing Laporan Tugas Akhir

Pembimbing Utama

Amrina Octaviana, S.SiT, M. Keb


NIP :197910222002122002

Pembimbing Pendamping

Hj.Rosmadewi, S.Pd., S.ST.,M.Kes


NIP: 196410291988032002

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir

STUDI KASUS PENERAPAN MEDIA PERMAINAN PUZZLE


TERHADAP MOTORIK HALUS PADA AN. K DI PMB SITI HAJAR
NATAR LAMPUNG SELATAN

Penulis
Anita Cyntia Rahman/ NIM : 1815401076

Diterima dan disyahkan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Kebidanan,
sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III

Tim Penguji

Yulida Fitri, S.ST.,M.Kes


NIP. 198207192005012002

Ketua

Roslina S.Psi, M.Kes


NIP. 197105181989122001

Anggota

Amrina Octaviana,S.SiT.,M.Keb
NIP.197910222002122002

Mengetahui
Prodi DIII Kebidanan Tanjung Karang
Ketua

Nelly Indrasari, S.SiT, M.Kes


NIP. 197309061992122001

vii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Anita Cyntia Rahman


NIM : 1715401076
Program Studi/Jurusan : DIII Kebidanan Tanjung Karang

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Laporan Tugas Akhir, Yang berjudul “PENERAPAN MEDIA PERMAINAN
PUZZLE TERHADAP MOTORIK HALUS PADA AN. K ”
Apabila suatu saat nanti, terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pemyataan saya buat dengan sebenar-benamya.

Bandar Lampung, Mei 2021

Materai Rp.10.000,-

Anita Cyntia Rahman


NIM : 1815401076

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan media
permainan puzzle terhadap perkembangan motorik halus pada anak
prasekolah”.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajad Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. Hj.Dr.Sudarmi, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjun Karang.
3. Nelly Indrasari, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
4. Amrina Octaviana, S.ST., M.Keb selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan arahan serta motivasi kepada penulis sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5. Rosmadewi, S.Pd., S.ST., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan arahan serta motivasi kepada penulis sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
6. Nelly Indrasari, S.SiT, M.Kes, selaku ketua penguji yang telah
memberikan bimbingan arahan serta motivasi kepada penulis sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
7. Yulida Fitri, S.ST., M.Kes selaku anggota penguji yang juga telah
memberi masukan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Kepada PMB Siti Hajar S.ST, yang telah memberi izin dan membantu
penelitian ini.

ix
Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR.................................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................vii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH............................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1. Tujuan Umum............................................................................................3
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4
1. Manfaat Teoritis........................................................................................4
2. Manfaat Aplikatif......................................................................................4
E. Ruang Lingkup..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Konsep Tumbuh Kembang...........................................................................5
B. Konsep Perkembangan Motorik Halus.......................................................14
C. Hubungan Permainan Puzzle dengan Motorik Halus.................................26
D. Kewenangan Bidan dalam Kasus Tersebut................................................27
E. Hasil Penelitian Terkait...............................................................................28
F. Kerangka Teori...........................................................................................29
BAB III METODE STUDI KASUS...................................................................30
A. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................30
B. Subjek Penelitian.........................................................................................30
C. Instrument Pengumpulan Data....................................................................31
D. Teknik dan Cara Pengumpulan Data..........................................................31
E. Bahan dan Alat............................................................................................32
F. Jadwal Kegiatan ( Matriks Kegiatan ).........................................................32
BAB IV HASIL TINJAUAN KASUS.................................................................35
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................53
A. KESIMPULAN...........................................................................................53
B. SARAN.......................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
LAMPIRAN...........................................................................................................54

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3. 1 Matriks Kegiatan.............................................................................................32

Tabel 4. 1 Riwayat Imunisasi.................................................................................36

Tabel 4. 2 Pemeriksaan KPSP dengan Menggunakan KPSP Form 60 Bulan.......38

Tabel 4. 3 Cheklist Pengembangan Motorik Halus...............................................41

Tabel 4. 4 Cheklist Pengembangan Motorik Halus...............................................43

Tabel 4. 5 Cheklist Pengembangan Motorik Halus...............................................45

Tabel 4. 6 Cheklist Pengembangan Motorik Halus...............................................47

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2. 1 Logic Puzzle......................................................................................23

Gambar 2. 2 Combination Puzzle..........................................................................24

Gambar 2. 3 Mechanical Puzzle............................................................................24

Gambar 2. 4 Construction puzzle...........................................................................24

Gambar 2. 5 Jigsaw Puzzle....................................................................................25

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
Lampiran 1 Standar Operasional Prosedur Permainan Puzzle
Lampiran 2 Izin Lokasi Pengambilan Studi Kaus
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Lembar Permintaan menjadi Subyek
Lampiran 5 Lembar Persetujuan
Lampiran 6 Lembar Instrumen Pemeriksaan Fisik
Lampran 7 Lembar KPSP form 60 bulan
Lampiran 8 Lembar Observasi Motorik Halus

xv
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

BB : Berat Badan
DEPKES : Dapartemen Kesehatan
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
KIA : Kartu Identitas Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
LD : Lingkar Dada
LK : Lingkar Kepala
PB : Panjang Badan
SOAP : Subjective, Objective, Assesment, Plan
SOP : Standar Operasional Prosedur
TB : Tinggi Badan
TORCH : Toksoplamosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex
virus dan Sifilis
TTV : Tanda Tanda Vital
WHO : World Health Organization

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia prasekolah 3-6 tahun, fase ini disebut masa keemasan
(golden age), sehingga penting bagi anak untuk diberikan stimulasi dalam
pengembangan keterampilan yang dimiliki (Maghifuroh, 2018). Pada usia
ini kemampuan motorik halusnya mulai berkembang dimana anak mulai
dapat menggambar dan menulis. Proses tahapan perkembangan setiap anak
sama, yaitu merupakan hasil dari proses pematangan. Tetapi dalam
pencapaiannya, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda
(Soetjiningsih, 2013). Menurut WHO 5-25% dari anak mengalami
gangguan motorik halus. Balita di Indonesia 16 % mengalami gangguan
perkembangan, baik motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran,
kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Hal ini terjadi dipicu oleh
kurangnya deteksi dini dan kurangnya stimulasi yang diberikan untuk
mendukung perkembangan motorik halus (Depkes RI, 2019).
Provinsi Lampung sebanyak 33,6 % anak balita mengalami gangguan
tumbuh kembang disebabkan masalah gizi, riwayat prematur dan kurangnya
stimulus hal ini akan berdampak pada gangguan perkembangan dan pada
anak prasekolah akan mengalami kesulitan dalam belajar (Profil Kesehatan
Lampung, 2015). Beberapa gangguan perkembangan lainnya pada anak
antara lain yaitu gangguan bahasa yang diperkirakan angka kejadiannya
berkisar 1,0%-32,0%, cerebral palsy sekitar 1 sampai 5 per 1000 anak,
down sindrom yaitu 1 per 1000 anak, retardasi mental sekitar 0,3% sampai
0,4%, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas sebesar 4,0%-
12,0% (Maghifuroh, 2018). Dalam proses menanggulangi keterlambatan
perkembangan pada anak diperlukan banyak stimulasi dalam aktivitas
bermain (Sari et al., 2018). Bermain adalah cara yang paling berharga,

1
melalui bermain, anak akan menggunakan sensor motorik atau
fungsionalnya (Wong, 2009).
Masalah ranah perkembangan yang sering terjadi pada anak usia dini/
prasekolah adalah perkembangan motorik halus (IDAI, 2013). Dampak yang
terjadi apabila kurangnya pencegahan gangguan perkembangan motorik
halus pada anak akan menyebabkan perkembangannya tidak sesuai dengan
umur, misalnya pada anak prasekolah seharusnya sudah mampu dalam hal
motorik halus tetapi jika ada penyimpangan anak hanya mampu untuk
melaksanakan tahap perkembangan motorik halus dibawah usia
perkembangannya (Sa’amah, 2012).
Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang sangat dipercaya
sebagai media yang bisa membantu mengembangkan kecakapan motorik
halus dan dengan koordinasi antara tangan dan mata, menata puzzle menjadi
sebuah bentuk hewan, pesawat, kapal, dsb (Patmonodewo dalam Misbach,
2010). Puzzle merupakan alat permainan edukatif dilakukan dengan cara
bongkar pasang, menyusun kotak atau keping-kepingan yang membutuhkan
ketelitian, karena anak dilatih untuk dapat memusatkan pikiran agar dapat
berkonsentrasi, selain itu dengan bermain puzzle anak belajar tentang
konsep, bentuk, warna, ukuran dan jumlah. Dalam menyusun kepingan-
kepingan puzzle melibatkan atau berhubungan dengan otot-otot kecil anak,
terutama tangan dan jari-jari tangan. Melalui aktivitas bermain puzzle, tanpa
disadari anak akan belajar secara aktif untuk menggunakan jari-jari
tangannya untuk menyusun gambar yang tepat dan hal tersebut tanpa
disadari dapat melatih koordinasi mata dan tangan dengan baik sehingga
dapat menstimulasi kemampuan motorik halus anak (Yuniarti, 2018).
Hasil prasurvei pendahuluan di PMB Siti Hajar, S.ST Natar Lampung
Selatan pada bulan Januari tahun 2021. Terdapat 8 anak dengan
perkembangan motorik halus yang sudah berkembang. Namun terdapat satu
anak yang perkembangan motorik halusnya belum berkembang yaitu An.K.
Dampak yang terjadi apabila kurangnya pencegahan gangguan
perkembangan motorik halus pada An. K akan menyebabkan
perkembangannya tidak sesuai dengan umur. Berdasarkan latar belakang

2
masalah tersebut maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan penerapan
media permainan puzzle untuk meningkatkan perkembangan motorik halus
pada An. K yang belum berkembang.
B. Rumusan Masalah
Mengingat adanya masalah ranah perkembangan yang sering terjadi
pada anak usia dini/ prasekolah adalah perkembangan motorik halus. Dalam
proses menanggulangi keterlambatan perkembangan pada anak diperlukan
banyak stimulasi dalam aktivitas bermain. Puzzle adalah salah satu bentuk
permainan yang sangat dipercaya sebagai media yang bisa membantu
mengembangkan kecakapan motorik halus.
Untuk itu peneliti membuat rumusan permasalahan yaitu,‘‘Apakah
penerapan permainan puzzle dapat meningkatkan perkembangan motorik
halus pada anak pra sekolah ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Asuhan kebidanan pada anak prasekolah An.K untuk menstimulasi
perkembangan motorik halus dengan menggunakan pendekatan
kebidanan di PMB Siti Hajar S.ST .
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada An.K di
PMB Siti Hajar S.ST
b. Menginterpretasi data terhadap An.K di PMB Siti Hajar S.ST
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada An.K di
PMB Siti Hajar S.ST
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan segera pada An.K di
PMB Siti Hajar S.ST
e. Merencanakan asuhan atau tindakan yang menyeluruh pada An.K di
PMB Siti Hajar S.ST
f. Melaksanakan perencanaan pada An.K di PMB Siti Hajar S.ST
g. Mengevaluasi keefektifan hasil asuhan terhadap An.K di PMB Siti
Hajar S.ST

3
h. Mendokumentasikan dengan menggunakan metode SOAP terhadap
An.K di PMB Siti Hajar S.ST
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang penerapan media
permainan puzzle untuk menstimulasi perkembangan motorik halus
yang terjadi pada anak prasekolah.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi PMB Siti Hajar
Sebagai tambahan informasi tentang terapi bermain puzzle terhadap
perkembangan motorik halus pada anak prasekolah. Sebagai
masukan berupa tindakan untuk menstimulasi perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah.
b. Bagi Prodi D-III Kebidanan Tanjungkarang
Sebagai metode penelitian pada mahasiswa dalam melaksanakan
tugasnya dalam menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir, mendidik
dan membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan
asuhan kebidanan pada anak prasekolah.
c. Bagi Penulis LTA Lainnya
Sebagai bahan referensi bagi penulis lain yang akan melakukan
penelitian terkait asuhan kebidanan pada anak prasekolah.
E. Ruang Lingkup
Metode yang digunakan adalah manajemen kebidanan menurut
Varney dan SOAP. Sasaran studi kasus asuhan kebidanan ditujukan
terhadap Anak Prasekolah dengan penilaian perkembangan motorik
halusnya dalam kategori belum mampu yang ditujukan kepada An.K umur
5 tahun. Asuhan kebidanan ini dilakukan di PMB Siti Hajar S.ST Lampung
Selatan. Waktu yang digunakan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
mulai dari Februari sampai dengan April 2021.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh Kembang


1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah proses pertambahan banyak dan besarnya sel
seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Proses
bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh disebut sebagai
perkembangan (Depkes RI). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu, yang dapat diukur dalam bentuk ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Sedangkan suatu proses bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil proses pematangan disebut sebagai
perkembangan (Heryani, 2019).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012). Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi
dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir
hayat. Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada perubahan fisik yang
bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif
berarti serangkaian perubahan progresif sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman (Mansur, 2011:17)

5
2. Teori Tumbuh Kembang Berdasarkan Teori Sigmund Freud,
Erikson, dan Piaget
A. Teori Perkembangan Psikoseksual Dr.Sigmund Freud
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu
teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling
kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui
serangkaian tahapan masa kanak-kanak dimana mencari kesenangan-
energi menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi
psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di
belakang prilaku. Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian
besar dibentuk pada usia lima tahun. Awal perkembangan
berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus
mempengaruhi prilaku dikemudian hari (Heryani, 2019). Tahapan
psikoseksual Sigmund Freud diantaranya sebagai berikut :
a. Fase Oral (lahir-18 bulan)
Adalah fase perkembangan yang terjadi pada tahun pertama
dari kehidupan individu. Pada fase ini daerah yang paling peka
adalah mulut, yang berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok
seperti makanan dan air. Rangsangan yang terjadi pada mulut
adalah pada saat menghisap makanan atau minumannya. Fase Oral
berakhir saat bayi tidak memperoleh asupan gizi secara langsung
dari ibunya.
b. Fase Anal (1,5 tahun-3 tahun)
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido
adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar.
Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet, anak harus
belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.
Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan
kemandirian.
c. Fase Phalic (3-6 tahun)
Tahap ini kesenangan anak terfokus dengan alat kelaminnya
sendiri artinya anak sudah mulai beramasturbasi, mengusap-usap

6
atau memijit-mijit organ seksualnya sendiri menghasilkan kepuasan
atau rasa senang.
d. Fase Latent ( 6 tahun-masa puber)
Tahap ini merupakan keinginan anak akan energi seksual tetap
ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual
dan interaksi sosial.
e. Fase Genital (masa puber,dst)
Tahap ini anak sudah memasuki usia remaja ditandai dengan
matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini anak mulai
mengembangkan motif alturis yaitu keinginan untuk
memperhatikan orang lain (Heryani, 2019).
B. Teori Perkembangan Sosial / Psikososial Dr Erik Erikson
Teori Erikson (Dunkel & Sefcek, 2009 : 13) tentang pengembangan
psikososial didasarkan pada prinsip epignetik, yang menyatakan
bahwa perkembangan terkuak dalam berbagai tahapan yang telah
ditentukan, bahwa ada waktu yang optimal untuk peningkatan tahap,
dan bahwa resolusi tahap awal sangat mempengaruhi tahap
selanjutnya. Tahap-tahap perkembangan Erik Erikson ( Yusuf, 2020),
yaitu :
a. Kepecayaan vs ketidak percayaan (trust vs mistrust) : masa bayi
(tahun pertama)
Rasa percaya melibatkan rasa nyaman secara fisik dan tidak
ada takut atau kecemasan akan masa depan. Rasa percaya yang
dirasakan bayi akan menjadi fondasi kepercayaan sepanjang hidup
bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan
untuk di tinggali. Kepercayaan pada bayi tumbuh ketika mereka
memahami bahwa orang tua/pengasuh layak untuk mereka percayai
dan mereka juga membangun kepercayaan bahwa dirinya juga
mampu untuk dipercayai orang lain. Hal ini tercermin ketika orang
tua/pengasuh menghilang dari pandangannya, mereka tidak cemas
atau marah yang tidak perlu karena bayi percaya dan bisa
mentolerir ketidakhadiran orang tua/pengasuh.

7
Berbeda dengan bayi menganggap orang tua /pengasuhnya
tidak bisa diandalkan dan si bayi tidak percaya dirinya sendiri
ketika ditinggalkan, mereka cenderung cemas dan terserang panik
bila memaksa pergi juga. Bayi juga harus mengalami rasa tidak
percaya tertentu agar mereka bisa belajar percaya lewat kepekaan
dan ketepatan (Dunkel & Sefcek, 2009).
b. Otonomi vs rasa malu atau ragu-ragu (autonomy vs doubt and
shame) : masa bayi (1-3 tahun)
Setelah mendapatkan rasa percaya pengasuh bayi mulai
mengetahui bahwa prilaku mereka adalah milik mereka sendiri.
Mereka mulai menyatakan kemandirian mereka, atau disebut
otonomi. Mereka menyadari keinginan mereka. Otonomi muncul
dari dalam, sebuah pendewasaan biologis yang mengasuh
kemampuan anak untuk melakukan segala hal dengan caranya
sendiri mengontrol otot perut sendiri, berdiri diatas kaki sendiri dan
mengunakan tangannya sendiri dan sebagainya. Rasa malu dan rasa
ragu sebaliknya, datang dari kesadaran akan ekspetasi dan tekanan
sosial. Rasa ragu berasal dari kesadaran bahwa dirinya tidak begitu
berkuasa, sehingga orang lain bisa mengontrol dia dan bertindak
lebih baik daripada dia. Jika anak terlalu dibatasi atau dihukum
dengan keras, mereka mungkin memuncukan rasa malu dan ragu-
ragu.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (Initiative vs guilt ) : masa kanak-kanak
awal/prasekolah (3-5 tahun)
Begitu anak masuk usia prasekolah, anak mulai memasuki
dunia sosial yang lebih kompleks yang meminta anak untuk
memikirkan tangggung jawab terhadap tubuh, prilaku, mainan dan
hewan peliharaan mereka. Mengembangkan rasa tanggung jawab
meningkatkan inisiatif. Anak memiliki inisiatif hal-hal apa saja
yang mau dan dapat mereka lakukan, termasuk rencana-rencana
dan harapan –harapan. Namun kemudian mereka dihadapkan pada
larangan-larangan sosial, rasa bersalah yang tidak nyaman muncul

8
jika anak tidak bertanggung jawab dan dibuat cemas, karena inilah
maka anak mengembangkan kemampuan pengendalian diri agar
inisiatifnya dapat tetap diterima demi menjaga impuls dan fantasi
berbahaya tetap terkendali.
C. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980),
mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif
mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan
permikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena
informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap
dunia. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara
yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu
menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang
sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru. (Heryani, 2019). Tahap-
tahap Perkembangan Kognitif Piaget, yaitu Menurut Piaget,
perkembangan manusia melaui empat tahap perkembangan kognitif
dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru dimana manusia mengerti dunia yang
bertambah kompleks (Khiyarusoleh, 2016). Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut :
1. Tahap Sensorimotor (sensorimotor stage) : 0-2 tahun
Menunjuk pada konsep permenensi objek yaitu kecakapan psikis
untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun
pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan
dengan aktivitas pada waktu itu (Khiyarusoleh, 2016). Pada tahap
ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkordinasikan sensasi ( seperti melihat dan mendengar )
melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik (Heryani,
2019).

9
2. Tahap Praoperaasional (preoperational stage) : 2-7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang
menggambarkan objek yang ada di sekitarnya, berpikir masih
egosentris dan berpusat (Khiyarusoleh, 2016). Pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Mulai muncul pemikiran egonsentrisme, animisme dan intuitif.
Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan
antara perspektif seseorang dengam perspektif orang lain artinya
anak hanya melihat sesuatu dari sisi dirinya (Heryani, 2019).
3. Tahap Operasional (concrete operational stage) :7-11 tahun
Pada tahap ini anak mampu berpikir logis, mampu konkret
memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat
menghubungkan dimensi ini satu sama lain, kurang egosentris dan
belum bisa berpikir abstrak (Khiyarusoleh, 2016).
4. Tahap Operasional Formal (formal operational stage) : 11 tahun –
dewasa
Pada tahap ini mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis
masalah secara ilmiah, kemudian menyelesaikan masalah
(Khiyarusoleh, 2016).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Perkembangan

Menurut Soetjiningsih (2002) pola pertumbuhan dan perkembangan


anak umumnya merupakan interaksi banyak faktor yang saling
mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
b. Faktor Dalam (Internal)
1. Genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Perbedaan ras, etnik atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia
atau bangsa lainnya, sehingga postur tubuh tiap bangsa berlainan.

10
3. Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek.
4. Umur
Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
5. Jenis kelamin
Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibanding
laki-laki.
6. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya Down’s
sindroma.
7. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat
janin berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi
pertumbuhan cepat. Hormon yang berpengaruh terutama hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi
dan otak.
c. Faktor Lingkungan (eksternal)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu pranatal, natal, dan pasca natal.
1) Faktor pra natal (selama kehamilan)
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan per kembangan janin mulai dari konsepsi
sampai lahir, antara lain :
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin, terutama trimester akhir kehamilan.
b) Mekanis
Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan kongenital misalnya club foot C.

11
c) Toksin, zat kimia.
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
pada bayi antara lain obat antikanker, rokok, alkohol beserta
logam berat lainnya.
d) Kelainan endokrin.
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan
janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta,
peptidapeptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin.
Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi
maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi
mental, cacat bawaan dan lain-lain.
e) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali,
atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang
laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
f) Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin.
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan
adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria,
polio, influenza dan lain-lain .
g) Kelainan imunologi
h) Psikologis ibu
2) Faktor Natal / Persalinan
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko
terjadinya kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca natal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit

12
kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan,
stimulasi dan obat-obatan (Astuti dkk, 2016).
4. Gangguan Tumbuh Kembang (Kemenkes, 2016), yaitu :
1) Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
yang lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,
psikologis, emosi, dan lingkungan sekitar anak.
2) Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan
pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3) Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas yang terjadi
akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya
lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan
jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
lingkungan yang lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4) Gangguan Auitisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sngat luas
dan berat, yang mempengaruhi anak secara, mendalam. Gangguan
yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan prilaku.
5) Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandiai oleh intelegensia yang rendah
(IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar

13
dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat terhadap tuntunan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
6) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan kondisi gangguan pada anak yang mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian yang sering kali disertai hiperaktivitas.
B. Konsep Perkembangan Motorik Halus
1. Pengertian Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik (motor development) adalah perubahan
yang terjadi secara progressif pada kontrol dan kemampuan untuk
melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor
kematangan (maturation) dan latihan atau pengalaman (experiences)
selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/pergerakan yang
dilakukan (Hildayani, 2016:3.4).
Senada dengan yang dipaparkan oleh Hurlock (1978:151).
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan
jasmani melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang
terkoordinasi. Sebelum perkembangan terjadi anak tidak akan berdaya.
Kondisi tersebut akan berubah secara cepat pada usia 4-5 tahun pertama
kehidupan pasca lahir. Anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar.
Gerakan tersebut melibatkan anggota badan yang luas yang digunakan
untuk berjalan, melompat, berlari, berjinjit, berenang, dan sebagainya.
Setelah berumur 5 tahun terjadi perkembangan yang besar dalam
pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan bagian otot
yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar,
menangkap bola, menulis, dan sebagainya (Fitriani, 2018)
Perkembangan motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik halus
(Zeng et,al., 2017). Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan
yang berhubungan dengan aspek kemampuan anak dalam melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti
tengkurap, duduk, berjalan dan sebagainya. Pada dasarnya perkembangan
ini sesuai dengan kematangan syaraf dan otot anak (Soetjiningsih, 2014).
Motorik halus adalah kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada

14
jari dan tangan yang melibatkan keterampilan bergerak (Moelichatoen ,
2004).
Motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang lebih baik
yang melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam,
melempar dan menangkap bola (Hurlock, 1995). Kemampuan motorik
halus anak usia prasekolah mulai berkembang dimana anak mulai dapat
mengunakan jari-jarinya untuk menulis, menggambar dan lain-lain.
Proses tahapan perkembangan setiap anak sama, yaitu merupakan hasil
dari proses pematangan organ motorik. Tetapi dalam pencapaiannya,
setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda (Mubarok, 2019).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa
kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam menggunakan
jari-jemari dan tangan yang memerlukan kecermatan dan koordinasi mata
dan tangan.
2. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus (Sembiring, 2017),
yaitu:
1. Masa neonotus (0-28 hari)
Pada masa ini adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila
kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan.
2. Masa bayi (28 hari-1 tahun )
1) Usia 1-4 bulan
Pada usia ini anak dapat melakukan hal-hal seperti memegang
suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,mencoba memegang
dan memasukkan benda kedalam mulut, memegang dan
memasukaan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi
terlepas, memperlihatkan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, serta menahan benda ditangan walaupun
hanya sebentar.
2) Usia 4-8 bulan
Pada usia ini anak sudah mengamati benda, menggunakan ibu jari
dan telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang sedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan terungkup, mampu

15
menahan kedua benda di kedua tangan secara silmutan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta
memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain.
3) Usia 8-12 bulan
Pada usia ini anak mencari atau meraih benda kecil,diberi kubus
mampu memindahkan, mengambil, memegang, dengan telunjuk
dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakan benda atau kubus
ke tempatnya.
4) Usia 1-2 tahun
Pada usia ini anak dapat menyusun, mencoba, atau membuat
menara pada kubus.
3. Masa Prasekolah
Anak mulai menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga
bagian memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang,
melepas objek dengan garis lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, bermain puzzle, makan sendiri,
minum dari cangkir dengan bantuan, makan dengan jari serta
membuat coretan diatas kertas, menggunting, menggambar lingkaran,
segitiga, segiempat.
3. Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah
Masa ini sangat aktif dari seluruh masa kehidupannnya, karena
tingat aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh.
Motorik halus anak pada usia ini menjadi lebih cepat dan meningkat.
Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak bersama di bawah
koordinasi yang lebih baik daripada mata. Pada masa ini disebut juga
masa belajar karena berbagai keterampilan dan kemampuan, rasa ingin
tahu pada anak cukup kuat (Heryani, 2019).
1. Keterampilan motorik halus anak usia 48-60 bulan yaitu:
1) Mengenal konsep “Separuh atau satu”.
2) Menggambar dan atau melengkapi gambar.
3) Menghitung benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka.

16
4) Menggunting kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul.
5) Membandingkan besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan.
6) Belajar percobaan ilmiah
7) Berkebun
2. Keterampilan motorik halus anak usia 60-72 bulan atau 5 – 6 tahun :
1) Mengerti urutan kegiatan
2) Berlatih meningat-ingat
3) Membuat sesuatu dari tanah liat/lilin
4) Bermain “Berjualan”
5) Belajar bertukang,memakai palu, gergaji dan paku paku
6) Mengumpulkan benda-benda
7) Belajar memasak
8) Mengenal kalender
9) Mengenal waktu
10) Menggambar dari berbagai sudut pandang
11) Belajar mengukur
4. Fungsi dan Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Fungsi perkembangan motorik halus (Harlock, 2013) yaitu sebagai
berikut :
1) Keterampilan bantu diri (self help)
Anak untuk mandiri harus dilatih keterampilan motorik halus dengan
cara melakukan berpakaian, merawat diri, makan dan mandi. Karena
anak akan memasuki usia sekolah diinginkan dapat merawat diri
sendiri.
2) Keterampilan bantu sosial (sosial help)
Anak agar diterima di kelompok sosialnya seperti keluarga, sekolah
dan tetangga, anak harus lebih kooperatif untuk mendapatkan
penerimaan dari kelompok tersebut.
3) Keterampilan bermain
Anak harus belajar keterampilan bermain bola, melukis,
menggambar dan lain-lain supaya dapat bermain dengan kelompok
sebayanya untuk menghibur diri.

17
4) Keterampilan sekolah
Awal masuk sekolah anak harus menggunakan keterampilan motorik
seperti menggambar, melukis, menulis, menari dan semakin baik
keterampilan yang dimiliki maka semakin baik adaptasi sosialnya,
prestasi akademis dan bukan akademis.
Tujuan pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun
(Khadijah, 2020) yaitu agar anak mampu :
1. Menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-
jemari seperti kesiapan menggambar, menulis, memanipulasi benda-
benda.
2. Mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.
3. Mengendalikan emosi dalam beraktifitas motorik halus.
4. Mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan kedua tangan.
5. Prinsip Pengembangan Motorik Halus
Anak usia prasekolah untuk mengembangkan motorik halus dengan
cara memperhatikan beberapa prinsip (Sumatri, 2011) sebagai berikut :
1. Beorientasi pada kebutuhan anak
Anak pada masa ini membutuhkan stimulasi dengan tepat untuk
mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan fisik maupun
psikis.
2. Kreatif dan inovatif
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak
berfikir kritis dan menemukan hal baru harus dengan cara
melakukan aktivitas kegiatan yang menarik.
3. Lingkungan kondusif
Lingkungan harus diciptakan dengan nyaman dan semenarik
mungkin.
4. Tema
Untuk melakukan kegiatan yang menggunakan tema harus di
pilih tema yang menarik, sederhana dan dekat dengan anak.

18
5. Mengembangkan keterampilan hidup
Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help)
disiplin dan sosial dan memiliki bekal keterampilan dasar untuk
melanjutkan pada jenjang selanjutnya ini 16 merupakan dasar
tujuan dari pengembangan keterampilan.
6. Menggunakan kegiatan terpadu
Kegiatan harus dirancang dengan menggunakan model
pembelajaran terpadu dan harus dari tema yang menarik.
7. Kegiatan orientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa,
anak-anak lain dan anak belajar dengan baik apabila kebutuhan
fisiknya terpenuhi, merasakan aman dan tentram secara
psikologis.
Keterampilan motorik halus dapat dilakukan oleh anak dengan
berbagai cara. Untuk memperoleh kualitas keterampilan motorik yang
lebih baik, diperlukan cara tersendiri dalam mempelajari keterampilan
motorik (Hurlock, 1995), yaitu :
a. Belajar coba dan ralat (trial and error)
Melalui latihan coba dan ralat yang dilakukan berulang kali
dapat meningkatkan kemampuan motorik anak. Namun cara
tersebut biasanya menghasilkan keterampilan di bawah
kemampuan anak.
b. Meniru
Belajar ketrampilan motorik dengan meniru atau imitasi melalui
suatu model yang dicontohkan akan menjadikan anak lebih
cepat untuk menguasai ketrampilan tersebut, maka untuk
mempelajari suatu keterampilan dengan baik anak harus dapat
mencontoh model yang baik pula.
c. Pelatihan
Adanya latihan untuk meningkatkan kemampuan motorik sangat
penting dalam tahap awal belajar keterampilan motorik, dengan

19
latihan tersebut anak akan meniru gerakan yang dilakukan oleh
pembimbing atau supervisi.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus
Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus menurut
antara lain :
1) Perkembangan sistem saraf
Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik,
karena sistem saraf merupakan sistem pengontrol gerak motorik pada
tubuh manusia
2) Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk gerak
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik,
maka kemampuan fisik seseorang akan sangat berpengaruh pada
perkembangan motorik seseorang. Anak yang normal perkembangan
motoriknya akan lebih baik dibandingkan anak yang memiliki
kekurangan fisik.
3) Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak
Ketika anak dapat melakukan gerakan motorik, maka akan termotivasi
untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Hal tersebut
dikarenakan semakin dilatih kemampuan motorik anak akan semakin
meningkat.
4) Lingkungan yang mendukung
Perkembangan motorik anak akan lebih optimal jika lingkungan
tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak
bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik
karena dapat menstimulasi perkembangan otak.
5) Aspek psikologis anak
Untuk menghasilkan kemampuan motorik yang baik pada anak
diperlukan kondisi psikologis yang baik pula, agar mereka dapat
mengembangkan gerakan motoriknya.
6) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa pranatal, tahun
pertama kehidupan dan pada masa remaja.

20
7) Jenis kelamin
Setelah mengalami pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih
cepat dibandingkan dengan anak perempuan.
8) Genetik
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensial anak yang akan menjadi
ciri khasnya, antara lain bentuk tubuh (cacat fisik) dan kecerdasan.
Kelainan genetik akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak .
9) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom akan disertai dengan kegagalan
pertumbuhan (Heryani, 2019)
7. Dampak Gangguan Perkembangan Motorik Halus
Masalah ranah perkembangan yang sering terjadi pada anak usia
dini/ prasekolah adalah perkembangan motorik halus (IDAI, 2013).
Dampak yang terjadi apabila kurangnya pencegahan gangguan
perkembangan motorik halus pada anak akan menyebabkan
perkembangannya tidak sesuai dengan umur, misalnya pada anak
prasekolah seharusnya sudah mampu dalam hal motorik halus tetapi jika
ada penyimpangan anak hanya mampu untuk melaksanakan tahap
perkembangan motorik halus dibawah usia perkembangannya (Sa’amah,
2012).
Dampak adanya gangguan perkembangan motorik halus yaitu anak
menjadi kurang kreatif, karena apa yang seharusnya dibutuhkan oleh
anak tidak dapat terpenuhi, sehingga ide-ide yang mereka keluarkan
bersifat monoton dan mereka akan mejadi generasi penerus yang
tertinggal (Soetjiningsih, 2012). Bila intervensinya akan lebih sulit dan
hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak (Depkes RI,
2005).Keterlambatan perkembangan motorik halus akan berdampak pada
perkembangan berikutnya. Terdapat dampak negatif jangka panjang bagi
anak yang memiliki keterlambatan perkembang motorik dasarnnya. Anak
tersebut tidak dapat berpartisipasi dengan kelompoknya sampai dengan
dia dewasa (Santrock, 2011).

21
Melalui perkembangan motorik yang normal akan memungkinkan
anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan
anak dengan perkembangan motorik yang tidak normal akan
menghambat anak dalam bergaul dengan teman sebayanya sehingga anak
akan muncul perasaannya terkucilkan (Yuniarti, 2015). Dampak motorik
halus yang terlambat dapat mengakibatkan perkembangan anak tersebut
menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan usia, cenderung adanya
gangguan pada sistem saraf atau selebral palsi. Anak yang sudah
mengalami cerebral palsi ini mempunyai karakteristik gerakan menulis
yang tidak terkontrol dan perlahan, gerakan abnormal ini mengenai
tangan, kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot
muka dan lidah. Penderita biasa juga menunjukkan koordinasi yang
buruk, berjalan tidak stabil, kesulitan melakukan gerakan cepat dan tepat
misalnya susah menulis atau mengancing baju (Maghfuroh, 2018).
Jadi dapat disimpulkan gangguan perkembangan motorik halus
akan menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang pada
perkembangan berikutnya. Dampak tesebut yaitu perkembangan anak
tidak sesuai dengan umur sehingga anak hanya anak hanya mampu
untuk melaksanakan tahap perkembangan motorik halus dibawah usia
perkembangannya, anak menjadi kurang kreatif, anak menjadi sulit
bersosialisasi sehingga anak merasa terkucilkan.
8. Cara untuk Meningkatkan Motorik Halus pada Anak
Bermain adalah cara yang paling berharga, melalui bermain, anak
akan menggunakan sensor motorik atau fungsionalnya (Wong, 2009).

1. Finger Painting
Finger painting merupakan teknik melukis dengan jari secara
langsung tanpa menggunakan bantuan alat. Kegiatan Finger
painting melatih koordinasi tangan dan mata dapat meningkatkan
perkembangan motorik halus anak.
2. Kolase
Kolase adalah kegiatan seni yang dilakukan dengan
menempelkan benda tertentu ( biji-bijian, kaca, kayu, dll ) ke

22
sebuah area yang telah disediakan untuk membentuk suatu bentuk
tertentu. Kegiatan kolase membutuhkan gerakan koordinasi yang
baik antara mata dan tangan. Manfaat kolase untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus anak.
3. Puzzle
a. Pengertian Puzzle
Puzzle merupakan salah satu bentuk media yang dapat
merangsang keterampilan motorik halus (Medirisa, 2015). Definisi
lain Puzzle adalah sebuah permainan untuk menyatukan pecahan
keping untuk membentuk sebuah gambar atau tulisan. Dengan
permainan puzzle, anak akan lebih membutuhkan koordinasi dari
otot-otot halus untuk menyusun kepingan-kepingan menjadi suatu
bentuk yang utuh (Yuniati, 2018).
Ada beberapa jenis puzzle diantaranya sebagai berikut :
1. Logic puzzle merupakan jenis puzzle yang menggunakan logika
berfikir, misalnya teka teki silang, gird puzzle dan sudoku.

Gambar 2. 1 Logic Puzzle


Sumber : https://www.google.com/search?q=sudoku+puzzle

2. Combination puzzle merupakan puzzle yang dapat diselesaikan


dengan cara kombinasi yang berbeda, terbuat dari kayu dan
plastik, misalnya rubrik cube dan chungky puzzle.

23
Gambar 2. 2 Combination Puzzle
Sumber : https://www.google.com/search?q=chunky+puzzle&tbm

3. Mechanical puzzle merupakan puzzle yang dapat membentuk


formasi, misalnya lego dan tetris kubus.

Gambar 2. 3 Mechanical Puzzle


Sumber : https://www.google.com/search?q=tetris+puzzle&tbm

4. Construction puzzle merupakan mainan rakitan yang dapat


digabung kembali menjadi beberapa model, misalnya city block
dan rainbow block.

Gambar 2. 4 Construction puzzle


Sumber: https://www.google.com/search?q=rainbow+block+puzzle

24
5. Jigsaw puzzle merupakan puzzle yang berupa kepingan gambar,
misalnya tangram, huruf angka, hewan/binatang, buah sayur,
dan matematika (Rosyanafi, 2018)

Gambar 2. 5 Jigsaw Puzzle


Sumber : https://www.google.com/search?q=jigsaw+puzzle

b. Puzzle Sesuai Perkembangan Usia


Puzzle untuk anak usia 2-4 tahun memiliki bentuk sederhana
dengan potongan atau keping puzzle yang sederhana pula dan
jumlah kepingan pun tidak terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle
untuk anak usia 4-6 tahun jumlah kepingannya lebih banyak lagi.
Puzzle ragamnya sangat banyak, mulai dari bentuk bintang,
anggota tubuh, hewan, huruf, dan pohon-pohonan. Alat permainan
edukatif puzzle ini dapat digunakan mulai dari anak usia 2-8 tahun,
yang membedakan dimasing-masing usia hanyalah tingkat
kerumitan puzzle. Misalnya, pada usia 2-3 tahun, potongan puzzle
nya tidak lebih 4 keping, usia 3-4 tahun potongan puzzle nya tidak
lebih dari 5 keping, untuk anak usia 4- 5 tahun potongan puzzle
nya tidak lebih dari 6 keping dan usia 5-6 tahun tidak lebih dari
10 keping (Astini, 2017).
c. Manfaat permainan puzzle
Bermain puzzle juga dapat melatih koordinasi otot-otot kecil
pada tangan untuk memegang dan meletakkan potongan gambar
sehingga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak
(Maghfuroh, 2018)
Puzzle dapat meningkatkan keterampilan motorik halus
berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot

25
kecilnya, khususnya tangan dan jari-jari tangan (Yuniati, 2018).
Selain itu, menyusun puzzle dapat meningkatkan kemampuan
visual spasial, dimana anak akan belajar tentang bentuk, garis,
warna dan lain-lain (Medirisa, 2015).
d. Langkah kerja puzzle
Menurut Yulianti (2008) menyatakan bahwa langkah-langkah
memainkan permainan puzzle yaitu: pertama melepaskan kepingan
puzzle dari papannya, kedua acak kepingan puzzle tersebut, ketiga
mintalah anak untuk memasangnya kembali, keempat berikan
tantangan pada anak untuk melakukannya dengan cepat, dengan
menghitung angka dari 1 sampai 10, stopwatch dan lain-lain dan
kelima bermain puzzle hendaknya diulang-ulang agar dapat
merangsang daya pikir anak, termasuk diantaranya
mengembangkan kecakapan motorik halus dengan koordinasi
antara mata dan tangan, kemampuan konsentrasi dan memecahkan
masalah (Nidho, 2013).
C. Hubungan Permainan Puzzle dengan Motorik Halus
Bermain puzzle dapat menstimulasi perkembangan motorik halus pada
anak usia 3-6 tahun, dengan memainkan puzzle anak usia prasekolah dapat
melatih ketelitian, mengkoordinasi gerak mata dan tangan anak. Oleh karena
itu, tanpa anak sadari motorik halusnya terus terlatih dan berkembang
dengan baik, selain itu, pada saat anak bermain puzzle mulai belajar
mengenal bentuk, cara bagaimana memainkan puzzle tersebut sehingga
menjadi suatu bentuk yang utuh. Permainan ini bisa dilakukan berkelompok,
Ketika anak bermain dengan berkelompok anak bisa belajar cara kerjasama,
cara beradaptasi dengan teman-temannya. Permainan ini juga, dapat
membuat anak menjadi mandiri, anak bisa terhibur dan bermain puzzle
sendiri dapat mengajarkan anak menjadi pribadi yang mandiri (Nurwita,
2019).
Terapi bermain puzzle merupakan suatu permainan bongkar pasang
yang menyatukan potongan-potongan menjadi satu, kemudian disusun
menjadi sebuah bentuk atau gambar. Dengan bermain puzzle anak akan

26
berkonsentrasi menggunakan mata dan jari-jarinya untuk menyusun dan
tanpa disadari dapat menstimulasi kemampuan motorik halus, melatih anak
dalam hal memecahkan masalah, mudah memahami konsep, dan dapat
melakukan kerja sama dengan temannya (Yuniati, 2018)
Bermain puzzle setiap minggu dua kali dengan delapan kali pertemuan
selama 1 bulan, setiap pertemuan dilakukan selama 15 menit, bentuk puzzle
setiap pertemuan harus diganti supaya responden tidak bosan, setelah itu di
ukur kembali perkembangan motorik halus dengan menggunakan lembar
observasi (Maghfuroh, 2018).
D. Kewenangan Bidan dalam Kasus Tersebut
Berdasarkan UU RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
Pasal 46
1. Dalam menyelenggarkan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau
pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
3. Pelaksanaan tugas sebagimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai :
a. Pemberi pelayanan kebidanan.
b. Pengelola pelayanan kebidanan.
c. Penyuluh dan konselor.
d. Pendidik, pembimbing, fasilitator klinik.

27
e. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan,
dan/atau peneliti.
2. Peran Bidan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
E. Hasil Penelitian Terkait
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Medirisa et all (2015), tentang
Pengaruh Pemberian Stimulus Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah
Krasak, Teras, Boyolali, menunjukkan bahwa ada pengaruh permainan
edukatif puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak.
Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil bahwa rata-rata
perkembangan motorik halus sebelum dilakukan permainan edukatif jenis
puzzle adalah 3,35. Setelah dilakukan permainan edukatif jenis puzzle,
didapatkan rata-rata perkembangan motorik halus adalah 1,88. Terlihat
bahwa mean perbedaan antara sebelum dan setelah dilakukan intervensi
permainan edukatif jenis puzzle adalah 1,47. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p = 0,0001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
rata-rata motorik halus sebelum dan setelah dilakukan permainan edukatif
jenis puzzle.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Medirisa et all (2015)
yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh bermain puzzle terhadap
perkembangan motorik halus anak. Hal ini dikarenakan permainan puzzle
merupakan salah satu bentuk stimulus dan ketika diberi stimulus permainan
puzzle anak tersebut memperhatikan sehingga dapat melatih kerja jari-
jemari anak yang dikoordinasikan dengan kerja otak dalam menyusun
kepingan-kepingan, sehingga anak menjadi terlatih dan secara tidak
langsung hal ini dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

28
F. Kerangka Teori

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


MOTORIK HALUS

1. Perkembangan sistem saraf

2. Kemampuan fisik yang memungki.nkan untuk gerak DAMPAK GANGGUAN MOTORIK


3. Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak HALUS

4. Lingkungan yang mendukung 1.Tumbuh kembang tidak sesuai usia (Sa’amah 2012)

5. Aspek Psikologis Anak 2.Anak kurang kreatif (Soetjiningsih,2012)

6. Umur, Jenis Kelamin 3.Perkembangan terhambat (Magfuroh, 2018)

7. Genetik & Kelainan Kromosom 4.Anak kurang bersosialisasi ( Yuniarti, 2015)

Sumber : (Heryani,2019)

8.

CARA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS


ANAK

1. Puzzle

2. Finger painting

3. Kolase

Sumber : (Mulyani, 2017)

MANFAAT PERMAINAN PUZZLE

1.Tumbuh Kembang Anak Optimal

2.Meningkatkan Motorik Halus Anak (Yuniati, 2018)

3.Meningkatkan Kemampuan Visual Spasial (Medrisa, 2015)

29
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Pemberian asuhan kepada An.K bertempat di PMB Siti Hajar S.ST yang
berada di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar. Waktu pemberian asuhan
dimulai dari Februari 2021 sampai dengan Mei 2021.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah anak
prasekolah terhadap An. K Usia 5 tahun yang beralamat di Desa Merak
Batin, Kecamatan Natar. Dalam studi kasus ini, kriteria asuhan kebidanan
yaitu :
1. Teknik penentuan subjek
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2002):
1) Anak prasekolah yang bersedia bermain puzzle
2) Anak usia 5 tahun
3) Anak prasekolah yang motorik halusnya belum berkembang
4) Orang tua memberikan izin untuk dilakukan terapi puzzle
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002):
1) Anak balita usia prasekolah yang secara klinis memiliki
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

30
C. Instrument Pengumpulan Data
Dalam kasus ini penulis menggunakan antara lain :
1. Format pengkajian asuhan kebidanan pada anak prasekolah.
2. Lembar Informed consent
3. Jadwal Kegiatan
4. Lembar KPSP untuk melihat perkembangan anak sesuai umur atau
tidak.
5. Instrumen untuk pemeriksaan fisik anak.
6. Lembar observasi untuk memantau perkembangan motorik halus.
7. SOP
D. Teknik dan Cara Pengumpulan Data
Dalam penyusunan kasus ini penulis menggunakan jenis data primer
dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara,observasi langsung, dan
pemeriksaan fisik terhadap anak prasekolah usia 5 tahun dengan
perkembangan motorik halus menggunakan metode SOAP.
1) Wawancara
Pada awal kunjungan dilakukan wawancara untuk mendapatkan
data subjektif mengenai An.K.

2) Observasi
Pada kunjungan pertama dilakukan penilaian menggunakan lembar
KPSP untuk melihat perkembangan An.K sesuai umur atau tidak.
Pada setiap kunjungan dilakukan pemantauan perkembangan
motorik halus pada An.K.

3) Pemeriksaan Fisik pada An.K


Melakukan pemeriksaan fisik pada An.K didapatkan dari data
objektif yang dilakukan oleh penulis.

31
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek kasus. Data sekunder dapat dijelaskan :
a. Studi Dokumentasi
Pada pengambilan kasus ini penulis menggunakan catatan dan buku
KIA untuk menyimpan dan mengambil informasi yang ada di
PMB Siti Hajar S.ST.
b. Studi Kepustakaan
Pada studi kasus ini menggunakan studi kepustakaan dari tahun
2015-2020
E. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data adalah :
1. Buku KIA
2. Lembar KPSP
3. Lembar Observasi
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah :
1. Puzzle
2. Alat Tulis ( Buku, bolpoint )
3. Stopwatch
F. Jadwal Kegiatan ( Matriks Kegiatan )
Tabel 3. 1 Matriks Kegiatan

Tanggal Kunjungan Rencana Kegiatan


3 Maret 2021 Pertama 1. Memperkenalkan diri dan
Menyampaikan maksud dan
tujuan kunjungan
2. Menanyakan apakah klien
bersedia menerima asuhan ini
3. Melakukan informed consent
untuk menjadi pasien studi kasus
laporan tugas akhir
4. Memastikan orang tua pasien
mengerti dengan penjelasan

32
Tanggal Kunjungan Rencana Kegiatan
mengenai pasien laporan tugas
akhir
5. Melakukan pendekatan dengan
pasien dan membina hubungan
baik dengan pasien
6. Mengkaji Identitas pasien
7. Melakukan kontrak waktu
1. Mempersiapkan alat
2. Memberitahu ibu tentang tumbuh
kembang anak
3. Menjelaskan tentang
perkembangan motorik halus pada
anak prasekolah
4. Memberitahu tentang manfaat
permainan puzzle untuk
7 Maret 2021 Kedua perkembangan motorik halus anak
5. Mengajari anak bagaimana cara
bermain puzzle
6. Menanyakan tanggapan orang tua
mengenai permainan puzzle
7. Menganjurkan ibu untuk selalu
menstimulasi anak dengan
mengajak anak untuk bermain
puzzle
10 Maret 2021 Ketiga 1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan anaknya
3. Membiarkan anak Melakukan
permainan puzzle sendiri
4. Menilai hasil perkembangan
motoric pada anak
5. Menganjurkan ibu untuk selalu

33
Tanggal Kunjungan Rencana Kegiatan
menstimulasi anaknya untuk
bermain puzzle
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Memberitahu ibu tentang tumbuh
kembang anaknya
3. Membiarkan anak untuk
melakukan permainan puzzle
sendiri tanpa bantuan
14 Maret 2021 Keempat 4. Menjelaskan tentang
perkembangan motorik halus
pada anak prasekolah
5. Menganjurkan ibu untuk selalu
menstimulasi anak dengan
mengajak anak untuk bermain
puzzle

34
BAB IV

HASIL TINJAUAN KASUS

Kunjungan pertama
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu 3 Maret 2021
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Klinik BPM Siti Hajar S.ST

A. SUBJEKTIF (S)
1. Indentitas
Nama Anak : An.K
Tanggal Lahir : 15 Januari 2016
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke :2
Ibu Ayah
Nama : Ny. S Tn. I
Umur : 34 tahun 36 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Lampung/Indonesia Lampung/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wirausaha
Alamat : Merak Batin, Natar, Lampung Selatan
2. Anamnesa Tanggal 3 Maret 2021 Pukul 09.00 WIB
a) Riwayat Kehamilan
Selama Hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu
mengalami mual muntah tapi mulai menghilang seiring bertambahnya
usia kehamilan. Ibu mendapat vitamin, tablet Fe, ibu mengatakan
memerikakan kandungannya rutin setiap bulan atau sewaktu-waktu
jika ada keluhan ke Bidan.

35
b) Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan melahirkan secara spontan pervaginam dengan usia
kehamilannya 40 minggu di BPM Siti Hajar. Waktu melahirkan 15
Januari 2016 dengan jenis kelamin perempuan, BB : 3.200 gram, PB :
48 cm, LK : 34 cm , LD : 34 cm.
c) Riwayat Penyakit Yang Lalu dan Saat Ini
Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit yang
diderita lalu dan saat ini.
d) Riwayat Imunisasi
Tabel 4. 1 Riwayat Imunisasi

Umur Tanggal Jenis Imnisasi


1 Hari 16 Januari 2016 HB-O
1 Bulan 4 Maret 2016 BCG + Polio I
2 Bulan 7 April 2016 DPT 1 + Polio II
3 Bulan 18 Mei 2016 DPT II + Polio III
4 Bulan 16 Juni 2016 DPT III + Polio IV+ IPV
10 Bulan 21 Maret 2017 Campak
18 Bulan 8 November 2017 DPT-HB-HIB Lanjutan
24 Bulan 23 Mei 2018 Campak Lanjutan

e) Pola Kebutuhan Sehari – Hari


a. Pola pemenuhan nutrisi
Pola makan sehari-hari : 3x sehari
Jenis makanan : Nasi, sayur dan lauk-pauk
Frekuensi minum : 4-6 gelas/hari
Jenis minuman : Air mineral dan susu
b. Pola eliminasi sehari-hari
- BAK
Frekuensi : 5-7 kali sehari
Warna : Kuning jernih
- BAB
Frekuensi : 2 kali sehari
Konsistensi : lembek
c. Pola aktivitas sehari-hari
- Tidur siang : ± 2 jam

36
Keluhan : tidak ada
- Tidur malam : ± 10 jam
Keluhan : Tidak ada
d. Personal hygine
Mandi : 2x/hari setiap basah/kotor
Ganti baju : 2x/hari setiap basah /kotor
B. DATA OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : R : 23 x/m N : 100x/m T: 34,5 ℃
TB : 110 cm
BB : 17 kg
Lingkar kepala : 49 cm
B. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Kulit kepala : bersih, tidak ada ketombe
Rambut : hitam, tidak mudah rontok
Wajah : tidak oedem dan tidak pucat
Mata : Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
Hidung : bersih, tidak ada polip
Telinga : bersih dan simetris
Mulut dan Gigi : Bibir : tidak pucat
Lidah : bersih
Gigi : tidak ada caries
Gusi : tidak ada pembengkakan

b) Dada
Jantung : normal, bunyi lup dup
Paru – paru : normal, tidak ada wheezing dan ronchi

37
c) Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Tumor : tidak ada
d) Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Bentuk : simetrsi
Kuku : tidak pucat
Ekstremitas bawah : Bentuk : simetris
Kuku : tidak pucat
e) Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
C. Pemeriksaan KPSP dengan Menggunakan KPSP form 60 bulan
Tabel 4. 2 Pemeriksaan KPSP dengan Menggunakan KPSP Form 60 Bulan

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Isi titik-titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu √
kecuali mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan ? “
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar ?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah ?”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka √

3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu √


tunjukkan caranya dan beri anak kesempatan melakukannya 3
kali. Dapatkah ia mempertahkan keseimbangan dalam waktu 6
detik atau lebih ?

38
NO PERTANYAAN YA TIDAK
4. Jangan mengoreksi / membantu anak. Jangan menyebut kata √
“lebih panjang”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak
3 kali dengan benar ?

5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar √


ini, suruh anak menggmbar seperti contoh di kertas kosong yang
tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini ?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat √


dengan telunjuk saat memberikan perintah berikut ini. “Letakkan
kertas ini diatas lantai”.
“Letakkan kertas ini dibawah kursi “.
“Letakkan kertas ini di depan kamu “.
“Letakkan kertas ini di belakang kamu “.
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa √
menangis atau menggelayut pada anda ) pada saat anda
meninggalkannya ?

39
NO PERTANYAAN YA TIDAK
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada √
anak : “Tunjukkan segi empat merah “
“Tunjukkan segi empat kuning “
“Tunjukkan segi empat biru “
“Tunjukkan segi empat hijau “

Dapatkah anak menunjuk keempat warn aitu dengan benar ?

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa √


berpegangan (Lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki.
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan ? √

Total nilai = 10

Keterangan :
Nilai 4 – 5 : Kemungkinan ada penyimpangan ( P )
Nilai 7-8 : Perkembangan anak meragukan ( M )
Nilai 9-10 : Perkembangan anak sesuai usia ( S )

Dengan menggunakan KPSP form 60 bulan didapatkan hasil ”Ya”= 10 maka


perkembangan An.K “Sesuai” dengan usianya.

40
D. Penilaian Pengembangan Motorik Halus dengan Menggunakan Lembar
Observasi
Tabel 4. 3 Cheklist Pengembangan Motorik Halus

Kriteria Penilaian
Kemampuan anak
N Meniru Menggunaka Explorasi bermain puzzle Total
Nama Anak Menco-
0 Bentuk n alat tulis Koordinasi Skor
cokkan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
An.K √ √ √ √ √ 8

Keterangan: 1= Tidak Mampu, 2 = Belum Mampu, 3 = Mampu.


Keterangan
1. Nilai 4 - 5 : Gangguan perkembangan motorik halus
2. Niali 8 - 10 : Perkembangan motorik halus belum berkembang
3. Nilai 14 – 15 : Perkembangan motorik halus berkembang sangat baik
Didapatkan hasil dengan jawaban “belum mampu” = 8 maka
perkembangan motorik halus An.K belum berkembang.
C. ANALISA DATA
Diagnosa : An.K usia 5 tahun dengan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
Masalah : Perkembangan motorik halus anak belum berkembang
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya dalam keadaan
sehat dan normal.
2. Menjelaskan pada Ibu tentang hasil pemeriksaan KPSP skor anak yang
berarti tumbuh kembang anak sesuai dengan usia An.K .
3. Menjelaskan pada Ibu untuk memantau pertumbuhan anaknya.
4. Memberitahu Ibu untuk memenuhi asupan gizi An.K sebanyak 1.400
kkal/hari (Kemenkes, 2019).
5. Melakukan konseling pada ibu tentang pentingnya menstimulasi
perkembangan motorik halus pada anaknya.

41
6. Menjelaskan pada ibu bahwa kasus anak nya akan diambil untuk
dijadikan pasien terhadap studi kasus Laporan Tugas Akhir dan
melakukan inform consent. Ibu menyetujui.
7. Menjalin hubungan baik antara ibu dan keluarga dengan cara
berkomunikasi yang baik pada keluarga.
8. Menjelaskan pada ibu pengertian, manfaat dan tujuan dari permainan
puzzle untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak.
9. Menjelaskan pada An.K cara melakukan permainan puzzle.
10. Mengukur Perkembangan Motorik Halus An.K menggunakan lembar
observasi.
11. Menjelaskan pada ibu untuk rutin menstimulasi perkembangan motorik
halus anaknya dengan permainan puzzle karena permainan puzzle
dapat melatih ketelitian, mengkoordinasi gerak mata dan tangan
sehingga motorik halusnya terus terlatih dan berkembang dengan baik..
12. Memberitahu pada Ibu bermain puzzle hendaknya diulang-ulang agar
dapat merangsang daya pikir anak, termasuk diantaranya
mengembangkan kecakapan motorik halus dengan koordinasi antara
mata dan tangan, kemampuan konsentrasi dan memecahkan masalah.
13. Menganjurkan Ibu agar anaknya tetap banyak istirahat dengan cukup.
14. Menjadwalkan pertemuan ulang pada tanggal 7 Maret 2021.
(Waktu menyelesaikan susunan puzzle : 7 menit 20 detik, , An.K masih
dibantu oleh ibunya dalam menyusun kepingan puzzle)

Kunjungan kedua pada tanggal 7 Maret 2021 pukul 10.00 WIB


Hari/Tanggal Pengkajian : Minggu, 7 Maret 2021
Pukul : 10.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF (S)
1. Ibu mengatakan anaknya sehat
2. Ibu mengatakan sudah menstimulasi perkembangan motorik halus
anaknya dengan permainan puzzle

42
B. DATA OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : R : 20x/m N : 103x/m T : 35.5℃
TB : 110 cm
BB : 17 kg
Lingkar kepala : 49 cm
B. Penilaian Pengembangan Motorik Halus dengan Menggunakan Lembar
Observasi
Tabel 4. 4 Cheklist Pengembangan Motorik Halus

Kriteria Penilaian
Kemampuan anak
Menggun
N Nama Meniru bermain puzzle
akan alat Explorasi Total Skor
0 Anak Menco-
Bentuk Koordinasi
tulis cokkan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
An.K √ √ √ √ √ 10

Keterangan: 1= Tidak Mampu, 2 = Belum Mampu, 3 = Mampu.


Keterangan
1. Nilai 4 - 5 : Gangguan perkembangan motorik halus
2. Niali 8 - 10 : Perkembangan motorik halus belum berkembang
3. Nilai 14 – 15 : Perkembangan motorik halus berkembang sangat baik
Didapatkan hasil dengan jawaban” belum mampu “ = 10 maka
perkembangan motorik halus An.K belum berkembang .
C. ANALISA (A)
Diagnosa : An.K usia 5 tahun dengan pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia
Masalah : Perkembangan motorik halus anak belum berkembang

D. PENATALAKSANAAN (P)

43
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya dalam keadaan
sehat dan normal.
2. Menjelaskan pada Ibu untuk memantau pertumbuhan anaknya.
3. Memberitahu Ibu untuk memenuhi asupan gizi An.K sebanyak 1.400
kkal/hari (Kemenkes, 2019).
4. Mengatur posisi bermain senyaman mungkin sebelum melakukan
permainan puzzle.
5. Menjelaskan pada An.K cara melakukan permainan puzzle.
6. Memberikan apresiasi pada anak setelah bermain puzzle.
7. Mengukur perkembangan motorik halus An.K menggunakan lembar
observasi.
8. Menjelaskan pada ibu untuk rutin menstimulasi perkembangan motorik
halus anaknya dengan permainan puzzle karena permainan puzzle dapat
melatih ketelitian, mengkoordinasi gerak mata dan tangan sehingga
motorik halusnya terus terlatih dan berkembang dengan baik.
9. Memberitahu pada Ibu bermain puzzle hendaknya diulang-ulang agar
dapat merangsang daya pikir anak, termasuk diantaranya
mengembangkan kecakapan motorik halus dengan koordinasi antara
mata dan tangan, kemampuan konsentrasi dan memecahkan masalah.
10. Menganjurkan Ibu agar anaknya tetap banyak istirahat dengan cukup.
11. Menjadwalkan pertemuan ulang pada tanggal 10 Maret 2021.
(Waktu menyelsaikan susunan puzzle : 5 menit 40 detik, An.K masih
dibantu oleh ibunya dalam menyusun kepingan puzzle )

Kunjungan ketiga pada tanggal 10 maret 2021 pukul 09.00 WIB

44
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 10 Maret 2021
Pukul : 09.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF (S)


1. Ibu mengatakan anaknya sehat
2. Ibu mengatakan rutin menstimulasi perkembangan motorik halus
anaknya dengan permainan puzzle.
3. Ibu mengatakan An.K melakukan permainan puzzle tanpa bantuan.
B. DATA OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : R : 21x/m N : 102x/m T : 36.5℃
TB : 110 cm
BB saat ini : 17,2 kg
Lingkar kepala : 49 cm
B. Penilaian Pengembangan Motorik Halus dengan Menggunakan Lembar
Observasi
Tabel 4. 5 Cheklist Pengembangan Motorik Halus

Kriteria Penilaian
Kemampuan anak
N Nama Meniru Menggunaka Explorasi bermain puzzle
Menco- Total Skor
0 Anak Bentuk n alat tulis Koordinasi
cokkan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
An.K √ √ √ √ √ 14

Keterangan: 1= Tidak Mampu, 2 = Belum Mampu, 3 = Mampu.


Keterangan
1. Nilai 4 - 5 : Gangguan perkembangan motorik halus
2. Niali 8 - 10 : Perkembangan motorik halus belum berkembang
3. Nilai 14 – 15 : Perkembangan motorik halus berkembang sangat baik

45
Didapatkan hasil dengan jawaban” Mampu “ = 14 maka perkembangan
motorik halus An.K berkembang sangat baik.
C. ANALISA (A)
Diagnosa : An.K usia 5 tahun dengan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
Masalah : tidak ada
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahukan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa
anaknya dalam keadaan sehat dan normal.
2. Menjelaskan pada Ibu untuk memantau pertumbuhan anaknya.
3. Memberitahu Ibu untuk memenuhi asupan gizi An.K sebanyak 1.400
kkal/hari (Kemenkes, 2019).
4. Memberikan apresiasi pada ibu karena sudah rutin menstimulasi
perkembangan motorik halus anaknya dengan melakukan permainan
puzzle.
5. Mengatur posisi bermain senyaman mungkin sebelum melakukan
permainan puzzle.
6. Menjelaskan pada An.K cara melakukan permainan puzzle
7. Memberikan apresiasi pada An.K mampu menyelesaikan susunan
kepingan puzzle tanpa bantuan.
8. Menjelaskan pada Ibu hasil penilaian perkembsngsn motorik halus
anaknya mengalami peningkatan .
9. Menganjurkan Ibu agar anaknya tetap banyak istirahat dengan cukup
10. Menjadwalkan pertemuan ulang pada tanggal 14 Maret 2021
(Waktu menyelesaikan susunan puzzle : 3 menit 58 detik, An.K
menyelesaikan susunan puzzle tanpa bantuan )

Kunjungan keempat pada tanggal 14 maret 2021 pukul 09.00 WIB

46
Hari/Tanggal Pengkajian : Minggu, 14 Maret 2021
Pukul : 09.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF (S)


1. Ibu mengatakan anaknya sehat
2. Ibu mengatakan rutin menstimulasi perkembangan motorik halus
anaknya dengan permainan puzzle.
3. Ibu mengatakan An.K melakukan permainan puzzle tanpa bantuan.
B. DATA OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : R : 21x/m N : 102x/m T : 36.5℃
TB : 110 cm
BB saat ini : 17,4 kg
Lingkar kepala : 49 cm
B. Penilaian Pengembangan Motorik Halus dengan Menggunakan Lembar
Observasi
Tabel 4. 6 Cheklist Pengembangan Motorik Halus

Kriteria Penilaian
Kemampuan anak
N Nama Meniru Menggunakan Explorasi bermain puzzle Total
0 Anak Menco- Skor
Bentuk alat tulis Koordinasi
cokkan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
An.K √ √ √ √ √ 15

Keterangan: 1= Tidak Mampu, 2 = Belum Mampu, 3 = Mampu.


Keterangan
1. Nilai 4 - 5 : Gangguan perkembangan motorik halus
2. Niali 8 - 10 : Perkembangan motorik halus belum berkembang
3. Nilai 14 – 15 : Perkembangan motorik halus berkembang sangat baik

47
Didapatkan hasil dengan jawaban “Mampu” = 15 maka perkembangan
motorik halus An.K berkembang sangat baik.
C. ANALISA (A)
Diagnosa : An.K usia 5 tahun dengan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
Masalah : Tidak ada
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahukan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa
anaknya dalam keadaan sehat dan normal
R : 21x/m N : 102x/m T : 36.5℃ BB : 17,4 kg TB : 110 cm
LK : 49 cm
2. Menjelaskan pada Ibu untuk memantau pertumbuhan anaknya.
3. Memberitahu Ibu untuk memenuhi asupan gizi An.K sebanyak 1.400
kkal/hari (Kemenkes, 2019)
4. Memberikan apresiasi pada ibu karena sudah rutin menstimulasi
perkembangan motorik halus anaknya dengan melakukan permainan
puzzle.
5. Mengatur posisi bermain senyaman mungkin sebelum melakukan
permainan puzzle.
6. Menjelaskan pada An.K cara melakukan permainan puzzle
7. Memberikan apresiasi pada An.K mampu menyelesaikan susunan
kepingan puzzle tanpa bantuan.
8. Menjelaskan pada Ibu hasil penilaian perkembsngsn motorik halus
anaknya mengalami peningkatan.
9. Menganjurkan Ibu agar anaknya tetap banyak istirahat dengan cukup
(Waktu menyelsaikan susunan puzzle : 2 menit 30 detik, An.K
menyelesaikan susunan puzzle tanpa bantuan)

48
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai pembahasan kasus yang telah diambil oleh
penulis sesuai dengan Manajemen Kebidanan Varney mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi. Dalam hal ini juga akan diuraikan tentang persamaan dan
kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik yang penulis temukan di
lapangan.
Hasil pengkajian yang penulis peroleh pada kunjungan I yang dilakukan
pada tanggal 3 Maret 2021 sebagai berikut : penulis melakukan asuhan kebidanan
deteksi dini tumbuh kembang di PMB Siti Hajar S.ST dilaksanakan berdasarkan
data subjektif dan objektif melalui pemeriksaan, didapatkan data TB : 110 cm, BB
: 17 kg dan LK : 49 cm dan dilakukan penyesuaian menggunakan standar berat
badan menurut tinggi badan An.K terdeteksi normal dan dilakukan pemeriksaaan
KPSP dengan menggunakan form 60 bulan di dapatkan hasil jawaban “Ya” = 10
berarti perkembangan An.K sesuai dengan tahapan perkembangan (S) dan
dilakukan pemeriksaan motorik halus An.K dengan menggunakan lembar
observasi perolehan data yang didapat berdasarkan rubrik penilaian meniru bentuk
yaitu An.K meniru bentuk gambar mulai beraturan seperti yang dicontohkan dan
belum mampu memaknai, berdasarkan rubrik penilaian menggunakan alat tulis
dengan benar yaitu An.K belum mampu menggunakan alat tulis diantara ibu jari
dan 2 jari, berdasarkan rubrik penilaian melakukan eksplorasi dengan berbagai
media dari kegiatan yaitu An.K mewarnai seperti yang dicontohkan tetapi tidak
full dengan pola, berdasarkan rubrik penilaian kemampuan motorik halus dengan
permainan puzzle An.K mencocokan kepingan puzzle tetapi jari-jemari anak
masih kaku, An.K mencocokan kepingan puzzle dengan koordinasi mata dengan
tangan masing kurang tepat dan cepat, karena kurang kontrol dan konsentrasi.
Didapatkan hasil dengan jawaban “belum mampu” = 8 maka perkembangan
motorik halus An.K belum berkembang.
Pada kunjungan kedua yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2021,
perolehan data yang didapat berdasarkan rubrik penilaian meniru bentuk yaitu

49
An.K meniru bentuk gambar mulai beraturan seperti yang dicontohkan namun
belum mampu memaknai. Berdasarkan rubrik penilaian menggunakan alat tulis
dengan benar yaitu anak mampu memegang alat tulis diantara ibu jari dan 2 jari.
Berdasarkan rubrik penilaian kemampuan motorik halus dengan permainan puzzle
An.K mencocokan kepingan puzzle tetapi jari jemari anak masih kaku, An.K
mencocokkan kepingan puzzle dengan koordinasi mata dengan tangan cukup
efisien dapat dilihat ketika anak bergerak, mata dengan tangan selalu bersama
sehingga tepat. Didapatkan hasil dengan jawaban “belum mampu” = 10 maka
perkembangan motorik halus An.K belum berkembang, waktu menyelsaikan
susunan puzzle 5 menit 40 detik, An.K menyusun puzzle masih dibantu oleh
ibunya.
Perkembangan motorik halus anak belum berkembang karena kurangnya
stimulasi pada anak. Dampak yang terjadi apabila kurangnya pencegahan
gangguan perkembangan motorik halus pada anak menyebabkan perkembangan
tidak sesuai dengan umur, misalnya pada anak prasekolah seharusnya sudah
mampu dalam hal motorik halus tetapi jika ada penyimpangan anak hanya mampu
untuk melaksanakan tahap perkembangan motorik halus dibawah usia
perkembangannya. Dalam proses menanggulangi keterlambatan perkembangan
pada anak diperlukan banyak stimulasi dalam aktivitas bermain, dalam hal ini
tidak ada kesenjangan teori (Sari et al, 2018). Untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus pada An.K, penulis akan memberikan asuhan dengan menerapkan
aktivitas bermain puzzle selama 2 minggu 4 kali kunjungan.
Kemudian penulis memberikan penatalaksanaan untuk rutin menstimulasi
perkembangan motorik halus anaknya dengan permainan puzzle karena
permainan puzzle dapat melatih ketelitian, mengkoordinasi gerak mata dan tangan
sehingga motorik halusnya terus terlatih dan berkembang dengan baik. Puzzle
merupakan alat permainan edukatif dilakukan dengan cara bongkar pasang,
menyusun kotak atau keping-kepingan yang membutuhkan ketelitian, karena anak
dilatih untuk dapat memusatkan pikiran agar dapat berkonsentrasi, selain itu
dengan bermain puzzle anak belajar tentang konsep, bentuk, warna, ukuran dan
jumlah. Dalam menyusun kepingan-kepingan puzzle melibatkan atau berhubungan
dengan otot-otot kecil anak, terutama tangan dan jari-jari tangan. Melalui aktivitas

50
bermain puzzle, tanpa disadari anak akan belajar secara aktif untuk menggunakan
jari-jari tangannya untuk menyusun gambar yang tepat dan hal tersebut tanpa
disadari dapat melatih koordinasi mata dan tangan dengan baik sehingga dapat
menstimulasi kemampuan motorik halus anak, dalam hal ini tidak ada
kesenjangan teori (Yuniarti, 2018).
Terapi yang diberikan dapat berjalan dengan baik, ibu rutin menstimulasi
perkembangan motorik halus anaknya dengan permainan puzzle karena permainan
puzzle dapat melatih ketelitian, mengkoordinasi gerak mata dan tangan sehingga
motorik halusnya terus terlatih dan berkembang dengan baik. Masalah yang sering
didapatkan anak sulit berkonsentrasi dalam melakukan permainan puzzle sehingga
saat anak mencocokkan susunan kepingan puzzle dengan koordinasi mata dengan
tangan masing kurang tepat dan cepat. Pada An.K telah dilaksanakan untuk
mengatur posisi bermain senyaman mungkin sebelum melakukan permainan
puzzle bertujuan agar anak tetap berkonsentrasi saat bermain.
Kemudian dilakukan catatan perkembangan pada kunjungan III pada
tanggal 10 Maret 2021 berdasarkan lembar observasi, perolehan data yang didapat
berdasarkan rubrik penilaian meniru bentuk adalah An.K mampu meniru bentuk
gambar seperti yang dicontohkan dan sudah mampu menjelaskan maksudnya,
berdasarkan rubrik penilaian menggunakan alat tulis adalah An.K mampu
memegang alat tulis diantara ibu jari dan 2 jari, berdasarakan rubrik penilaian
melakukan eksplorasi dengan berbagai media dari kegiatan adalah An.K mampu
mewarnai seperti yang dicontohkan dan full dengan pola, berdasarkan rubrik
penilaian kemampuan motorik halus dengan permainan puzzle An.K sudah
menguasai pergerakan saat mencocokan kepingan puzzle. An.K mencocokan
kepingan puzzle dengan koordinasi mata dengan tangan cukup efisien dapat
dilihat ketika anak bergerak, mata dengan tangan selalu bersama. Didapatkan hasil
dengan jawaban “mampu” = 14 maka perkembangan motorik halus An.K
berkembang sangat baik. Waktu menyelesaikan susunan puzzle 3 menit 30 detik,
An.K menyusun puzzle tanpa bantuan dari ibunya. Pada kunjungan III terjadi
peningkatan perkembangan motorik halus pada An.K.
Pada kunjungan terakhir tanggal 14 Maret 2021 berdasarkan lembar
observasi, perolehan data yang didapat berdasarkan rubrik penilaian meniru

51
bentuk adalah An.K mampu meniru bentuk gambar seperti yang dicontohkan dan
sudah mampu menjelaskan maksudnya, berdasarkan rubrik penilaian
menggunakan alat tulis adalah An.K mampu memegang alat tulis diantara ibu jari
dan 2 jari, berdasarakan rubrik penilaian melakukan eksplorasi dengan berbagai
media dari kegiatan adalah An.K mampu mewarnai seperti yang dicontohkan dan
full dengan pola, berdasarkan rubrik penilaian kemampuan motorik halus dengan
permainan puzzle An. K sudah menguasai pergerakan saat mencocokan kepingan
puzzle. An.K mencocokan kepingan puzzle dengan koordinasi mata dengan tangan
sudah dikuasai, ketika ada gerakan tangan mata langsung mengikuti irama ayunan
gerakan tangan tersebut sehingga efisien, cepat dan tepat. Didapatkan hasil
dengan jawaban “mampu” = 15 maka perkembangan motorik halus An.K
berkembang sangat baik. Waktu menyelesaikan susunan puzzle 2 menit 30 detik,
An.K menyusun puzzle tanpa bantuan dari ibunya.
Setelah dilakukan asuhan media permainan puzzle untuk meningkatkan
motorik halus pada An.K selama 2 minggu 4 kali kunjungan, didapatkan hasil
yaitu motorik halus An.K berkembang sangat baik. Kemudian penulis
memberikan informasi pada orang tua An.K tentang pentingnya menstimulasi
perkembangan motorik halus pada anaknya dengan permainan puzzle.

52
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan penerapan media permainan puzzle pada An. K
dengan perkembangan motorik halus yang belum berkembang maka penulis
menarik kesimpulan, sebagai berikut :
1. Dilakukan pengkajian dan pengumpulan data atau informasi penting
terhadap An. K untuk mengetahui keadaan pasien.
2. Dilakukan interpretasi data dasar kebidanan pada An. K yaitu
perkembangan motorik halus An.K belum berkembang.
3. Dilakukan penegakan diagnosa Asuhan kebidanan pada An. K yaitu
An.K usia 5 th dengan tumbuh kembang sesuai usia.
4. Dilakukan perencanaan Asuhan Kebidanan pada An. K yaitu dengan
memberikan terapi puzzle yang berfungsi meningkatkan motorik
halus pada anak.
5. Pelaksanaan tindakan terapi permainna puzzle sesuai dengan
pengkajian data terhadap An. K.
6. Telah melaksanakan permaianan puzzle pada An.K selama 2 minggu
4 x kunjungan.
7. Dilakukan evaluasi untuk mengetahui keadaan anak pada kunjungan
keempat perkembangan motorik halus An.K berkembang sangat
baik.
8. Asuhan kebidanan pada anak balita dan pra sekolah telah
didokumentasikan dalam bentuk SOAP dan dengan menggunakan
pendekatan manejemen kebidanan varney.

53
B. SARAN
Penulis menyadari akan kekurangan dalam laporan kasus ini, adapun
saran yang hendak penulis sampaikan, adalah sebagai berikut :
1. Bagi PMB Siti Hajar
Dalam rangka penerapan asuhan kebidanan pada anak prasekolah
dengan menggunakan media permainan puzzle dapat meningkatkan
perkembangan motorik halus untuk mencegah terjadinya gangguan
perkembangan motorik halus pada anak. Sebaiknya dalam pelayanan
di PMB Siti Hajar S.ST diterapkan penggunaan media puzzle untuk
meningkatkan motorik halus pada anak prasekolah. Dan disediakan
edukasi mengenai dampak gangguan motorik halus pada anak
prasekolah dan penanganannya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dalam pengajarannya, tim dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonotus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah dapat memberikan
informasi mengenai penggunaan media puzzle untuk meningkatkan
motorik halus dalam penerapan terhadap asuhan anak prasekolah
yang pertumbuhan dan perkembangannnya sesuai usia.
3. Bagi Penulis LTA lainnya
Data ini dapat digunakan data dasar maupun referensi tambahan
untuk pemberian asuhan pada anak prasekolah yang pertumbuhan
dan perkembangannya sesuai usia.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Y. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan


Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Di TK Inti Gugus Tulip III Padang.
Jurnal Keperawatan Abdurrab , 29-35.

Depkes. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta.

Dinkes lampungprov.(2015).Profil Dinkes Provinsi Lampung 2015. Bandar


Lampung,

Depkes. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta.

Hasanah, U. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui


Permainan Tradisioanal Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak 5,
717-733.

Heryani, R. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak . Jakarta: CV.Trans Info Media.

Madyastuti L., R. & Dewi R.F. (2016). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle
Terhadap Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia
Prasekolah (4-5 Tahun). Journals of Ners Community , 136-148.

Maghfuroh, L. (2018). Metode Bermain Puzzle Berpengaruh Pada


Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah . Endurance , 55-60.

Medrisa L.P.,Susila J., dan Aniroh U (2015). Pengaruh Pemberian Stimulus


Permainan Puzlle Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6
Tahun di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Krasak, Teras, Boyolali. Eujornal
Poltekkes Ternate , 1-8.

Panzillion, Panzillion dkk. (2020). Perkembangan Motorik Prasekolah antar


Intervensi Brain Gym debgab Puzzle. Jurnal Keperwatan Silampari 3, 510-
519.

Setiyani, A. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah . Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Yuniati E. (2018). Puzzle Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak


Usia Prasekolah di TK At Taqwa Mekarsari Cimahi. Jurnal Kesehatan
Poltekkes Ternate 11 , 36-47.

Yahyu, 0. (2020). Teori Perkembangan Sosial/Psikososial Homberger Erikson .


Joernal Idrus Qaimuddin 2 , 58-64.

53
LAMPIRAN

LAMPIRAN

54
Lampiran 1
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

JUDUL SOP : TERAPI BERMAIN PUZZLE


Pengertian Puzzle merupakan permainan mencocokan dan material
lain untuk mengajarkan seperti mengenal bentuk, ukuran,
jumlah, warna , kesamaan perbedaan, berhitung,
mengurutkan dan megelompokan.
Tujuan 1. 1.Untuk melatih Motorik Halus
2. 2.Untuk melatih koordinasi mata dan tangan
3. 3.Untuk mengasah kemampuan berpikir dan daya ingat
4. 4.Untuk meningkatkan kecerdasan visual spatial
5. 5.Untuk meningkatkan kreativitas anak
Indikasi Anak dengan keterlambatan motorik
Persiapan 1. Menyapa dan memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Mengidentifikasi identitas klien
4. Memberi petunjuk pada anak/klien cara bermain
5. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada orangtua klien
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan orangtua
klien
6. Mengatur posisi bermain agar nyaman

55
Cara kerja Prosedur
1. Memberitahu orangtua klien bahwa prosedur akan
dimulai
2. Mempersilahkan klien untuk melakukan permainan
sendiri atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan orangtua
4. Memberi pujian apabila klien dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal dan
psikomotor klien saat bermain
6. Memita klien menceritakan apa yang sedang dilakukan
7. Menanyakan perasaan klien setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang
permainan
Evaluasi Evaluasi hasil yang dicapai (ketangkasan menyatukan
potongan puzzle dalam waktu 2 minggu selama 4 kali
kunjungan).

Lampiran 2

56
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

IZIN LOKASI PENGAMBILAN STUDI KASUS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Siti Hajar, S.ST
Alamat : Dusun Citerep Desa Merak Batin Kec. Natar Kab.
Lampung Selatan
Dengan ini menyatakan bahwa:
Nama : Anita Cyntia Rahman
NIM : 1815401076
Tingkat/Semester : III (Tiga)/VI (Enam)

Telah mengambil studi kasus kebidanan di PMB Siti Hajar, S.ST sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi
DIII Kebidanan Tanjungkarang Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

Natar, 03 Maret 2021


Menyetujui

Siti Hajar, S.ST

Lampiran 3

57
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

SURAT IZIN PENELITIAN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anita Cyntia Rahman
NIM : 1815401076
Tingkat/Semester : III (Tiga)/VI (Enam)

Bermaksud mengajukan permohonan izin penelitian dalam rangka penyusunan


dan penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul : “Penerapan Media
Permainan Puzzle untuk Meningkatkan Motorik Halus”.
Natar, 03 Maret 2021
Hormat saya,

Anita Cyntia Rahman

Pembimbing I Pembimbing II

Amrina Octaviana, S.ST,M.Keb Rosmadewi, S.Pd.,S.ST., M.Kes


NIP : 197910222002122002 NIP : 196410291988032002

Lampiran 4

58
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBYEK

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ny. Septi
Umur : 34 Tahun
Alamat : Merak Batin Kec. Natar Kab. Lampung Selatan
Menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi pasien dalam Laporan Tugas
Akhir (LTA), untuk asuhan kebidanan pada anak prasekolah. Asuhan akan
diberikan oleh mahasiswa yang bersangkutan yaitu:
Nama : Anita Cyntia Rahman
NIM : 1815401076
Tingkat/Semester : III (Tiga)/VI (Enam)

Natar, 03 Maret 2021

Mahasiswa, Klien,

Anita Cyntia Rahman Ny. Septi

Menyetujui,
Pembimbing Lahan,

Siti Hajar, S.ST

Lampiran 5

59
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ny.Septi
Umur : 34 Tahun
Alamat : Merak Batin, Kec. Natar Kab. Lampung Selatan
Selaku (SUAMI/KELUARGA/KLIEN)* telah mendapat penjelasan, memahami
dan ikut menyetujui terhadap tindakan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
anak prasekolah dengan penerapan media permainan puzzle untuk meningkatkan
motorik halus.
Terhadap ANAK YANG BERSANGKUTAN*:
Nama : An. K
Umur : 5 Tahun
Alamat : Merak Batin Kec. Natar Kab. Lampung Selatan
Natar, 03 Maret 2021

Mahasiswa, Orang Tua Klien,

Anita Cyntia Rahman Ny. Septi

Menyetujui,
Pembimbing Lahan,

Siti Hajar, S.ST


Lampiran 6

60
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR INSTRUMENT PEMERIKSAAN FISIK

Nama :
Usia :

DATA OBJEKTIF I II III IV

K/U

Kesadaran

TTV

TB

BB

Lampiran 7

61
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR KPSP PADA ANAK UMUR 60 BULAN

No. PERTANYAAN YA TIDAK


1 isi titik-titi dibawah ini dengan jawaban anak.
Jangan membantu kecuali mengulangi
pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA bila anak menjawab ke 3
pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan
gerakan atau isyarat
2 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya
atau pakaian boneka
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa
berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan
beri anak anda kesempatan melakukannya 3
kali. Dapatkah anak mempertahankan
keseimbangannya dalam waktu 6 detik atau
lebih

62
No. PERTANYAAN YA TIDAK
4 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan
menyebut kata “lebih panjang”. Perlihatkan
gambar kedua garis ini pada nak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih
panjang. Setelah anak menunjuk, putar lembar
ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi
dan ulangi pertanyaan tadi sebanyak 3 kali
apakah anak bias menjawab dengan benar?

5 Jangan membantu anak dan jangan


memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang bersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini?

6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan


memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini dibawah kursi”
Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di
atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di
belakang”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak
rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada

63
No. PERTANYAAN YA TIDAK
anda) pada saat anda meninggalkannya?
8 Jangan menunjuk, membantu atau
membetulkan, katakana pada anak:
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu
dengan benar?

9 Suruh anak melompat dengan satu kaki


beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia
dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri
tanpa bantuan?

Lampiran 8
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNGKARANG

64
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR OBSERVASI

Tabel 1. Cheklist Pengembangan Motorik Halus

Kriteria Penilaian
Kemampuan anak Total
N Nama Meniru Menggunakan bermain puzzle Skor
Explorasi
0 Anak Bentuk alat tulis Menco
Koordinasi
cokkan
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
An.A

Keterangan: 1= Tidak Mampu, 2 = Belum Mampu, 3 = Mampu.

Tabel 2. Rubrik Penilaian Meniru Bentuk

No Kriteria Skor Deskripsi


Anak meniru bentuk gambar tidak beraturan.
1 Tidak mampu 1

Anak meniru bentuk gambar mulai beraturan


2 Belum mampu 2 seperti yang dicontohkan dan belum mampu
memaknai.
Anak meniru bentuk gambar seperti yang
3 Mampu 3 dicontohkan dan sudah mampu menjelaskan
maksudnya.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Menggunakan Alat Tulis dengan Benar (Diantara Ibu Jari dan 2
Jari)

No Kriteria Skor Deskripsi

1 Anak menggunakan alat tulis dengan


1 Tidak mampu
bantuan dari guru.
Anak belum menggunakan alat tulis diantara
2 Belum mampu 2
ibu jari dan 2 jari.
Anak memegang alat tulis diantara ibu jari
3 Mampu 3 dan 2 jari.

Tabel 4. Rubrik Penilaian Melakukan Eksplorasi dengan Berbagai Media dari Kegiatan

65
No Kriteria Skor Deskripsi
Anak mewarnai tetapi warna tidak sesuai
1 Tidak Mampu 1
dengan yang di contoh.
Anak mewarnai seperti yang dicontohkan
2 Belum mampu 2
tetapi tidak full dengan pola.
Anak mampu mewarnai seperti yang
3 Mampu 3
dicontohkan dan full dengan pola.

Tabel 5 Rubrik Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Permainan


Puzzle
No Kriteria Skor Deskripsi
Anak mencocokan kepingan puzzle tetapi
Tidak Mampu 1
jari-jemari anak masih kaku.
Anak mencocokan kepingan puzzle dengan
1 Belum Mampu 2 pergerakan jari-jemari yang sudah terlihat
lentur.
Anak sudah menguasai pergerakan saat
Mampu 3
mencocokan kepingan puzzle.
Anak mencocokan kepingan puzzle dengan
koordinasi mata dengan tangan masing
Tidak Mampu 1
kurang tepat dan cepat, karena kurang
kontrol dan konsentrasi.
2. 2 Anak mencocokan kepingan puzzle dengan
koordinasi mata dengan tangan cukup efisien
Belum Mampu dapat dilihat ketika anak bergerak, mata
dengan tangan selalu bersama sehingga
tepat.
Anak mencocokan kepingan puzzle dengan
koordinasi mata dengan tangan sudah
dikuasai, ketika ada gerakan tangan mata
Mampu 3
langsung mengikuti irama ayunan gerakan
tangan tersebut sehingga efisien, cepat dan
tepat.
Sumber Khasanah, 2013

66
Lampiran 9
DOKUMENTASI KUNJUNGAN 1

67
DOKUMENTASI KUNJUNGAN 2

68
DOKUMENTASI KUNJUNGAN 3

DOKUMENTASI KUNJUNGAN 4

69

Anda mungkin juga menyukai