*
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan,
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa
akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda
dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia
45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat
dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir
60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
Anak bisa mengalami katarak
yang biasanya merupakan
penyakit yang diturunkan,
peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai
katarak kongenital.
*Pandangan kabur atau redup
*menyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari
*Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu-abu atau
putih.
*
*Sampai saat ini belum ditemukan
obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang
dilakukan untuk memperlambat
proses bertambah keruhnya lensa
untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).
*tatalaksana masih dengan
pembedahan (James, 2006).
*
OTITIS MEDIA
Otitis media adalah peradangan sebagian
atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustakhius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid (Djaafar ZA, 2007).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau
yang biasa disebut “congek” adalah radang
kronis telinga tengah dengan adanya lubang
(perforasi) pada gendang telinga (membran
timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret)
dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik
terus menerus atau hilang timbul.
*Penyebab terjadi OMA salah satunya penggunaan
dot saat minum susu dengan posisi kepala
horizontal dengan badan yang dimana terdapat 3
bakteri patogen yang paling sering pada otitis
media akut (streptococcus pneumoniae,
haemophilus influenzae, moraxella catarrahalis)
yang berkolonisasi pada nasofaring mulai dari
saat masa bayi dan dianggap sebagai flora normal
pada tubuh manusia. Bakteri patogen ini tidak
menimbulkan gejala atau keluhan sampai terjadi
perubahan pada lingkungan pada nasofaring.
* Pada anak yang sudah dapat
berbicara keluhan utama adalah
rasa nyeri di dalam telinga, keluhan
disamping suhu tubuh yang tinggi.
Biasanya terdapat riwayat batuk
pilek sebelumnya.
*Pada anak yang lebih besar atau pada
orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat
pula gangguan pendengaran berupa rasa
penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
*Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA
ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai
39,5oC (pada stadium supurasi), anak
gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak
menjerit waktu tidur, diare, kejang dan
terkadang anak memegang telinga yang
sakit.
*Bila terjadi ruptur membran
timpani, maka sekret mengalir ke
liang telinga luar, suhu tubuh turun
dan anak mulai tertidur dengan
tenang (Efiaty AS, 2007).
*Visualisasi
dari membran timpani
dengan identifikasi dari perubahan
dan inflamasi diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dengan pasti.
*Untuk melihat membran timpani
dengan baik adalah penting bahwa
serumen yang menutupi membran
timpani harus dibersihkan dan
dengan pencahayaan yang memadai.
*Pengobatan OMA tergntung stadium
penyakitnya. Pada stadium oklusi,
penggobatan terutama bertujuan
untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negatif
pada telinga tengah hilang
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau
gerakan dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang disebabkan oleh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit dengan demikian vertigo
bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi
merupakan suatu kumpulan gejala atau satu
sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, untoble), otonomik (pucat, peluh
dingin, mual dan muntah dizziness lebih
mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum
tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan
perasaan yang sulit dilukiskan sendiri oleh
penderitanya.
*
* Pasien sering menyebutkan
sensasi ini sebagai nggliyer,
sedangkan giddiness berarti
dizziness atau vertigo yang
berlangsung singkat (Sutarni ,
Rusdi & Abdul, 2019)
*Vertigo merupakan gejala kunci yang
menandakan adanya gangguan
sistem vestibuler dan kadang
merupakan gejala kelainan labirin.
Namun tidak jarang gejala vertigo ini
yang menjadi gangguan sistematik
lainnya misalnya (obat, hipotensi,
penyakit endokrin, dan sebagainya)
(Wahyudi, 2012).
*Sistem keseimbangan pada manusia
semuanya dipengaruhi oleh telinga
dalam, mata, otot dan sendi jaringan
lunak untuk menyampaikan informasi
yang dapat dipercaya tentang
pergerakan dan orientasi tubuh saat
perubahan posisi.
*Jika sistem keseimbangan seperti
telinga dalam, sistem visual atau
sistem proprioseptif mengalami
gangguan, maka orang tersebut akan
mengalami gangguan keseimbangan
atau vertigo (Nyillo, 2012).
Penyebab vertigo akibat serpihan Kristal Menurut
(Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019). Penyebab vertigo
dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
* Otologi (Otitis media)
* Neurologis
* Interna (Kardio)
* Psikiatrik
* Fisiologis (melihat ke bawah saat kita berada di
tempat tinggi (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019)).
*
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019)
gejala klinis yang menonjol, vertigo dapat
pula dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
*Vertigo proksimal (serangan mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari,
menghilang sempurna, dan bisa muncul
kapanpun)
*Vertigo kronis (vertigo menetap lama,
keluhan konstan tidak membentuk
seranganserangan akut)
*Vertigo Akut (disebabkan karena penyakit
lain)
*
*Vertigo Vestibular
Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic,
diprovokasi oleh gerakan kepala, dan bisa disertai rasa
mual muntah (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
*Vertigo non vestibular
Vertigo yang disebabkan penyakit lain. Cth Vertigo
sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh
penyakit tertentu misalnya diabetes militus, hipertensi
dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah
gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan
saraf. Dll.
*
Vertigo biasanya di atasi dengan menangani sesuai
penyebabnya. Misal, vertigo disebabkan pada
gangguan telinga, maka diobati di bagian telinganya.
Jika vertigo disebabkan pada gangguan penglihatan,
maka diobati di bagian penglihatannya. Keluhan
vertigopun akan hilang dengan sendirinya seiring
dengan sembuhnya yang mendasari vertigo tersebut.
Pemberian vitamin antihistamin, diuretika, dan
pembatasan konsumsi garam yang telah diketahui
dapat mengurangi keluhan vertigo (Widjajalaksmi,
2015).
*
*