UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh:
PRICILIA SEPTIANA
No. BP. 1711216034
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Pricilia Septiana
Nomor Buku Pokok : 1711216034
Tanggal Lahir : 30 September 1989
Tahun Masuk : 2017
Peminatan : Epidemiologi dan Biostatistik
Nama Pembimbing Akademik : DR.Syafrawati,SKM.M.Comm Health Sc
Nama Pembimbing I : Defriman Djafri,SKM,MKM,PhD
Nama Pembimbing II : Vivi Triana, SKM, MPH
JUDUL PENELITIAN:
ANALISIS SPASIAL STRUKTURAL DETERMINAN DENGAN KEJADIAN
TB PARU DI KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2014-2018
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik
dan administrasi untuk mengikuti ujian usulan penelitian skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Departemen Epidemiologi & Biostatistik Prodi. S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas Universitas Andalas
Oleh :
PRICILIA SEPTIANA
No. BP : 1711216034
Usulan penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk
dipertahankan dihadapan tim penguji proposal penelitian skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Pricilia Septiana
No. BP : 1711216034
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan
judul “Analisis Spasial Struktural Determinan Dengan Kejadian TB Paru Di
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014-2018”. Dalam proses penyelesaian Proposal
ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
untuk tetap yakin dan bisa menyelesaikan Proposal ini. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang sekaligus sebagai
dosen pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, saran serta
masukan kepada penulis.
2. Ibuk Ade Suzana Eka Putri, PhD selaku Kepala Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas.
3. Ibuk Vivi Triana, SKM, MKH sebagai dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan yang akan datang.
Penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya. Semoga semua bantuan, bimbingan, semangat dan amal
kebaikan yang telah diberikan dijadikan amal shaleh dan diridhoi Allah SWT.
Amin
Padang, Desember 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR ISTILAH................................................................................................vi
BAB 1 : PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................6
1.1 Manfaat.................................................................................................7
1.2 Ruang Lingkup......................................................................................7
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Tuberculosis........................................................................................8
2.2 Gejala TB..........................................................................................18
2.3 Cara Penularan..................................................................................19
2.4 Resiko Penularan..............................................................................20
2.5 Pencegahan TB................................................................................20
2.6 Pengobatan & Pencegahan dengan INH...........................................22
2.7 Penanggulangan TB..........................................................................23
2.8 Determinan Sosial.............................................................................23
2.9 Sistem Informasi Geografi................................................................27
2.10 Analisis Spasial...............................................................................29
2.11 Telaah Sistematis..............................................................................33
2.12 Kerangka Teori.................................................................................37
2.13 Kerangka Konsep..............................................................................38
2.14 Hipotesis Penelitian..........................................................................39
BAB 3 : METODE PENELITIAN........................................................................40
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................40
3.2 Waktu & Tempat Penelitian................................................................40
3.3 Populasi & Sampel..............................................................................40
3.4 Defenisi Operasional...........................................................................41
3.5 Teknik Pengumpulan Data..................................................................43
3.6 Teknik Pengolahan Data.....................................................................43
3.7 Teknik Analisis Data...........................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
2. TB : Tuberculosis
masyarakat dunia. Hal ini ditunjukan bahwa sejak tahun 1992, Tuberculosis (TB)
yang mempengaruhi paru-paru. Tuberculosis ini dapat diobati dan dapat dicegah.
Menurut WHO angka insiden tuberculosis (TB) pada tahun 2016 sebesar
120 per 100.000 penduduk dan meningkat di tahun 2017 yaitu 319 per 100.000
dan kematian Tuberculosis secara Global diperkirakan 1,3 juta Pasien (3).
TB/HIV dan MDR-TB, ada 48 negara yang termasuk masuk kedalam daftar
tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satuatau keduanya, juga bisa
masuk dalam 3 indikator. Indonesia dengan 13 negara lainnya masuk dalam daftar
HBC untuk ketiga indikator tersebut, artinya Indonesia mempunyai masalah besar
India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philipina (6%), Pakistan (5%), Nigeria
prevalensi Tuberculosis tahun 2017 tertuang dalam RPJM sebesar 262 per
100.000 penduduk dengan capaian sebesar 254 per 100.000 penduduk, dan pada
tahun 2018 target dalam RPJM menurun 254 per 100.000 penduduk dengan
capaian sebesar 250 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus Tuberculosis pada
tahun 2018 ditemukan sebanyak 566.623 kasus, ini meningkat bila dibandingkan
semua kasus Tuberculosis yang ditemukan tahun 2017 sebesar 446.732 kasus.
Jumlah kasus tertinggi terdapat diprovinsi dengan jumlah penduduk yang besar
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus Tuberculosis di tiga
provinsi tersebut sebesar 44% dari Jumlah seluruh kasus tuberculosis di indonesia
(4)
. Jumlah kasus tuberculosis pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan yaitu
kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebesar 14,2 % diikuti kelompok umur 25-23
tahun sebesar 13,8% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 13,4%.
Untuk Case Detection Rate (CDR) kasus tuberculosis tahun 2018 sebesar
67,2% dan angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar
52,6%. Untuk angka Notifikasi semua kasus/CNR pada tahun 2018 sebesar 214
per 100.000 penduduk meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 169
per 100.000 penduduk (4). Pada tahun 2018 angka keberhasilan pengobatan semua
kasus tuberculosis sebesar 84,6%, angka kesembuhan semua kasus yang harus
3
atau sekitar 6.852 kasus disemua tipe, insidens kasus baru TB BTA positif
sebesar 4.597 per 100.000 penduduk atau sekitar 5.258 kasus baru TB paru BTA
Dharmasraya (6).
jiwa, meningkat pada tahun 2017 yaitu 235.476 jiwa begitu juga pada tahun 2018
tahun 2016 ditemukan sebanyak 333 kasus dan mengalami peningkatan pada
tahun 2017 yaitu sebanyak 405 kasus TB yang ditemukan serta angka ini
mengalami penurunan ditahun 2018 sebanyak 207 kasus. Untuk hasil pengobatan
lengkap kasus TB pada tahun 2016 sebesar 51,1%, dan mengalami penurunan
tahun 2017 sebesar 44,2%. dari masing-masing type TB, untuk TB Terkonfirmasi
Bakteriologis mengalami penurunan tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2016
(57,7%), tahun 2017 (53,6%), tahun 2018 (32,7%). Berdasarkan laporan Dinas
suspek berkembang secara fluktuatif, yaitu pada tahun 2016 Jumlah BTA positif
(7)
8%, tahun 2017 sebesar 7,7% dan ditahun 2018 turun menjadi 4,2% . Hal ini
koordinasi baik lintas program maupun lintas sektor terkait serta tidak lepas pula
yang dapat dilakukan yaitu promosi kesehatan, investigasi kontak, pengobatan &
pengobatan serta pelacakan kasus mangkir. Selain itu masyarakat dapat berperan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengupayakan tidak terjadinya stigma
fluktuasi data dari tahun 2014-2018. Selain itu jika dibedakan berdasarkan
kecamatan untuk kasus TB terbanyak ada pada kecamatan koto baru, kecamatan
5
pulau punjung dan diikuti oleh kecamatan sungai rumbai. Berdasarkan Profil
kasus TB yaitu pada kecamatan koto baru (148 per 100.000 penduduk),
kecamatan Pulau punjung (129 per 100.000 penduduk) dan kecamatan sungai
berpengaruh terhadap TB Pru BTA (+) di kecamatan tebet, penelitian lain dari
david simbolon juga menyebutkan, pekerjaan, status gizi, status merokok dan
penderita TB Paru. Dan menurut penelitian wahyu ada hubungan antara tingkat
atau objek yang berkaitan dengan yang sakit dan penyakit, sistem layanan
dengan perilaku manusia agak sulit dibatasi karena perilaku manusia merupakan
(9)
hasil dari interaksi beberapa faktor internal dan eksternal . Menurut Lawrence
Green mengatakan bahwa perilaku terbentuk karna kombinasi dari 3 faktor utama
6
yaitu dari 60,7%, 63,9%, 63,9%, 66,93%, 67,36%. Untuk fasilitas pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas serta klinik atau balai kesehatan
sitiung serta diikuti oleh kecamatan koto baru dari 11 kecamatan yang ada. Hal ini
pelayanan kesehatan.
Analisis Spasial juga merupakan suatu analisis dan uraian tentang data
faktor resiko lingkungan, ekosistem, sosial ekonomi serta analisis hubungan antar
variabel tersebut. Kejadian penyakit dapat dikaitkan dengan berbagai objek yang
dimiliki ataupun kejadian didalam sebuah keruangan atau pada titik tertentu serta
pelayanan kesehatan serta mengetahui wilayah mana saja yang beresiko terkena
spasial untuk melihat gambaran distribusi kejadian TB Paru yang ditinjau dari
kepadatan penduduk, rumah sehat, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena
itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Distribusi kejadian
6. Untuk Mengetahui hasil analisis secara spasial rumah sehat dengan kejadian
TB.
1. Bagi Instansti
masukan bagi pemegang program TB, dan sebagai bahan acuan untuk
meningkatkan penemuan kasus dan deteksi dini dari kasus TB, serta sebagai
2. Bagi Masyarakat
10
lebih dini.
biaya serta tenaga maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada
2.1 Tuberculosis
masyarakat dunia. Hal ini ditunjukan bahwa sejak tahun 1992, Tuberculosis (TB)
yang mempengaruhi paru-paru. Tuberculosis ini dapat diobati dan dapat dicegah.
Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih merupakan salah satu masalah
kasus baru TB dengan 3,2 juta kasus pada perempuan. sebanyak 1,5 juta kematian
karena TB dimana 480.000 kasus adalah pada perempuan. Dari kasus tersebut
ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan jumlah kematian 320.000 orang
11
12
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,1 juta kasus TB
ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000
kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Dengan 63.000 kasus TB HIV
positif (25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case Notification
Rate/CNR) semua kasus, sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Seluruh kasus
perkiraan jumlah kasus TB-RO sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9%
kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB pada
pengobatan ulang.
serta masih ada yang belum menerapkan layanan TB sesuai dengan standar
pedoman nasional dan ISTC seperti penemuan kasus atau diagnosis, panduan
Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko tinggi seperti
merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan
pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko masyarakat
terjangkit TB.
angka kesakitan dan kematian akibat TB bila dibandingkan dengan tahun 1990.
prevalensi TB pada tahun 1990 sebesar > 900 per 100.000 penduduk, di tahun
2015 menjadi 647 per 100.000 penduduk. Dari indikator MDG’s untuk TB di
indonesia saat ini baru tercapai pada target penurunan angka insidens.
2017 (data per 17 mei 2018). berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus TB tahun
14
2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan
hasil survei prevalensi tuberculosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Begitu juga terjadi dinegara lain. Hal ini terjadi
merokok dan kurang patuhnya dalam minum obat. Dan survei ini menemukan
bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya
berasal dari manusia dan Mycobacterum Bovis yang berasal dari sapi.
Kuman ini berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-
0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant
1) Tuberkulosis paru
2) Tuberkulosis ekstraparu
TB terberat.
16
terakhir, yaitu:
up) adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow
berobat /default).
dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan.
4) Extensive drug resistan (TB XDR) adalah TB MDR yang sekaligus juga
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
HIV negatif sebelumnya, atau Hasil tes HIV negative saat diagnosis TB.
jika pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif,
positif.
tanpa bukti pendukung hasil tes HIV pada saat diagnosis TB ditetapkan.
terakhir.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk terus menerus disertai berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur dengan darah, batuk darah, badan lemas, sesak nafas, nafsu
makan menurun, berat badan berkurang, malaise, berkeringat malam hari tanpa
Pemeriksaan lain diantaranya foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
toraks saja. karna tidak selalu foto toraks memberikan gambaran yang khas pada
tidak memerlukan foto toraks. Namun jika kondisi tertentu pemeriksaan foto
1) Pada 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
2) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen SPS pada
1) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
dan sering digunakan dalam “Screening TB”. Efektifitas pada penemuan infeksi
TB dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita dengan anak berumur
kurang dari 1 tahun yang menderita TB aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–
2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat diketahui bahwa semakin bertambah usia anak maka
Ada berbagai cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan
intrakutan (ke dalam kulit). untuk penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam
terjadi:
2) Pembengkakan (Indurasi) : 5–9 mm, uji mantoux yang meragukan. Hal ini
Gejala penyakit TB dapat terbagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
darah)
b. Gejala khusus :
sesak.
113
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
kejang.
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TB dewasa. Kira-kira 30-50% anak
yang kontak dengan penderita TB paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin
positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
Pasien TB paru BTA positif memberikan risiko penularan lebih besar dari
Salah satu upaya mencegah kesakitan atau sakit yang berat adalah dengan
(profilaksis).
sesuai dengan Program Pengembangan Imunisasi diberikan pada bayi 0-2 bulan.
Vaksin BCG diberikan pada bayi > 2 bulan harus didahului dengan uji
meningitis yang sering didapatkan pada usia muda. Vaksinasi BCG ulang tidak
Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BTA positif pada
alur tata laksana bayi yang lahir dari ibu terduga TB atau ibu sakit
TB.
Vaksinasi BCG tidak boleh diberikan pada bayi yang terinfeksi HIV
TB/HIV, bayi yang terlahir dari ibu dengan HIV positif namun tidak
3. Limfadenitis BCG
getah bening satu sisi setelah vaksinasi BCG. Limfadenitis BCG dapat
adanya fluktuasi.
b. Meningkatkan gizi
penularan TB paru
f. Menggunakan masker
pencegahan Isoniazid (PP INH) bisa diberikan pada ODHA yang tidak terbukti
TB aktif dan tidak ada kontra indikasi terhadap INH. Dosis yang diberikan
adalah 300 mg per hari dengan dosis maksimal 600 mg per hari, ditambah
dengan Isoniazid (PP INH) pada anak PP INH diberikan kepada anak umur
dibawah lima tahun (balita) yang mempunyai kontak dengan pasien TB tetapi
b) Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi,
siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2
dengan catatan bila keadaan klinis anak baik. Bila saat follow up timbul
gejala TB, lakukan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis TB. Jika anak
f) Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat
h) Yang berperan sebagai pengawas minum obat adalah orang tua atau
1) KIE
2) Menjalin kemitraan
penanggulangan TB
2.8.1 Definisi
dimana orang dilahirkan, tumbuh, hidup dan sistem dimasukkan ke dalam tempat
untuk menangani penyakit. Keadaan ini pada gilirannya dibentuk oleh satu set
yang lebih luas dari kekuatan ekonomi, kebijakan sosial dan politik (Bradly,
2012).
social determinant of health and well being ada beberapa faktor yang
a. Kemiskinan
b. Pendapatan
120
kartu BPJS dalam berobat, maka akan dikenakan biaya dengan status
berada pada kondisi seperti itu yang tidak mendapatkan pelayanan dan
c. Pekerjaan
akan memperoleh gaji sebagai balas jasa dari pihak perusahaan, dan
jumlahnya tergantung dari jenis profesi atau kerja yang dilakukan. Dan
d. Pendidikan
e. Kepadatan Penduduk
penderita bila terjadi kejadian luar biasa dan besar kecilnya tempat
yang tinggi.hal ini sejalan dengan penelitian fachkrudin ali ahmad tahun
f. Rumah Sehat
(Munif arifin,2009).
tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah
kejadian TB paru.
h. Persediaan makanan
2) Konteks komunitas
3) Faktor individu
mental seseorang.
124
perangkat lunak maupun keras, berisi data geografis beserta sumberdaya manusia
lainnya)
pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer
akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam
125
jumlah dan ukuran) terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan satu dan
lainnya.
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis serta merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Oleh karna itu aplikasi SIG dapat
pemodelan. Hal ini yang membuat SIG berbeda dengan yang lain.
kondisinya.
digunakan untuk :
g) Monitoring penyakit.
data SIG. Hasil analisis data spasial sangat bergantung pada lokasi objek yang
matematis yang terkait dengan data keruangan (spasial) dilakukan dengan fungsi
sel
Sebagian besar data yang ditangani dalam SIG adalah data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, dengan sistem koordinat tertentu sebagai
berbeda dari data lain, yakni informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
Adapun persyaratan SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari
1. Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya)
koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG
permukaan bumi.
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan
lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain lain.
32,3%
lantai yang tidak
kedap air 19,2%
kelembaban
ruangan dalam
rumah (< 40% dan
> 70%) hanya 1,0%
suhu udara dalam
rumah (> 300C)
yaitu 100% tidak
memenuhi syarat
dan terdapat 12,1%
rumah penderita
yang menggunakan
AC
jarak rumah
penderita yang
dekat dari pelayanan
kesehatan sebanyak
82 rumah (82.8%)
dan sebanyak 17
rumah (17.2%) yang
jarak rumahnya jauh
dari pusat pelayanan
kesehatan
3 Fachrudin Ali UI (Tesis) Analisis Spasial Ekologi Var Independen tidak ada korelasi
Achmad /2010 Penyakit :demografi, geografi, antara variabel yang
Tuberkulosis Paru iklim, sosial diteliti, sedangkan
BTA Positif di Kota ekonomi, fasilitas secara spasial variabel
Administrasi pelayanan kesehatan kepadatan penduduk,
Jakarta Selatan mikroskopis dan keluarga miskin dan
Tahun 2007-2009 tenaga kesehatan fasilitas pelayanan
32
4 David Simbolon, BKM (BKM Analisis spasial dan Case Control Var,Independen : Umur : Tidak
dkk/2019 Journal of faktor risiko umur, pendidikan, berhubungan (p=1
Community tuberkulosis paru di pekerjaan, status OR=1)
Medicine and Kecamatan gizi, status merokok, Pendidikan : tidak
Public Health) Sidikalang, riwayat kontak, berhubungan
Kabupaten Dairi - kepadatan hunian, (p=0,16 OR= 1,77
Volume 35 Sumatera Utara dan penggunaan Pekerjaan : ada
Nomor 2 tahun 2018 bahan bakar hubungan (p=0,01
Tahun 2019 memasak OR=8,40)
Halaman 65-71 Var.Dependen : Status gizi : Ada
kejadian TB Paru hubungan
(p=<0,001 OR= 10)
Status merokok :
ada hubungan
(p=0,001 OR=6)
Riwayat kontak :
ada hubungan
(p=0,01 OR=8)
Kepadatan hunian :
tidak berhubungan
(p=0,41 OR= 0,5)
BBM : tidak
berhubungan
(p=0,817 OR=8)
6 Wahyu Unand (Tesis) Analisis distribusi Case control Var.Independen : Pendidikan : ada
Opsialdi/2017 spasial faktor resiko tingkat pendidikan, hubungan (p=0,029
penyebaran pendapatan, OR=4,564)
tuberculosisbasil kepadatan hunian, Pendapatan : ada
tahan asam posistif ventilasi, hubungan (p=0,000
di Kabupaten pencahayaan, OR=9)
Dharmasraya keberadaan sarana Pencahayaan : ada
fasyankes hubungan (p=0,05
Var.Dependen : OR=13,380)
kejadian TB Paru
BTA+
OR=7,231)
35
Kepadatan Penduduk
dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis spasial serta pengolahan
lunak Arcview GIS 3.3, untuk menentukan wilayah yang berisiko TB Paru di
38
39
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan dikumpulkan dengan
cara menelusuri data yang lalu. Adapun, sumber data yang didapatkan oleh
peneliti adalah:
Kabupaten Dharmasraya.
1) Editing
2) Coding
3) Entry data
4) Cleaning data
Untuk pengolahan secara statistik, peneliti memakai software SPSS 15.0 dan
kepadatan penduduk, rumah sehat serta Fasilitas pelayanan kesehatan. Data yang
mengolah data berbasis geografis. Analisis dalam penelitian ini digunakan untuk
melihat bagaimana pola atau trend sebaran penyakit TB Paru yang dibedakan