RESUME BUKU
IDENTITAS BUKU
BAB I
PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN
BAB 2
HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR
Terminologi tentang belajar dapat kita jumpai di dalam berbagai sumber atau literatur. Kita dapat
menjumpai rumusan pengertian belajar dalam perspektif yang sama atau kadang-kadang berbeda
dan berbagai ahli pendidikan/pembelajaran. Meskipun ada perbedaan-perbedaan pandangan,
namun pninsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar menunjukkan pada suatu
aktivitas’menuju suatu perubahan tingkah laku pada din individu melalui proses interaksi dengan
lingkungannya. Pembelajaran yang. efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam din
siswa. OIeh sebab itu melalui proses pembelajanan, guru hams berupaya secara optimal
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud
nyata terjadinya proses belajar.
Ada beberapa aliran atau teori belajar yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya
pandangan dan konsep tentang belajar, diantaranya; Behavionsme, Kognitivisme, Teori belajar
Psikologi Sosial, dan Teori belajar Gagne. Keempat aliran atau teori mi memberikan penekanan
aktivitas dan hasil belajar pada dimensidimensi tingkah laku tertentu, sehingga memberi nuansa
pemahaman yang semakin luas tentang belajar. Meskipun terdapat penekanan yang berbeda
tersebut, namun kesamaannya terutama adalah bahwa belajar merupakan proses internal yang
kompleks, yang melibatkan seluruh mental pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk memahami secara spesifik tentang perubahan tingkah laku sebagai akibat terjadinya
proses belajar mi, beberapa ahlimemilah perilaku individu dalam tiga kawasan atau ranah, yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sesungguhnya bukan merupakan
bagian yang terpisah, akan tetapi memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Masing-masing
ranah tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam bagian-bagian yang lebih spesifik yang disebut
hirarki perilaku belajar atau hirarki tujuan belajar.
BAB 3
PERKEMBANGAN MORAL DAN IMPLEMETASINYA DALAM PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna bukan merupakan kegiatan yang berdiri
sendiri, akan tetapi terkait dengan berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu faktor tersebut
bersumber dan kemampuan guru memahami peserta didik dalam berbagai dimensinya. Salah
satu dimensi penting adalah berkaitan dengan peserta didik tahap-tahap perkembangan moral
anak. Hal mi disebabkan karena setiap anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-
cara yang berbeda secara kualitatif, utamanyadalam cara berfikir atau memecahkan
permasalahan. Dalam hal ini ada serangkaian langkah yang konsisten dalam kerangka
berpikimyayang menandakan bahwa tiap-tiap anak akan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya.
Uraian-uraian di atas di satu sisi secara umum mengisyaratkan adanya urutan-urutan
perkembangan yang sama pada anak, akan tetapi juga memberikan gambaran tentang
karakteristik individual yang berbeda sehingga tiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani
rnewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Dalam keadaan itu, maka guru harus dapat
memahami keunikan-keunikan peserta didik agar dapat mendorong terjadinya perkembangan
peserta didik secara optimal, khususnya melalui proses pembelajaran. Secara lebih spesifik
dengan memahami perkembangan moral anak, maka guru dapat memilih pendekatan-pendekatan
dan model-model pembelajaran yang sesuai, teknik-teknik pemotivasian yang tepat serta
pendekatan dan teknik evaluasi sesuai
BAB 4
KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI HASIL BELAJAR
Hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh anak adalah terjadinya perubahari penlaku secara
holistik. Pandangan yang menitikberatkan hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan
saja merupakan wujud dan pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat
menyentuh dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, termasuk dimensi emosional
yang dalam waktu cukup lama luput dan perhatian. Hal mi dipandang semakin penting karena
dan berbagai hasil pènelitian juga menunjukkan bahwa keberhasilan belajar ternyata lebih
banyak ditentukan oleh faktorfaktor emosi, antara lain daya tahan, keuletan, ketelitian, disiplin,
rasa tanggung jawab, kemampuan menjalin kerjasama, motivasi yang tinggi serta beberapa
dimensi emosional lainnya. Bahkan sukses yang dicapai dalam kehidupan yang lebih luas,
terbukti juga lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional seseorang.
Sebagian besar ahli yang mengkaji aspek-aspek emosi nnyimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan hasil dan proses belajar, walaupun beberapa diantaranya ada yang
berpendapat bahwa hal itu dipengaruhi oleh faktor bawaan. Oleh sebab itu maka melalui
kegiatan pembelajaran, guru harus menyediakan atau menciptakan ruang yang luas dan iklim
yang kondusif untuk kembangnya kecerdasan emosional anak. Kemampuan guru melatih setiap
dimensi-dimensi emosi harus dipandang sebagai bagian esensial pembelajaran. Dengan demikian
berarti pula perubahan-perubahan yang terjadi pada anak melalui kegiatan pembelajaran harus
menyentuh dimensi-dimensi emosional ini, bukan hanya dilihat dan perubahan kognitif belaka.
Penerapan kecerdasan emosional dapat dilakun secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan
bentuk-bentuk spesifik pembelaj aran. Untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional perlu
diawali dengan pemahaman guru tentang kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang cara-
cara penerapannya. Karena itu penting bagi guru untuk mengkaji aspek-aspek yang berkaitan
dengan emosi, bagaimana melatih dimensi-dimensi emosi melalui proses pembelajaran sehingga
diharapkan semuanya dapat bermuara pada peningkatan potensi-potensi anak secara optimal.
BAB 5
PRINSIP PRINSIP BELAJAR
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan
potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies
(1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan
prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok
umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement).
4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan
murid belajar secara lebih berarti.
5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
BAB 7
MASALAH MASALAH BELAJAR
Secara sederhana masalah belajar dapat diartikari sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat
tercapainya tujuan belajar. Dan berbagai pendapat dan hasil penelitian kita mendapat kejelasan
bahwa masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat bersumber atau dalam
dinamikanya dapat dikaji dan dimensi guru maupun dan dimensi siswa. Demikian pula dilihat
dan tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar
dan sesudah belajar.
Dan dimensi siswa, masalah-masalah belajar dapat muncul pada waktu sebelum kegiatan belajar,
selama berlangsungnya proses belajar dan sesudah proses belajar. Sebelum proses belajar,
masalah belajar dapat berhubungan minãt, kecakapan maupun pengalamanpengalaman siswa.
Selama proses be.lajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar,
motivasi, konsentrasi, kemampuan pengolahan pesan pembelajaran, kemampuan menyimpan
pesan, kemampuan menggali kembali pesan yang telah tersimpan, serta unjuk hasil belajar.
Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau
keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
Dan dimensi guru, masalah belajar juga dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses
belajar dan pada akhir proses evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar seringkali
berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali
berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. sedangkan sesudah kegiatan belajar,
masalah belajar yang dihadapi gum kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.
Secara spesifik masalah yang bersumber dan faktor internal berkaitan dengan;
1. karakteristik siswa
2. sikap terhadap belajar
3. motivasi belajar
4. konsentrasi belajar
5. kemampuan mengolah bahan belajar
6. kemampuan menggali hasil belajar
7. rasa percaya din
8. kebiasaan belajar
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting di dalam seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi secara benar, guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada flap kali pertemuan, setiap catur
wulan, setiap semester, setiap tahun, bahkan selama berada pada satuan pendidikan tertentu.
Melalui evaluasi mi pula guru dapat mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran,
kemampuan mengelola proses pembelajaran, kemampuan memotivasi siswa serta kemampuan
mendayagunakan sumber-sumber belajar yang tersedia.
Karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam proses pembelajaran, maka setiap
guru dituntut memiliki kapasitas kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar
hasil yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang
benar dan tingkat kemampuan siswa. Pemahaman guru yang baik tentang hakikat, prosedur,
jenis-jenis serta prinsipprinsip evaluasi merupakan kerangka mendasar untuk
membangunkemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat. Pada gilirannya evaluasi yang tepat
adalah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu dan tidak terlepas dan
kekhususan atau karakteristik serta tujuan pembelajaran. Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan
evaluasi tidak hanya menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan
tetapi juga berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance
belajar siswa.
Evaluasi yang tepat dapat menjadi wahana untuk mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa,
menentukan tujuan pembelaj aran mana yang belurn dioptimalisasi pencapaiannya, merurnuskan
rangking siswa, memberikan informasi kepada guru tentang ketepatan strategi pembelajaran
yang digunakan dan untuk merencanakan prosedur perbaikan rencana pelajaran. Masih banyak
manfaat-manfaat lainnya jika evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara tepat. Untuk
mencapai ketepatan evaluasi tersebut, maka perlu diperhatikan syarat-syarat evaluasi, terutama
berkaitan dengan validitas dan reliabilitas. Di samping dua syarat mendasar tersebut juga perlu
diperhatikan syarat kepraktisan evaluasi tanpa mengabaikan kedua syarat utama sebelumnya.
BAB 9
MEMAHAMI PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING)
E-learning merupakan salah satu wujud nyata perubahan besar kalau tidak dikatakan revolusi di
dalam kemajuan teknologi pendidikan. Dalam waktu yang panjang kita mengenal proses
pembelajaran hanya melalui tatap muka yang mempersyaratkan guru atau sumber belajar dan
siswa berada pada tempat yang sama dan dalam waktu yang sama dengan pembatasan waktu dan
tempat secara ketat. Ketika pericembangan selanjutnya guru dan siswa dapat belajar dengan
bantuan media cetak, menyebabkan proses belajar dapat berlangsung meskipun siswa dan guru
tidak berada pada tempat dan waktu secara bersamaan karena adanya bantuan modul-modul
belajar. Kelemahannya tidak dapat terjadi interaksi apalagi dalam waktubersamaan. Kelemahan-
kelemahan tersebut menjadi teratasi ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas
elektronik secara online. Dalam waktu yang sama atau berbeda seseorang dapat mengakses
bahan-bahan belajar, tugas-tugas kapan saja yang ia inginkan. Melalui fasilitas tertentu secara
online tersebut sumber belajar dan pembelajaran dapat saling berdialog, bertukar pikiran,
memberikan pertanyaan, menyelesaikan tugas yang diberikan. Inovasi mi tidak sekedar memberi
kemudahan mengakses informasi, akan tetapi telah merubah pola berpikir, kebiasaan atau sikap
seseorang sehingga telah merubah paradigma. Paradigma pendidikan menjadi bergeser dan
perolehan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selesai mengikuti
pendidikan, menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan yang selalu diperbaharui dalam
waktu relatif singkat.
Melalui media komunikasi elektronik mi, di samping banyak nilai tambah, keunggulan atau
kelebiha, mengharuskan pula kita untuk mengkaji berbagai faktor yang tidak dapat hadir
bersamaan dengan komunikasi online tersebut, terutama berkenaan aspek-aspek pedagogis.
Namun demikian beberapa pendapat mengungkapkan bahwa pembelajaran melalul komunikasi
online tidak berarti meniadakan unsur-unsur pedagogis, karena di dalamnya juga dikembangkan
beberapa pendekatan pembelajaran antara lain yang menekankan pada pendekatan-pendekatan
kelompok, aktivitasaktivitas kolaboratif, diskusi-diskusi langsung, pengembangan model- model
permainan dan beberapa bentuk penekanan pembelajaran lainnya melalui online.