OLEH:
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melindungi kami
disetiap kegiatan yang saya lakukan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa sholawat serta salam senantiasa terucap untuk Nabi Muhammad SAW, beliau
adalah guru terbesar bagi kami dan bagi umat Islam bahkan seluruh umat yang ada di
dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah "Belajar dan Pembelajaran”
dengan materi “Asas, Prinsip dan Penerapan Asas, Prinsip Belajar dan Pembelajaran”
dengan itu kami mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga kami dapat memahami materi ini secara mendalam.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa memberikan manfaat bukan hanya
untuk kami, namun untuk setiap insan yang membaca makalah saya ini. Namun, saya
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan didalamnya,
baik dalam penggunaan bahasa, materi yang disampaikan dan lain-lain. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang kami buat ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya, segala sesuatu yang semula tidak bisa
dikerjakan, kini dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang. Semua itu tidak
lain karena adanya pendidikan yang pada saat ini telah berkembang dengan pesat.
Di dalam proses pendidikan terdapat dua istilah yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan, yaitu Belajar dan Pembelajaran. Pada hakikatnya belajar dan
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana dan
memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu
seorang pendidik harus paham bagaimana agar siswa dapat memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya secara optimal. Untuk itu perlu dibahas
bagaimana belajar dan pembelajaran yang baik dan efektif. Pembelajaran
sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana
atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru dapat memahami proses
bagaimana memperoleh pengetahuan maka guru akan dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Belajar lebih menekankan pada siswa dan
proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Sedangkan
pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam rangka untuk membuat siswa
dapat belajar.
Pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin kelangsungan
hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari
pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang
berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
dalam masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukan metode-
metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta didik mampu menyerap dan
memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang nantinya kapasitas kita
tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan metode atau cara-cara
yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik secara personal
maupun secara kelompok. Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil/tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas
dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar
yang berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.
Seorang pelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat
hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru).
Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam
mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip
pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga
efisiensi suatu pembelajaran bisa di lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh
karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar
mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan
baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip-prinsip
pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar
sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang
pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu
pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target
tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa prinsip belajar dan pembelajaran?
2. Apa pengertian asas-asas pembelajaran?
3. Apa saja macam-macam asas pembelajaran?
4. Bagaimana penerapan asas, prinsip belajar dan pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian dari prinsip-prinsip dalam belajar dan pembelajaran
2. Mengetahui Memahami pengertian asas-asas belajar dan pembelajaran
3. Mengetahui macam-macam asas dalam belajar dan pembelajaran
4. Mengetahui penerapan asas dan prinsip pembelajaran dan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Prinsip menurut beberapa pendapat yaitu Sesuatu yang dipegang sebagai
panutan yang utama. Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak
(Salamah, 2019:372). Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti
dengansen. Menurut Gestalt prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara
pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses
interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan
peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui
teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya. Prinsip Belajar
Menurut Robert H Davies adalah suatu komunikasi terbuka antara pendidik
dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat
bagidirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik
lewat metode yang menyenangkan siswa. Berdasarkan disimpulkan bahwa prinsip
belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik
dengan peserta didik. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan.
Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlaku umum yang dapat di pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik
bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam
apaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
Rothwal A.B. adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Kesiapan (Readinees)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Maksudnya kesiapan siswa
adalah kondisi yang memungkinkan dapat belajar. Pada prinsip ini,
dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
Tugas-tugas yang diberikan kepada individu erat hubungannya dengan
kemampuan, minat dan latar belakangnya.
Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga atau seorang guru
melakukan pengetesan kesiapan kepada muridnya.
Jika individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas. Kemudian tugas
itu seyogianya ditunda sampai dapat di kebangkannya kesiapan itu atau
guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya
dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat
berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah
(Ramadhan, 2018:17). Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk
memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara
kesungguhan (Ariyanti, 2020:4). Prinsip-prinsipnya sebagai berikut:
Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu dapat diberi dorongan
untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan
yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan
memelihara kesungguhannya dalam belajar.
Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa.
Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri,
atau keyakinan diri.
Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung
meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap
siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh
terhada pmotivasi dan perilaku.
Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah
dan bukan karena ingin belajar.
Kompetisi dan intensif bisa efekif dalam memberi motivasi.
Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu
dalam suasana belajar yang memuaskan.
Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu
dapat mempertinggi motivasi.
2) Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman memahami
situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu
melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini
mempengaruhi perilaku individu. Prinsip-prinsip persepsi antara lain sebagai
berikut:
Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena memiliki
linkungan yang berbeda.
Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan,
pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuan.
Cara seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap berprilakunya.
Memberi kesempatan menilai dirinya sendiri, guru menjadi contoh hidup.
Memberi pandangan bagai mana hal itu dapat di lihat.
Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan
sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
3) Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar
pada saat proses terjadi. Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai
oleh seseorang. Adapun hal yang harus di perhatikan antara lain sebagai
berikut:
Mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
Mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
Menerima tujuan yang dirasakan akan memenuhi kebutuhannya.
Tujuan guru dan murid sesuai.
Aturan-aturan atau ukuran ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan
pemerintah biasanya akan mempengaruhi prilaku.
Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif.
Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat
mempengaruhi prilaku.
Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang tampak untuk
para pelajar.
4) Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam
kelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal
memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu diantaranya sebagai berikut:
Para pelajar harus dapat dibantu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan,tugas
belajar dan memenuhi yang berbeda-beda.
Mengenal potensi diri dan dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatannya sendiri.
Membutuhkan vareasi tugas bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan
minat dan latar belakangnya.
Cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan
pengalamannya masa lampau yang dirasa bermakna untuknya.
Kesempatan-kesempatan belajar dapat lebih diperkuat bila individu tidak
merasa terancam lingkungannya sehingga merasa merdeka untuk turut
ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
Mendorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih
giat dan sungguh-sungguh.
5) Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam
suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses
tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesorang untuk
menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Beberapa prinsif proses
Transfer dan Retensi antara lain sebagai berikut:
Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat Retensi.
Bahan yang bermakna dapat di serap lebih baik.
Retensi dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik di mana proses belajar itu
terjadi.
Latihan yang terbagi-bagi, suasana belajar yang di bagi kedalam unit-unit
kecil, waktu belajar dapat di tentukan oleh setruktur-setruktur logis dari
materi dan kebutuhan para pelajar.
Penelaahan bahab-bahan faktual keterampilan dan konsep dapat
meningkatkan retensi dan nilai transfer.
Proses belajar cenderung terjadi bila kegietan-kegiatan yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan
proses pelupaan hal-hal tertentu.
Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru
yang sama di pelajari mengikuti bahan yang lalu.
Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat di serap dengan
baik dan dapat di terapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-
hubungkan penerapan prinsip yang di pelajari dan engan memberikan
ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan
bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan
dalam situasi yang agak sama dibuat.
Tahap akhir proses belajar seyogianya memasukan usaha untuk menarik
generalisas, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan
transfer.
6) Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar
kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan
masalah dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk
perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam belajar kognitif antara lain sebagai berikut:
Pehatian yang memusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan
sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi.
Variasi hasil belajar kognitif sesuai dengan tarak dan jenis perbedaan
individual yang ada.
Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca,
kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar
kognitif.
Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unit-
unit yang sesuai.
Konsep yang bermakna amatlah penting dan perilaku mencari, penerapan
pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji satu
konsep itu bener-benar bermakna.
Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan
dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,
menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir
menyebar.
Proses pemecahan masalah, analisis, sintetis dan penalaran terjadi akibat
perhatian terhadap proses mental yang lebih terhadap hasil kognitif dan
afektif.
7) Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana menghubungkan
dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,
dorongan, minat dan sikap. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut:
Situasi lingkungan mengandung aspek afektif.
Menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi.
Nilai-nilai penting pada masa kanak-kanak sikap dan perasaan yang tidak
berubahakan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
Pengalaman yang menyenangkan dapat membentuk sikap dengan mudah.
Nilai-niai dari individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang
erat. Belajar afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi guru
dengan murid.
Dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap peranan
dan emosi untuk memperoleh pengertian diri dan kematangannya
diperlukan penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi.
8) Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat
ini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu
untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup
kesadaran individu mengenai penampilan motivasi belajar dan kesiapan untuk
belajar. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada
pelajar.
Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting
bagi pelajar.
Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat
dalam evaluasi dan belajar.
Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru
dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan
guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh
dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan
siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
9) Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek
mental dan fisik. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut:
Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam
kemampuan dasar psikomotor.
Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf
penampilan psikomotor.
Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh
kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk
memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cakupan
penampilan psikomotor individu.
Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat
menambah efisiensi belajar psikomotor.
Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat
membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya
mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa
hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan
frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
Prinsip-prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk yaitu antara lain
sebagai berikut:
1) Prinsip efek kepuasan (law of effect)
Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka
hubungan stimulus respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan
yang terjadi antara stimulus respon.
2) Prinsip pengulangan (law of exercise)
Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak pernah dilatih (Sholihah, 2019).
3) Prinsip kesiapan (law of readiness)
Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu
berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-
unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk
berbuat atu tidak berbuat sesuatu.
4) Prinsip kesan pertama (law of primacy)
Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta
didik.
5) Prinsip makna yang dalam (law of intensity)
Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin
efektif sesuatu yang dipelajari.
6) Prinsip bahan baru (law of recentcy)
Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk
menambah wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.
7) Prinsip gabungan (perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip
pengulangan)
Bahwa hubungan antara stimulus respon akan semakin kuat dan
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang
jika jarang atau tidak pernah dilatih.
B. Asas-Asas Pembelajaran
1. Asas-Asas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asas adalah hukum dasar; suatu
kebenaran yang menjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar
yang dijadikan pokok berpikir, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa asas dan prinsip sebenarnya adalah sama, karena menjadi
pokok dasar baik bertindak maupun berpikir.
Pembelajaran (instruction) adalah suat usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suat kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
belajar. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana
dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
peserta didik. Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (instruksional)
adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk
diri secara positif dalam kondisi tertentu. Dengan demikian inti dari pembelajaran
adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada
peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan
kegiatan belajar pada para peserta didiknya.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam
rangka mencapai kompetisi dasar.
Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara
aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi peserta didik.
Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus
dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata
lain asas-asas pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan
bertindak untuk menciptakan proses belajar.
2. Macam-macam Asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga
dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan
proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata
yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat
diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa pada tingkat
dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk
mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat. Agar peragaan berkesan
secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda atau model yang diperagakan
terbatas pada luarnya saja, tetapi harus mencapai berbagai segi,dianalisis, disusun,
dan dibanding-bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap.
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut
beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan
lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan
langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan
menggunakan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa
diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung, dengan menunjukkan benda tiruan
atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, tanpa adanya
perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar, perhatian akan timbul dari siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhanya.
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang
siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran
tersebut. Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat
dalam pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang
guru untuk membangkitkan minat dan perhatian peserta didik. Untuk
membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang
disajikan.
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha
menghindarkan hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari
hal-hal yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski
(1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada
tingkah laku tersebut. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan, bahwa motivasi
berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan
motivasi. Motivasi adalah dorongan bagi seseorang untuk kekuatan melakukan
sesuatu dengan penuh semangat, yang berasal dari diri sendiri disebut motivasi
instrinsik, kemudian dorongan dari luar disebut motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik, misalkan saja siswa belajar bersungguh-sungguh untuk
menguasai pelajaran yang diajarkan. Kemudian motivasi ekstrinsik dapat
dilakukan oleh guru, sehubungan dengan itu S. Nasution membedakan macam-
macam motivasi sebagai berikut:
1. Memberi angka, angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam
kegiatan belajar.
2. Hadiah, dapat membangkitkan motivasi dalam hal pekerjaan atau belajar,
namun hadiah dapat merusak jiwa manakala membelokkan pikiran dan jiwa dari
tujuan yang sebenarnya.
3. Persaingan, dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi , dapat
mempertinggi hasil belajar anak bilamana dilakukan dengan cara positif.
4. Tugas yang menantang, memberi tugas yang menantang mendorong siswa
untuk belajar secara serius.
5. Pujian, merupakan motivasi yang baik bila diberikan dengan benar dan
beralasan.
6. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak,
hendaknya diberikakn secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari
kesalahnya.
7. Celaan, secara psikologis dapat merusak jiwa anak, anntara lainmenjadi
frustrasi dalam belajarnya dan menimbulkan dendam terhadap guru.
8. Hukuman, sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan
kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan
buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan
pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan
menafsirkanya.
Ahli psikologi mendenifisikan apersepsi adalah bersatunya memori yang
lama dengan yang baru pada saat tertentu. Untuk menetapkan asas-asas apersepsi
dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sebelum pelajaran dimulai guru mencari titik tolak untuk menghubungkan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan.
b. Dalam menjelaskan pelajaran dapat digunakan teknik induktif, yaitu dari
contoh menuju hukum, dari yang khusus menuju yang bersifat umum, dari konkret
ke abstrak.
2. Keaktifan
Manusia adalah makhluk yang aktif (Usman, 2019:149). Anak mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksa oleh orang lain dan juga tidak bisa limpahkan kepada
orang lain. Belajar dapat terjadi jika anak aktif mengalaminya sendiri. Seorang
ahli mengatakan John Dewey bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus di
kerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif itu datang dari dalam diri
siswa sendiri. Guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah.
Dalam setiap proses, siswa selalu menampakan keaktifanya itu beraneka
ragam bentuknya. Baik dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai psikis
yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis,
berlatih keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan
hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
4. Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
daya mengamat, menanggap, menginggat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
berkembang. Ada tiga teori yang menekankan pentingnya prinsip pengulangan.
Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, kedua pengulangan
untuk membentuk respon, dan ketiga pengulangan untuk membentuk kebiasaan-
kebiasaan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa
berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti
ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu (Sartinah, Putra dan Hamid, 2019). Mengajar adalah
membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi
suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
5. Tantangan
Agar dalam diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan maka
bahan ajar haruslah matang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar
membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang
banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, yang menyebabkan siswa berusaha
mencari dan menemukan konsep-konsepnya sendiri akan menyenangkan bagi
siswa.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru yang banyak mengandung masalah yang
perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua siswa yang sama
persis. Setiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, keperibadian, dan sifat-sifatnya (Rahayu,
2019;Cecep, 2020). Perbedaan ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tidak semuanya
terwujud dalam proses pembelajaran namun dapat menjadi gambaran bagaimana
guru sebaiknya mempersipkan segala sesuatunya dengan maksimal demi
mencapai suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan mendapatkan hasil
yang baik. Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor
keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor
ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta
didik. Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan, namun tetap kedua
faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak ada
dua individu yang sama.
Ridolf, S. (2020). Tantangan Mengajar Pada Masa Pandemi Covid-19. Phronesis: Jurnal
Teologi dan Misi, 3(2), 170-183.
Rahayu, N., Karso, K., & Ramdhani, S. (2019). peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis dan keaktifan belajar siswa melalui model pembelajaran LAPS-
Heuristik. IndoMath: Indonesia Mathematics Education, 2(2), 83-94.
Sogianor, S., & Syahrani, S. (2022). Model pembelajaran pai di sekolah sebelum, saat,
dan sesudah pandemi. Educational journal: General and Specific Research, 2(1), 113-
124.
Sama, S. P., Wahyuni, A., Anggraeni, A. D., Tonasih, S. S. T., Yoniartini, D. M., Amni,
S. S., ... & Psi, S. (2021). Psikologi Pendidikan. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Ridolf, S. (2020). Tantangan Mengajar Pada Masa Pandemi Covid-19. Phronesis: Jurnal
Teologi dan Misi, 3(2), 170-183.
Rahayu, M. (2019). Pengaruh Strategi PAIKEM Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 101875 Desa Bintang Meriah Kec. Batang Kuis Kab.
Deli Serdang TA 2018/2019 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara).