Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“ASAS, PRINSIP DAN PENERAPAN ASAS, PRINSIP BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN”

OLEH:

KELOMPOK 2

WIWI DAMAYANTI (2169010551)

ISMAIL NABA (2169)

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

KAMPUS III KAHU


2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melindungi kami
disetiap kegiatan yang saya lakukan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa sholawat serta salam senantiasa terucap untuk Nabi Muhammad SAW, beliau
adalah guru terbesar bagi kami dan bagi umat Islam bahkan seluruh umat yang ada di
dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah "Belajar dan Pembelajaran”
dengan materi “Asas, Prinsip dan Penerapan Asas, Prinsip Belajar dan Pembelajaran”
dengan itu kami mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga kami dapat memahami materi ini secara mendalam.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa memberikan manfaat bukan hanya
untuk kami, namun untuk setiap insan yang membaca makalah saya ini. Namun, saya
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan didalamnya,
baik dalam penggunaan bahasa, materi yang disampaikan dan lain-lain. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang kami buat ini.

Kahu, 1 Mei 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya, segala sesuatu yang semula tidak bisa
dikerjakan, kini dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang. Semua itu tidak
lain karena adanya pendidikan yang pada saat ini telah berkembang dengan pesat.
Di dalam proses pendidikan terdapat dua istilah yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan, yaitu Belajar dan Pembelajaran. Pada hakikatnya belajar dan
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana dan
memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu
seorang pendidik harus paham bagaimana agar siswa dapat memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya secara optimal. Untuk itu perlu dibahas
bagaimana belajar dan pembelajaran yang baik dan efektif. Pembelajaran
sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana
atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru dapat memahami proses
bagaimana memperoleh pengetahuan maka guru akan dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Belajar lebih menekankan pada siswa dan
proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Sedangkan
pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam rangka untuk membuat siswa
dapat belajar.
Pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin kelangsungan
hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari
pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang
berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
dalam masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukan metode-
metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta didik mampu menyerap dan
memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang nantinya kapasitas kita
tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan metode atau cara-cara
yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik secara personal
maupun secara kelompok. Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil/tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas
dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar
yang berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.
Seorang pelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat
hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru).
Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam
mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip
pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga
efisiensi suatu pembelajaran bisa di lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh
karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar
mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan
baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip-prinsip
pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar
sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang
pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu
pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target
tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa prinsip belajar dan pembelajaran?
2. Apa pengertian asas-asas pembelajaran?
3. Apa saja macam-macam asas pembelajaran?
4. Bagaimana penerapan asas, prinsip belajar dan pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian dari prinsip-prinsip dalam belajar dan pembelajaran
2. Mengetahui Memahami pengertian asas-asas belajar dan pembelajaran
3. Mengetahui macam-macam asas dalam belajar dan pembelajaran
4. Mengetahui penerapan asas dan prinsip pembelajaran dan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Prinsip menurut beberapa pendapat yaitu Sesuatu yang dipegang sebagai
panutan yang utama. Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak
(Salamah, 2019:372). Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti
dengansen. Menurut Gestalt prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara
pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses
interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan
peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui
teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya. Prinsip Belajar
Menurut Robert H Davies adalah suatu komunikasi terbuka antara pendidik
dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat
bagidirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik
lewat metode yang menyenangkan siswa. Berdasarkan disimpulkan bahwa prinsip
belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik
dengan peserta didik. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan.
Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlaku umum yang dapat di pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik
bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam
apaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
Rothwal A.B. adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Kesiapan (Readinees)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Maksudnya kesiapan siswa
adalah kondisi yang memungkinkan dapat belajar. Pada prinsip ini,
dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
 Tugas-tugas yang diberikan kepada individu erat hubungannya dengan
kemampuan, minat dan latar belakangnya.
 Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga atau seorang guru
melakukan pengetesan kesiapan kepada muridnya.
 Jika individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas. Kemudian tugas
itu seyogianya ditunda sampai dapat di kebangkannya kesiapan itu atau
guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
 Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya
dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat
berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah
(Ramadhan, 2018:17). Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk
memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara
kesungguhan (Ariyanti, 2020:4). Prinsip-prinsipnya sebagai berikut:
 Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu dapat diberi dorongan
untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
 Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan
yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan
memelihara kesungguhannya dalam belajar.
 Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa.
 Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri,
atau keyakinan diri.
 Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung
meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap
siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
 Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
 Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh
terhada pmotivasi dan perilaku.
 Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah
dan bukan karena ingin belajar.
 Kompetisi dan intensif bisa efekif dalam memberi motivasi.
 Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu
dalam suasana belajar yang memuaskan.
 Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu
dapat mempertinggi motivasi.
2) Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman memahami
situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu
melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini
mempengaruhi perilaku individu. Prinsip-prinsip persepsi antara lain sebagai
berikut:
 Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena memiliki
linkungan yang berbeda.
 Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan,
pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuan.
 Cara seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap berprilakunya.
 Memberi kesempatan menilai dirinya sendiri, guru menjadi contoh hidup.
 Memberi pandangan bagai mana hal itu dapat di lihat.
 Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan
sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
 Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
3) Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar
pada saat proses terjadi. Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai
oleh seseorang. Adapun hal yang harus di perhatikan antara lain sebagai
berikut:
 Mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
 Mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
 Menerima tujuan yang dirasakan akan memenuhi kebutuhannya.
 Tujuan guru dan murid sesuai.
 Aturan-aturan atau ukuran ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan
pemerintah biasanya akan mempengaruhi prilaku.
 Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif.
 Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat
mempengaruhi prilaku.
 Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang tampak untuk
para pelajar.
4) Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam
kelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal
memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu diantaranya sebagai berikut:
 Para pelajar harus dapat dibantu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan,tugas
belajar dan memenuhi yang berbeda-beda.
 Mengenal potensi diri dan dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatannya sendiri.
 Membutuhkan vareasi tugas bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan
minat dan latar belakangnya.
 Cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan
pengalamannya masa lampau yang dirasa bermakna untuknya.
 Kesempatan-kesempatan belajar dapat lebih diperkuat bila individu tidak
merasa terancam lingkungannya sehingga merasa merdeka untuk turut
ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
 Mendorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih
giat dan sungguh-sungguh.
5) Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam
suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses
tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesorang untuk
menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Beberapa prinsif proses
Transfer dan Retensi antara lain sebagai berikut:
 Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat Retensi.
 Bahan yang bermakna dapat di serap lebih baik.
 Retensi dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik di mana proses belajar itu
terjadi.
 Latihan yang terbagi-bagi, suasana belajar yang di bagi kedalam unit-unit
kecil, waktu belajar dapat di tentukan oleh setruktur-setruktur logis dari
materi dan kebutuhan para pelajar.
 Penelaahan bahab-bahan faktual keterampilan dan konsep dapat
meningkatkan retensi dan nilai transfer.
 Proses belajar cenderung terjadi bila kegietan-kegiatan yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
 Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan
proses pelupaan hal-hal tertentu.
 Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru
yang sama di pelajari mengikuti bahan yang lalu.
 Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat di serap dengan
baik dan dapat di terapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-
hubungkan penerapan prinsip yang di pelajari dan engan memberikan
ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
 Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan
bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan
dalam situasi yang agak sama dibuat.
 Tahap akhir proses belajar seyogianya memasukan usaha untuk menarik
generalisas, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan
transfer.
6) Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar
kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan
masalah dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk
perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam belajar kognitif antara lain sebagai berikut:
 Pehatian yang memusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan
sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi.
 Variasi hasil belajar kognitif sesuai dengan tarak dan jenis perbedaan
individual yang ada.
 Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca,
kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar
kognitif.
 Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unit-
unit yang sesuai.
 Konsep yang bermakna amatlah penting dan perilaku mencari, penerapan
pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji satu
konsep itu bener-benar bermakna.
 Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan
dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,
menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir
menyebar.
 Proses pemecahan masalah, analisis, sintetis dan penalaran terjadi akibat
perhatian terhadap proses mental yang lebih terhadap hasil kognitif dan
afektif.
7) Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana menghubungkan
dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,
dorongan, minat dan sikap. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut:
 Situasi lingkungan mengandung aspek afektif.
 Menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi.
 Nilai-nilai penting pada masa kanak-kanak sikap dan perasaan yang tidak
berubahakan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
 Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
 Pengalaman yang menyenangkan dapat membentuk sikap dengan mudah.
 Nilai-niai dari individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
 Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang
erat. Belajar afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi guru
dengan murid.
 Dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap peranan
dan emosi untuk memperoleh pengertian diri dan kematangannya
diperlukan penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi.
8) Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat
ini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu
untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup
kesadaran individu mengenai penampilan motivasi belajar dan kesiapan untuk
belajar. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
 Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada
pelajar.
 Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting
bagi pelajar.
 Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat
dalam evaluasi dan belajar.
 Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru
dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
 Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan
guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh
dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
 Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan
siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
 Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
9) Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek
mental dan fisik. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut:
 Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam
kemampuan dasar psikomotor.
 Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
 Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf
penampilan psikomotor.
 Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh
kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
 Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk
memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
 Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cakupan
penampilan psikomotor individu.
 Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat
menambah efisiensi belajar psikomotor.
 Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat
membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya
mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa
hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
 Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan
frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
Prinsip-prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk yaitu antara lain
sebagai berikut:
1) Prinsip efek kepuasan (law of effect)
Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka
hubungan stimulus respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan
yang terjadi antara stimulus respon.
2) Prinsip pengulangan (law of exercise)
Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak pernah dilatih (Sholihah, 2019).
3) Prinsip kesiapan (law of readiness)
Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu
berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-
unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk
berbuat atu tidak berbuat sesuatu.
4) Prinsip kesan pertama (law of primacy)
Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta
didik.
5) Prinsip makna yang dalam (law of intensity)
Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin
efektif sesuatu yang dipelajari.
6) Prinsip bahan baru (law of recentcy)
Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk
menambah wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.
7) Prinsip gabungan (perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip
pengulangan)
Bahwa hubungan antara stimulus respon akan semakin kuat dan
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang
jika jarang atau tidak pernah dilatih.
B. Asas-Asas Pembelajaran
1. Asas-Asas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asas adalah hukum dasar; suatu
kebenaran yang menjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar
yang dijadikan pokok berpikir, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa asas dan prinsip sebenarnya adalah sama, karena menjadi
pokok dasar baik bertindak maupun berpikir.
Pembelajaran (instruction) adalah suat usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suat kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
belajar. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana
dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
peserta didik. Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (instruksional)
adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk
diri secara positif dalam kondisi tertentu. Dengan demikian inti dari pembelajaran
adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada
peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan
kegiatan belajar pada para peserta didiknya.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam
rangka mencapai kompetisi dasar.
Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara
aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi peserta didik.
Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus
dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata
lain asas-asas pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan
bertindak untuk menciptakan proses belajar.
2. Macam-macam Asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga
dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan
proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata
yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat
diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa pada tingkat
dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk
mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat. Agar peragaan berkesan
secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda atau model yang diperagakan
terbatas pada luarnya saja, tetapi harus mencapai berbagai segi,dianalisis, disusun,
dan dibanding-bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap.
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut
beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan
lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan
langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan
menggunakan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa
diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung, dengan menunjukkan benda tiruan
atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, tanpa adanya
perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar, perhatian akan timbul dari siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhanya.
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang
siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran
tersebut. Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat
dalam pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang
guru untuk membangkitkan minat dan perhatian peserta didik. Untuk
membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang
disajikan.
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha
menghindarkan hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari
hal-hal yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski
(1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada
tingkah laku tersebut. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan, bahwa motivasi
berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan
motivasi. Motivasi adalah dorongan bagi seseorang untuk kekuatan melakukan
sesuatu dengan penuh semangat, yang berasal dari diri sendiri disebut motivasi
instrinsik, kemudian dorongan dari luar disebut motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik, misalkan saja siswa belajar bersungguh-sungguh untuk
menguasai pelajaran yang diajarkan. Kemudian motivasi ekstrinsik dapat
dilakukan oleh guru, sehubungan dengan itu S. Nasution membedakan macam-
macam motivasi sebagai berikut:
1. Memberi angka, angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam
kegiatan belajar.
2. Hadiah, dapat membangkitkan motivasi dalam hal pekerjaan atau belajar,
namun hadiah dapat merusak jiwa manakala membelokkan pikiran dan jiwa dari
tujuan yang sebenarnya.
3. Persaingan, dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi , dapat
mempertinggi hasil belajar anak bilamana dilakukan dengan cara positif.
4. Tugas yang menantang, memberi tugas yang menantang mendorong siswa
untuk belajar secara serius.
5. Pujian, merupakan motivasi yang baik bila diberikan dengan benar dan
beralasan.
6. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak,
hendaknya diberikakn secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari
kesalahnya.
7. Celaan, secara psikologis dapat merusak jiwa anak, anntara lainmenjadi
frustrasi dalam belajarnya dan menimbulkan dendam terhadap guru.
8. Hukuman, sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan
kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan
buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan
pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan
menafsirkanya.
Ahli psikologi mendenifisikan apersepsi adalah bersatunya memori yang
lama dengan yang baru pada saat tertentu. Untuk menetapkan asas-asas apersepsi
dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sebelum pelajaran dimulai guru mencari titik tolak untuk menghubungkan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan.
b. Dalam menjelaskan pelajaran dapat digunakan teknik induktif, yaitu dari
contoh menuju hukum, dari yang khusus menuju yang bersifat umum, dari konkret
ke abstrak.

5. Korelasi dan Konsentrasi


Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan minat dan
perhatian siswa. Hendaknya guru juga menghubungkan pelajaran dengan realita
sehari-hari.
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaanya, yakni:
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga,
supaya kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok
diberi permasalahanya masing-masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini kelompok-kelompok diterjunkan
langsung kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan
ditulis lengkap, para siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru
bertindak sebagai pedamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat
menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau
diskusi panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif.
6. Kooperasi
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru (Sogianor dan Syahrini, 2022:116). Kooperatif
menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses
sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi (Sama, et al,
2021).
Adapun pengelompokan kelompok itu biasanya didasarkan pada: a.
adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, b. kemampuan belajar
siswa, c. memperbesar partisipasi siswa, d. pembagian tugas dan kerja sama.
Yang dimaksud dengan kooperasi di sini adalah belajar atau bekerja sama
(kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara
siswa yang satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.
Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:
a. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar individual
(Suryadi, 2020).
b. Pendapat yang dituangkan dalam kelompok lebih meyakinkan
dibandingkan pendapat individual.
c. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali
persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki, dan menghilangkan egoisme.
Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja
sama tersebut antara lain:
a. Kerja Kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis
masalah, pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
b. Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu
mengutamakan pemecahan masalah.
Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan, lima unsur tersebut adalah:
a. Positive interdependensi (saling ketergantungan positif).
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif).
d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).
e. Group Processing (pemrosesan kelompok).
Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak
hanya mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk
mengembangkan kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat
dirinya sendiri, hakikat hubungannya dengan orang lain dan lingkungan (Padil,
2018).
7. Individualisme
Asas individualitas pada hakikatnya bukan lawan dari kooperasi Ridolf,
2020:178). Asas ini dilatarbelakangi oleh perbedaan siswa baik dalam menerima,
memahami, menghayati, menganalisis dan kecepatan mereka menerima pelajaran
yang disampaikan oleh seorang guru. Di samping itu para siswa juga berbeda
dalam bentuk fisik ataupun mental , oleh karena itu dalam proses belajar mengajar
guru menyesuaikan kondisi siswa dengan materi yang diajarkan. Untuk
menyesuaikan kondisi siswa dapat dilakukan pengelompokan, misalkan saja
menjadi tiga, kelompok A, B dan C. Guru membuat pengelompokan siswa atas
dasar kemampuan yang relatif sama, menerapakan cara belajar tuntas,
mengembangkan proses belajar mandiri. Beberapa cara penggunaan sumber
lingkungan:
a. Membawa siswa keluar lingkungan kelas, misal karyawisata.
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas, misal benda-
benda, Resources person.
Cara-cara menyelesaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a. Pengajaran individual, siswa diberikan tugas menurut kemampuan masing-
masing.
b. Tugas tambahan, diberikan pada siswa yang lebih pandai disamping tugas
yang bersifat umum dengan demikian kondisi kelas dapat terpelihara.
c. Pengajaran proyek, siswa mengerjakan sesuatu yang sesuai minat dan
kesanggupan.
d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi beberapa kelompok
dengan kesanggupan yang sama.
8. Evaluasi
Yang dimaksud evaluasi di sini adalah penilaian guru terhadap proses
kegiatan belajar-mengajar. Penilaian tersebut untuk mengetahui sejauh mana
tujuan pengajaran sudah tercapai, selain itu pula untuk mengetahui hambatan-
hambatan yang terjadi. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada akhir semester saja
tetapi setiap jam juga bisa karena akan berguna untuk mengetahui kemajuan hasil
belajar (Ridolf, 2020). Pelaksanaan evaluasi berkenaan dengan dua aspek yaitu
aspek guru dan aspek belajar siswa.
2. Arti Penting Asas-asas Pembelajaran
Sebelum membahas peranan atau arti penting asas pembelajaran, akan
disinggung sedikit tentang didaktik dan metodik. Didaktik dapat dipahami dengan
suatu ilmu yang membicarakan prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran.
Didaktik adalah sebagian dari pedagogik atau ilmu mengajar.
Didaktik dapat dibagi menjadi dua yaitu didaktik umum (prinsip-prinsip
umum yang berkenaan dengan penyajian bahan pelajaran) dan didaktik khusus
(membicarakan tentang cara mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu).
Didaktik khusus juga disebut dengan Metodik atau disebut dengan metodologi
Pengajaran dan terbagi dalam dua bagian, metodik umum dan khusus. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa asas atau prinsip pembelajaran adalah bagian dari metodologi
pembelajaran.
Adapun peranan atau arti penting asas atau metodologi pembelajaran agama
bagi calon guru atau pendidik agama adalah:
1. Membahas tentang berbagai prinsip, teknik-teknik, pendekatan yang
digunakan. Dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah
yang layak dipakai. Sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.
2. Terlalu luasnya materi agama dan sedikitnya waktu yang tersedia untuk
menyampaikan bahan, dalam hal ini bagaimana seorang guru berusaha mencapai
tujuan pengajaran dan pendidikan agama. Di sinilah fungsi metodologi pengajaran
agama, jika seorang guru mempelajarinya dengan baik dapat memahami desain
dan rancangan yang sesuai dengan pengajaran.
3. Sifat pengajaran agama lebih banyak menekankan pada segi tujuan afektif
(sikap) dibanding tujuan kognitif, menjadikan guru agama lebih bersifat mendidik
dari pada mengajar. Metodologi pengajaran agama turut memberikan distribusi
pengetahuan terhadap calon guru yang diharapkan.

D. Praktek Asas-asas Pembelajaran dalam Mapel PAI


Bilamana dikaitkan dengan pengajaran agama islam yang harus
disampaikan siswa di sekolah maupun madrasah, maka batasannya terletak pada
metode atau teknik apakah yang lebih cocok dalam penyampaian materi dan
prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diterapkan.
Pendidikan agama diartikan suat kegiatan yang bertujuan untuk membentuk
manusia agami dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti
atau akhlak. Metodologi ilmu Pengajaran Agama Islam adalah ilmu yang
membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada islam
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Strategi
atau pendekatan yang digunakan dalam pengajaran agama islam lebih banyak
menekankan pada suat model pengajaran “seruan dan ajakan” yang bijaksana dan
pembentukan sikap manusia (efektif). Sebagaimana yang terkandung dalam Qs.
An-Nahl: 125.
Dari kandungan ayat al-Qur’an tersebut ada dua pendekatan yang
digunakan untuk menyeru taat kepada Tuhan, yaitu dengan Hikmah, Mauidzah
(nasehat), sedangkan teknik yang dipakai adalah salah satunya apabila melakukan
diskusi dilaksanakan dengan baik dan tertib.
Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sering ditekankan CBSA (cara belajar
siswa aktif) serta penerapannya pada bidang studi PAI, dalam penerapannya dapat
dilakukan beberapa tahap:
1. Pra-intruksional
2. Instruksional
3. Evaluasi
4. Pengembangan (follow-up)
Guru harus memulai dari dirinya sendiri, apabila ingin siswanya aktif
maka seorang guru tersebut harus lebih aktif terlebih dahulu. Penerapan asas-asas
pembelajaran tidak berdiri sendiri melainkan saling bertautan. Misalkan saja
penggunaan prinsip atau asas peragaan, pada mata pelajaran sejarah kebudayaan
islam, guru memperlihatkan gambar tokoh, peta kekuasaan islam, gambar
peninggalan-peninggalan, tahap awal guru menampung pertanyaan dari siswa
untuk meng-evaluasi kemampuan siswa dan juga untuk mengetahui tingkat
kesulitan siswa, kemudian tahap akhir guru memberi pertanyaan pada siswa untuk
meng-apersepsi supaya siswa lebih paham dengan menghubungkan pengetahuan
yang sudah diketahui siswa. Dengan demikian secara bersamaan minat dan
perhatian siswa juga akan muncul, hal itu juga merupakan bagian dari guru me-
motivasi siswa
C. ASAS PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Asas adalah hukum dasar suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar.
Prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikan pokok berpikir,
bertindak dan sebagainya. Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip
umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar
atau dengan kata lain suatu yang di jadikan dasar berpikir dan bertindak untuk
mencapai proses belajar.
Lima asas dasar dalam pemenuhan hak anak.
· non-diskriminasi
· kepentingan terbaik bagi anak
· hak untuk hidup dan berkembang
· hak atas perlindungan
· penghargaan terhadap pendapat anak
1. Kompleksitas Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah sebuah proses yang kompleks karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk memahami dan meningkatkan cara
penbelajaran guru harus memahami faktor-faktor tersebut yang diantaranya
adalah:
1. Pengaruh Budaya
Setiap budaya memiliki suatu bentuk tertentu dari proses pendidikannya. Baik
yang formal maupun yang bersifat informal. Bagaimana salah satu tujuan umum
pendidikan adalah melestarikan budaya.
2. Pengaruh Sejarah
Pendidikan adalah hasil dari suatu perkembangan sejarah. Sejarah pendidikan
Indonesia juga di pengaruhi oleh sejarah panjang kehidupan bangsa Indonesia itu
sendiri. Sangat banyak perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang semua baik
secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi kepada pendekatan belajar
dan pembelajaran di negeri ini. Adanya perjalanan sejarah yang agak berbeda
antar daerah di Indonesia juga mempengaruhi cara dan sikap belajar dari satu
daerah ke daerah lainnya di nusantara.
3. Hambatan Praktis
Manusia hidup di dunia yang kurang ideal dan banyak hal manusia dapat
berbuat justru akibat dari kekurangan keidealismenya dalam belajar dan
pembelajaran. Guru dibatasi oleh waktu, sumber, dan fasilitas. Guru juga dibatasi
oleh undang-undang dan aturan yang harus dihindarkan. Tidak jarang guru juga
dibatasi idealismenya dalam belajar dan pembelajaran oleh kekuatan birokrasi dan
manajeman.
4. Karaktrestik Guru
Banyak hal yang mempengaruhi guru sehingga memiliki kepribadian yang
unik. Lingkup budaya dimana guru berkembang, masyarakat dimana guru hidup,
pengaruh keluarga, pengaruh agama yang dianut, pengalaman akademis,
pengalaman kerja, sarta genetika atau pengaruh bawaan yang ditentunya
membentuk cara pikir guru. Semua itu akan membentuk gaya dan cara guru dalam
pembelajaran. Setiap guru memiliki kepribadian yang dalam beberapa hal tentu
membantu dalam menyelenggarakan pembelajaran walaupun dalam beberapa
aspek mungkin perlu dimodifikasi.
5. Karakteristik Siswa
Disadari atau tidak disadari, salah satu kegiatan pra belajar dan pembelajaran
adalah mengindentifikasikan karakteristik awal siswa. Karakteristik awal siswa
meliputi berbagai aspek seperti: bahasa, latar belakang akademis, usia dan tingkat
kedewasaan, latar budaya, tingkat pengetahuan serta kererampilan yang mungkin
merupakan suatu syarat awal bagi pembelajaran yang akan disajikan. Oleh sebab
itu, karakteristik individual dapat dan harus diidentifikasi. Begitu juga
karakteristik umum kelompok atau kelas harus dipahami oleh guru sebelum
memulai program belajar dan pembelajaran.
6. Proses Belajar
Aspek ini berkaitan dengan proses berfikir yang harus dilalui oleh siswa
dalam mencapai keberasilan belajar. Bagaimana proses belajar adalah rumit atau
kompleks karena mencakup penggunaan panca indra (melihat, mendengar,
mencium, dan merasa) dan proses berfikir dari pengingatan, pemecahan masalah.
Oleh sebab itu kondisi fisik dan psikologis harus dipertimbangkan dalam
pengelolaan belajar dan pembelajaran. Dari segi psikologis tingkat kesulitan
materi belajar ranah pengetahuan yang diberikan harus dirancang dengan
mempertimbangkan perkembangan intelektual siswa. Begitu juga dalam ranah
belajar psikomotorik atau keterampilan, pertumbuhan fisik siswa merupakan salah
satu rujukan dalam memilih kegiatan praktek yang akan diberikan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
B. Faktor Utama Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran
Setelah memahami kompleknya proses belajar dan pembelajaran yang
didalamnya menyangkut dari berbagai faktor baik siswa maupun gurunya serta
yang berasal dari luar yang bersifat prinsip maupun operasional dan praktis. Oleh
sebab itu sebelum guru menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran ada
empat pertanyaan mendasar yang mampu dijawab oleh guru yang akan melakukan
proses belajar dan pembelajaran.

a. Apa yang akan di ajarkan?


b. Siapa yang akan belajar?
c. Bagaimana mereka belajar?
d. Bagaimana saya harus menyelenggarakan pembelajaran?

Dari semua jenis pertanyaan tersebut akan sangat mempengaruhi keberhasilan


guru dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran karena sesuai dengan
tujuan yang termuat di dalam kurikulum dengan aspek-aspek keperibadian siswa.
Dengan demikian dapat diharapkan akan terjadi kegiatan belajar dan pembelajaran
yang kondusif bagi pencapaian tujuan belajar dan pembelajaran.
C. Prinsip-Prinsip Belajar
Salah satu tugas guru adalah mengajar (Aisyah, 2019:130). Dalam kegiatan
mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus
menggunakan teori-teori dan prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara
tepat. Dalam perencanaan pembelajaran prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap
batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran.
Sangat banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para
ahli tentunya ada yang memiliki persamaan dan perbedaan. Berikut prinsip-prinsip
yang dapat berlaku secara umum yang dapat kita pakai sebagai dasar upaya
pembelajaran, baik bagi siswa untuk meningkatkan belajar maupun bagi guru
untuk meningkatkan mengajarnya.

1. Perhatian dan motivasi


Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
(Grade dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono 2013) mengatakan tanpa
adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian pada pembelajaran akan
timbul pada siswa jika bahan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini
akan membuat siswa perlu mempelajarinya lebih lanjut dan membakitkan motivasi
untuk lebih mempelajarinya.
Disamping perhatian, motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang meneggakkan aktivitas seseorang. Motivasi
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Selain itu juga merupakan salah
satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Motivasi
mempunyai hubungan erat dengan minat. Siswa yang mempunyai minat dengan
bidang tertentu cenderung memusatkan perhatiannya demikian akan timbul
motivasi untuk mempelajari dibidang tersebut.
Motivasi berkaitan erat dengan minat (Karim, 2021:131). Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting
dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah
laku manusia dan motivasinya. Karena bahan pelajaran yang disajikan hendaknya
disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.

2. Keaktifan
Manusia adalah makhluk yang aktif (Usman, 2019:149). Anak mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksa oleh orang lain dan juga tidak bisa limpahkan kepada
orang lain. Belajar dapat terjadi jika anak aktif mengalaminya sendiri. Seorang
ahli mengatakan John Dewey bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus di
kerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif itu datang dari dalam diri
siswa sendiri. Guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah.
Dalam setiap proses, siswa selalu menampakan keaktifanya itu beraneka
ragam bentuknya. Baik dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai psikis
yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis,
berlatih keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan
hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

3. Ketelibatan Langsung Atau Berpengalaman


Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa belajar tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Hal itu berarti bahwa belajar yang baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi juga harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya.
Dengan demikian belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif baik
individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah dan guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar
jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah
keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-
nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-
latihan dalam pembentukan keterampilan. Belajar yang paling baik adalah melalui
pengalaman langsung (Rahayu, Karso dan Ramdhani, 2019:84). Dalam
pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati langsung tetapi menghayati,
terlibat dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya, inilah yang
dikatakan prinsip pembelajaran keterlibatan langsung. Maksudnya disini siswa
dituntut untuk ikut aktif terlibat langsung dalam proses belajar. Karena belajar
harus dilakukan secara aktif baik individu maupun kelompok dengan cara
memecahkan (problem solving). Tugas guru disini sebagai pembimbing dan
fasilitator membantu siswa.

4. Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
daya mengamat, menanggap, menginggat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
berkembang. Ada tiga teori yang menekankan pentingnya prinsip pengulangan.
Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, kedua pengulangan
untuk membentuk respon, dan ketiga pengulangan untuk membentuk kebiasaan-
kebiasaan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa
berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti
ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu (Sartinah, Putra dan Hamid, 2019). Mengajar adalah
membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi
suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
5. Tantangan
Agar dalam diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan maka
bahan ajar haruslah matang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar
membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang
banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, yang menyebabkan siswa berusaha
mencari dan menemukan konsep-konsepnya sendiri akan menyenangkan bagi
siswa.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru yang banyak mengandung masalah yang
perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

6. Balikan dan Penguatan


Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik (Tas'adi, 2019:107). Hasil apalagi hasil yang baik akan menjadi balikan
yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun
dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan yang baik tetapi juga yang tidak
menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar (Gade dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono2013).
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai
yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif.
Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan
merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar
lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong
anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa
mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatan
negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-
mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang
segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini
akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua siswa yang sama
persis. Setiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, keperibadian, dan sifat-sifatnya (Rahayu,
2019;Cecep, 2020). Perbedaan ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa,
karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tidak semuanya
terwujud dalam proses pembelajaran namun dapat menjadi gambaran bagaimana
guru sebaiknya mempersipkan segala sesuatunya dengan maksimal demi
mencapai suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan mendapatkan hasil
yang baik. Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor
keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor
ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta
didik. Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan, namun tetap kedua
faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak ada
dua individu yang sama.

Usman, J. (2018). Kaidah-kaidah dasar pendidikan anak (studi komparasi pemikiran


abdullah nasih ulwan dengan Maria Montessori). TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam,
13(1), 149-167.

Ridolf, S. (2020). Tantangan Mengajar Pada Masa Pandemi Covid-19. Phronesis: Jurnal
Teologi dan Misi, 3(2), 170-183.

Suryadi, A. (2020). Teknologi dan media pembelajaran jilid i. CV Jejak (Jejak


Publisher).
Tas’adi, R. (2019). Hakekat Dan Konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar Dan
Pembelajaran Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Al-Taujih: Bingkai
Bimbingan dan Konseling Islami, 5(1), 103-113.

Ramadhan, W. (2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA
DIDIK PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU (Penelitian
Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas IV SDN Sindangpanon Banjaran Kab.
Bandung Tahun Ajaran 2018/2019) (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

Rahayu, N., Karso, K., & Ramdhani, S. (2019). peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis dan keaktifan belajar siswa melalui model pembelajaran LAPS-
Heuristik. IndoMath: Indonesia Mathematics Education, 2(2), 83-94.

Karim, A. F. (2021). UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA


PELAJARAN SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SISWA MELALUI PENERAPAN
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KOOPERATIF TIPE DEMONSTRASI
DAN LATIHAN (DEMONSTRATION AND DRILLING) SISWA KELAS IX UPTD
SMP NEGERI 8 PAREPARE. Jurnal Al-Ibrah, 10(2), 123-138.

Salamah, E. R. (2019, November). Penerapan Prinsip Belajar dan Aplikasinya Pada


Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar. In Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran)
(Vol. 3, pp. 372-377).

Ariyanti, R. (2020). PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN


MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA AKUNTANSI SMKN 6 PANGKEP (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR).

AISYAH, S. (2019). UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM


MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN HARIAN MELALUI
BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK NEGERI PEMBINA 2 KOTA JAMBI.
Jurnal Literasiologi, 2(2), 17-17.
Padil, M. (2018). Implementasi Pembelajaran Pendidikan Berwawasan Multikultural
(Studi Kasus Guru PAI Di SMA Negeri 2 Palu) (Doctoral dissertation, IAIN Palu).

Sogianor, S., & Syahrani, S. (2022). Model pembelajaran pai di sekolah sebelum, saat,
dan sesudah pandemi. Educational journal: General and Specific Research, 2(1), 113-
124.

Sama, S. P., Wahyuni, A., Anggraeni, A. D., Tonasih, S. S. T., Yoniartini, D. M., Amni,
S. S., ... & Psi, S. (2021). Psikologi Pendidikan. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

SOLIHAH, S. (2019). PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
SUBTEMA KERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN (Peneliti Tindakan Kelas
Pada Peserta Didik Kelas IV SDN Pamuncatan 01 Tahun Pelajaran 2017/2018)
(Doctoral dissertation, Universitas Pasundan).

Sartinah, S., Putro, K. Z., & Hamid, M. (2019). UPAYA MENINGKATKAN


KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TRADE A PROBLEM
MATERI LIMIT FUNGSI DI KELAS XI MIPA 5 SMAN 1 TEMANGGUNG TAHUN
2018/2019 (Doctoral dissertation, STIE Widya Wiwaha).

Ridolf, S. (2020). Tantangan Mengajar Pada Masa Pandemi Covid-19. Phronesis: Jurnal
Teologi dan Misi, 3(2), 170-183.

Rahayu, M. (2019). Pengaruh Strategi PAIKEM Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 101875 Desa Bintang Meriah Kec. Batang Kuis Kab.
Deli Serdang TA 2018/2019 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara).

Cecep, F. (2020). STRATEGI GURU BAHASA ARAB DALAM MENINGKATKAN


MINAT BELAJAR SISWA DI MAN 2 CIAMIS (Doctoral dissertation, IAIN
PURWOKERTO).

Anda mungkin juga menyukai