Anda di halaman 1dari 25

MINIRISET

KEPEMIMPINAN

PRODI S1 PGSD-FIP

NILAI:

KEPEMIMPINAN ETNIK SUKU BATAK TOBA

Di Susun Oleh:

NAMA : DEWI SINTA ELISABET HUTAHAEAN

NIM : 1213311034

KELAS : Reguler I PGSD

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.Rosmala Dewi,M.Pd.,Kons

MATAKULIAH : KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PGSD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Desember,2021
EXCECUTIVE SUMMARY
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain (di dalam atau di luar
organisasi) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin dalam suatu kepemimpinan yang
efektif secara teoretis diidentifikasikan memiliki karakteristik khas : fisik, mental, kepribadian,
perilaku, gaya kepemimpinan yang job cenfered atau employee cenfered, kepemimpinan yang
situasional (kontingensi dan partisipasi, path goal model), karismatik, transaksional, dan
transformasional. Pembahasan yang rinci dan meluas mengenai kepemimpinan yang efektif
dalam buku ini dikaitkan dengan dan tidak terlepas dari pembahasan mengenai perilaku
organisasi. Perilaku organisasi sebagai suatu bentuk interaksi antar individu dan kelompok dalam
mencapai tujuan organisasi dan efektifitas organisasi tidak terlepas dari dinamika dan fungsi
keemimpinan seorang pemimpi dan manajer dalam mengarahkan, mengembangkan, melakukan
perubahan dan memotivasi individu – individu yang berada dalam suatu organisasi.

Kepemimpinan terbagi atas teori sifat, teori kepribadian perilaku, teori kepemimimpinan
situasional, pndekatan terbaru dalam kepemimpinan,dan dasar konseptual kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan adalah gaya pemimpin dalam memberikan arahan, melaksanakan rencana, dan
memotivasi orang. Itu adalah hasil filosofi, kepribadian, dan pengalaman pemimpin.
Kepemimpinan berorientasi tugas adalah gaya di mana pemimpin difokuskan pada tugas-tugas
yang perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan produksi tertentu. Pemimpin yang berorientasi
pada tugas umumnya lebih peduli dengan menghasilkan solusi langkah demi langkah untuk
masalah atau tujuan tertentu, dengan ketat memastikan tenggat waktu ini terpenuhi, hasil dan
mencapai hasil yang ditargetkan.

Pemimpin muncul dari dalam struktur organisasi informal. Kualitas pribadi mereka,
tuntutan situasi, atau kombinasi dari faktor-faktor ini dan lainnya menarik pengikut yang
menerima kepemimpinan mereka dalam satu atau beberapa struktur tumpang tindih. Alih-alih
otoritas posisi yang dipegang oleh kepala atau kepala yang ditunjuk, pemimpin yang muncul
memegang pengaruh atau kekuasaan. Pengaruh adalah kemampuan seseorang untuk
mendapatkan kerja sama dari orang lain melalui persuasi atau kendali atas penghargaan.
Kekuasaan adalah bentuk pengaruh yang lebih kuat karena mencerminkan kemampuan
seseorang untuk menegakkan tindakan melalui pengendalian sarana hukuman.

Pemimpin yang menunjukkan ketekunan, keuletan, tekad, dan keterampilan komunikasi


yang sinergis akan memunculkan kualitas yang sama dalam kelompoknya. Pemimpin yang baik
menggunakan mentor batin mereka sendiri untuk memberi energi pada tim dan organisasi
mereka dan memimpin tim untuk mencapai kesuksesan.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kebudayaan batak toba sebagai basis
model kepemimpian keperawatan. Manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yakni untuk
mengetahui kebudayaan batak merupakan yang memiliki konsep dasar dalam model gaya
kepemimpinan keperawatan. Budaya batak toba mengatur dan mengendalikan kehidupan orang.
Batak Toba tidak hanya dalam konteks ikatan adat saja, tetapi juga dalam bidang ekonomi,
agama, politik, bahkan birokrasi . Penggunaan budaya dalihan na tolu dalam penyelenggaraan
birokrasi akan dapat menyulitkan seseorang dalam menjalankan dan melaksanakan aturan legal
formal atau memenuhi dan memenangkan tuntutan adat. Pengaruh yang begitu kuat dari budaya
dalihan na tolu terhadap orang Batak Toba ada kemungkinan akan memenangkan tuntutan adat
dalam penyelenggaraan birokrasi. Oleh karena itu, dalam konteks birokrasi publik yang modern
dan rasional orang Batak Toba akan sering menghadapi kesulitan dan dilema moral dan etis
antara tuntutan disiplin dan tata aturan birokrasi dengan tuntutan moral adat maupun genealogis.
Dalam system keperawatan budaya batak merupakan unsur yang penting dalam model
keperawatan karena sesuai dengan nilai yang bisa diterapkan dalam meningkatkan mutu
pelayanan di keperawatan.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinyang sederhana. Makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas Miniriset pada mata kuliah
Kepemimpinan. Saya berterima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Ibu Prof.Dr.Rosmala
Dewi,M.Pd.Kons. yang sudah memberikan bimbingannya kepada saya selama proses
pembelajaran mata kuliah ini.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih
semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan,Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
EXCECUTIVE SUMMARY

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Identifikasi masalah

C. Batasan masalah

D. Rumusan masalah

E. Tujuan survey

F. Manfaat survey

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Kepemimpinan

1. Defenisi Kepemimpinan

2. Karakteristik Kepemimpinan

3. Perbedaan Pemimpin dan Manager

4. Kepemimpinan Formal dan Informal

B. Konsep dan Nilai-Nilai Kepemimpinan etnik

C. Kerangka berpikir

BAB III.METODE SURVEY

A. Tempat dan Waktu Survey

B. Subjek Survey
C. Teknik Pengambilan Data

D. Instrumen Survey

E. Teknik Analisis Data

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Hasil Survey

2. Pembahasan

3. Temuan lapangan

BAB V.PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di daerah Batak kepemimpinan informal dapat dibedakan atau terpisah
menurut tiga bidang, yakni: (1) kepemimpinan di bidang adat, (2) kepemimpinan di
bidang pemerintahan, dan (3) kepemimpinan di bidang keagamaan. Kepemimpinan
di bidang adat menjalankan tugas yang berhubungan dengan perkawinan, kematian,
warisan, penyelesaian perselisihan, kelahiran dan sejenisnya. Kebanyakan aturan-
aturan adat tidak tertulis dan cukup banyak serta rumit. Karena itu hanya orang
yang telah lama mengikuti serta belajar tentang aturan dan pelaksanaan adat, yang
mampu menjalankan kepemimpinan adat. Kepemimpinan di bidang pemerintahan
dipegang oleh salah seorang turunan tertua dari pendiri kampung (huta), yang
bertugas menjalankan pemerintahan sehari- hari di samping menjalankan tugas
peradilan.

Pemimpin pemerintahan yang berasal dari turunan tertua ini sering juga
disebut sebagai raja huta atau raja kampung. Pemimpin ini walaupun secara formal
(dewasa ini) tidak lagi memegang jabatan sebagai kepala desa, tetapi pengaruhnya
masih cukup besar, terutama apabila ia mampu menjaga wibawa. Dalam banyak hal
tentang desa, pada umumnya penduduk masih meminta pendapat dan saran dari
raja huta (Sidabutar, 2016). Menurut Mondy (1990) dalam Soetopo (2010), gaya
kepemimpinan (leadership style) secara meyakinkan mempengaruhi budaya
kelompok atau organisasi. Jika pemimpin menjaga jarak (aloof) dengan bawahan,
maka sikap semacam ini menimbulkan dampak negatif terhadap organisasi. Sikap
dan perilaku individu dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi juga
didasarkan pada sistem nilai yang berlaku yang dikenal dengan budaya organisasi.

B. Identifikasi Masalah
Adat dan budaya merupakan kebiasaan yang hanya berlaku dan harus dipatuhi oleh
kelompok atau masyarakat,akan tetapi juga berfungsi sebagai perakyat yang dapat
membuat hubungan antar manusia dan antar sub kelompok menjadi kokoh sebagai
susunan masyarakat. Adat dan budaya dalam suatu masyarakat merupakan suatu
aturan baik tertulis ataupun tidak tertulis yang secara moral harus dipatuhi oleh setiap
anggota masyarakat. Dalam penerapannya,adat dan budaya berfungsi untuk mendidik
dan mendisiplinkan anggota masyarakat.

Demikian halnya dengan suku Batak yang memiliki adat dan budaya. Di antaranya
adalah bahasa,tulisan,kesenian,dan tata cara dalam pergaulan hidup seperti unsur inti
yang ada dalam kebudayaan Batak yaitu Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu mewarnai
keseluruhan tradisi dan budaya Batak salah satunya dalam perkawinan. Perkawinan
bagi orang batak bukan hanya sekedar menyatukan antar keluarga tapi juga unsur yang
ada dalam Dalihan Na Tolu. Hal itu tampak salah satunya pada simbol yang ada dalam
Tortor.

Pada perkawinan adat Batak Toba,Tortor merupakan salah satu hal yang dianggap
penting dalam melengkapi setiap runtutan acara. Tortor Batak adalah suatu tarian
tradisional yang telah mebudaya. Tortor diadakan untuk mencetuskan perasaan
seseorang dalam situasi tertentu. Beberapa Tortor bersifat siuasional,misalnya Tortor
Simonang-monang berkaitan dengan tarian kemenangan,Tortor Somba-somba
berkaitan dengan tarian penghormatan kepada raja dan sesama umat,Tortor
Habonaran berkaitan dengan tarian kebenaran,dan sebagainya.

Beberapa dalam pelaksanaan upacara adat Batak, peran Tortor dianggap sebagai
satu bagianpenting yang tidak terpisahkan dari setiap upacara yang ada di masyarakat
Batak. Tortor digunakan sebagai mediasi dalam menjembatani pelaksanaan adat Batak.
Hal ini diartikanbahwa Tortor dilakukan apabila terjadi suatu upacara penting dalam
pelaksanaan pesta adatBatak, seperti pada pesta upacara adat perkawinan, upacara
kematian, dan upacara mangongkal holi (menggali dan memindahkan tulang-belulang)
yang biasanya seringdilaksanakan.

Pada saat Manortor ternyata tidak semua orang yang terlibat di dalamnya
dapatmemahami apa sebenarnya makna tarian Tortor. Bagi masyarakat Batak kegiatan
Manortor sebenarnya mengandung unsur-unsur sosial yang di dalamnya diatur sistem
Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu sebagai sistem hubungan kekerabatan masyarakat
Batak Toba yang terdiriatas dongan tubu, boru,dan hula-hula,setiap unsurnya memiliki
peranan penting yang tidakbisa terlepas dari setiap upacara apapun yang ada dalam
masyarakat Batak Toba. Prinsip Dalihan Na Tolu menjadi pegangan masyarakat suku
Batak Toba karena mampu mewujudkanhubungan sosial yang harmonis dalam tata
kehidupan pelaksanaan adat masyarakat BatakToba. Peranan Dalihan Na Tolu pada
saat manortor upacaraperkawinan Batak Toba dipahami sebagai bentuk interaksi yang
berlangsung.

C. Batasan Masalah
Pokok bahasan dalam makalah ini dibatasi pada kebudayaan dari suku Batak yang
terdapat di Sumatera Utara.

D. Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah sejarah dari suku batak?


2) Apa saja kesenian serta bahasa daerahnya?

3) Bagaimanakah konsep marga pada suku batak?

4) Bagaimana penjelasan tari tor-tor sebagai tarian tradisional sumut?

5) Bagaimana tutur sapa dan bahasa suku batak?

E. Tujuan Survey

1) Untuk mengetahui dan memahami bagaimanakah sejarah dari suku batak


tersebut.

2) Untuk mengetahui dan memahami apa saja keseniannya serta bahasa


daerahnya.

3) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep marga pada suku


batak.

4) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penjelasan tari tor-tor sebagai


tarian tradisional sumut.

5) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tutur sapa suku batak.

F. Manfaat Survey

1) Untuk memenuhi tugas matakuliah Kepemimpinan.

2) mengetahui dan memahami bagaimanakah sejarah dari suku batak tersebut.

3) Untuk mengetahui dan memahami apa saja keseniannya serta bahasa


daerahnya.

4) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep marga pada suku


batak.

5) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penjelasan tari tor-tor sebagai


tarian tradisional sumut.

6) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tutur sapa suku batak


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori kepemimpinan
1. Defenisi Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan
yang penting karena pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan
mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan
tugas yang tidak mudah. Karena harus memahami setiap perilaku bawahan
yang berbeda-beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa
memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada organisasi secara efektif
dan efisien. Dengan kata lain, bahwa sukses tidaknya usaha pencapaian
tujuan organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpin. Menurut Sutrisno
(2016:218) “Kepemimpinan ialah sebagai proses mengarahkan dan
memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota
kelompok”. Menurut Fahmi (2016:122), “Kepemimpinan merupakan suatu
ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,
mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai
dengan perintah yang direncanakan”.
Menurut Hasibuan (2010 : 170), “ Kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun Kepemimpinan
Pancasila iala Kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki
wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat
lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
2. Karakteristik Kepemimpinan
Pemimpin mempunyai hati yang peka terhadap lingkungannya, bisa
mendengarkan saran-saran dan nasehat dari orang-orang di sekitarnya.
Pemimpin menjadi teladan dalam lingkungannya.
Pemimpin bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
Pemimpin mampu mengambil keputusan.
Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain, pemimpin yang
sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi
dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya
serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut
pandang tersebut
Berdasarkan uraian-uraian tentang karakteristik kepemimpinan tersebut,
dapat dinyatakan bahwa pemimpin memiliki keahlian dan kemampuan yang
lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlihat
dari perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.

3. Perbedaan Pemimpin dan Manager


1. Pemimpin membangun visi dan misi, manajer membuat
rencana/rancangan
Setiap perusahaan pasti mempunyai visi misi dan yang membuat visi misi
perusahaan adalah seorang pemimpin. Pemimpin akan berpikir secara
visioner untuk melihat perkembangan perusahaannya di masa mendatang
dan tugas seorang manajer adalah membuat rencana untuk menjalankan visi
misi tersebut serta melakukan pengukuran terhadap visi misi yang sudah
dibuat. Seorang manajer harus dapat memilah visi misi mana yang dapat
dilaksanakan dan mana yang tidak mungkin untuk direalisasikan.

2. Pemimpin berani mengambil risiko, manajer mementingkan realitas


lapangan
Seorang pemimpin biasanya bersifat idealis dan seorang manajer memiliki
sifat realistis. Oleh karena itu, pemimpin lebih berani untuk mengambil
risiko atas pemikiran idealis yang dia punya sedangkan manajer akan
memperhitungkan risiko yang harus diambil, apakah risiko tersebut dapat
merugikan perusahaan di kemudian hari atau tidak.

3. Pemimpin melihat proses, manajer melihat hasil


Dalam perusahaan pasti akan ada proses yang dilalui baik dari karyawan
maupun perkembangan sebuah perusahaan. Seorang pemimpin akan
mengamati proses yang telah dilalui tersebut agar pemimpin dapat membuat
sebuah evaluasi yang berguna untuk perkembangan perusahaan. Sedangkan
tugas seorang manajer lebih condong dalam hasil yang telah dikerjakan oleh
karyawan sesuai dengan yang sudah ditargetkan oleh seorang pemimpin.
Manajer mempunyai peranan untuk memastikan bahwa karyawan
melaksanakan tugas mereka sesuai dengan arahannya dalam mencapai
target dari pemimpin.

4. Pemimpin memberikan motivasi, manajer memberikan arahan


Kata-kata seperti "kita pasti bisa bergerak menuju kesuksesan" atau "saya
yakin kalian pasti dapat melakukannya" biasanya tercetus dari seorang
pemimpin. Seorang pemimpin lebih sering memberikan motivasi untuk
meningkatkan semangat kerja karyawan. Tugas manajer adalah memberikan
arahan kepada karyawan mengenai apa yang harus mereka lakukan agar
motivasi tersebut bisa terwujud.

4. Kepemimpinan formal dan informal


Pemimpin formal pada dasarnya harus menempatkan, jiwa dan
perilakunya untuk menjaga citra kepemimpinannya dalam meningkatkan
kepercayaan masyarakat yang dipimpinnya. Efektifitas dan efisiensinya
seorang pemimpin formal adalah dengan mengedepankan kepentingan
masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongannya dalam rangka
mencapai tujuan yang di cita-citakan bersama. Pemimpin formal setiap saat
dapat dihindari atau tidak dipercaya oleh masyarakat karena arah kebijakan
dan keputusan serta program kerjanya selalu merugikan masyarakat yang
dipimpinnya.
Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dasarnya tidak dipilih
atau diangkat secara formal. Seseorang menjadi pemimpin informal kalau ia
diakui mempunyai keunggulan fisik, keunggulan psikologi, ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang diakui oleh para anggota organisasi. karena memiliki
sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang
mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok. Dalam
organisasi formal, pemimpin informal tidak mempunyai wewenang untuk
memberi perintah dan menghukum para anggota organisasi. Akan tetapi, ia
mampu mempengaruhi para anggota organisasi melalui visinya.

B. Konsep dan Nilai-Nilai Kepemimpinan etnik Batak


alah satu nilai budaya yang menjadi kebanggaan orang Batak Toba yaitu
sistemhubungan sosial dalihan na tolu yang terwujud dalam hubungan
kekerabatan yangsangat kental berdasarkan keturunan darah (genealogis) dan
perkawinan yang berlakusecara turun-temurun hingga sekarang ini. Sebagai
sistem budaya, dalihan na toluatau sering juga diterjemahkan dengan istilah
tungku nan tiga pengertian tungku nantiga dalam budaya Batak ini tentu akan
berbeda pengertian dan maknanya dengannilai budaya lain yang ada di
Sumatera, seperti tungku tiga sejarangan, benang tigasepilin, payung tiga sekaki,
dan lain sebagainya berfungsi sebagai pedoman yangmengatur, mengendalikan
dan memberi arah kepada tata laku (perilaku) dan perbuatan (sikap atau pola
tindak) orang Batak Toba. Oleh karena itu dalihan na tolumerupakan satu sistem
budaya yang bagi orang Batak Toba nilai yang dikandungnyadijadikan tatanan
hidup dan sekaligus menjadi sumber motivasi berperilaku. OrangBatak Toba
menghayati dalihan na tolu sebagai satu sistem nilai budaya yangmemberi
pedoman bagi orientasi, persepsi, dan definisi terhadap kenyataan ataurealitas
(Harahap dan Siahaan, 1987).
Bagi orang Batak Toba salah satu ciri khas dalihan na tolu yang dinilai
tinggiadalah sistem kekerabatan dalam konteks keluarga luas (umbilineal).
Dalam konteksini dalihan na tolu berperan mengatur hubungan sosial di antara
tiga kerabat secarafungsional, yaitu kerabat semarga (dongan tubu), kerabat
penerima isteri atau yangdisebut dengan istilah boru, dan kerabat pemberi isteri
atau yang dikenal denganistilah hula-hula. Perlu kita ketahui bahwa marga
dalam sistem kekerabatan orangBatak Toba, demikian juga orang Minang,
berdasarkan keturunan sedarah(genealogis) berbeda dengan pengertian fam
yang ada di daerah lain. Oleh karena itu, perkawinan semarga bagi orang Batak
sangat dilarang meskipun daerah asal mereka berbeda. Apabila terjadi
perkawinan orang Batak dengan orang suku lain merekaakan melakukan
upacara adat untuk orang tersebut agar dapat diberikan margatertentu dari
salah satu marga orangtuanya. Secara operasional hubungan sosial
yangdibangun dalam sistem budaya dalihan na tolu dilakukan dalam bentuk
perilaku hati-hati kepada kerabat semarga atau disebut manat mardongan tubu,
perilaku membujukkepada pihak penerima isteri atau yang dikenal dengan
istilah elek marboru, dan berperilaku bersembah sujud kepada pemberi isteri
atau dikatakan juga sebagaisomba marhula-hula
Oleh karena itu, bagi orang Batak Toba pengejawantahan hubungan sosial
yangada dalam budaya dalihan na tolu menuntut adanya kewajiban individu
untuk bersifatdan berperilaku pemurah kepada orang yang memiliki hubungan
kerabat, yaitudongan tubu, boru, dan hula-hula. Orang Batak Toba mempunyai
tingkat kepatuhandan ketaatan dalam hubungan sosial sebagaimana yang diatur
dalam struktur budayadalihan na tolu sehingga dipersepsi sebagai salah satu
cara atau metode dalam pencapaian kehidupan. Nilai budaya ini dijadikan
sebagai pandangan dan sekaligustujuan hidup yang dapat dirumuskan sebagai
satu rangkaian tiga kata, yaitu kekayaan(hamoraon), banyak keturunan atau
banyak anak (hagabeon), dan kehormatan(hasangapon). Rangkaian ketiga kata
tersebut diungkapkan dalam petuah adat yang berbunyi molo naeng ho mamora,
elek ma ho marboru, molo naeng ho gabe, sombamaho marhula-hula, molo
naeng ho sangap manta ma ho mardongan tubu
Artinya jika engkau ingin kaya berperilakulah membujuk kepada pihak
penerima isteri atau boru, apabila engkau ingin mendapatkan keturunan atau
anak bersembah sujudlahkepada kerabat pemberi isteri, dan jika engkau ingin
dihormati berhati- hatilahkepada kerabat semarga. Berdasarkan petuah tersebut
orang Batak Toba dalam sistem budaya dalihan na tolu dituntut berperilaku
tolong-menolong atau peduli terhadapkerabat pada setiap kesempatan dan
perilaku tersebut bagi orang Batak Tobadipersepsi sebagai nilai yang tinggi dan
merupakan pula satu perbuatan yang muliaserta luhur (Pasaribu, 2004).Dalam
kehidupan sehari-hari, secara umum orang Batak Toba mempunyaikomitmen
yang tinggi terhadap nilai budaya dalihan na tolu. Hal ini dapat kita lihat
bagaimana mereka secara konsisten mematuhi nilai budaya yang diwarisi
olehleluhurnya tersebut, seperti yang terungkap dalam petatah-petitih berikut
ini omputtana di jolo martungkot siala gundi, adat na pinukka ni parjolo ingkon
ihuthonon ni parpudi. Petuah yang terungkap dalam petatah-petitih ini
mempunyai makna yangdalam sekali, yaitu semua tata aturan yang telah
ditetapkan oleh leluhur mereka harusdituruti dan ditaati serta dilaksanakan
secara turun-temurun
Oleh karena itu, seluruh tatanan nilai adat dan budaya dalihan na tolu oleh
orangBatak Toba dianggap suci. Mereka juga beranggapan bahwa budaya ini
mempunyainilai sakralitas dalam membangun hubungan sosial bagi
kehidupan. Hal ini terungkapdalam petuah adat yang mereka dapat dari
leluhurnya sebagai berikut martagansipiliton, maransimun so bolaon, adat ni
ama dohot ompu tokka siuban. Nilai yangterkandung dalam petuah adat ini
mengisyaratkan adanya satu kepatuhan danketaatan kepada leluhur bahwa adat
yang telah diwarisi oleh leluhur sesunguhnyatidak dapat diubah.

C. Kerangka Berfikir
Setiap kelompok masyarakat tertentu akan mempunyai cara yang berbeda
dalammenjalani kehidupannya dengan sekelompok masyarakat yang lainnya.
Cara-caramenjalani kehidupan sekelompok masyarakat dapat didefinisikan
sebagai budayamasyarakat tersebut. Satu definisi klasik mengenai budaya
adalah sebagai berikut, budaya adalah simbol-simbol sistem dianut bersama,
yang maknanya dipahami olehkedua belah pihak dengan persetujuan (Parson,
1980) menjalani kehidupannyadengan sekelompok masyarakat yang lainnya.
Cara-cara menjalani kehidupansekelompok masyarakat dapat didefinisikan
sebagai budaya masyarakat tersebut. Satudefinisi klasik mengenai budaya
adalah sebagai berikut, budaya adalah simbol-simbolsistem dianut bersama,
yang maknanya dipahami oleh kedua belah pihak dengan persetujuan (Parson,
1980).
Hofstede, (1993) mengemukakan budaya adalah pemrograman pikiran
secarakolektif yang membedakan sekelompok manusia satu dengan kelompok
yang lain(culture is the collective programming of mind which distinguishes one
human groupto another). Definisi tersebut menunjukkan bahwa budaya
merupakan cara menjalanihidup dari suatu masyarakat yang ditransmisikan
pada anggota masyarakatnya darigenerasi ke generasi berikutnya. Proses
transmisi dari generasi ke generasi tersebutdalam perjalanannya mengalami
berbagai proses distorsi dan penetrasi budaya lain.Hal ini dimungkinkan karena
informasi dan mobilitas anggota suatu masyarakatdengan anggota masyarakat
yang lainnya mengalir tanpa hambatan.Taylor, (1871) mengemukakan
kebudayaan adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan semuakemampuan dan kebiasaan
yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggotamasyarakat. Bila
dinyatakan lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yangdipelajari
dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu
masyarakat.Seseorang menerima kebudayaan sebagai bagian dari warisan sosial
dan bisamembentuk kebudayaan kembali dan mengenalkan perubahan-
perubahan yangkemudian menjadi bagian dari warisan generasi berikutnya.
Kebudayaan Batak mengandung unsur-unsur yang memiliki kesamaan
dengankebudayaan daerah lain di Indonesia, bahkan terdapat unsur-unsur
universal-nya.Penjabaran rumusan tersebut meliputi banyak unsur, seperti
adat-istiadat, bahasa,sopan santun, kaidah pergaulan, kesusastraan, kesenian,
keindahan (estatika), mistik,falsafah dan apapun yang temasuk unsur
kebudayaan pada umumnya.Salah satu unsur budaya Batak diantaranya adalah
bahasa Batak. Bahasa Bataksebagai produk masyarakat Batak mencerminkan
budaya Batak. Sifat dan perilaku budaya masyarakat Batak akan dapat dilihat
melalui bahasanya. Ungkapan yangmelebur ke dalam kepemimpinan nasional
Indonesia diantaranya seperti sombamarula-ula, elek marboru dan manat
mardongan tubu.
Aritonang, (2006) mengemukakan pengertian ungkapan tersebut adalah:
1.SombaMarula-ula;
ada yang menafsirkan pemahaman ini menjadi “menyembah hula
-hula, namun ini tidak tepat. Memang benar kata Somba, yang tekanannya
pada som berarti menyembah, akan tetapi kata somba disini tekananya ba yang
adalah kata sifatdan berarti hormat. Sehingga somba Marula-ula berarti hormat
pada sesama. 2.ElekMarboru artinya lemah lembut terhadap perempuan. Rasa
sayang yang tidak memilikisifat tersembunyi atau pamrih. 3.Manat Mardongan
Tubu adalah suatu sikap berhati-hati kepada sesame agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam kegiatan adat.Robbins, (2013) mengemukakan
kepemimpinan adalah kemampuan seseoranguntuk mempengaruhi suatu
kelompok (masyarakat dalam suatu organisasi formalmaupun tidak formal) ke
arah terciptanya tujuan. Seseorang dapat menjalankan suatukepemimpinan
semata karena kedudukannya dalam organisasi, tetapi tidak semua pemimpin
itu adalah pemimpin. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkansementara
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempertemukan keinginan antara pengikut dengan pemimpin sehingga
pengikut bersedia mengikuti pemimpin dengan sukarela, penuh dedikasi serta
komitmenkarena adanya kepercayaan.Kepemimpinan berperan sangat penting
dalam manajemen karena unsur manusiamerupakan variabel yang teramat
penting dalam organisasi. Kepemimpinan terlibatdan bertanggung jawab atas
kegiatan-kegiatan organisasi terdiri dari para manajer, para supervisor, dan para
pelaksana. Manusia memiliki karakteristik yang berbeda- beda mempunyai
kepentingan masing-masing, yang bahkan saling berbeda.Perbedaan
kepentingan tidak hanya antar individu di dalam organisasi, tetapi jugaantara
individu dengan organisasi di mana individu tersebut berada. Sangat mungkin
bahwa perbedaan hanya dalam hal yang sederhana, namun ada kalanya terjadi
perbedaan yang cukup tajam. Tanpa kepemimpinan yang baik, hal-hal yang
telahditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian tidak akan dapat
direalisasikan.Kepemimpinan sangat diperlukan agar semua sumberdaya dalam
organisasi dapatdigerakkan untuk merealisasikan tujuan organisasi
: Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai
denganfungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan
situasi sosialdalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwasetiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar
situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi social
kelompok/organisasinya.Pemimpin yang membuat keputusan dengan
memperhatikan situasi sosialkelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai
keputusan bersama yang menjaditanggung jawab bersama pula dalam
melaksanakannya. Dengan demikian akanterbuka peluang bagi pemimpin untuk
mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinansejalan dengan situasi sosial yang
dikembangkannya.
Sistem kepemimpinan Batak sangat berpengaruh terhadap kehidupan
Batak,karena kepemimpinan Batak sangat dipengaruhi oleh budayanya. Budaya
bataksecara kuat mempengaruhi kepemimpinan Batak yang sangat unik dan
khas.(Rajamarpodang Gultom1992) menekankan bahwa sistem pemerintahan
HarajaonBatak Toba tidak boleh dibandingkan dengna sistem pemerintahan
dengan bentuksekarang, dimana suatu negara dipimpin oleh seorang kepala
negara. Budaya batakmempengaruhi kepemimpinan batak.
Menurut orang Batak, tungku mempunyai kesamaan (analogi) dengan
hubungankekeluargaan. Persamaannya secara terperinci adalah sebagai
berikut :1.) Tungku tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Manusiamemerlukan makanan untuk hidup. Berbicara tentang makanan, selalu
terkait dengandalihan (tungku) yaitu alat untuk memasak makanan. Selain itu
tungku mempunyaifungsi yang lain yaitu tempat untuk berdiang
menghangatkan tubuh dari udara dingin.Oleh karena itu pada masa lalu,
manusia tidak dapat hidup wajar (di Toba) tanpaadanya dalihan (tungku).
Falsafah Batak tentang tungku tercermin dalam ungkapan
berikut ini: Si dua uli songon na mangkaol dalihan, Masak sipanganon huhut
malumna ngalian. Artinya: Memeluk (mempergunakan) tungku memberi
keuntungan yaitumakanan masak, dan hilang perasaan dingin. Dalihan Na Tolu
adalah falsafah yangmelandasi hubungan sosial masyarakat Batak. Dengan
berpedoman pada Dalihan NaTolu, segera dapat ditentukan status, fungsi, dan
sikap sosialnya dalam berhubungandengan anggota masyarakat
lainnya.2.)Dalihan Na Tolu atau Tungku nan Tiga, ketiga batu tungku sebagai
satukesatuan adalah landasan atau dasar tempat meletakkan dengan kokoh
periuk untukmenanak atau memasak lainnya, sehingga tidak ada isi periuk yang
tumpah dan dapatmasak dengan sempurna.Demikian dengan halnya Dalihan Na
Tolu, berfungsi dengan sempurna menopangmasyarakat Batak secara penuh
keseimbangan. Kalau ada persoalan sepertikemalangan atau musibah, akan
ditopang dan ditanggulangi oleh ketiga unsurDalihan Na Tolu secara bersama-
sama sesuai dengan kedudukannya masing-masing,sehingga beban yang berat
akibat musibah atau kemalangan dapat teratasi dengan baik.c.Untuk
memanaskan atau memasak harus ada api. Api yang ada di tungkuharus tetap
menyala, agar tungku tersebut dapat berfungsi dan bermanfaat
dengansempurna. Api yang menghidupkan hubungan sosial dan solidaritas
sesama orangBatak adalah marga.
Dongan sabutuha, hula-hula, dan boru yang merupakan unsur Dalihan
NaTolu, merupakan suatu lembaga adat atau dewan musyawarah yang akan
menentukansegala hal dalam kelompoknya. Dalihan Na Tolu memiliki
mekanisme untukmenyelesaikan semua konflik yang terjadi di kelompoknya
melalui musyawarahkeluarga dekat, rapat adat ataupun rapat warga. Unsur -
unsur Daliha Na Tolu dapat berfungsi sebagai mediator diantara dua pihak yang
sedang berkonflik. Tetapi jikamediasi ini mengalami kegagalan, maka hula-hula
dapat bertindak sebagai arbitratoryang menyelesaikan konflik dengan
menggunakan kekuasaannya untuk mengambilkeputusan yang bersifat
memaksa ( Sigalingging, 2000: 17)
BAB III

METODE SURVEY

1. Tempat dan Waktu Survey


Tempat survey : Batak Museum Balige
Waktu Survey : Jam 12.20
Tanggal Survey : 05 Desember 2021

2. Subject Survey
Nama :
Alamat :
Umur : 32 tahun
Suku : Batak Toba

3. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data dengan mengunjungi dan
mewawancarainarasumber atau orang yang mengetahui tentang
kepemimpinan adat batak toba.

4. Instrumen Survey
1. Bagaimana struktur kepemimpinan di suku Batak Toba?
2. Apa saja tugas dan fungsi pemimpin di Batak Toba?
3. Bagaimana kepemimpinan dalam adat Batak Toba ?
4. Bagaimana proses menjadi pemimpin dalam adat Batak Toba ?
5. Adat istiadat dalam suku Batak Toba adalah contoh seperti adat
istiadat?

5. Teknik analisis data


Membuat tabel dan struktur kepemimpinan di batak toba
BAB IV

A.Gambaran hasil survey

B.Pembahasan

Konsep dan Nilai-Nilai Kepemimpinan etnik Batak adalah satu nilai budaya yang menjadi
kebanggaan orang Batak Toba yaitu sistemhubungan sosial dalihan na tolu yang terwujud
dalam hubungan kekerabatan yangsangat kental berdasarkan keturunan darah
(genealogis) dan perkawinan yang berlakusecara turun-temurun hingga sekarang ini.
Sebagai sistem budaya, dalihan na toluatau sering juga diterjemahkan dengan istilah
tungku nan tiga pengertian tungku nantiga dalam budaya Batak ini tentu akan berbeda
pengertian dan maknanya dengannilai budaya lain yang ada di Sumatera, seperti tungku
tiga sejarangan, benang tigasepilin, payung tiga sekaki, dan lain sebagainya berfungsi
sebagai pedoman yangmengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada tata laku
(perilaku) dan perbuatan (sikap atau pola tindak) orang Batak Toba. Oleh karena itu
dalihan na tolumerupakan satu sistem budaya yang bagi orang Batak Toba nilai yang
dikandungnyadijadikan tatanan hidup dan sekaligus menjadi sumber motivasi berperilaku.
OrangBatak Toba menghayati dalihan na tolu sebagai satu sistem nilai budaya
yangmemberi pedoman bagi orientasi, persepsi, dan definisi terhadap kenyataan
ataurealitas (Harahap dan Siahaan, 1987).

Bagi orang Batak Toba salah satu ciri khas dalihan na tolu yang dinilai tinggiadalah sistem
kekerabatan dalam konteks keluarga luas (umbilineal). Dalam konteksini dalihan na tolu
berperan mengatur hubungan sosial di antara tiga kerabat secarafungsional, yaitu kerabat
semarga (dongan tubu), kerabat penerima isteri atau yangdisebut dengan istilah boru, dan
kerabat pemberi isteri atau yang dikenal denganistilah hula-hula. Perlu kita ketahui bahwa
marga dalam sistem kekerabatan orangBatak Toba, demikian juga orang Minang

C.Temuan lapangan

Dari hasil data-data di atas dapat kita analisis bahwa nilai budaya yang menjadi
kebanggaan orang Batak Toba yaitu sistemhubungan sosial dalihan na tolu yang terwujud
dalam hubungan kekerabatan yangsangat kental berdasarkan keturunan darah
(genealogis) dan perkawinan yang berlakusecara turun-temurun hingga sekarang ini.

Dongan sabutuha, hula-hula, dan boru yang merupakan unsur Dalihan NaTolu,
merupakan suatu lembaga adat atau dewan musyawarah yang akan menentukansegala hal
dalam kelompoknya. Dalihan Na Tolu memiliki mekanisme untukmenyelesaikan semua
konflik yang terjadi di kelompoknya melalui musyawarahkeluarga dekat, rapat adat
ataupun rapat warga. Unsur - unsur Daliha Na Tolu dapat berfungsi sebagai mediator
diantara dua pihak yang sedang berkonflik. Tetapi jikamediasi ini mengalami kegagalan,
maka hula-hula dapat bertindak sebagai arbitratoryang menyelesaikan konflik dengan
menggunakan kekuasaannya untuk mengambilkeputusan yang bersifat memaksa.
BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan


bahwa disuku batak toba bahwa nilai budaya yang menjadi kebanggaan orang Batak Toba
yaitu sistemhubungan sosial dalihan na tolu yang terwujud dalam hubungan kekerabatan
yangsangat kental berdasarkan keturunan darah (genealogis) dan perkawinan yang
berlakusecara turun-temurun hingga sekarang ini. Sebagai sistem budaya, dalihan na
toluatau sering juga diterjemahkan dengan istilah tungku nan tiga pengertian tungku
nantiga dalam budaya Batak ini tentu akan berbeda pengertian dan maknanya dengannilai
budaya lain yang ada di Sumatera, seperti tungku tiga sejarangan, benang tigasepilin,
payung tiga sekaki, dan lain sebagainya berfungsi sebagai pedoman yangmengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada tata laku (perilaku) dan perbuatan (sikap atau
pola tindak) orang Batak Toba.

Batak toba juga ada yang menafsirkan pemahaman ini menjadi “menyembah hula -hula,
namun ini tidak tepat. Memang benar kata Somba, yang tekanannya pada som berarti
menyembah, akan tetapi kata somba disini tekananya ba yang adalah kata sifatdan berarti
hormat. Sehingga somba Marula-ula berarti hormat pada sesama.

B.SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka,peneliti mengemukakan
beberapa harapan bagi suku batak toba untuk lebih baik lagi.berupa saran sebagai berikut.
a.diharapkan kepada suku batak toba supaya mempertahankan kebudayaannya dan selalu
menerapkan nilai nilai budaya batak toba
b. jangan mudah terpengaruh oleh budaya budaya lain sehinngga melupakan budaya
budayanya ,dan diharapkan kepada seluruh warga Indonesia dapat membina dan
melestarikan budaya lokal.

Daftar pustaka

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi . 2003. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model,
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps.
Harahap, B.H. dan Hotman M Siahaan.1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.
Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.
Herimianto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial& Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Loeb, Edwin.M. 2013. Sumatra Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta:Penerbit
Ombak.
Moelong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurelide. 2007. Meretas Budaya Masyarakat Batak Toba Dalam Cerita Sigalegale
Telaah Cerita Rakyat Dengan Pendekatan Antropologi Sastra. (Tesis)
Semarang: Universitas Diponegoro.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak
Toba Hingga 1945, Suatu Pendekatan Antropologi Budaya dan
Politik.Jakarta : Yayasan obor Indonesia.

blob:https://web.whatsapp.com/d0000e5f-1274-471d-9a05-4d87c0370e47

Anda mungkin juga menyukai