Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN EKONOMI

Dosen Pengampu: Dine Meigawati S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:

Riham Maharani Sundari 1830711045

Irpandea Putra Sutriyana 1830711050

Annisa Aulia Putri 1830711055

Chintia Bunga Destaviani 1830711062

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK KELAS 2B

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

Jl. R. Syamsudin, SH. No. 50 Sukabumi 43113


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu semua, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat dan khususnya bagi kami selaku mahasiswa yang sedang dalam
proses pembelajaran dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Sukabumi, 26 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Kemiskinan....................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Kemiskinan...........................................................................3

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan.................................................7

2.1.3 Grafik Kemiskinan di Indonesia......................................................10

2.1.4 Cara Menanggulangi Kemiskinan....................................................12

2.1.5 Dampak Kemiskinan........................................................................16

2.1.6 Kebijakan Pemerintah Mengenai Kemiskinan.................................17

2.2 Kesenjangan Ekonomi.................................................................................19

2.2.1 Pengertian Kesenjangan Ekonomi........................................................19

2.2.2 Faktor Penyebab Kesenjangan Ekonomi..............................................23

2.2.3 Akibat dari Kesenjangan Sosial dan Ekonomi......................................23


2.2.4 Cara Menanggulangi Kesenjangan Ekonomi........................................24

2.3 Studi Kasus Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi.............................24

BAB III..................................................................................................................29

PENUTUP..............................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran
kehidupan di banyak negara berkembang yang mencakup lebih dari satu milyar
penduduk dunia. Kemiskinan merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh
kondisi nasional suatu negara dan situasi global. Sesungguhnya secara sederhana,
negara-negara terbagi atas dua kelompok yaitu, mereka yang angka
pertumbuhannya tinggi dan mereka yang angka pertumbuhannya rendah.
Kelompok yang pertama diperkirakan meliputi dua pertiga penduduk dunia,
lazimnya disebut negara-negara yang belum maju. Negara-negara yang belum
maju belum mengalami proses Indrustrilisasi cenderung pemerataan sumber daya
alam yang tidak bisa diolah dan kurangnya lapangan pekerjaan.

Kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan fenomena global yangsering


terjadi di negara berkembang. Bahkan masalah kesenjangan ekonomi ini telah
menjadi pembahasan utama dalam penetapan kebijakan pembangunan ekonomi di
negara berkembang sejak puluhan tahun lalu. Perhatian ini timbul karena ada
kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang dirancang untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi kesenjangan
ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.

Kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kesenjangan ini


berkaitan dengan strategi pembangunan Indonesia yang bertumpu pada aspek
pertumbuhan ekonomi sejak masa orde baru. Sasaran pembangunan diarahkan
untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi,namun tidak memperhatikan
pemerataan pembangunan ekonomi di seluruhwilayah Indonesia. Walaupun aspek
pemerataan sempat mendapatkan perhatian ketika urutan prioritas trilogi
pembangunan diubah dari pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas pada Pelita II

1
(1974-1979) menjadi pemerataaan, pertumbuhan, dan stabilitas dari pada Pelita III
(1979-1984), namun inti tumpuan pembangunan Indonesia tetap saja
pertumbuhan (growth bukan equity). Dalam praktiknya, pemerintah hanya
menetapkan target tingkat pertumbuhan yang hendak dicapai, namun tidak
menetapkan target mengenai tingkat kemerataan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan?
2. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan ekonomi?
3. Apa contoh kasus mengenai kemiskinan dan kesenjangan ekonomi

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kemiskinan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kesenjangan ekonomi
3. Untuk lebih memahami kasus tentang kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi
BAB II

PEMBAHASA

2.1 Kemiskinan
2.1.1 Pengertian Kemiskinan
Menurut KBBI Kemiskinan adalah situasi penduduk atau sebagian
penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang
sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum.

Pengertian Kemiskinan Menurut Para Ahli:

1. BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)

Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak


dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.

2. Reitsma dan Kleinpenning

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi


kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non-material.

3. Suparlan

Kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan


materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar
kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

4. Friedman

Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan


kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi sosial politik,
jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta informasi.

5. Faturachman dan Marcelinus Molo

Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang


(rumah tangga) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
6. Ellis

Kemiskinan adalah sebuah gejala multidimensional yang bisa dikaji dari


dimensi ekonomi dan sosial politik.

7. Levitan

Kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan


untuk mencapai standar hidup yang layak.

8. Hall dan Midgley

Kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi materi dan


sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak,
atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan dengan
individu yang lainnya dalam masyarakat.

9. Syaifuddin

Membagi cara berpikir yang memandang kemiskinan sebagai gejala


absolut dan sebagai gejala relatif. Cara berfikir (model) mengenai kemiskinan
sebagai gejala absolut memandang kemiskinan sebagai kondisi serba
berkekurangan materi, hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sarana
untuk mendukung kehidupan sendiri. Cara pandang relativistik ini terdiri atas dua
cara pandang, yakni cara pandang (model) kebudayaan, dan cara pandang (model)
Structural.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah


kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok
orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman dari tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya
tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas,
kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik
secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap
timbulnya permasalahan sosial yang lain.
Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang,
laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak
untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan
demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan
ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang,
pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam
sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup,
antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal

Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat


perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran
kehidupan di banyak negara berkembang yang mencakup lebih dari satu milyar
penduduk dunia. Kemiskinan merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh
kondisi nasional suatu negara dan situasi global. Globalisasi ekonomi dan
bertambahnya ketergantungan antar negara, tidak hanya merupakan tantangan dan
kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi serta pembangunan suatu negara, tetapi
juga mengandung resiko dan ketidakpastian masa depan perekonomian dunia.
Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10), suatu negara dikatakan miskin
biasanya ditandai dengan tingkat pendapatan perkapita rendah, mempunyai
tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi (lebih dari 2 persen per tahun),
sebagian besar tenaga kerja bergerak di sektor pertanian dan terbelenggu dalam
lingkaran setan kemiskinan.
Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya
bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:

 Kemiskinan Absolut.

Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila


hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan,
dan pendidikan.

 Kemiskinan Relatif.
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis
kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

 Kemiskinan Kultural.

Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok


masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

Kemiskinan juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh


pemerintah negara Indonesia, pemerintah belum mampu menghadapi atau
menyelesaikan permasalahan tersebut. Kondisi kemiskinan Indonesia semakin
parah akibat krisis ekonomi yang menerjang Indonesia pada tahun 1998, jumlah
penduduk miskin di Indonesia bertambah pesat, padahal sebelumnya jumlah
penduduk miskin terus berkurang. Secara absolut dan presentase penduduk miskin
meningkat sangat tajam dari 22,5 juta orang atau 11,34% pada tahun 1996
menjadi 49,5 juta jiwa atau 20,30% pada tahun 1998. Pada saat krisis terjadi
penambahan penduduk miskin (banyak penduduk menjadi miskin mendadak)
sebanyak 27 juta jiwa atau 120%, suatu jumlah yang luar biasa besar. Jumlah
penduduk miskin ini secara absolut hampir mendekati jumlah penduduk miskin
pada tahun 1976 yang berjumlah 54,2 juta jiwa. Meskipun krisis ekonomi telah
berlalu, namun pada tahun 2003 jumlahnya tetap naik, yaitu 37,3 juta jiwa atau
17,42% dari jumlah penduduk Indonesia ( Mahri, 2006).

Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan


bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus
dilakukan secara komprehensif yang mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakat, dam dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008). Kemiskinan
terjadi karena kemampuan masyarakat sebagai pelaku ekonomi tidak sama,
sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses
pembangunan.

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan


Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu
kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber
daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana
alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang
berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia,
sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang
mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan:
1). Pendidikan yang Rendah

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang


mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.

2). Malas Bekerja

Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib)


menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk
bekerja.

3). Keterbatasan Sumber Alam


Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak
lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan
masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.

4). Terbatasnya Lapangan Kerja

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi


masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja
baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi
masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.

5). Keterbatasan Modal

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk


melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang
mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan. 6. Beban
Keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak
diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan
karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau
beban untuk hidup yang harus dipenuhi.

Di bawah ini beberapa faktor penyebab kemiskinan menurut pendapat


Karimah Kuraiyyim:
1. Merosotnya Standar Perkembangan Pendapatan Per-kapita secara
Global.
Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-
kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan
naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka
pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
 Rusaknya syarat-syarat perdagangan
 Beban hutang
 Kurangnya bantuan luar negeri, dan
 Perang
2. Menurunnya Etos Kerja dan Produktivitas Masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3. Biaya Kehidupan yang Tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat


dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan
oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan
publik dan banyaknya pengangguran.

4. Pembagian Subsidi In Come Pemerintah yang Kurang Merata.


Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung
mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih
terbebani oleh pajak negara.
Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini,
diantaranya:
 Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
 Terbatasnya akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan,
dan sempitnya lapangan pekerjaan
 Kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha
 Kurangnya penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan seseorang
 Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
 Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga.
 Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya
jaminan sosial terhadap masyarakat.

2.1.3 Grafik Kemiskinan di Indonesia

Tabel perkembangan tingkat kemiskinan sepuluh tahun terakhir


(sumber: BPS, Thn 2011-2017 Angka September)

BPS mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi


kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jadi, penduduk miskin adalah pendudukyang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Tingkat kemiskinan pada tahun 2017 mencapai titik terendah selama


hampir dua dekade, yaitu sebesar 10,12 persen. Rilis data BPS per September
2017 menunjukkan persentase penduduk miskin Indonesia berkurang 0,58 persen
poin (year-on-year). Secara absolut jumlah penduduk miskin dari September 2016
ke September 2017 turun 1,18 juta jiwa. Data mengenai perkembangan tingkat
kemiskinan dalam sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik. Dilihat dari
dinamika tingkat kemiskinan 2009-2017, kemiskinan di perdesaan lebih tinggi
daripada di perkotaan. Apabila kita lihat perkembangan penurunan kemiskinan
sepuluh tahun terakhir, secara rata-rata hanya turun 500 ribu orang per tahun.
Dibandingkan tahun 2016, terjadi penurunan kemiskinan di luar kebiasaan pada
tahun 2017, yaitu dua kali lipat lebih atau sebesar 1,18 juta jiwa.Di samping
berbagai upaya penanganan kemiskinan, diperlukan pula upaya terobosan untuk
mengatasi persoalan kesenjangan sosial ekonomi. Adapun penyebab terjadinya
adalah adanya kesempatan yang belum merata, akses terhadap lapangan pekerjaan
yang belum merata, kepemilikan aset masih terkonsentrasi pada kelompok
masyarakat yang kaya, dan masih rendahnya resiliensi.

Tingkat ketimpangan pada 2017 juga semakin membaik yang ditandai


dengan penurunan Gini Rasio sebesar 0,391 persen year-on-year karena didorong
kenaikan proporsi konsumsi kelompok 40 persen terbawah dan menengah.

Hal itu juga dipacu oleh kebijakan pertanian dan pengembangan ekonomi
produktif melalui reforma agraria dan peningkatan produktivitas di sektor
pertanian, pengembangan vokasi dan pelatihan kerja bagi kaum muda serta
kebijakan afirmasi untuk 40 persen penduduk miskin seperti reformasi subsidi
tepat sasaran serta perluasan akses pelayanan dasar.

Salah satu strategi khusus dalam penanggulangan kemiskinan pada 2018


adalah dengan integrasi program kemiskinan, yaitu dengan pelaksanaan
perlindungan sosial didasarkan pada pendekatan siklus hidup (life-cycle),
penerima bantuan menerima manfaat lengkap karena bersifat single targeting
framework untuk intervensi kemiskinan secara holistik dan mendorong
pengembangan pelayanan satu pintu dan implementasi bantuan sosial non-tunai.
Strategi lainnya adalah dengan perluasan bantuan sosial non-tunai yang
harus dipastikan berjalan tepat waktu, mengarahkan bantuan pangan untuk
memperbaiki pola konsumsi pangan masyarakat serta padat karya tunai (cash for
work) untuk masyarakat kurang mampu.

2.1.4 Cara Menanggulangi Kemiskinan


1. Peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesan
Berbagai pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri
menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang
efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di
Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten
berada dalam kondisi yang buruk.Walaupun berbagai masalah di atas terlihat
rumit dalam pelaksanaannya, solusinya dapat terlihat dengan jelas:
 Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan dan di
tingkat kabupaten.
 Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
 Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya.
 Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang
belum menikmati tenaga listrik.

2. Perbaikan Tingkat Kesehatan Melalui Fasilitas Sanitasi yang Lebih Baik


Untuk mengatasi hal tersebut ada dua hal yang dapat dilakukan:
 Pada sisi permintaan. Pemerintah dapat menjalankan kampanye publik
secara nasional untuk meningkatkan kesadaran dalam penggunaan fasilitas
sanitasi yang lebih baik. Biaya yang diperlukan untuk kampanye tersebut tidaklah
terlalu tinggi, sementara menjanjikan hasil yang cukup baik.
 Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus diperbaiki.
Aspek terpenting adalah membiayai investasi di bidang sanitasi yang akan terus
meningkat. Dua pilihan yang dapat dilakukan adalah:
1) mengadakan kesepakatan nasional untuk membahas masalah pembiayaan
fasilitas sanitasi dan
2) mendorong pemerintah lokal untuk membangun fasilitas sanitasi pada
tingkat daerah dan kota; misalnya dengan menyediakan DAK untuk pembiayaan
sanitasi ataupun dengan menyusun standar pelayanan minimum.

3. Penghapusan Larangan Impor Beras

Larangan impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang


tepat dalam membantu petani. Tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin.
Studi yang baru saja dilakukan menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang
masuk dalam kategori miskin akibat dari kebijakan tersebut. Oleh karena beberapa
langkah di bawah ini patut mendapat perhatian:
 Penghapusan larangan impor beras.
 Mengganti larangan impor dengan bea masuk yang lebih rendah.
 Memperbolehkan siapapun untuk melakukan impor.

4. Pembatasan Pajak dan Retribusi Daerah Yang Merugikan Usaha Lokal


Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin di daerah
pedesaan adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian. Oleh karena itu
pemerintah dapat berusaha menurunkan beban yangditanggung oleh penduduk
miskin dengan cara:
 Menggantikan sistem pajak daerah yang berlaku dengan mengeluarkan daftar
sumber penghasilan yang boleh dipungut oleh pemerintah daerah.
 Menghentikan pungutan pajak dan retribusi daerah yang tidak diperlukan,
dengan mengharuskan pemerintah daerah untuk mengadakan pengkajian
dampak suatu peraturan sebelum mengeluarkan pungutanbaru.
 Menciptakan dan memperbaiki sistem pelayanan satu atap dan meningkatkan
kemampuan serta pemberian insentif pada berbagai elemen pemerintahan
daerah.
 Membentuk sebuah komisi dalam mengawasi pungutan-pungutan liar dan
pembayaran yang dilindungi.
5. Pemberian Hak Penggunaan Tanah Bagi Penduduk Miskin
 Mempercepat program sertifikasi tanah secara dramatis agar setidaknya
mencapai tingkatan yang sama dengan rata-rata negara Asia Timur lainnya.
 Mengkaji ulang dan memperbaiki undang-undang pertanahan, kehutanan dan
juga pertanian.
 Mengkaji kemungkinan redistiribusi tanah milik perusahan negara yangtidak
digunakan kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki tanah.
 Mengakomodasi kepemilikan komunal atas tanah sebagai salah satu bentuk
kepemilikan. Prinsip yang terpenting adalah kepastian dalam penggunaan
tanah, bukan hanya pada kepemilikan secara pribadi.
 Mendukung adanya penyelesaian masalah pertanahan secara kekeluargaan,
disamping membentuk peradilan khusus mengenai masalah pertanahan.
 Mempersiapkan peraturan yang menjamin kepastian hukum bagi masyarakat
miskin yang tinggal di area perhutanan.

6. Membangun Lembaga-Lembaga Pembiayaan Mikro (LPM) yang


Memberi Manfaat pada Penduduk Miskin
Berbagai langkah penting yang dapat diambil untuk meningkatkan akses
penduduk miskin atas kredit pembiayaan adalah:
 Menyelesaikan rancangan undang-undang mengenai LPM yang
memberikan dasar hukum dan kerangka kelembagaan bagi lembaga pembiayaan
mikro untuk menghimpun dan menyalurkan dana bagi penduduk miskin.
 Membangun hubungan antara sektor perbankan dengan LPM, misalnya
dengan memberikan kesempatan bagi BKD untuk menjadi agen untuk bank-bank
komersial dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
 Menghentikan penyaluran bantuan modal dan skema pinjaman yang
disubsidi. Dana sebanyak tiga trilliun rupiah yang selama ini disalurkan, dapat
digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaga pembiayaan
mikro, baik yang formal maupun yang berasal dari inisiatif masyarakat setempat,
untuk dapat mengjangkau kalangan yang lebih luas.
 Mengesahkan revisi Undang-Undang Koperasi guna memberikan
kerangka hukum yang lebih baik untuk pengembangan pembiayaan

7. Perbaikan Atas Kualitas Pendidikan dan Penyediaan Pendidikan Transisi


Untuk Sekolah Menengah
Pemerintah dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan mencegah
terputusnya pendidikan masyarakat miskin dengan cara:
 Membantu pengembangan Manajemen dan pembiayaan pendidikan yang
bertumpu pada peran sekolah.
 Menyediakan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin.
 Mengubah beasiswa Jaring Pengaman Sosial

8. Mengurangi Tingkat Kematian Ibu Pada Saat Persalinan


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka
kematian tersebut, yaitu:
 Meluncurkan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran atas manfaat
penanganan medis professional pada saat persalinan, serta periode sebelum
dan sesudahnya.
 Menyediakan bantuan persalinan gratis bagi penduduk miskin,
 Meningkatkan pelatihan bagi bidan desa,

9. Menyediakan Lebih Banyak Dana Untuk Daerah-Daerah Miskin


Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.
Untuk memecahkan masalah tersebut, pemerintah dapat melakukan beberapa hal
di bawah ini:
 Memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan
pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar yang cukup baik.
DAU dimaksudkan untuk membantu kesenjangan keuangan antar daerah
berdasarkan formula yang memperhitungkan tingkat kemiskinan, luas
wilayah, jumlah penduduk, biaya hidup dan kapasitas fiskal.
 Meningkatkan pemberian DAK untuk menunjang target program nasional
pengentasan kemiskinan. Dana Alokasi Khusus dapat menjadi insentif bagi
pemerintah daerah untuk memenuhi target penurunan tingkat kemiskinan.

10. Merancang Perlindungan Sosial yang Lebih Tepat Sasaran


Pemerintah dapat meningkatkan bantuan pada masyarakat miskin
disamping mengadakan penghematan dengan cara:
 Mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM).
 Menggunakan tabungan pemerintah yang ada untuk mengembangkan program
perlindungan sosial.
 Memperbaiki penetapan sasaran agar dapat menyentuh lebih banyak penduduk
miskin.
 Membentuk gugus tugas yang mengkaji sistem perlindungan sosial.
2.1.5 Dampak Kemiskinan
1. Kriminalitas Meningkat

Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Bukan tanpa sebab,


karena masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi
kebuhtuhan hidup mereka, termasuk melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk
kriminalitas tersebut yaitu pencurian, perampokan, begal, penipuan, bahkan
pembunuhan.

2. Angka Kematian yang Tinggi

Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak


mendapatkan akses kesehatan yang memadai. Hal ini menyebabkan tingginya
angka kematian pada masyarakat miskin.

Selain itu, gizi yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada
masyarakat miskin. Asupan gizi yang kurang menyebabkan kesehatan dan
perkembangan fisik masyarakat miskin sangat buruk.

3. Akses Pendidikan Tertutup


Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak
dapat menjangkau dunia pendidikan. Hal ini semakin memperburuk situasi
masyarakat yang kekurangan karena kurangnya pendidikan membuat mereka
tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.

4. Pengangguran Semakin Banyak

Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan sulit


bersaing di dunia kerja maupun usaha. Hal ini kemudian akan menyebabkan
pengangguran semakin meningkat.

5. Munculnya Konflik di Masyarakat

Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan


dengan berbagai tindakan anarkis. Bahkan seringkali konflik bernuansa SARA
timbul di masyarakat sebagai cara pelampiasan kekecewaan masyarakat miskin.

2.1.6 Kebijakan Pemerintah Mengenai Kemiskinan


Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, pemerintah terus
berupaya menjalankan program-program untuk menanggulangi kemiskinan yang
ada. Penanggulangan kemiskinan terkait dengan mandat Undang – Undang Dasar
1945 yang tertuang dalam beberapa pasal diantaranya pasal 27 ayat (2) "tiap – tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layakbagi
kemanusiaan ", pasal 28 H

Ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan pelayanan kesehatan.

Ayat (2) Setiap orang mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh persamaan dan keadilan.

Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia bermartabat.

Ayat (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang – wenang oleh siapapun.
Pasal 34 menyebutkan " fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara". Pasal tersebut yang semula ayat tunggal, pada amandemen keempat UUD
45 hal tersebut dipertegas lagi dengan menambah ayat-ayat baru, sehingga pasal
34 menjadi empat ayat.

Ayat (2) berbunyi " negara mengembangkan sistem jaminan bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan". lingkungan hidup yang kesempatan dan manfaat yang
sama guna mencapai Sebagai penyelenggara Negara pemerintah wajib
menjalankan amanah
Undang-undang untuk mengentaskan kemiskinan. Usaha-usaha yang
dilakukan khususnya pemerintah daerah dituangkan dalam program-program
strategis untuk menanggulangi kemiskinan. Otonomi daerah memberikan peran
yang nyata pada Pemerintah Kabupaten dan pemerintah kota untuk mengelola
daerahnya di berbagai bidang, termasuk diantaranya program pengentasan
kemiskinan. Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang terintegrasi.

Beberapa di antaranya yaitu program penanggulangan kemiskinan berbasis


bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat, serta program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
usaha kecil yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah baik pusat maupun
daerah.

Dalam RKP 2019, pemerintah mencanangkan lima prioritas nasional dan


24 program prioritas yang direncanakan hingga tingkat proyek (satuan tiga) di
tingkat provinsi, kabupaten/kota. Lima prioritas nasional tersebut terdiri atas:

1) Pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan


pelayanan dasar

2) Pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui penguatan konektivitas dan


kemaritiman
3) Penguatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui
pertanian, industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya

4) Pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air

5) Stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu

Program lainnya adalah perluasan bantuan sosial nontunai yang harus


dipastikan berjalan tepat waktu, mengarahkan bantuan pangan nontunai untuk
memperbaiki , pola konsumsi pangan masyarakat,dan program padat karya tunai
(cash for work) untuk masyarakat kurang mampu. Padat karya tunai bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja sementara,
menurunkan angka stunting, dan mengurangi kemiskinan. desa yang mengalami
bencana, pasca-konflik, dan rawan pangan.

Hasil riset yang dipaparkan dalam Konferensi “Evidence on Stunting from


Three Randomized Evaluation in Indonesia” pada 8 Mei 2018 lalu menyatakan
bahwa bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dinilai dapat
menurunkan stunting secara signifikan . Hal ini dikarenakan setelah enam tahun
PKH digulirkan, terjadi perubahan perilaku kesehatan penerima bantuan, sehingga
diharapkan dalam jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan. Meskipun
demikian, masih perlu dilakukan edukasi secara maksimal oleh fasilitator kepada
penerima bantuan. Selain itu, penyediaan fasilitas kesehatan di daerah juga masih
perlu ditingkatkan.

2.2 Kesenjangan Ekonomi


2.2.1 Pengertian Kesenjangan Ekonomi
Kesenjangan adalah masalah sosial yang semakin
berkembang.Kesenjangan yang terlalu besar cenderung merugikan karena
kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan mampu menghambat
pertumbuhan jangka panjang. Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya
ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Ada juga yang mengartikannya sebagai perbedaan ekonomi yang sangat
jauh. Seperti contohnya di kota, ekonomi tercukupi sedangkan di desa ekonomi
kekurangan. Itu juga dapat disebut dengan kesenjangan ekonomi. Di Indonesia,
kesenjangan ekonomi penduduknya sangat memprihatinkan. Khususnya di
lingkungan perkotaan. Kesenjangan ekonominya sangat terlihat jelas dari
masyarakatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini
dianggap sangat bertolak belakang dengan pancasila, yaitu sila ke 5 yang berbunyi
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Pada kenyataannya, kesenjangan membuat dampak yang tidak adil bagi


masyarakat Indonesia. Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah Negara dengan
jumlah penduduk yang sangat banyak dan menempati posisi ke 4 di dunia dengan
penduduk terpadat. Maka sangat sulit juga untuk mengatur kesenjangan ekonomi
setiap penduduknya. Tingkat kemiskinan di Indonesia masih mencapai angka
11,8% dari seluruh total penduduknya yaitu 230 juta jiwa penduduk.

Kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan fenomena global yang


sering terjadi di negara berkembang. Bahkan masalah kesenjangan ekonomi ini
telah menjadi pembahasan utama dalam penetapan kebijakan pembangunan
ekonomi di negara berkembang sejak puluhan tahun lalu. Perhatian ini timbul
karena ada kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang dirancang untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi kesenjangan
ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.

Kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia.


Kesenjangan ini berkaitan dengan strategi pembangunan Indonesia yang bertumpu
pada aspek pertumbuhan ekonomi sejak masa orde baru. Sasaran pembangunan
diarahkan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi, namun tidak
memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.
Walaupun aspek pemerataan sempat mendapatkan perhatian ketika urutan
prioritas trilogi pembangunan diubah dari pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas
pada Pelita II (1974–1979) menjadi pemerataaan, pertumbuhan, dan stabilitas dari
pada Pelita III (1979–1984), namun inti tumpuan pembangunan Indonesia tetap
saja pertumbuhan (growth bukan equity). Dalam praktiknya, pemerintah hanya
menetapkan target tingkat pertumbuhan yang hendak dicapai, namun tidak
menetapkan target mengenai tingkat kemerataan.

Kesenjangan sosial merupakan sesuatu yang menjadi pekerjaan bagi


pemerintah yang butuh perhatian yang lebih. Kesenjangan sosial yang terjadi
dalam masyarakat sangatlah mencolok dan makin memprihatinkan yang perlu
dibahas serta dicari penyebab-penyebab terjadinya suatu kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial yang muncul dalam masyarakat perlunya sebuah keberanian
dalam pengungkapanpannya. Sehingga kesenjangan sosial dan ekonomi antar
daerah menjadi topik yang menarik serta bagus untuk dipaparkan dalam laporan
ini. Kesenjangan sosial adalah keadaan yang tidak seimbang yang ada di
masyarakat yang mengakibatkan perbedaan yang mencolok.

Sedangkan Kesenjangan Ekonomi adalah sebuah keadaan ketimpangan


penghasilan antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah sangat tinggi.
Kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial adalah masalah besar bagi negara
Indonesia. Dari setiap periode pemerintahan belum bisa mengatasi akar masalah
dari kesenjangan ini. Akar permasalahan dari kesenjangan ini adalah tidak
meratanya pendapatan dari setiap warga negara Indonesia di setiap daerah,
kemudian pembangunan yang tidak merata di setiap wilayah Indonesia.
Pendidikan masyarakat yang masih rendah, dengan tingkat pendidikan yang
rendah akan sangat sulit bagi negara Indonesia untuk mengurangi permasalahan
kesenjangan sosial maupun kesenjangan ekonomi.

Perbedaan status sosial dalam masyarakat, status sosial ini muncul karena
adanya stratifikasi dalam masyarakat, seperti halnya lulusan SMA dan lulusan
sarjana tentu akan memiliki status yang berbeda. Kemiskinan yang melanda
negara sebagian warga negara Indonesia, beberapa faktor yang mempengaruhi
lahirnya kemiskinan itu sendiri adalah sebagai berikut; fatalisme, rendahnya
tingkat aspirasi, rendahnya kemauan mengejar sasaran, kurang melihat kemajuan
pribadi, perasaan ketidakmampuan, dan perasaan untuk selalu gagal.
Pembangunan di Indonesia kebanyakan berpusat di pulau Jawa terutama
Jawa Barat, dengan alasan di Jawa sudah tersedianya infrastruktur, dengan
harapan hasil-hasil pembangunan tersebut dapat menetes ke daerah lain di
Indonesia. Akan tetapi bukti sejarah menunjukkan sejak pelita 1 (1969) ternyata
efek tersebut tidaklah tepat. Perekonomian Indonesia tahun 2010 tumbuh 6,1%
yang melampaui target 5,8%. Nilai produk domestik bruto naik dari 5.603,9
triliun pada 2009 menjadi 6.442,9 triliun rupiah, hal ini sangat jelas bahwa orang
yang sangat kaya memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Menurut laporan Bank Dunia bertajuk “Indonesia’s Rising Divide”. Dalam


laporan itu disebutkan Indonesia mengalami lonjakan kesenjangan sosial ekonomi
secara signifikan. Tercatat hanya 20 persen penduduk Indonesia yang mampu
menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi dalam satu dekade terakhir. Laporan
itu juga mengungkapkan, Indonesia menghadapi masalah konsentrasi
kesejahteraan tertinggi di dunia. Tercatat hanya 10 persen masyarakat Indonesia
terkaya menguasai sekitar 77 persen kekayaan negara. Pendapatan kekayaan ini
terkadang dikenai pajak yang lebih rendah dibandingkan pendapatan pekerja.
Artinya, Indonesia diprediksi akan menghadapi permasalahan kesenjangan sosial
ekonomi yang makin parah pada masa mendatang. Adapun penyebab peningkatan
kesenjangan itu adalah ketidaksamaan kesempatan, ketidaksamaan dalam
pekerjaan, terkonsentrasinya aset pada kelompok kaya, dan rendahnya resiliensi.

Menurut salah satu media dengan judul “Kejar Pertumbuhan Inklusif”


pada Januari 2017, dan dimatangkan kembali dari Term Of Reference (TOR) dari
ISEI Pusat disebutkan angka kesenjangan ekonomi Indonesia yang diukur dari
gini ratio memang sedikit membaik dari 0,41 menjadi 0,397 dalam dua tahun
terakhir, namun masih memprihatinkan. Global Wealth Report 2016 yang dirilis
Credit Suisse Research Institute menyoroti masalah tersebut, dengan menyatakan
bahwa Indonesia menjadi negara dengan distribusi kekayaan paling senjang
keempat di dunia, meski kekayaan rumah tangga di Tanah Air tumbuh sekitar
6,4% pada 2016, menjadi US$ 1,8 trilyun. Indonesia hanya lebih baik dari Rusia
yang 1% orang kaya-nya menguasai 74,5% total kekayaan rumah tangga, India
(58,4%) dan Thailand (58%).

Selain kesenjangan ekonomi antara masyarakat miskin dan kaya,


Indonesia juga masih menghadapi kesenjangan pendapatan antarwilayah.
Keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan
terpencil perlu ditingkatkan agar wilayah-wilayah tersebut dapat berkembang.
Contoh nyatanya terdapat pada Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian
timur. Perkembangan dari segi ekonomi di Indonesia bagian barat masih cukup
baik dibandingkan Indonesia bagian timur. Meskipun masih juga terdapat
beberapa kesenjangan ekonomi di Indonesia bagian barat. Tetapi, di era
pemerintahan presiden Indonesia yang ke tujuh yaitu Joko Widodo, sudah mulai
pergerakan untuk meningkatkan perekonomian dan menyamaratakannya antara
Indonesia bagian barat dan indonesia bagian timur.

2.2.2 Faktor Penyebab Kesenjangan Ekonomi


1. Menurunnya pendapatan per kapita

2. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah

3. Rendahnya mobilitas sosial

4. Pencemaran lingkungan alam

5. Biaya pendidikan mahal

6. Tingginya pengangguran

7. Lahirnya ideologi kapitalis

8. Hilangnya asas gotong royong

2.2.3 Akibat dari Kesenjangan Sosial dan Ekonomi


1. Angka kriminalitas tinggi

2. Kemiskinan semakin menyebar

3. Putus sekolah
4. Kualitas kesehatan menurun

5. Tidak terjalinnya silaturahmi

2.2.4 Cara Menanggulangi Kesenjangan Ekonomi


1. Mengajarkan nilai -nilai pancasila

2. Menomorsatukan pendidikan

3. Menciptakan lapangan kerja dan meminimalis kemiskinan

4. Meminimalis KKN dan memberantas korupsi


5. Meningkatkan sistem keadilan di Indonesia serta melakukan pengawasan
yang ketat terhadap mafia hukum
6. Membuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin

2.3 Studi Kasus Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi


Kesenjangan Sosial dan Kemiskinan yang Terjadi di Desa Sawoo
3 Januari 2017 17:52 Diperbarui: 3 Januari 2017 17:52 4792 0 0

Dalam 15 tahun terakhir ini, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi


yang kuat. Pencapaian ini telah mengurangi tingkat kemiskinan dan
memperbesar jumlah kelas menengah. Namun, manfaat dari pertumbuhan ini
lebih dinikmati oleh 20% masyarakat terkaya, dan sekitar 80% penduduk
rawan merasa tertinggal. Inilah bukti dari adanya ketimpangan distribusi
pendapatan yang terjadi hampir disetiap daerah di Indonesia. Hal ini
mengakibatkan timbulnya kesenjangan sosial dan kemiskinan. Tak luput di
sebuah daerah kecil yang terdapat di Jawa Timur, tepatnya Ds Sawoo, Kec
Sawoo, Kab Ponorogo.
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang
ada pada suatu wilayah. Masalah kesenjangan sosial tidak bisa dijauhkan dari
masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang sulit
atau bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhannya atas sandang, pangan dan
papan. Tidak hanya itu sulitnya pemenuhan kebutuhan atas pendidikan dan
kesehatan juga termasuk kedalam konteks kemiskinan.
Faktor utama yang menyebabkan kesenjangan sosial dan kemiskinan di
daerah ini adalah faktor pendidikan. Sebagian besar penduduk di dalamnya
sangat mementingkan pendikikan, dimana beberapa orang tua bahkan
merelakan mengeluarkan uang lebih demi pendidikan anaknya, karena mereka
menyadari bahwa pendidikan merupakan penyumbang terbesar untuk
mencapai sebuah kesuksesan, dan pada akhirnya merekapun juga akan ikut
merasakan kesuksesan tersebut. Namun disisi lain, beberapa orang tua
mengabaikan pendidikan, karena menurut mereka pendidikan kurang begitu
penting. Mereka memiliki pemikiran yang sangat sempit, dimana mereka
berpendapat bahwa ‘Dia berpendidikan tapi juga masih pengangguran’ atau
‘apa pentingnya pendidikan? Hanya akan membuang-buang uang saja, lebih
baik bekerja langsung akan lebih cepat mendapatkan uang’. Tanpa mereka
memikirkan pendidikan sangat menentukan dimana posisi mereka bisa
bekerja.
Adanya perbedaan tingkat pendidikan, tidak dapat dipungkiri muncullah
perbedaan dalam proses pencarian lapangan pekerjaan. Di desa Sawoo
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, banyak penduduk di desa
ini berhasil karena melimpahnya hasil panen yang diperolehnya. Disamping
petani yang sukses karena hasil panenya juga terdapat lahan atau sawah yang
luas.
Sawah yang luas itulah yang membuatnya tetap dalam keadaan ekonomi yang
memadai. Berpendidikan atau tidak mereka telah aman karena telah memiliki
modal usaha yang tetap dapat menjamin kehidupannya, asal mereka memiliki
skill yang memadai untuk tetap bisa mengoperasikan modal usaha yang
mereka miliki. Namun bagaimana nasib para masyarakat yang sama sekali
tidak memiliki lahan ditambah kurangnya pendidikan yang memadai? Mereka
sangat sulit untuk menemukan pekerjaan.
Ada sebagian dari mereka yang memilih menjadi buruh petani atau buruh
bangunan. Dengan menerima secara lapang upah yang dari hasil kerjanya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangannya saja. Juga tak sedikit dari
mereka memilih untuk merantau keluar negeri sebagai WNI, kebanyakan
mereka dari kalangan pemuda. Mereka memilih bekerja di luar negeri dengan
harapan memperoleh upah yang lebih dibandingkan bekerja di daerahnya
sendiri. Dan untuk para masyarakat yang buta akan pendidikan dan tidak
memiliki kemampuan utuk bekerja mereka akan sangat sulit mendapatkan
pekerjaan, pada akhirnya banyaklah pengangguran di daerah ini.
Tidak berhenti disitu, karena faktor pendidikan dan faktor tenaga kerja
yang telah dijelaskan diatas menyebabkan buruknya pemenuhan kesehatan
yang layak pada kalangan masyarakat yang kurang mampu. Kemiskinan yang
membentuk mereka hidup di kawasan kumuh membuat mereka mengabaikan
pentingnya sebuah kesehatan. Di lingkungan mereka masih menggunakan
sungai sebagai tempat mecari air minum, mandi, mencuci dan buang air baik
kecil maupun besar. Dengan mencampuradukkan semua kegiatan tersebut
pada tempat yang sama, tentu air yang ada akan tercemar. Sedangkan air
minum yang mereka konsumsi setiap harianya juga terkontaminasi. Sehingga
mereka rentan terserang penyakit. Mulai dari diare, muntaber, hingga DBD.
Setelah mereka terserang penyakit-penyakit tersebut, mereka sulit untuk
mendapatkan perawatan yang memadai karena kurangnya biaya pengobatan
yang mereka miliki. Alhasil mereka hanya mampu untuk merawat keluarga
mereka yang sakit dirumah saja.
Keadaan yang seperti ini tidak boleh terus berlangsung. Hendaknya
masalah kesenjangan sosial dan kemiskinan yang terjadi harus segera
mendapatkan penanganan khusus. Cara satu-satunya adalah dengan memutus
rantai faktor penyebab dari kedua masalah tersebut. Mulai dari faktor
pendidikan, faktor ketenaga kerjaan hingga faktor kesehatan.
Lantas, bagaimana cara untuk dapat memutus rantai faktor penyebab
masalah tersebut? Caranya adalah dengan memberikan pengertian bahwa
pendidikan adalah sesuatu yang penting, yang wajib dimiliki oleh setiap
manusia. Karena dengan bekal pendidikan seseorang akan dapat menentukan
pekerjaan yang akan dia tekuni. Dan dengan hal tersebut tidak akan adalagi
masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh.
Mengubah padangan dan cara berfikir seseorang memang sangatlah sulit.
Apalagi mengubah segolongan masyarakat yang memiliki bermcam-macam
asumsi, pemikiran, pendapat, dll. Namun hal ini tak akan menjadi sulit apabila
kita tahu cara yang tepat diimbangi dengan usaha yang maksimal.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah, menjadi bagian dari mereka.
Ikut serta dalam segala kegiatan yang mereka lakukan. Ikut serta disini bukan
berarti mengikuti apa yang mereka kerjakan, tapi cukup ikuti alur yang
mereka mainkan dengan sedikit banyak pengawasi dan mengevaluasi apa yang
seharusnya di ubah dan apa yang seharusnya dipertahankan. Dilarang keras
untuk langsung memberikan komentar kepada mereka bahwa itu benar dan itu
salah, karena kebanyakan orang tidak menyukai pembenaran secara langsung
apalagi dari orang asing. Kita hanya perlu melakukan kebiasaan baik yang
sehari-hari kita kerjakan, dan secara tidak langsung itu telah menjadi contoh
nyata atas perubahan yang ingin dicapai.
Setelah kita menjadi bagian dari mereka, dan mereka sudah menganggap
kita sebagai keluarga mereka sendiri, sedikit banyak kita memberikan
pengertian kepada mereka di lingkungan ini perlu adanya perubahan. Mulai
dari kebersihan lingkungan, hendaknya kita mengajak mereka untuk gotong
royong membersihkan lingkungan. Kita dermakan sedikit harta kita dan
berikan mereka fasilitas yang dibutuhkan agar mereka bersemangat dalam
bekerja, seperti sapu, sabit, cangkul dan gerobak sampah. Tak lupa sediakan
sarapan untuk dapat dimakan bersama setelah lelah bekerja, agar terjalin
hangatnya rasa kekeluargaan. Lakukan secara teratur dalam periode tertentu.
Dalam proses bersih-bersih selipkan pengetahuan tentang pentingnya 3M,
meguras dengan rutin bak mandi atau apapun yang menjadi wadah air minimal
1 minggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan mengubur
barang-barang yang dapat menampung air. Dengan 3M ini setidaknya kita
dapat mengurangi kasus demam berdarah.
Langkah yang kedua adalah kita secara terang-terangan melakukan
penyuluhan tentang pentingnya pendidikan dan pentingnya pemenuhan air
bersih. Kita lakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa pendidikan perlu
dan wajib dimiliki baik untuk mereka maupun anak cucu mereka. Tiada kata
terlambat untuk menuntut ilmu. Kembali kita berikan fasilitas untuk mereka
dapat belajar, setidaknya mereka melek huruf untuk para orang tua dan untuk
anak-anaknya kita berikan pengertian bahwa pemerintah telah memberikan
bantuan kepada pelajar yang tidak mampu untuk tetap bisa sekolah. Sehingga
orang tua mereka tidak perlu khawatir lagi tentang masalah biaya, dan jika
mereka kelak pintar orang tua mereka juga akan merakasan imbasnya.
Dan untuk masalah air bersih kita berikan pengertian bahwa kebiasaan
BAK dan BAB tidak baik jika dilakukan di sungai. Cepat atau lambat mereka
akan membutuhkan jamban. Oleh karena itu kita perlu membangun jamban
umum bagi mereka, dana untuk pembangunan bisa dari iuran rutin dari
masyarakat tersebut atau mungkin dana hibah dari masyarakat yang juga ingin
membantu. Selain itu untuk pemenuhan air pemerintah telah memberikan
kemudahan bagi rakyatnya yaitu dengan PDAM, kita berikan informasi
kepada masyarakat dan membantunya untuk dapat memperoleh fasilitas
tersebeut.
Teratasinya masalah pendidikan maka di kemudian hari diharapkan
masyarakat tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan atau bahkan menciptakan
lapangan pekerjaan bagi orang lain. Dengan itu terputuslah dua faktor
penyebab masalah yang ada. Dan berubahnya kebiasaan hidup dan lingkungan
yang bersih, membantu masyarakat untuk dapat hidup sehat, sehingga
teratasinya masalah kesehatan yang terjadi sebelumnya.
Dengan selesainya masalah yang terdapat pada masyarakat diharapkan
tidak ada lagi masyarakat yang tergolong dalam kategori miskin. Sehingga
tidak timbul lagi masalah kesenjangan sosial dan kemiskinan. Kita perlu sama-
sama membangun, dari radar yang paling kecil yakni lingkungan. Jika semua
membangun meski dalam lingkup yang kecil maka akan tercipta
pembangunan yang besar. Sehingga pertumbuhan ekonomi tidak hanya
dinikmati oleh 20% masyarakat Indonesia melainkan 100%. Dan tidak akan
ada lagi istilah ketimpangan distribusi pendapatan. Kita semua sama dan
bersaudara. Maka hendaknya kita bersatu untuk menolong sesama. Tidak ada
si miskin dan si kaya. Kita semua sama di hadapan-Nya.

BAB III

PENUTUP

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk


memenuhi kebutuhan dasar seperi makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.
Penuntasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakut pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini
adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, dengan
kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah maka akan mengurangi
tingkat kemiskinan yang ada.
Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memperihatinkan. Hal ini ditandai
dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu
pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan
rendahnya mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan
khusus dan terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
Kesenjangan adalah masalah sosial yang semakin
berkembang.Kesenjangan yang terlalu besar cenderung merugikan karena
kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan mampu menghambat
pertumbuhan jangka panjang. Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya
ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Akar permasalahan dari kesenjangan ini adalah tidak meratanya


pendapatan dari setiap warga negara Indonesia di setiap daerah, kemudian
pembangunan yang tidak merata di setiap wilayah Indonesia. Pendidikan
masyarakat yang masih rendah, dengan tingkat pendidikan yang rendah akan
sangat sulit bagi negara Indonesia untuk mengurangi permasalahan kesenjangan
sosial maupun kesenjangan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel

https://www.kompasiana.com/vuzi/586b8233b77a6116091bcb5e/kesenjangan-
sosial-dan-kemiskinan-yang-terjadi-di-desa-sawoo?page=all

Jurnal

Mislinawati, Nurmasyitah. “Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi


Kemiskinan”. Jurnal Pesona Dasar.Vol. 1, No. 5, April 2017.

Ibrahim, Hilmi. “Potret Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan dan Kemiskinan Di


Indonesia Dalam Tinjauan Ekonomi Politik Pembangunan”. Jurnal Ilmu dan
Budaya.Vol. 40, No. 55, Maret 2017

Mulyadi, Mohammad. “Strategi Pemerintah Dalam Penanganan Kemiskinan dan


Kesenjangan”. Jurnal Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis.Vol.
X, No. 09, Mei 2018
Efendi, Mansur. “Pengelolaan Zakat Produktif Berwawasan Kewirausahaan
Sosial dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonsia”. Jurnal Ilmu Syariah dan
Hukum. Vol. 2. No. 1, Januari-Juni 2017.

Iskandar, Azwar dan Rahmaluddin Saragih. “Analisis Kondisi Kesenjangan


Ekonomi Daerah: Studi Kasus Kabuoaten/Kot Di Sulawesi Selatan”. Jurnal
Info Artha. Vol. 2, No.1, 2018.

Internet

Kuswandi, Hendra. “’Kesenjangan Ekonomi di Indonesia (Abstrak)”. [online].


Tersedia: https://hendrakuswandi.blogspot.com/2012/03/kesenjangan-ekonomi-di-
indonesia.html?m=1
Selasa, 27 Maret 2019
Bhangga. “Kemiskinan dan Kesenjangan Pemdapatan”. [online]. Tersedia:
https://bhangga1231.blogspot.com/2013/07/kemiskinan-dan-kesenjangan-
pendapatan.html?m=1
Selasa, 27 Maret 2019
Prahasta, Gustav. “’Definisi Kemiskinan Menurut Para Ahli”. [online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/33390994/DEFINISI_KEMISKINAN_MENURUT_P
ARA_AHLI

Anda mungkin juga menyukai