EKSPLORASI BATUBARA
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat
kesehatan-Nya.
2. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan semangat
kepada saya.
3. Kepada Dr. Ir. Endang Wiwik Dyah Hastuti, M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah
Eksplorasi Mineral yang telah membimbing saya selama perkuliahan berlangsung.
4. Rekan atau teman seperjuangan yang bekerjasama selama berlangsungnya perkuliahan dan
memberikan dukungan kepada saya.
LAPORAN PROPOSAL EKSPLORASI BATUBARA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DI CEKUNGAN KUTAI, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat dan
karunianyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Eksplorasi Mineral
Dalam penulisan laporan Eksplorasi Mineral penulis mendapatkan banyak bantuan dan
dukungan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Endang Wiwik
Dyah Hastuti, M.Sc. selaku dosen pengampu Eksplorasi Mineral. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan laporan Eksplorasi Mineral.
Penulis menyadari laporan Eksplorasi Mineral ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan Eksplorasi Mineral ini dapat bermanfaat bagi
kita sesama dan dapat dijadikan referensi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2
BAB I............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 4
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................................................ 5
1.3 JADWAL KEGIATAN .............................................................................................................. 5
1.4 LOKASI PENELITIAN DAN KESAMPAIAN DAERAH.................................................................... 6
1.5 METODE PENELITIAN ........................................................................................................... 7
1.5.1 Tahap Pendahuluan ...................................................................................................... 7
1.5.2 Sumber Data................................................................................................................. 7
1.5.3 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................................ 8
1.6 MANFAAT PENELITIAN....................................................................................................... 10
1.7 PENELITI TERDAHULU ........................................................................................................ 10
BAB II......................................................................................................................................... 11
GEOLOGI REGIONAL DAN DAERAH PENELITIAN ............................................................................ 11
2.1 GEOMORFOLOGI ............................................................................................................... 11
2.1.1 Geologi Regional ......................................................................................................... 11
2.2 STRATIGRAFI ..................................................................................................................... 12
2.2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai.............................................................................. 12
2.2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian ........................................................................................ 14
2.3 STRUKTUR GEOLOGI .......................................................................................................... 15
2.3.1 Struktur Geologi Regional Cekungan Kutai .................................................................... 15
2.3.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian .............................................................................. 15
2.3.3 Tatanan Tectonic Cekungan Kutai ................................................................................ 18
BAB III ........................................................................................................................................ 19
STUDI KHUSUS ........................................................................................................................... 19
3.1 PENYAJIAN DATA............................................................................................................... 19
3.1.1 Data Inti Batuan .......................................................................................................... 19
3.1.2 Data Log Sumur .......................................................................................................... 19
3.2 HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN .................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuh-tumbuhan (komposisi
utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak pengendapannya
terkena proses kimia dan fisika yang mengakibatkan terjadinya pengkayaan kadungan karbonnya
(Wolf,1984, dalam Kuncoro, 1996).
Di alam kondisi kualitas batubara dijumpai sangat bervariasi, baik secara vertikal maupun lateral,
antara lain bervariasinya kandungan sulfur dan sodium, kondisi roof dan floor, kehadiran parting dan
pengotor, proses leaching. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembentukan batubara
yang kompleks, lingkungan pengendapan yang khas sebagai tempat terbentuknya batubara dan
proses-proses geologi yang berlangsung bersamaan atau setelah batubara terbentuk (Kuncoro,
1996).
Kualitas batubara ditentukan oleh lingkungan pengendapan, aspek fisika, kimia, dan biologi, yang
akan mempengaruhi besarnya kandungan komponen penting dalam batubara antara lain ash, fixed
carbon, moisture, volatile matter, dan vitrinite reflectance kandungan dari unsur – unsur tersebut
mempengaruhi dalam besarnya kalori dan total gas content dalam batubara. Kandungan komponen
- komponen tersebut sangat penting dalam mengetahui kualitas batubara.
Batubara yang terbentuk di lingkungan back barrier mempunyai kandungan sulfur tinggi (>1%),
demikian juga dengan di lingkungan lower delta plain kandungan sulfurnya agak tinggi (0.7 % -1 %).
Berbeda dengan yang terbentuk di lingkungan upper delta plain yang kandungan sulfurnya rendah
(0.1 % - 0.7 %). Suplai sulfat lebih banyak dari air laut daripada air sungai, sehingga reaksi lebih
mudah terjadi pada batubara yang berasosiasi dengan kondisi marine.
Batubara menjadi sangat penting dan perlu dipelajari karena merupakan salah satu aspek penting
dalam usaha mengembangkan kegiatan penambangan batubara sebagai penggerak roda ekonomi
dan pegembangan batubara sebagai sumber energi baru yaitu sebagai reservoar coalbed methane.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kualitas
batubara dengan lingkungan pengendapan pembentuk batubara dengan judul “Analisis Fasies dan
Karakteristik Pertrofisik Batubara Seam CBM 2, Formasi Balikpapan, Lapangan “X”, Cekungan Kutai,
Berdasarkan Data Log Sumur dan Inti Batuan”.
2. Mengetahui geometri lapisan batubara pada lapangan “X”, seam CBM 2, Formasi Balikpapan,
Cekungan Kutai.
3. Mengetahui karekteristik petrofisik batubara pada lapangan “X”, seam CBM2, Formasi
Balikpapan, Cekungan Kutai.
4. Mengetahui penyebaran lapisan reservoar yang berpotensi pada lapangan “X”, seam CBM2,
Formasi Balikpapan, Cekungan Kutai.
LOKASI
PENELITIAN
Fokus kajian tugas akhir ini yaitu pada lapangan “X”, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur.
(Gambar 1.1).
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka dilakukan empat tahap utama dalam penelitian
ini, meliputi tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, dan
tahap penyusunan laporan.
Pada tahap ini dilakukan dengan maksud melihat kesiapan mahasiswa sebelum melakukan
penelitian dan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang telah dibuat oleh Jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
2. Kajian pustaka
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan gambaran geologi daerah
penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara regional maupun lokal
keadaan geologi daerah secara umum. Termasuk pengumpulan dan pembahasan literatur-
literatur Lapangan “X” terdahulu.
Pengumpulan data berupa data sumur, data inti batuan, maupun data lain yang
menunjang penelitian.
a) Data log sumur digunakan untuk studi sikuen stratigrafi, analisis fasies dan perhitungan
petrofisik yang dikombinasikan dengan hasil analisis fasies dan hasil analisis proximate
yang berupa perhitungan kandungan ash, fixed carbon, moisture dan volatile matter dari
data inti bor.
a) Penelitian terdahulu tentang geologi regional Cekungan Kutai dan Lapangan Mutiara
b) Data diskripsi dan analisis inti bor untuk identifikasi fasies pengendapan, lingkungan
pengendapan, analisis volume Ash, Fixed Carbon, Moisture, dan Volatile matter.
a) Elan digunakan untuk analisis tiap sumur, antar sumur dan kalibrasi data core dan data log
sumur.
b) Petrel digunakan untuk membuat korelasi data log sumur, pembuatan model pengendapan
batubara dan non batubara, dan model penyebaran parameter – parameter petrofisik
batubara.
Tahapan ini secara garis besar mencakup beberapa tahap pengerjaan, yaitu:
a) Analisis data log sumur dan data batuan inti serta perhitungan parameter petrofisik.
b) Korelasi antar sumur secara detil dan terbatas berdasarkan fasies pengendapan.
Urut-urutan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut. (Gambar 1.2).
1. Penelitian ini dapat memberikan kesempatan bagi Mahasiswa untuk menerapkan ilmu
geologi secara langsung di dunia industri minyak dan gas, sehingga Mahasiswa mengetahui
cara dan langkah kerja nyata dalam pengintegrasian data untuk memberikan hasil analisis
yang maksimal.
2. Mahasiswa mampu berfikir secara deskriptif, serta mampu menjawab dan menyelesaikan
persoalan di lapangan, sehingga dapat menerapkan dan mengembangkan pengetahuan yang
diperoleh di perguruan tinggi, terutama penerapan ilmu geologi di dalam dunia industri
minyak dan gas.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi VICO Indonesia untuk
pengembangan Lapangan “X” sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi pada” dan
dapat memberikan gambaran peta lokasi yang prospek pada Lapangan “X”.
• Agus Subarnas dkk, 1994. Laporan Penyelidikan endapan Batubara di daerah Kembang
Janggul,Kab. Kutai Kartanegara.
• Laporan lengkap Eksplorasi Batubara, PT Fajar Sakti Prima (2004), didaerah Uqmadian –
Buluqsen, Kec Tabang, Kab Kutai Kartanegara, Prov Kalimantan Timur.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAN DAERAH PENELITIAN
2.1 GEOMORFOLOGI
2.1.1 Geologi Regional
Cekungan Kutai dibatasi oleh Paternoster platform, Barito Basin, dan Pegunungan Meratus ke
selatan, dengan Schwaner Blok ke barat daya, lalu Tinggian Mangkalihat di sebelah utara - timur laut,
dan Central Kalimantan Mountains (Moss dan Chambers, 1999) untuk barat dan utara (Gambar 2.1).
Cekungan Kutai memiliki sejarah yang kompleks (Moss et al., 1997), dan merupakan satu - satunya
cekungan Indonesia yang telah berevolusi dari internal rifting fracture/foreland basin ke marginal-
sag.. Sebagian besar produk awal pengisi Cekungan Kutai telah terbalik dan diekspos (Satyana et al.,
1999), pada Miosen Tengah sampai Miosen Akhir sebagai akibat dari terjadinya tumbukan / kolusi
block Micro Continent. Dari peristiwa ini menyebabkan adanya pengangkatan cekungan, perubahan
sumbu antiklin dan erosi permukaan yang mengontrol sedimentasi pada Delta Mahakam. Delta
Mahakam terbentuk di mulut sungai Mahakam sebelah timur pesisir pulau Kalimantan. Dengan garis
pantainya berorientasi arah NE-SW dan dibatasi oleh Selat Makasar, selat yang memisahkan pulau
Kalimantan dan Sulawesi.
2.2 STRATIGRAFI
2.2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai
Satyana et all, 1999 dalam An Outline Of The Geology Of Indonesia, 2001 melakukan penelitian dan
menyusun stratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda sebagai berikut :
1) Formasi Beriun
Formasi Beriun terdiri dari batulempung, selang seling batupasir dan batugamping. Formasi Beriun
berumur Eosen Tengah – Eosen Akhir dan diendapkan dalam lingkungan fluviatil hingga litoral.
2) Formasi Atan
Diatas Formasi Beriun terendapkan Formasi Atan yang merupakan hasil dari pengendapan setelah
terjadi penurunan cekungan dan pengendapan padaFormasi Beriun. Formasi Atan terdiri dari
batugamping dan batupasir kuarsa. Formasi Atan berumur Oligosen Awal.
3) Formasi Marah
Formasi Marah Diendapakan secara selaras diatas Formasi Atan. Formasi Marah terdiri dari
batulempung, batupasir kuarsa dan batugamping berumur Oligosen Akhir.
4) Formasi Pamaluan
Diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir di lingkungan neritik, dengan ciri litologi
batulempung, serpih, batugamping, batulanau dan sisipan batupasir kuarsa. Formasi ini diendapkan
dalam lingkungan delta hingga litoral.
5) Formasi Bebulu
Diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah di lingkungan neritik. Ciri litologi Formasi
Bebulu adalah batugamping.
6) Formasi Pulubalang
Formasi Pulubalang diendapkan selaras di atas Formasi Pamaluan, terdiri dari atas selang-seling pasir
lanauan dengan disipan batugamping tipis dan batulempung. Umur dari formasi ini adalah Miosen
Tengah dan diendapkan pada lingkungan sub litoral, kadang-kadang dipengaruhi oleh marine influx.
Formasi ini mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Bebulu yang tersusun oleh batugamping
pasiran dengan serpih.
7) Formasi Balikpapan
Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri dari
selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping di bagian
bawah. Data pemboran yang pernah dilakukan di Cekungan Kutai membuktikan bahwa Formasi
Balikpapan diendapkan dengan sistem delta, pada delta plain hingga delta front. Umur formasi ini
Miosen Tengah – Miosen Akhir.
8) Formasi Kampungbaru
Formasi Kampung Baru ini berumur Mio-Pliosen, terletak di atas Formasi Balikpapan, terdiri dari
selang-seling batupasir, batulempung dan batubara dengan disipan batugamping tipis sebagai
marine influx. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah delta.
9) Formasi Mahakam
Formasi Mahakam terbentuk pada kala Pleistosen – sekarang. Proses pengendapannya masih
berlangsung hingga saat ini, dengan ciri litologi material lepas berukuran lempung hingga pasir halus.
LAPORAN PROPOSALTabel
EKSPLORASI
2.2 Kolom Stratigrafi Cekungan Kutai P A G E | 13
LAPORAN PROPOSAL EKSPLORASI BATUBARA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DI CEKUNGAN KUTAI, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
Cekungan ini mulai terisi endapan sedimen transgresif pada kala Eosen Akhir hingga Oligosen.
Kemudian diikuti oleh sekuen regresif pada kala Miosen Awal yang merupakan inisiasi kompleks
Delta Mahakam saat ini. Proses progadasi Delta Mahakam meningkat dengan sangat signifikan pada
kala Miosen Tengah, yaitu ketika tinggian Kuching di bagian Barat terangkat dan inversi pertama
terjadi. Progradasi tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Inversi Kedua terjadi pada masa Mio-
Pliosen, ketika bagian lempeng Sula-Banggai menabrak Sulawesi dan menghasilkan mega shear Palu-
Koro.
Pembentukan dan perkembangan struktur utama yang mengontrol sub Cekungan Kutai Bawah erat
kaitannya dengan proses tektonik Inversi Kedua, yaitu struktur-struktur geologi dengan pola
kelurusan arah timurlaut-baratdaya (NNE-SSW). Menurut Allen dan Chambers, (1998) pola ini dapat
terlihat pada struktur umum yang tersingkap di Cekungan Kutai saat ini, yaitu berupa jalur sesar-
sesar anjakan dan kompleks rangkaian antiklin /antiklinorium.
Perkembangan struktur lainnya adalah pola kelurusan berarah baratlauttenggara (NW-SE), berupa
sesar-sesar normal yang merupakan manifestasi pelepasan gaya utama yang terbentuk sebelumnya.
Sesar-sesar ini terutama berada di bagian utara cekungan, memotong sedimen berumur Miosen
Tengah dan bagian lain yang berumur lebih tua.
• Awal Synrift (Paleosen ke Awal Eosen): Sedimen tahap ini terdiri dari sedimen aluvial mengisi
topografi NE-SW dan NNE-SSW hasil dari trend rifting di Cekungan Kutai darat. Mereka
menimpa di atas basemen kompresi Kapur akhir sampai awal Tersier berupa laut dalam
sekuen.
• Akhir Synrift (Tengah sampai Akhir Eosen): Selama periode ini, sebuah transgresi besar
terjadi di Cekungan Kutai, sebagian terkait dengan rifting di Selat Makassar, dan
terakumulasinya shale bathial sisipan sand.
• Awal Postrift (Oligosen ke Awal Miosen): Selama periode ini, kondisi bathial terus
mendominasi dan beberapa ribu meter didominasi oleh akumulasi shale. Di daerah
structural shallow area platform karbonat berkembang
• Akhir Postrift (Miosen Tengah ke Kuarter): Dari Miosen Tengah dan seterusnya sequence
delta prograded secara major berkembang terus ke laut dalam Selat Makassar, membentuk
sequence Delta Mahakam, yang merupakan bagian utama pembawa hidrokarbon pada
cekungan. Berbagai jenis pengendapan delta on – dan offshore berkembang pada formasi
Balikpapan dan Kampungbaru, termasuk juga fasies slope laut dalam dan fasies dasar
cekungan. Dan juga hadir batuan induk dan reservoir yang sangat baik dengan interbedded
sealing shale. Setelah periode ini, proses erosi ulang sangat besar terjadi pada bagian sekuen
Kutai synrift.
BAB III
STUDI KHUSUS
3.1 PENYAJIAN DATA
Penelitian fasies batubara dan karakteristik petrofisik batubara Lapangan “X”, Formasi Balikpapan,
seam CBM2, Cekungan Kutai menggunakan data inti batuan dan data log sumur. Data inti batuan
dan data log sumur mempergunakan 8 buah sumur. Data tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
Gambar
LAPORAN 3.3 EKSPLORASI
PROPOSAL Contoh kurva Log sumur X-1 P A G E | 20
LAPORAN PROPOSAL EKSPLORASI BATUBARA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DI CEKUNGAN KUTAI, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
Dengan melakukan skripsi ini yang berjudul “Analisis Fasies Batubara dan Karakteristik Petrofisik
Formasi Balikpapan, Lapangan “X”, Cekungan Kutai Berdasarkan Data Log Sumur dan Inti Batuan”,
diharapkan hasil telitian yang didapatkan adalah :
Penulis melakukan analisis lingkungan pengendapan meurut model Horne, 1978 dengan cara
mengidentifikasi pola-pola dari log sumur pada seam CBM 2. Pada log sumur tersebut penulis
mengidentifikasikan bahwa seam CBM 2 termasuk dalam lingkungan pengendapan transitional
lower delta plain. Karena pada log sumur menunjukkan pola menghalus keatas yang menunjukkan
adanya endapan channel, swamp, interdistributary bay, dan creavasse splay (Gambar 3.3, 3.4).
LAPORAN PROPOSAL EKSPLORASI P A G E | 21
LAPORAN PROPOSAL EKSPLORASI BATUBARA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DI CEKUNGAN KUTAI, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
Dalam perhitungan petrofisik juga memerlukan nilai dari density ash dan density batubara. Untuk
mendapatkan nilai atau harga dari denisity ash dan density batubara penulis membuat crossplot
antara helium density dan % Ash. Penulis menggunakan helium density dan ash karena helium
density mempunyai hubungan yang baik dengan bahan anorganik seperti Ash. Sebelum penulis
memilih parameter yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan petrofisik. Terlebih dahulu
penulis melakukan analisis dengan cara membuat crossplot antara density dari data log dengan
density dari data core berupa bluk densit. Dari crossplot penulis mendapatkan hasil yang baik yaitu
density dari log dan density dari data core memiliki korelasi yang baik. Sehingga penulis dapat
menggunakan density dari data log (RHOB) dan density dari data core untuk melakukan perhitungan
petrofisik ke semua sumur yang ada.
Dari crossplot tersebut didapatkan beberapa formula yang dapat digunakan untuk menghitung
parameter – parameter petrofisik, sebagai berikut :
Setelah penulis melakukan analisis dan mendapatkan formula yang dapat digunakan untuk
perhitungan parameter – parameter petrofisik. Kemudian penulis melakukan analisis untuk
mengetahui hubungan antara total gas content dengan kandungan mean vitrinite reflectance
dengan membuat crossplot (Gambar 6.3.8). Dari crossplot tersebut penulis dapat mengetahui
hubungan antara total gas content.
dengan kandungan mean vitrinite reflectance, yaitu semakin tinggi kandungan mean vitrinite
reflectance maka semakin besar kandungan total gas dan berdasarkan crossplot tersebut penulis
mendapatkan formula yang dapat digunakan untuk menghitung total gas content.
3.2.4 Kalibrasi Data Inti Batuan (Core) ke Data Log Sumur (Well Log)
Kalibrasi data inti batuan (core) dengan data log dapat dilakukan setelah penulis melakukan
analisis petrofisik. Karena dengan melakukan analisis petrofisik penulis dapat mengetahui
karakteristik petrofisik dari beberapa komponen penting yang terkandung di dalam batubara
dan dari hasil analisis petrofisik tersebut juga penulis mendapatkan formula atau rumus yang
dapat digunakan dalam melakukan kalibrasi data inti batuan (core) dan data log. Kalibrasi ini
sangat penting bagi penulis untuk mengetahui hubungan dari data core dengan data log
(Gambar.5.2.1). Dari hasil kalibrasi yang dilakukan penulis didapatkan hasil yang baik. Sehingga
dapat diketahui hubungan antara data core dengan data log mempunyai korelasi. Sehingga
formula atau rumus yang didapatkan dari analisis petrofisik dapat digunakan dalam perhitungan
parameter petrofisik di sumur – sumur yang lainnya.
Gambar 3.12 Kalibrasi Data Inti Batuan (core) ke Data Log Sumur (Well Log)
BAB IV
ANGGARAN BIAYA
4.1 RINCIAN BIAYA EKSPLORASI
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada parameter batubara dengan melakukan analisis pertofisik,
analisis model penyebaran parameter petrofisik batubara dan analisis lingkungan pengendapan,
maka didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Lingkungan pengendapaan lapisan batubara seam CBM 2 berdasarkan Horne, 1978 adalah
Transitional Lower Delta Plain dan Lingkungan pengendapan lapisan batubara seam CBM 2
berdasarkan Allen, 1998 adalah Delta Plain.
2. Geometri seam CBM 2 dapat diketahui ketebalan batubara seam CBM 2 pada daerah telitian
sekitar 5 – 35 ft dan arah pengendapan seam CBM 2, yaitu Barat Laut – Tenggara. Disamping
seam CBM 2 menebal kearah tenggara dan menipis kearah barat laut.
3. Berdasarkan analisis petrofisik didapatkan karakteristik petrofisik dari seam CBM 2, nilai
tertinggi dari kandungan ash sebesar 2.68 %, fixed carbon sebesar 46.07 %, volatile matter
sebesar 41.28 %, moisture sebesar 0.11 %, mean vitrinite reflectance sebesar 0.45 %, total
gas content sebesar 127.88 scft/ton dan kalori sebesar 6260 Kcal/kg. Dari hasil tersebut
penulis dapat diketahui bahwa seam CBM 2 memiliki kualitas yang baik berdasarkan ASTM
coal rank yaitu termasuk dalam batubara jenis bituminous high volatile C, sehingga
berpotensi sebagai reservoar coalbed methane dan sebagai bahan bakar yang ekonomis.
4. Berdasarkan hasil overlay dari peta penyebaran kandungan moisture, peta fasies batubara,
peta kedalaman, peta ketebalan batubara dan peta geologi. Didapatkan daerah yang
berpotensi untuk eksplorasi batubara dan coalbed methane pada seam CBM2. Daerah
telitian ini memiliki struktur geologi berupa perlipatan antiklin yang berarah utara timur laut
- selatan barat daya, diendapkan pada lingkungan pengendapan delta plain yang
berdasarkan analisis ultimate didapatkan kandungan sulfur yang rendah, yaitu sekitar 0.4 %,
berada pada kedalaman sekitar 4000 hingga 4400 ft dengan ketebalan batubara mencapai
35 ft atau 11.67 m dengan kandungan % moisture relatif rendah, yaitu 1.3 %, Sehingga dapat
disimpulakan daerah ini memiliki potensi sebagai daerah eksplorasi coalbed methane dan
batubara pada seam CBM 2.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. P., Chambers, & J., L. C. (1998). Sedimentation in the Modern and Miocene Mahakam Delta.
IPA.
Bhanja, A. K. (2007). Multi Log Techniques for Estimation of CBM Gas Content Scores Over the
Available Techniques Based on Single Log, A Case Study.
Fransisca, V. D. (2011). Analisis Fasies Batubara Dan Karakteristik Petrofisik, Formasi Balikpapan,
Lapangan “X”, Cekungan Kutai Berdasarkan Data Log Sumur Dan Inti Batuan. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”.
Kuncoro, P. B. (1996). Perencanaan Eksplorasi Batubara, Program Pasca Sarjana Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Lamberson, M. N., & Bustin, R. M. (1993). Coalbed methane characteristics of the Gates Formation
coals, northestern British Columbia: effect of maceral composition. AAPG Bull,77; p2062-2076.
Rahmat, Basuki, & Ediyanto. (2008). Modul Kompetensi Geologi Level 3 (Bahan Galian Batubara).