LAPORAN
OLEH
2018-63-042
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
2018-63-042
MENGETAHUI MENYETUJUI
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan tuntunannya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
penulisan Praktek Keterampilan Lapangan dengan judul “ Distribusi Parameter
Kesesuaian Ekowisata Bahari Di Perairan Pantai Moki, Negeri Morella,
Kabupaten Maluku Tengah ’’
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Dr. Ir. Frederika S Pello, M.Si selaku Ketua Program Studi MSP yang telah
2. Dr. James Abrahamsz, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
spesies ikan karang hasil rekaman underwater video pada lokasi Praktek
Keterampilan Lapangan.
5. Kepada keluarga tercinta Papa, Mama, Onco, Nene, Dania, Muthia, Farendra,
7. Abang Candra, Abang Fajrin, Abang Rusto, Kaka Chiko yang telah
Adan, Kule, teman-teman AKS (Atika, Dila, Rani, Fera,) dan semua teman-
teman MSP 2018 yang telah memberikan bantuan doa, tenaga serta motivasi
9. Serta pihak lainnya yang tak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu
HALAMAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Wilayah Pesisir..........................................................................................4
2.2. Konsep Ekowisata Bahari.......................................................................................5
2.3. Kegiatan Ekowisata Bahari.....................................................................................6
2.4. Kesesuaian Kawasan Ekowisata Bahari..................................................................6
BAB III METODE PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN
3.1 Lokasi dan Waktu....................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................................8
3.3 Metode Praktek Keterampilan Lapangan.................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi PKL...........................................................................................18
4.2. Parameter Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Wisata Pantai.........................19
4.3. Parameter Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Wisata Snorkling dan Wisata
Selam...........................................................................................................................24
4.4. Analisis Kesesuaian Ekowisata Bahari Kategori Wisata Pantai............................31
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................36
5.2. Saran.....................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
HALAMAN
HALAMAN
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan PKL ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu dimulai dengan
tahap peninjauan atau survey lokasi PKL, persiapan peralatan dan bahan yang
akan digunakan, dilanjutkan dengan tahap pengamnilan data pada bulan Juni
2021, kemudian analisis data dan penulisan laporan PKL pada bulan Juni-July
2021.
1. Wisata Pantai :
- Kedalaman : Pengukuran kedalaman pada penelitian ini
menggunakan secchi disk/ tiang skala. Nilai yang
ditunjukkan pada secchi disk/ tiang skala ini merupakan
nilai kedalaman tempat penelitian Kamah (2013).
- Tipe Pantai : Penentuan tipe pantai dilakukan berdasarkan
pengamatan visual dilapangan Kamah (2013) .
- Lebar Pantai : Pengukuran lebar pantai dilakukan dengan
menggunakan pengukuran dilapang menggunakan roll
meter yaitu jarak antara vegetasi terakhir yang ada di pantai
dengan batas pasang tertinggi.
- Kecerahan : Mengukur kecerahan dilakukan dengan
menggunakan secchi disk yang diikat dengan tali kemudian
diturunkan perlahan - lahan kedalam perairan pada lokasi
pengamatan sampai betas visual secchi disk tersebut tidak
dapat terlihat lalu mengukur panjang tali dan mencatat
posisi pengambilan data.
- Pengamatan biota berbahaya : Pengamatan biota berbahaya
dilakukan berdasarkan observasi di sekitar stasiun
penelitian. Pengamatan biota berbahaya perlu dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya biota berbahaya yang
mengganggu pengunjung wisata.
- Ketersediaan Air Tawar : Pengamatan ketersediaan air
tawar dilakukan dengen cara mengukur jarak antara tempat
penelitian dengan lokasi dimana sumber air tawar tersedia
Kamah (2013) .
- Kecepatan Arus : Kecepatan arus diukur menggunakan
Bola Duga/PingPong yang di ikat dengan tali. Perhitungan
kecepatan arus menggunakan rumus:
V = 𝐼 / 𝑡 ……………………………….…….(2)
Keterangan V : KecepatanArus (m/s) , l : Panjang Tali
penghubung (m), t : Waktu yang dibutuhkan (s)
- Kemiringan Pantai : Pengukuran Kemiringan pantai
dilakukan dengan menggunakan aplikasi clinometer
( Efriana dan Romadhon , 2016 ). Cara kerjanya yaitu
dengan membuka aplikasi kemudian meletakkan
smartphone pada papan yang ditempelkan pada pantai.
- Penutupan Lahan Pengukuran penutupan lahan dilakukan
dengan observasi langsung. Pentupan lahan dalam matriks
kesesuaian terbagi menjadi lahan terbuka, kelapa, semak
belukar, pemukiman dan pelabuhan.
IKW =∑ ¿ x 100 %
Nmaks
Keterangan:
Nilai Maksimum : 84
Nilai Maksimum : 57
Nilai Maksimum : 54
Tipe pantai dapat dilihat dari jenis substrat atau sedimen yang didukung
dengan pengamatan secara visual, berdasarkan jenisnya pantai dibedakan menjadi
pantai berpasir, pantai berbatu, dan pantai berkarang.
Tipe Pantai Moki adalah Tipe Pantai berpasir dengan sedikit berkarang hal
ini sesuai dengan pendapat Yulianda (2007) bahwa untuk wisata pantai akan
sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai yang berpasir atau dengan kata
lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan dengan pantai yang berbatu atau
pantai yang didominasi oleh substrat karang dapat mengganggu kenyamanan
wisatawan.
Hasil pengukuran kecerahan perairan di pantai moki yaitu 100%. Hal ini
disebabkan karena penetrasi cahaya mampu menembus material dasar perairan.
Hal ini seperti yang dikemukakan Destrinanda (2018) bahwa kecerahan
merupakan parameter kualitas air, semakin dalam penetrasi cahaya yang masuk,
maka pemandangan pantai akan semakin indah.
Semakin baik jarak pandang maka keindahan bawah air juga akan semakin
nyaman untuk dinikmati dengan mata dan kamera underwater (pemotretan dan
video bawah laut) (Yulianda, 2007). Kecerahan perairan juga merupakan faktor
penting selain kondisi ekosistem terumbu karang dan ikan karang. Kecerahan
perairan juga menggambarkan tingkat sedimentasi yang terjadi di sekitar kawasan
(Ketjulan, 2010 dalam Sari et al., 2017)
Presentase tutupan %
Life form
Kedalaman 7 m Kedalaman 3 m
Hard Coral 55.76 31.08
Death Coral 15.76 18.56
Other Biota 13.48 22.82
Abiotic 15 25.54
Total 100 100
Persentase tutupan terumbu karang menunjukkan bahwa lokasi PKL di
Pantai Moki yang memiliki nilai persentase tutupan karang hidup tertinggi yaitu
sebesar 55.76 % pada kedalaman 7 m dan 31.08 % pada kedalaman 3 m, untuk
nilai kesehatan karang pada kedalaman 7 m tergolong dalam kriteria baik ( 50.00
– 74,90% ) sedangkan pada kedalaman 3 m masuk dalam kategori Rusak Sedang
(25 – 49.9 %) berdasarkan kriteria kriteria penilaian pada Kepmen Negara LH
No. 4 Thn 2001.
Terumbu karang memiliki daya tarik yang tinggi untuk dijadikan lokasi
wisata, karena memiliki keanekaragaman yang unik dan indah (Pasak et al.,
2017). Persentase jumlah tutupan karang keras hidup di suatu lokasi dapat
mempengaruhi minat penyelam untuk melakukan kegiatan wisata selam
(Williams and Polunin 2000 dalam Widikurnia 2016). Kondisi tutupan karang
hidup yang ada di perairan Pantai Moki merupakan suatu potensi yang sangat
besar bila Pantai ini dikembangkan sebagai objek wisata bahari karena menurut
Supriharyono (2007), terumbu karang mempunyai nilai keindahan yang tak perlu
diragukan.
Menurut English et al. (1997), ada 14 bentuk life form karang batu pada
suatu ekosistem terumbu karang, dimana terdiri atas lima bentuk tumbuh karang
Acropora dan delapan bentuk tumbuh karang Non-Acropora. Sesuai analisis
Keanekaragaman bentuk pertumbuhan (lifeform) karang yang berhasil
diidentifikasi di setiap kedalaman dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Kedalaman 3 m Kedalaman 7 M
Acropora Branching (ACB) Acropora Branching (ACB)
Acropora Submassive (ACS) Acropora Submassive (ACS)
Acropora Encrusting (ACE) Acropora Digitate (ACD)
Coral Branching (CB) Coral Branching (CB)
Coral Encrusting (CE) Coral Encrusting (CE)
Coral Foliose (CF) Coral Foliose (CF)
Coral Submassive (CS) Coral Submassive (CS)
Coral Massive (CM) Coral Massive (CM)
Coral Heliopora (CHL) Coral Heliopora (CHL)
Coral Mushrom (CMR). Coral Mushrom (CMR).
Coral Foliose (CF)
Total 10 life form Total 11 life form
Jenis lifeform karang lainnya yang merupakan penyusun ekosistem
terumbu karang adalah Soft Coral (SC), Halimeda (HA), Sponge (SP), Turf Alga
(TA), Zoanthid (ZO) dan Other (OT). Life form karang tertinggi yaitu 17 life form
karang di kedalaman 7 dan di kedalaman 3 terdapat sebanyak 15 life form. Dalam
kegiatan ekowisata snorkeling dan selam jenis life form karang sangat dibutuhkan
sebagai variasi yang dapat dinikmati di bawah laut, jumlah jenis life form karang
juga menentukan baik dan buruk keadaan karang yang berdampak pada baik atau
tidaknya dilakukan kegiatan snorkeling dan selM (Pasak et al., 2017).
Selain terumbu karang, keberadaan ikan karang juga menjadi daya tarik
dalam pengembangan kegiatan wisata selam dan snorkeling. Semakin banyak
jenis ikan karang yang ditemukan maka semakin baik untuk pengembangan
kegiatan wisata (Yulianda, 2007 dalam Widikurnia, 2016).
Kecepatan arus yang relatif lemah merupakan syarat ideal untuk wisata
bahari kategori selam dan snorkeling karena ini berkaitan dengan kenyamanan
dan keamanan wisatawan (Haruddin et al., 2011). Selain itu kecepatan arus juga
merupakan faktor fisik yang berpengaruh langsung pada bentuk pertumbuhan
karang (Sari et al., 2017).
Menurut The British Sub-Aqua Club (2001) dalam Zulfikar et al. (2011),
bahwa kedalaman perairan terumbu karang secara umum yang cocok untuk
snorkeling, yaitu pada kedalaman 3-5 m, gelombang minimal, dan ada sesuatu
yang menarik untuk dilihat seperti hamparan terumbu karang yang bagus.
Sedangkan area dengan kedalaman < 3 m sangat tidak direkomendasikan untuk
wisata snorkeling. Hal ini menyangkut dengan pengaruh terhadap ekosistem
terumbu karangnya dimana terumbu karang yang < 3 m akan mudah terinjak oleh
wisatawan (Zulfikar et al., 2011). Wisatawan yang ber-snorkeling berdiri atau
menginjak koloni terumbu karang jika kedalamannya kurang dari 3 m (Plathong
et al., 2000).
Berdasarkan data primer yang telah di olah dari sepuluh parameter dalam
menentukan kesesuaian ekowisata pantai dengan empat klasifikasi maka diperoleh
hasil analisis seperti disajikan dalam tabel 4.3
TOTAL 79
INDEKS KESESUAIAN WISATA (IKW) % 94.04 %
KELAS KESESUAIAN S1
Berdasarkan data primer yang telah di olah dari tujuh parameter dalam
menentukan kesesuaian ekowisata pantai dengan empat klasifikasi maka diperoleh
hasil analisis seperti disajikan dalam tabel 4.4.
KELAS KESESUAIAN S1
Berdasarkan data primer yang telah di olah dari enam parameter dalam
menentukan kesesuaian ekowisata pantai dengan empat klasifikasi maka diperoleh
hasil analisis seperti disajikan dalam tabel 4.5.
TOTAL 48
KELAS KESESUAIAN S1
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Melalui uraian hasil PKL yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
5.2. Saran
Selain kesimpulan yang telah dikemukakan, melalui PKL ini terdapat
beberapa saran seperti berikut ini :
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G., R. Stenee, P. Humann and N. Deloach, 2003. Tropical Pacific Reef
Fish Identification. New World Publication, Inc.
English, S., C. Wilkinson and V. Baker, 1994. Survey Manual For Tropical
Marine Resources, Australian Institute of Marine Science. Second Edition,
Australian Institute of Marine, Townsville.
Erfiana, N. F., & Romadhon, A., 2021. ANALISA KESESUAIAN PANTAI UNTUK
EKOWISATA PANTAI DI PULAU SASIIL KABUPATEN
SAPEKEN. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 2(1), 10-16.
Halim, A. 1998. Penentuan Lokasi Wisata Bahari Dengan Sistem Informasi
Geografis di Gili Indah Kabupaten Lombok Barat. Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Skripsi. FPIK.IPB.Bogor.
Haris, A., 2003. Analisis Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir Teluk Kayeli Kabupaten Buru. Tesis. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hazeri, G. 2014. Studi Kesesuaian Pantai Laguna Desa Merpas Kecamatan Nasal
Kabupaten Kaur Sebagai Daerah Pengembangan Pariwisata dan
Konservasi. Skripsi.Fakulatas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Kamah, M. H. (2013). Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde
Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi.
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo
of The Marine Environment from Land and Based Activities (UNEP). The
Hague Division of Environmental Convention (UNEP).Nairobi
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang
Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang.
Kuiter, R. H. and T. Tanozuka., 2001. Pictorial Gude to : Indonesian Reef Fishes.
Zoonetics Po Box 124 Seaford VIC 3198. Australia
Muqsit, A., Johan, Y., Hartono, D., & Oktaviani, A., 2020. ANALISIS
KESESUAIAN KAWASAN EKOWISATA PANTAI DI PANTAI PANJANG
PROVINSI BENGKULU. JURNAL ENGGANO, 5(3), 566-586.
Natha, H. M., Tuwo, A., & Samawi, F., 2014. Kesesuaian Ekowisata Selam Dan
Snorkling Di Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket Berdasarkan Potensi Biofisik
Perairan. Jurnal Sains dan Teknologi, 14(3), 259-268.
Nugraha, H. P., Indarjo, A., & Helmi, M., 2013. Studi kesesuaian dan daya
dukung kawasan untuk rekreasi pantai di Pantai Panjang Kota
Bengkulu. Journal of Marine Research, 2(2), 130-139.
Pasak, H.A., Manapa, E.S. & Ukkas, M., 2017. Studi Pengembangan Ekowisata
Bahari Di Pulau Pasir Putih Kabupaten Polewali Mandar. Spermonde. 3
(1): 29-34
Plathong S., Inglis G.J., Huber M., 2000. Effects of Self-Guide Snorkeling Trails
on Corals in a Tropical Marine Park. Journal Conservation Biology, 14 (6):
1821-1830.
Putra, A. P., 2013. Studi Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekosistem Terumbu
Karang Untuk Wisata Selam Dan Snorkeling Di Kawasan Saporkren
3
Rahmawati, A., 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Wisata
Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan Jawa
Timur).Skripsi.Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Rajab MA., 2013. Daya dukung perairan Pulau Liukang Loe untuk aktivitas
ekowisata bahari. Depik, 2(3), 114-125.
Rumahlatu, D., 2012. Respons perilaku bulu babi Deadema setosum terhadap
logam berat kadmium. Bumi Lestari Journal of Environment, 12(1), 45-54.
Sari, N. A., Putra, I. N., & Dirgayusa, I. P., 2017. Kajian Kesesuaian Wisata
Selam dan Snorkeling di Perairan Tulamben Karangasem Bali. Journal of
Marine and Aquatic Sciences, 3(1), 99-114.
Sasongko, S., Damanik, J., & Brahmantya, H., 2020. Prinsip Ekowisata Bahari
dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Nasional Pariwisata, 12(2), 126-139.
White W.T., P.R. Last, Dharmadi, R. Faidah, U. Chodrijah, B.I. Prisantoso, J.J.
Fogonoski, M. Puckridge and S.J.M. Blaber, 2013. Market Fishes of
Indonesia (Australia: Australian Center for Internasional Agricultural
Research).
Widhianingrum, I., Indarjo, A. & Pratikto, I., 2013. Studi Kesesuaian Perairan
Untuk Ekowisata Diving Dan Snorkeling Di Perairan Pulau Keramat,
Kebupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Journal of Marine
Research. 2 (3): 181-189.
Yulisa, N.K., Y. Johan, D. Hartono., 2016. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung
Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas
Kabupaten Kaur. Jurnal Enggano. 1(1), pp. 97-111.
Yustiabel, H., Irwani, I., & Subardjo, P., 2014. Studi Kesesuaian Wisata Pantai
Parangtritis Sebagai Rekreasi Pantai Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Journal of Marine Research, 3(4), 559-565.
Zulfikar., 2011. Kesesuaian dan daya dukung ekosistem terumbu karang sebagai
kawasan wisata selam dan snorkeling di Tuapejat Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 17(1), 195-
203.
5
6
LAMPIRAN 1