Anda di halaman 1dari 30

WORKSHOP PEMANFAATAN SENSOR SMARTPHONE

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Tema:

1. PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS


2. MOMEN INERSIA BENDA TEGAR
3. RESONANSI GELOMBANG BUNYI
4. TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN DAN PENENTUAN ENERGI YANG
HILANG PADA SAAT TUMBUKAN
5. GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS BERUBAH
BERATURAN

KELOMPOK KEAHLIAN FISIKA MATERIAL


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS

1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum modul Pengukuran Medan Magnet di Sekitar Kawat Berarus ini
adalah:
1. Untuk menentukan besar medan magnet di sekitar kawat lurus dan kawat
melingkar yang dialiri arus dengan variasi arus, jarak, dan diameter loop.
2. Untuk membandingkan hasil pengukuran yang diperoleh dari eksperimen
menggunakan smartphone dengan teori.

2. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
2.1. ALAT
1. Ponsel pintar (smartphone) yang ter-install aplikasi Gauss Meter
2. Power supply
3. Magnet permanen
4. Dudukan kawat
5. Statif
6. Kertas yang dibuat grid
2.2. BAHAN
1. Kawat lurus
2. Kawat melingkar

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |1


Gambar 2.1 Contoh beberapa bahan dan alat yang digunakan dalam
eksperimen pengukuran medan magnet di sekitar kawat
berarus.

3. TEORI DASAR
Ketika sebuah kawat dialiri arus listrik, maka akan timbul medan magnet di sekitar
kawat tersebut. Peristiwa ini pertama kali ditemukan oleh Oersted yang mengamati
bahwa kompas yang diletakkan di sekitar kawat berarus akan mengalami
penyimpangan atau defleksi. Oersted menemukan bahwa penyimpangan sudut
kompas akan semakin besar jika kuat arus semakin besar.

Medan magnet di sekitar kawat berarus secara umum dirumuskan dalam Hukum Biot
Savart berikut ini:
𝜇0 𝑖 𝑑𝑙 × 𝑟̂
⃑ =
𝑑𝐵
4𝜋 𝑟 2
𝜇0 adalah permeabilitas medan magnet dalam ruang hampa, 𝑖 adalah kuat arus listrik,
𝑑𝑙 adalah vektor panjang kawat, 𝑟 adalah jarak antara kawat dan titik pengukuran
medan magnet.

Lebih lanjut, persamaan tersebut dapat diturunkan menjadi persamaan-persamaan


lain untuk beberapa contoh kasus. Sebagai contoh, untuk kawat lurus dengan
panjang kawat berhingga, besar medan magnet dirumuskan sebagai berikut.

𝜇0 𝑖 𝐿
𝐵=
4𝜋 𝑟√𝑟 2 + (𝐿/2)2

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |2


di mana 𝐿 menyatakan panjang kawat lurus.
Untuk kasus kawat melingkar, persamaan Biot Savart dapat diturunkan menjadi.
𝜇0 𝑖 𝑅2
𝐵=
2 (𝑅 2 + 𝑧 2 )3⁄2

dengan 𝑅 menyatakan diameter loop kawat dan 𝑧 adalah jarak antara pusat kawat
melingkar dan titik pengukuran medan magnet.

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1. Proses Perangkaian Alat Eksperimen
1. Posisikan dudukan kawat pada statif secara vertikal, lalu pasangkan kawat
pada dudukan kawat. Salah satu ujung kawat terpasang pada sambungan
warna merah dan ujung lainnya pada sambungan warna hitam.
2. Hubungkan power supply dengan dudukan kawat menggunakan kabel.
3. Pasang smartphone secara vertikal menggunakan statif yang lain. Atur
posisi smartphone sehingga sensor medan magnet sejajar dengan pusat
kawat (langkah-langkah untuk menentukan sensor medan magnet akan
ditunjukkan pada subbab 4.3). Kemudian atur jarak antara kawat dan
smartphone sesuai keinginan. Perhatikan bahwa jarak antara kawat dan
smartphone jangan terlalu dekat karena panas berlebih yang ditimbulkan
dari arus listrik yang mengalir dapat merusak smartphone. Jarak antara
kawat dan smartphone paling dekat kurang lebih 1 cm.

Rangkaian alat untuk eksperimen ditunjukkan pada Gambar 4.1.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |3


Gambar 4.1 Contoh rangkaian eksperimen pengukuran medan magnet di
sekitar kawat melingkar.

4.2. Kalibrasi Instrumen


1. Pastikan smartphone berada pada posisi vertikal dan sejajar dengan pusat
kawat. Saat melakukan kalibrasi, sumber arus berada dalam kondisi mati
(off).
2. Buka aplikasi Gauss Meter pada smartphone.
3. Tekan tombol CAL.
4. Lakukan kalibrasi pengukuran medan magnet pada arah sejajar sumbu x
smartphone dengan menekan tombol Bx. Tampilan mode untuk kalibrasi
seperti pada Gambar 4.2.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |4


Gambar 4.2 Tampilan mode untuk melakukan proses kalibrasi instrumen.

5. Tekan tombol Tap to Measure.


6. Setelah menunjukkan nilai pengukuran, tekan tombol Tap to Enter.
7. Set nilai pada posisi 0.0, kemudian tekan OK.
8. Lakukan langkah 5-7 pada menu By dan Bz untuk mengkalibrasi pengukuran
medan magnet pada arah sejajar sumbu y dan z smartphone.
9. Jika kalibrasi pengukuran sudah dilakukan pada ketiga arah sumbu, tekan
Set CAL untuk mengakhiri proses kalibrasi.

4.3. Penentuan Posisi Sensor Magnet pada Smartphone


1. Siapkan kertas yang telah dibuat grid dengan ukuran menyesuaikan
panjang dan lebar smartphone. Contoh bentuk grid ditunjukkan pada
Gambar 4.3.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |5


Gambar 4.3 Contoh kertas ber-grid yang digunakan untuk penentuan
posisi sensor medan magnet.

2. Tempelkan kertas ber-grid tersebut pada bagian belakang smartphone.


3. Letakkan smartphone pada posisi vertikal dengan bantuan statif seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.3.
4. Sebelum memulai pengukuran pastikan instrumen telah terkalibrasi.
5. Tempelkan magnet permanen pada bagian belakang smartphone pada
setiap grid.
6. Catat nilai medan magnet yang terukur pada setiap grid. Daerah grid yang
menghasilkan nilai medan magnet terbesar merupakan posisi sensor medan
magnet.
7. Tandai posisi sensor medan magnet yang telah diketahui. Contoh posisi
medan magnet yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 4.4.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |6


Gambar 4.4 Contoh posisi sensor magnet yang telah diketahui (tanda
berwarna kuning).

4.4. Pengukuran Medan Magnet di Sekitar Kawat Lurus


1. Pastikan instrumen pengukuran sudah terkalibrasi sebelum memulai
pengukuran.
2. Nyalakan power supply sebagai sumber arus listrik, set pada posisi constant
current, kemudian naikkan besar arus listrik sesuai nilai yang dikehendaki.
3. Pada aplikasi Gauss Meter, tekan tombol Clear, lalu tekan tombol play
(tombol paling kanan bagian atas).

Gambar 4.5 Contoh proses pengukuran medan magnet di sekitar kawat


lurus berarus.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |7


4. Catat nilai pengukuran medan magnet yang diperoleh. Nilai B berwarna
kuning mengindikasikan nilai medan magnet sesaat. Nilai yang ditunjukkan
oleh Max dan Min adalah nilai medan magnet maksimum dan minimum yang
terukur oleh sensor pada rentang waktu tertentu. Sementara itu, nilai yang
bagian Average merupakan nilai medan magnet rata-rata pada selang
waktu tertentu. Contoh hasil pengukuran ditunjukkan pada Gambar 4.6.
5. Lakukan pengukuran berulang kali untuk memperoleh hasil yang akurat.
6. Ubah nilai arus dan jarak antara smartphone dan kawat untuk memperoleh
hubungan antara kedua besaran tersebut terhadap medan magnet yang
terukur. Sebelum memulai setiap pengukuran, proses kalibrasi perlu
dilakukan terlebih dahulu untuk menghindari pengaruh dari nilai medan
magnet yang terukur sebelumnya.

Gambar 4.6 Contoh hasil pengukuran medan magnet di sekitar kawat lurus
berarus.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |8


4.5. Pengukuran Medan Magnet di Sekitar Kawat Melingkar
1. Pasang kawat melingkar pada dudukan kawat. Tempatkan posisi sensor
medan magnet sejajar terhadap pusat loop kawat.
2. Lakukan kalibrasi instrumen seperti langkah sebelumnya.
3. Ulangi langkah ke-2 hingga 6 dari pengukuran medan magnet di sekitar
kawat lurus untuk kasus kawat melingkar. Adapun variasi pengukuran yang
dapat dilakukan antara lain, variasi jarak antara smartphone dan pusat loop
kawat, variasi nilai arus listrik, dan variasi diameter loop kawat.

5. REFERENSI
[1] Haliday, D. dan Resnick, R., 2011, Fundamental of Physics, vol 9, (Danver, MA :
John Wiley & Sons, Inc.).
[2] Griffiths D J and College R 1999 Introduction to electrodynamics, vol 3.
(Englewood Cliffs, NY : Prentice-Hall/
[3] Septianto, R. D., dkk., 2016, Physics Education, 52 (1), p. 015015.

PENGUKURAN MEDAN MAGNET DI SEKITAR KAWAT BERARUS Halaman |9


MOMEN INERSIA BENDA TEGAR

1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan nilai momen inersia benda tegar secara teori
2. Menentukan nilai momen inersia benda tegar secara eksperimen
3. Menentukan nilai momen inersia dan konstanta puntir kawat
4. Menentukan nilai massa jenis benda secara eksperimen.

2. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

2.1 ALAT
1. Penggaris
2. Penjepit kertas
3. Pengait (hook) kecil
4. Pemotong kertas (cutter)
5. Stopwatch (bisa menggunakan ponsel pintar).
6. Ponsel Pintar

2.2 BAHAN
1. Kawat berdiameter sekitar 0,5 mm
2. Benda berbetuk balok dengan massa yang telah diketahui (contoh: sabun
batang, massa sabun dapat diketahui dari kemasan sabun)
3. Sebuah silinder pejal dengan dimensi yang dapat diukur, massanya dapat
dianggap homogen, dan massa jenisnya diketahui (contoh: sebatang lilin).

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |1


Gambar 2.1 Contoh beberapa bahan dan alat yang digunakan dalam eksperimen
penentuan momen inersia.

3. TEORI DASAR
Momen inersia merupakan suatu ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
atau berputar pada porosnya. Penentuan momen inersia dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu secara teori dan secara eksperimen. Untuk benda tegar berbentuk
balok, momen inersia ketika benda diputar dengan poros di titik pusat dapat
dirumuskan seperti di bawah ini dengan Ip, Il, dan It adalah momen inersia balok
ketika sumbu putar sejajar panjang, lebar, dan tinggi balok.

𝑀(𝑙 2 + 𝑡 2 ) 𝑀(𝑝2 + 𝑙 2 )
𝐼𝑝 = (3.1) 𝐼𝑡 = (3.3)
12 12

𝑀(𝑝2 + 𝑡 2 ) 𝑀: massa benda


𝐼𝑙 = (3.2)
12 𝑝 : panjang benda
𝑙 : lebar benda
𝑡 : tinggi benda

Gambar 3.1. Momen inersia balok.

Untuk benda tegar berbentuk batang, momen inersia jika benda diputar dengan
poros di pusat batang dirumuskan sebagai berikut (Ic adalah momen inersia
batang dengan poros di pusat batang dan L adalah panjang batang).

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |2


𝑀𝐿2 (3.4)
𝐼𝑐 =
12

𝑀 : massa benda
𝐿 : panjang batang
𝐼𝑐 : momen inersia di pusat
batang

Gambar 3.2 Momen inersia batang.

Secara eksperimen, momen inersia dapat ditentukan dengan menggantungkan


benda pada tali atau kawat secara setimbang sehingga akan didapatkan
hubungan momen inersia dengan suatu benda tegar yang berosilasi harmonik
anguler yang memenuhi persamaan berikut.

𝐼
𝑇 = 2𝜋√ (3.5)
𝐾

Berdasarkan percobaan, momen inersia (I) merupakan penjumlahan momen


inersia benda tegar (Ib1 dan Ib2) dan momen inersia kawat (Ik) sehingga
persamaan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut (K adalah konstanta puntir
kawat).

𝐼𝑘 + 𝐼𝑏1
𝑇1 = 2𝜋√ (3.6)
𝐾

𝐼𝑘 + 𝐼𝑏2
𝑇2 = 2𝜋√ (3.7)
𝐾

Jika nilai Ik dan K telah diperoleh, massa suatu benda (M) dapat ditentukan dari
eksperimen. Untuk benda berbentuk batang, massa benda dapat dihitung dengan
mensubstitusikan persamaan (3.4) dan (3.6) sehingga diperoleh rumusan sebagai
berikut (Tc adalah periode getaran batang dengan poros di tengah batang).

3 𝐾𝑇𝑐2 (3.8)
𝑀= ( − 4𝐼𝑘 )
𝐿2 𝜋 2

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |3


Jika nilai massa benda telah diketahui, massa jenis benda dapat ditentukan
melalui persamaan berikut.
𝑚 (3.9)
𝜌=
𝑉

4. PROSEDUR (SOP) PERCOBAAN


4.1 PERCOBAAN 01: Pengukuran Dimensi dan Penentuan Momen
Inersia Teoritis Benda (contoh benda: sabun berbentuk balok)
1. Catat massa benda yang dapat akan digunakan.
2. Benda berbentuk balok diukur panjang, lebar, dan tingginya masing-
masing sebanyak 5 kali lalu dicatat nilainya.
3. Nilai momen inersia dari tiap pengukuran dimensi benda (Ip, Il, dan It)
ditentukan melalui persamaan (3.1), (3.2), dan (3.3) lalu dirata-ratakan.

4.2 PERCOBAAN 02: Penentuan Momen Inersia Benda Secara


Eksperimen
1. Siapkan benda berbentuk balok yang akan digunakan untuk eksperimen
(contoh: sabun).
2. Tentukan posisi pusat massa benda yang akan digunakan untuk pada
setiap sisinya (sejajar panjang, lebar, dan tinggi).
3. Lilitkan salah satu ujung kawat pada pengait, ujung kawat lainnya dijepit
menggunakan penjepit kertas pada tepi meja yang datar sehingga kawat
dapat tergantung vertikal (praktikan dipersilakan membuat sistem lain
yang memungkinkan untuk membuat benda berada dalam keadaan
setimbang).
4. Benda dipasangkan pada ujung pengait yang terhubung dengan kawat
tepat di pusat massa masing-masing sisinya. Mula-mula benda
digantungkan dengan sumbu rotasi sejajar panjang benda. Pastikan
benda dapat tergantung secara setimbang dan kawat berada dalam
posisi vertikal. Sistem eksperimen ditunjukkan seperti pada gambar
berikut.

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |4


Gambar 4.1 Contoh sistem eksperimen penentuan momen inersia
benda berbentuk balok dengan sumbu rotasi sejajar
tinggi.

5. Benda diputar dengan memberikan sedikit simpangan ke arah depan


atau belakang (kira-kira seperempat putaran). Ketika memberikan
simpangan, pengait tidak boleh berputar relatif terhadap benda.
6. Setelah diberi simpangan, lepaskan benda sehingga benda bergerak
memutar. Usahakan agar putaran benda tidak melewati 1 rotasi.
Tunggu hingga rotasi benda dalam keadaan stabil sebelum memulai
pengukuran. Gerak memutar benda dari posisi simpangan awal hingga
kembali ke posisi tersebut dihitung sebagai 1 getaran.
7. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 10 getaran penuh dicatat lalu
hitung periode getaran (T) dengan membagi waktu total yang diperlukan
untuk mencapai 10 getaran dan jumlah getaran. Ulangi pengambilan
data sebanyak 5 kali, lalu rata-ratakan periode getaran yang diperoleh.
8. Langkah 4-7 diulangi dengan menggantungkan benda sejajar lebar dan
tinggi benda.

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |5


9. Momen inersia kawat (Ik) dan konstanta puntir kawat (K) didapat
dengan menggunakan persamaan 3.6 dan 3.7 dengan memasukkan
periode getaran jika benda diputar sejajar panjang dan lebar (Tp dan Tl)
dari hasil eksperimen serta nilai momen inersia sejajar panjang dan lebar
(Ip dan Il) dari perhitungan secara teori (percobaan 01).
10. Persamaan 3.6 dan 3.7 digunakan untuk menghitung momen inersia
sabun dengan sumbu rotasi sejajar tinggi (It) secara eksperimen dengan
memasukkan nilai momen inersia kawat (Ik) dan konstanta puntir kawat
(K) yang diperoleh dari langkah sebelumnya.
11. Bandingkan nilai It yang diperoleh secara teori dan eksperimen.

4.3 PERCOBAAN 03: Penentuan Massa Jenis Benda


1. Siapkan benda lain berbentuk batang yang akan dicari massa jenisnya
secara eksperimen (contoh: lilin, jika bagian ujung dari lilin berbentuk
kerucut, potong bagian tersebut sehingga menyisakan bagian berbentuk
batang silinder).
2. Pasang benda pada pengait tepat di pusat batang.
3. Periode getaran benda ditentukan dengan cara seperti pada percobaan
02 (langkah 5-7).
4. Massa batang lilin dapat dihitung melalui persamaan (3.8) dengan
memasukkan periode getaran (T) yang diperoleh secara eksperimen.
Setelah massa diperoleh, massa jenis benda dihitung menggunakan
persamaan (3.9).

4.4 PERCOBAAN 04: Penentuan Momen Inersia dari smartphone


1. Siapkan smartphone untuk proses pengukuran momen inersia, gunakan
konfigurasi sesuai dengan percobaan sebelumnya. Setelah konfigurasi
bahan selesai kita akan mendapatkan sistem sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 4.2

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |6


Gambar 4.2 Contoh sistem eksperimen penentuan momen inersia
benda berbentuk balok dengan sumbu rotasi sejajar
tinggi.

2. Kita akan melakukan pemberian simpangan sesuai dengan percobaan


sebelumnya yaitu sebesar 180o.
3. Kemudian sebelum melepaskan simpangan terlebih dahulu kita
menekan tombol play dari sensor gyro yang terdapat dalam
smartphone. Salah satu aplikasi yang dapat menyediakan pembacaan
sensor gyro terhadap waktu adalah phypox (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Contoh sistem eksperimen penentuan momen inersia


benda berbentuk balok dengan sumbu rotasi sejajar
tinggi.

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |7


4. Kemudian simpangkan dan tunggu hingga 20 kali osilasi penuh.
5. Kemudian dapatkan data dari hasil pengolahan dengan cara melakukan
eksport data untuk diolah kemudian
6. Selanjutnya untuk mengetahui besar momen inersia untuk jenis sumbu
rotasi yang lain ulangi Langkah 2 hingga Langkah 5.

5. REFERENSI

1. Haliday, D. dan Resnick, R., 2011, Fundamental of Physics, vol 9, (Danver,


MA : John Wiley & Sons, Inc.).

MOMEN INERSIA BENDA TEGAR Halaman |8


RESONANSI GELOMBANG BUNYI

1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah Menentukan nilai cepat rambat gelombang bunyi
pada udara

2. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
2.1. ALAT
1. Pipa paralon 5/8” (Tabung resonansi)
2. Wadah berisi air (galon/ember)
3. Ponsel pintar
4. Penggaris
5. Spidol

2.2. BAHAN
1. Dua buah Ppnsel pintar yang masing-masing telah diinstal Frequency
Generator dan Sound Meter

2. TEORI DASAR
Gelombang merupakan gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu
medium dan merambat dengan kecepatan konstan. Sementara itu, Superposisi
gelombang adalah gabungan dua atau lebih gelombang berprinsip penjumlahan
simpangan titik tertentu. Resultan gangguan di setiap titik tersebut dapat
menghasilkan persitiwa seperti difraksi dan interferensi.
Resonansi adalah fenomena suatu sistem fisis yang bergetar dengan nilai frekuensi
tertentu disebabkan suatu sistem fisis lain seperti sumber dengan frekuensi yang
sama. Dalam percobaan ini, sistem fisis garpu tala menghasilkan gelombang bunyi
dengan frekuensi tertentu sementara sistem fisis molekul udara pada tabung

RESONANSI GELOMBANG BUNYI Halaman |1


resonansi ikut bergetar karena variasi tekanan oleh reservoir air. Resonansi terjadi
saat frekuensi kedua sistem sama yang ditunjukkan dengan terdengarnya bunyi
nyaring pada amplitude maksimum.

Pada tabung resonansi dengan salah satu ujung tertutup, resonansi terjadi
memenuhi persamaan

𝜆
𝐿 = (2𝑛 + 1) (1)
4

dengan 𝐿 adalah nilai skala pada tabung resonansi saat resonansi terjadi, 𝜆 adalah
panjang gelombang bunyi, dan 𝑛 adalah orde resonansi (𝑛=0,1,2,…). Akan tetapi,
persamaan ini merupakan penyederhanaan untuk tabung resonansi dengan jari-jari
yang sangat kecil daripada panjang gelombang sumber bunyi.

Selain itu, kesalahan juga dapat terjadi akibat pengolahan data yang
menggunakan metode regresi. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut

𝜆
𝐿 = (2𝑛 + 1) 4 − 𝑒 (2)

Cepat rambat gelombang bunyi 𝑣 pada udara kering adalah

𝑇 (3)
𝑣 = 331,3√1 +
273,15

dimana 𝑇 adalah temperatur dalam Celcius.

Cepat rambat gelombang bunyi 𝑣 pada gas ideal adalah

(4)
𝛾𝑅𝑇
𝑣=√
𝑚

dimana 𝑇 adalah temperature dalam Kelvin, 𝑚 adalah massa molar udara rata-rata
bernilai sekitar 28,96 gram/mol, 𝛾 adalah konstanta Laplace bernilai 1,4 dan 𝑅 adalah
konstanta gas ideal bernilai 8,314 J/K.mol.

RESONANSI GELOMBANG BUNYI Halaman |2


3. PROSEDUR (SOP) PERCOBAAN

PERCOBAAN 01: PENENTUAN NILAI CEPAT RAMBAT GELOMBANG BUNYI


PADA UDARA

1. Siapkan pipa listrik dan berikan tanda garis pada bagian ujung pipa menunjukan
batasan permukaan air yang digunakan.

Gambar 4.1 Rangkaian pipa yang digunakan sebagai tabung resonansi

2. Permukaan air dalam pipa diatur lebih rendah dari permukaan ujung pipa.
3. Aplikasi frequency generator diaktifkan (1500 Hz dan 3000 Hz) dan sumber
suara diletakan tepat ditengah diameter pipa.
4. Letakan ponsel lainnya yang telah diinstal aplikasi sound meter berada dekat
dengan sumber bunyi.

RESONANSI GELOMBANG BUNYI Halaman |3


Gambar 4.2 Contoh sistem eksperimen resonansi gelombang bunyi

5. Dalam waktu yang hampir bersamaan, permukaan air dalam pipa diturunkan
dengan cara menaikkan pipa secara perlahan.
6. Resonansi pertama (n=0) akan terdengar pada titik tertentu dan berada pada
nilai intensitas tertinggi di aplikasi sound meter, nilai skala titik tersebut dicatat
sebagai L1 dan dimasukkan dalam tabel.
7. Poin 3 hingga 7 diulangi untuk memperoleh resonansi kedua (n=1) dan ketiga
(n=2).
8. Tandai dan ukur panjang pipa disetiap titik resonansi yang terdengar. Contoh
resonansi pertama (n=0) diukur dari titik resonansi sampai ujung pipa.
Begitupula untuk titik resonansi kedua (n=1) dan ketiga (n=2).

RESONANSI GELOMBANG BUNYI Halaman |4


Gambar 4.3 Pengukuran nilai skala titik resonansi

9. Pengolahan data dilakukan dengan memplot grafik L terhadap n. Melalui grafik


tersebut, akan diperoleh persamaan regresi 𝑦 = 𝐴𝑥 + 𝐵 dengan bantuan
kalkulator. (Hati-hati karena terkadang ada perbedaan definisi 𝐴 dan 𝐵 tiap
kalkulator)
10. Nilai cepat rambat gelombang bunyi pada udara diperoleh dengan 𝑣 = 𝐴(2𝑓)
dimana 𝑓 adalah nilai frekuensi yang digunakan dan 𝐴 adalah gradient garis
persamaan regresi poin 8.

5. REFERENSI
1. David J. Griffiths. (2003). Introduction to Electrodynamics 3rd Ed.. Prentice Hall.
2. Resnick, Robert., Haliday, David, Krane, Kenneth S. (1992).Physics 4th Edition
Vol.1. John Wiley & Sons. 418– 419.
3. Ruiz, Michael J.(2014). Boomwhackers and end-pipe corrections. The Physics
Teacher 52.2. 73-75.
4. Tyler, F. (1970). A Laboratory Manual of Physiscs. Edward Arnold. 96 – 97.

RESONANSI GELOMBANG BUNYI Halaman |5


TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN DAN PENENTUAN
ENERGI YANG HILANG PADA SAAT TUMBUKAN

1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Momentum dan Tumbukan ini adalah:
1. Menentukan nilai koefisien restitusi pada tumbukan lenting sebagian.
2. Menentukan energi yang hilang pada saat terjadi tumbukan.
2. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mistar

2. Bola pingpong

3. Pipa paralon (sebagai indikator ketinggian)

4. Ponsel pintar yang terinstal aplikasi “Phyphox”

3. TEORI DASAR

Tumbukan

Tumbukan adalah salah satu contoh keadaan momentum kekal. Terdapat tiga
jenis tumbukan, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting tidak
sempurna (lenting sebagian), dan tumbukan tidak lenting.

Tumbukan Lenting Sempurna

Keadaan ketika energi kinetik sistem awal sama dengan energi sistem kinetik
akhir. Sehingga tak ada energi kinetik yang hilang disini (berlaku hukum

MOMENTUM DAN TUMBUKAN Halaman |1


kekekalan energi). Tumbukan ini sering disebut tumbukan elastik. Nilai koefisien
restitusi pada tumbukan ini adalah 1.

Tumbukan Lenting Tidak Sempurna / Sebagian

Keadaan ketika terdapat energi kinetik yang hilang. Sehingga energi kinetik awal
tidak sama dengan energi kinetik akhir. Nilai koefisien restitusi pada tumbukan ini
adalah 0 < e < 1.

Tumbukan Tidak Lenting

Keadaan ketika objek tumbukan menjadi satu setelah tumbukan. Sehingga


setelah tumbukan kedua benda akan bergerak bersama atau diam bersama
(tidak terdapat energi kinetik di akhir). Disini energi kinetik awal tidak sama
dengan energi kinetik akhir. Nilai koefisien restitusi pada tumbukan ini adalah 0.

Koefisien restitusi adalah suatu koefisien yang bernilai antara 0 dan 1 yang
merupakan rasio besarnya kecepatan relatif sesudah dengan sebelum tumbukan
dua buah benda. Koefisien restitusi dinyatakan dalam persamaan berikut.

Menghitung energi kinetik dari sistem dilakukan dengan cara menambahkan


energi kinetik dari setiap benda pada satu kondisi. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut.

Keterangan:
K = Energi kinetik sistem (J)
K1 = Energi kinetik benda 1 (J)
K2 = Energi kinetik benda 2 (J)
MOMENTUM DAN TUMBUKAN Halaman |2
v1 = Kecepatan benda 1 (m/s)
v2 = Kecepatan benda 2 (m/s)

4. PROSEDUR PERCOBAAN

4.1. SETTING ALAT


1. Siapkan aplikasi “Phyphox” pada ponsel pintar dan pilih menu tumbukan
2. Buatlah skala pada paralon dengan ketinggian 30, 40, 50,60, 70, 80
3. Letakkan pipa secara vertikal
4.2. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Posisikan pipa secara vertikal
2. Siapkan bola pingpong dengan tinggi sesuai skala
3. Letakkan Smartphone di samping pipa untuk merekam data saat proses
jatuhnya bola
4. Saat bola jatuh data sudah terekam pada aplikasi “Phyphox”
5. Tabulasikan data ketinggian dan energy tiap pantulan bola pada tabel.
6. Ulangi langkah 2-5 untuk ketinggian yang berbeda.

7. REFERENSI
1. Resnick, Robert., Halliday, David, Krane, Kenneth S. (1992). Physics 4 th
Edition Vol. 1. John Wiley & Sons, 209 – 210.

MOMENTUM DAN TUMBUKAN Halaman |3


GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK
LURUS BERUBAH BERATURAN

1. TUJUAN
Tujuan dari modul ini adalah:
1. Menentukan nilai kecepatan sebuah benda bergerak lurus beraturan

2. Menentukan percepatan sebuah benda yang bergerak lurus berubah


beraturan tanpa kecepatan awal

2. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
2.1. ALAT
1. Lintasan
2. Penggaris/meteran
3. Ponsel pintar
4. Penyangga
5. Troley dengan motor
6. Troley tanpa motor

2.2. BAHAN
1. Magnet

2. Software phyphox

GLB & GLBB Halaman|1


3. TEORI DASAR
Gerak pada lintasan lurus dari suatu benda dibedakan menjadi dua, yaitu Gerak
Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pada GLB,
besar dan arah kecepatan benda yang bergerak selalu konstan, hal ini dinyatakan
kedalam persamaan [1][2]

∆𝑥
𝑣= 3.1
∆𝑡

dengan x merupakan jarak benda yang ditempuh dengan dalam selang waktu
t . Grafik hubungan antara x terhadap t untuk GLB ditunjukkan pada Gambar
3.1. Kecepatan dalam grafik dapat ditentukan oleh gradien grafik tersebut.

Gambar 3.1. Grafik hubungan antara perpindahan terhadap waktu.

Pada GLBB besar kecepatan selalu berubah, perubahan tersebut dapat berupa
percepatan, maupun perlambatan. Percepatan ditandai dengan arah positif (+a)
sedangkan perlambatan ditandai dengan tanda negatif (-a). Besar percepatan
dinyatakan dalam persamaan:
∆𝑣 𝑣𝑡 −𝑣𝑜
𝑎= = 3.2
𝛥𝑡 ∆𝑡

dan persamaan kinematikanya adalah

𝑣𝑡2 = 𝑣𝑜2 + 2𝑎∆𝑥 3.3

GLB & GLBB Halaman|2


Gambar 3.2. Skema set up alat GLB.

4. PROSEDUR (SOP) PERCOBAAN


4.1. PERCOBAAN 01: Penentuan nilai kecepatan benda dengan gerak
lurus beraturan
1. Letakan lintasan pada bidang datar
2. Letakan trolley dengan motor diatas lintasan
3. Posisikan beberapa magnet di atas lintasan dengan jarak tertentu (jarak
yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu 15 cm untuk setiap magnet)
4. Buka aplikasi phipox dan pilih menu “magnetometer”
5. Letakan ponsel pintar di atas troley
6. Hidupkan troley
7. catat nilai waktu yang tertera pada aplikasi phyphox tersebut.

4.2. PERCOBAAN 02: Menentukan percepatan sebuah benda yang


bergerak lurus berubah beraturan tanpa kecepatan awal

1. Letakan lintasan pada bidang miring


2. Letakan trolley tanpa motor diatas lintasan
3. Posisikan beberapa magnet di atas lintasan dengan jarak tertentu (jarak
yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu 15 cm untuk setiap magnet)
4. Buka aplikasi phipox dan pilih menu “magnetometer”
5. Letakan ponsel pintar di atas troley
6. Dorong troley
7. catat nilai waktu yang tertera pada aplikasi phyphox tersebut.

GLB & GLBB Halaman|3


5.REFERENSI
1. Tri Kuntoro Priyambodo, 2009 Fisika Dasar, Jogjakarta : CV Andi Offset,.

2. Walker, J., Resnick, R., & Halliday, 2008 D. Fundamentals of Physics. Wiley.

GLB & GLBB Halaman|4

Anda mungkin juga menyukai