DISUSUN OLEH:
1. BAIQ ULFA PUTRI ELINDA (I2E019002)
2. M. NAJAMUDIN NOPRIADI (I2E019012)
3. SAKILA WATI (I2E019019)
4. ULYANUR KHAIRUNNUFUS (I2E019021)
Magnet merupakan bagian dari pokok bahasan fisika yang berperan sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangkaian proses energi.
Didalam magnet terdapat kawasan atau biasa disebut medan magnet, kawasan ini
merupakan medan yang terdapat disekitar kutub magnet atau penghantar yang
dialiri arus listrik. Salah satu diantara konsep fisika yang diajarkan kepada siswa
adalah konsep tentang kemagnetan. Pembelajaran yang disampaikan secara teoretis
menyebabkan konsep susah untuk dipahami oleh sebagian siswa. Sampai saat ini,
pembelajaran fisika di sekolah-sekolah lebih menitik beratkan pada pembelajaran
konvensional (metode ceramah) sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk
terlibat aktif dan mengeluarkan ide-ide atau kemampuan berpikir dalam proses
pembelajaran (Salim, 2015).
Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan
siswa menjadi lebih paham terhadap konsep medan magnet. Dalam eksperimen
fisika, magnet permanen yang digunakan dalam penelitian biasanya menggunakan
magnet batang karena jenis ini memiliki garis gaya magnet yang paling kuat dari
pada magnet jenis yang lain (Astuti dan Toifur, 2014). Kualitas dari suatu magnet
permanen berbeda-beda, tergantung dari bahan dan penggunaan. Apabila magnet
semakin sering digunakan, maka magnet tersebut kualitasnya semakin menurun.
Kutub magnet adalah ujung magnet yang mempunyai gaya paling kuat (Serway dan
Jewett, 2004). Semakin ke tengah maka nilai kekuatannya semakin berkurang.
Keabstrakan konsep tentang kemagnetan dan kuat kutub magnet mulai saat ini
sudah harus dikikis. Berlandaskan dengan percobaan sederhana, eksperimen yang
dilengkapi dengan alat ukur standar maka itu sudah dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang kuat kutub magnet. Kuat kutub magnet sangat penting dipelajari
karena hal ini diperlukan untuk mengetahui kualitas magnet permanen.
Saat ini telah berkembang banyak teknologi untuk mengukur besar kuat medan
magnet. Dalam pengukuran kuat medan magnet, kegiatan hampir semuanya
menggunakan sensor magnetik. Sensor magnetik sering digunakan dan
diaplikasikan dalam berbagai bidang antara lain industri, rumah tangga, dan
1
kesehatan (Suryono dkk., 2009). Hal ini disebabkan adanya kecenderungan
penggunaan sensor magnetik yang mempunyai banyak kelebihan diantaranya
adalah sifat kelinieritasnya, kestabilan yang tinggi, tidak merusak, sensitivitas yang
tinggi dan relatif sedehana (Wulandari dan Wildian, 2014). Berbagai macam jenis
dari sensor magnetik yang telah banyak dikembangkan diantaranya menggunakan
suatu koil dengan metode induksi, magnetogalvanik, dan sensor Efek Hall (Ro’uf
dan Saufy, 2011). Sehingga pada percobaan kali ini akan menggunakan sensor Efek
Hall untuk menentukan medan magnet di sekitar solenoida.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Pola garis-garis gaya magnetik untuk dua buah magnet batang yang
diletakkan berdekatan (Kamajaya, 2008).
3
Sebuah rangkaian solenoida (Gambar 2.2) adalah seutas kawat panjang yang
berbentuk heliks. Dengan konfigurasi ini, medan magnet yang homogen dapat
dihasilkan dalam ruang yang dikelilingi oleh lilitan-lilitan kawat yang akan disebut
sebagai bagian dalam solenoida ketika solenoida dialiri arus. Ketika lilitannya
rapat, setiap lilitan dapat dianggap (secara pendekatan) sebagai loop lingkaran dan
medan magnetnya merupakan jumlah vektor dari medan yang dihasilkan oleh
semua lilitan (Serway dan Jewett, 2010).
(a) (b)
Gambar 2.2a Garis-garis medan magnet untuk solenoida yang renggang, Gambar
2.2b Garis-garis medan magnet untuk solenoida yang rapat (Serway
dan Jewet, 2010).
4
Efek Hall sensor atau sensor medan magnet (Gambar 2.3) adalah sensor yang
berfungsi untuk mendeteksi medan magnet. Sensor Efek Hall memberikan output
berupa tegangan yang proporsional dengan kekuatan medan magnet yang diterima
oleh sensor tersebut (Ramsden, 2006). Ketika konduktor berarus ditempatkan
dalam medan magnet, beda potensial akan dibangkitkan dengan arah yang tegak
lurus terhadap arus dan medan magnet. Fenomena Efek Hall ini pertama kali
diamati oleh Edwin Hall (1855-1938) pada tahun 1879. Efek tersebut berasal dari
pembelokan pembawa muatan ke salah satu sisi dari konduktor sebagai hasil dari
gaya magnetik yang dialaminya (Serway dan Jewett, 2010).
BAB III
5
METODE PRAKTIKUM
6
Gambar 3.1 Wiring diagram sensor dengan arduino
2. Pembuatan Program Arduino
a. Dihubungkan arduino ke laptop menggunakan kabel USB seperti pada
Gambar 3.2
7
3.4.2 Teknik Pengambilan Data
Berikut merupakan langkah-langkah pengambilan data pada praktikum ini:
a. Disambungkan arduino dengan laptop menggunakan kabel USB.
b. Dibuka software arduino.
c. Disiapkan dan diatur arus pada power supply sebesar 1 A dengan
tegangan 5 V.
d. Disambungkan power supply dengan ujung-ujung kawat menggunakan
kabel penghubung seperti pada Gambar 3.4.
f. Dibuka serial monitor (tools => serial monitor) pada softwere arduino.
g. Diperhatikan nilai medan magnet yang terbaca pada serial monitor,
kemudian catat pada Tabel 3.1.
h. Diulangi langkah c-g untuk arus 2A, dan 3A.
8
Tabel 3.1 Tabel pengambilan data untuk masing-masing nilai arus
Arus 1 ampere
nilai medan magnet rata-rata
r (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0
2
1 4
6
8
(3.2)
a=
�y - b ( �x )
n (3.3)
9
n ( �xy ) - ( �x ) . ( �y )
r
n ( �x 2 ) - ( �x ) . n ( �y 2 ) - ( �y )
2 2
(3.4)
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa semakin dekat jarak sensor dengan solenoida,
nilai medan magnet yang dihasilkan semakin besar. Hal ini berlaku untuk perlakuan
arus 1 ampere, 2 ampere dan 3 ampere. Hubungan antara medan magnet dengan jarak
dapat ditunjukkan oleh grafik pada gambar 4.1 untuk masing-masing perlakuan arus.
Berdasarkan Grafik pada Gambar 4.2, yang menunjukkan bahwa hubungan medan
magnet dengan jarak adalah Linier negatif dengan nilai korelasi sebesar 0,8075; 0,9075;
dan 0,8901, dari nilai korelasi yang didapatkan maka diketahui bahwa hubungan antara
medan magnet dengan jarak tersebut termasuk kategori sangat kuat. Dengan demikian
berarti medan magnet memiliki hubungan sangat kuat terhadap jarak.
10,000
8,000 1 Ampere
6,000 2 Ampere
3 Ampere
4,000
2,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jarak (cm)
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara medan magnet dengan jarak berdasarkan arus
318.82x + 10268.94
f(x) = - 747.26x 10317.96
R² = 0.91
0.89
8,000
6,000
4,000 1 Ampere
Linear (1
2,000 Ampere)
0 1 2 3 4 5 6 7 2 Ampere
8 9
Linear (2
Jarak (cm) Ampere)
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara medan magnet dengan jarak berdasarkan arus
menggunakan pendekatan linieritas
12,000
0
Medan Magnet (mT)
10,000
2
4
8,000
6
6,000 8
4,000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Arus (ampere)
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara medan magnet dengan arus berdasarkan jarak
f(x) =
R² = 0
Grafik Hubungan antara Medan Magnet
dengan Arus
14,000
12,000
Medan Magnet (mT)
0
6,000 Linear (0)
2
Linear (2)
4,000 4
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Linear
4 (4)4.5
6
Arus (ampere) Linear (6)
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara medan magnet dengan arus berdasarkan jarak
menggunakan pendekatan linieritas
Berdasarkan percobaan tersebut, dapat dikatakan sesuai dengan teori yang ada,
karena pengukuran pada solenoida renggang, nilai medan magnet yang terukur semakin
besar ketika sensor didekatkan dengan solenoida dan semakin besar kuat arus yang di
alirkan akan menghasilkan nilai medan magnet yang besar, hal ini terjadi karena pada
solenoida renggang terdapat garis-garis medan magnet pada bagian dalamnya yang
mengindikasikan bahwa medan magnet dalam ruang tersebut kuat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum, analisis data dan pengolahan data yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
a. Nilai medan magnet pada solenoida renggang yaitu untuk jarak 0,2,4,6,8 cm
pada arus 1 ampere (9.587, 9.353, 8.269, 4.800, dan 4.391 mT), untuk arus 2
ampere (10.288, 10.054, 8.652, 8.184, dan 8.035 mT) dan untuk arus 3 ampere
(14.310, 11.364, 10.943, 10.522, dan 9.821). Terlihat bahwa semakin dekat
jarak sensor dengan solenoida, maka semakin besar nilai medan magnet yang
terukur.
b. Hubungan medan magnet dan jarak terhadap arus yaitu berbanding lurus. Hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai medan magnet yang semakin besar ketika arus
yang digunakan besar dan sebaliknya
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya mengenai materi ini adalah:
a. Siswa disarankan lebih teliti dalam pengambilan data, terutama dalam
penggunaan sensor.
b. Siswa disarankan terlebih dahulu untuk lebih memahami teori mengenai
medan magnet.
DAFTAR PUSTAKA
Allegro. 2019. Low Noise, Linear Hall Effect Sensor ICs with Analog Output. New
Hampshire, USA: Allegro MicroSystem Inc.
Astuti, Irnin Agustina Dwi dan Moh. Toifur. 2014. Penentuan Kuat Kutub Magnet
Batang dengan Metode Simpangan Kumparan Solenoida Berarus Listrik.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY. Hal : 125-128.
https://cdn.sparkfun.com//assets/parts/2/8/5/3/09312-1.jpg, diakses pada 13 September
2019
Kamajaya. 2008. Fisika. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Ramsden, Edward. 2006. Hall-Effect Sensors: Theory and Applications. Burlington,
USA : Elsevier Inc.
Ro’uf, A. dan Z. Saufy. 2011. Karakterisasi Sensor Efek Hall UGN3503 Untuk
Mengukur Kemiringan. IJEIS, Vol.1 No.1, Hal : 25-30.
Salim, M. Barkah. 2015. Studi Komparasi Antara Eksperimen Nyata dengan
Eksperimen Simulasi Terhadap Pemahaman Fisika pada Pokok Bahasan Gerak
Harmonik Sederhana. JPF. Vol. III, No. 1, Hal : 17-26.
Serway, Raymond A. dan John W. Jewett. 2004. Physics for Scientists and Engineers :
6th Edition. California : Thomson Brooks/Cole.
Serway, Raymond A. dan John W. Jewett. 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi 6.
Jakarta : Salemba Teknika.
Soleh, Ahmad Z. 2005. Ilmu Statistika Pendekatan Teoritis dan Aplikatif disertai contoh
penggunaan SPSS. Rekayasa Sains Bandung. Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Suryono, Agus Riyanti dan Jatmiko Endro Suseno. 2009. Karakterisasi Sensor
Magnetik Efek Hall UGN3503 Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya
pada Pengukuran Massa. Berkala Fisika Vol. 12, No. 1.
Wulandari, Dwi Cahyorini dan Wildian. 2014. Rancang Bangun Ammeter DC Tipe
Non-Destructive Berbasis Mikrokontroler Atmega8535 dengan Sensor Efek Hall
ACS712. Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, Hal : 121-127.