Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN TEKNIK 5W+1H UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN


MELALUI MEMBACA KRITIS DI KELAS VII C SMP NEGERI 3
SINGARAJA
I Komang Agus Aryanta1, I Wayan Wendra2, I Gede Artawan3

1,2,3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: Agusaryanta474@yahoo.com, wayan.wendra@undiksha.ac.id,


gede.artawan@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui langkah-langkah penerapan teknik


5W+1H melalui membaca kritis dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen,
(2) mengetahui peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen siswa kelas
VII C SMP Negeri 3 Singaraja setelah penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis,
(3) mengetahui respons siswa terhadap penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis
dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen. Penelitian ini dirancang sebagai
penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII C SMP
Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, metode tes dan
kuisioner. Pada metode observasi, data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pada
metode tes, data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan pada metode kuisioner, data
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dengan prosedur di atas, didapatkan
hasil penelitian sebagai berikut. (1) langkah-langkah pembelajaran yang efektif, terdiri
atas, a) memerhatikan kondisi belajar, b) memberikan materi tentang cerpen dan unsur
intrinsiknya, c) memberikan contoh cerpen yang dikenal siswa, d) membentuk kelompok,
e) mengklarifikasi jawaban dari masing-masing kelompok, f) memberikan tes, g)
mengumumkan skor kemajuan individu, h) menyimpulkan serta menutup pembelajaran,
(2) terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas setelah penerapan teknik 5W+1H melalui
membaca kritis, dengan perolehan skor pada pembelajaran sebelumnya. Sebelum
penelitian (refleksi awal), skor siswa mencapai rata-rata 68,83 (cukup). Pada siklus I,
rata-rata skor siswa meningkat menjadi 70,14 (baik) dan pada siklus II, mengalami
peningkatan menjadi 78,55 (sangat baik), (3) Respons siswa sangat positif dalam
pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen dengan menerapkan teknik 5W+1H
melalui membaca kritis.

Kata Kunci: teknik 5W+1H, membaca kritis, pemahaman cerpen

Abstract

The purpose of this research are 1) to know the steps of applying technique 5W +
1H through critical reading in the learning process to comprehend the intrinsic unsure of
short story, 2) to know the progression of comprehend ability about intrinsic unsure of
short story in class VII C SMP N 3 Singaraja after applying technique 5W + 1H through
critical reading, 3) to know the students’ respond about the applying of technique 5W+1H
through critical reading in the learning process to comprehend the intrinsic unsure of short
story. This research was designed as Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). The subjects of this research are teacher and students of SMP N 3 Singaraja,
especially the students in class VII C. This research was done by some methods, such as
observation, test and questioner. In observation method, data was analyzed by
descriptive qualitative. In test method, data was analyzed by descriptive quantitative and
in questionnaire method, data was analyzed by descriptive qualitative and quantitative.
By the procedures above was got the result of this research as follow. 1) the effective
learning steps are a) pay attention to learning situation, b) giving material and intrinsic
unsure about short story, c) giving the example of short story that students knows, d)
making group, e) clarifying the answer of each group, f) giving test, g) publishing
individual score development, h) concluding and closing the learning process. 2) Has
occurred the progression of students mean score after applying technique 5W+1H
through critical reading by compare it with previous lesson. Before the research (first
reflection), students mean score is 68,88 (enough). On the first stage, the students mean
score are develop into 70,14 (good) and in second stage develop into 78,55 (excellent),
3) the students’ respond is positive in comprehending the intrinsic unsure of short story in
using techniques 5W+1H through critical reading.

Key word: 5W+1H technique, critical reading, comprehension of short story.

PENDAHULUAN

Membaca adalah suatu membaca yang harus dikuasai sis-


proses yang dilakukan serta wa, salah satunya adalah membaca
dipergunakan oleh pembaca untuk kritis.Membaca kritis perlu dikuasai
memperoleh pesan, yang hendak di- siswa agar siswa mampu memahami
sampaikan oleh penulis melalui materi atau teks yang di bacanya.
media kata-kata/bahasa Membaca kritis membuat siswa
tulis.Membaca ini sangat penting, bertanya-tanya pada dirinya sendiri
karena membaca merupakan salah jika siswa belum paham jelas ten-
satu kegiatan yang tidak dapat tang apa yang dibacanya. Membaca
dipisah-kan dalam dunia pendidikan. kritis merupakan kegiatan mengolah
Hodgson (dalam Tarigan,1979: 7). bahan bacaan serta kritis untuk
Kemampuan membaca mendapatkan pemahaman yang
sangat penting peranannya dalam menyeluruh atas isi bacaan, yang
membantu anak mempelajari ber- kemudian diikuti oleh penyikapan
bagai hal. Melalui aktivitas mem- yang tegas atas gagasan penulisnya
baca yang baik dan benar anak (Nurhadi, 2009: 99). Menurut Ahuja
mampu mengambil intisari bacaan (2004: 45) membaca kritis melibat-
yang dibacanya, anak bisa men- kan pertimbangan dan penilaian atas
dapatkan sesuatu dari aktivitas kualitas, ketepatan, dan ke-benaran
membaca yang dilakukan. Semakin dari apa yang dibaca.
banyak intisari yang bisa dipahami Pembaca bereaksi terhadap
dari bahan bacaannya maka se- bahan bacaan dan membaca
makin banyak pula pengetahuan dengan sikap kritis.Jadi, dalam
yang anak peroleh. kemampuan membaca kritis, yang
Dalam standar kompetensi dipentingkan adalah melatih siswa
mata pelajaran Bahasa Indonesia, secara aktif.Untuk mengaktifkan
ada beberapa jenis keterampilan kemampuan membaca kritis siswa,
diperlukan latihan dan terus Sastra dalam eksistensinya
menerus dan berkesinambungan. adalah sebuah karya sastra yang
Tarigan (1979:90) menyata- menggunakan bahasa sebagai
kan bahwa Pada dasarnya mediumnya (Sutresna,2006: 2).
membaca kritis ini menuntut Sastra sering juga digunakan se-
pembaca, untuk melakukan hal-hal bagai alat untuk mengungkapkan
sebagi berikut.(1) Memahami permasalahan yang tengah terjadi di
maksud penulis, (2) memahami or- masyarakat.Karya sastra me-
ganisasi dasar tulisan, (3) dapat rupakan perwujudan pengalaman
menilai penyajian tulisan/pengarang, lahir dan batin pengarang, termasuk
(4) dapat menerapkan prinsip-prinsip yang berupa penglihatan dan
kritis pada bacaan sehari-hari, (5) pengalaman hidup dikonsentrasikan
meningkatkan minat baca, ke- dan dipadukan sehingga ter-
mampuan baca dan berpikir kritis, bentuklah sebuah karya sastra yang
dan (6) mengetahui prinsip-prinsip secara jelas merupakan peng-
pemilihan bahan bacaan. gambaran serta kristalisasi ke-
Untuk dapat mencapai tujuan hidupan masyarakat. Harjana (dalam
pengajaran keterampilan membaca Sutresna,2006: 6) mengatakan
tersebut, guru harus dapat berperan bahwa sastra dapat digunakan
aktif menumbuhkan minat siswa sebagai pengungkapan baku ter-
pada membaca.Permasalahan hadap apa yang telah disaksikan
tentang rendahnya minat baca orang dalam kehidupan, apa yang
menjadi salah satu permasalahan telah dialami orang tentang
klasik dalam dunia pendidikan kehidupan, apa yang telah dirasakan
Indonesia.Minat baca erat mengenai segi-segi kehidupan yang
hubungannya dengan keterampilan paling menarik minat secara lang-
membaca.Rendahnya minat baca sung melalui pengungkapan ke-
khususnya pada pembelajar sangat hidupan lewat bentuk bahasa.
berpengaruh terhadap Perkembangan sastra tetap
perkembangan sumber daya menggelinding mengikuti
manusia di negara ini.Lebih banyak zamannya.Salah satu karya sastra
seseorang membaca lebih yang masih digemari hingga saat ini
meningkat pula kemam-puannya adalah cerpen.Masih eksisnya
(Harjasujana, 1988:3). cerpen tidak lepas dari
Berdasarkan kenyataan keringkasannya yang membuat
tersebut, dapat ditegaskan bahwa pembaca tidak memerlukan waktu
keterampilan membaca telah lama untuk menghapalnya. Cerpen
menjadi kebutuhan bagi setiap orang memiliki cerita yang lebih ringkas
dalam kehidupan untuk memperoleh dari novel apa-lagi roman. Jika novel
kesejahteraan dan kebahagiaan dan roman bisa mengambil berbagai
hidup.Di samping itu, keterampilan masalah yang terjadi dalam
membaca, khususnya membaca kehidupan tokoh utamanya, cerpen
kritis juga sangat penting untuk hanya ber-konsentrasi pada sebuah
memperoleh kesenangan dan per-masalahan yang terjadi pada ke-
hiburan bergantung pada bahan hidupan tokoh tersebut.
bacaan yang ingin dibaca.Buku-buku Cerpen seperti halnya karya
baru, majalah-majalah maupun sastra lainnya, dinikmati lewat cara
karya sastra.Bahan bacaan haruslah membaca. Indriyani (2006: 25)
yang bagus, menarik dan berisi menyatakan bahwa karya sastra
informasi, sekaligus dapat menjadi diciptakan untuk dibaca. Jadi tanpa
hiburan bagi pembacanya.Salah pembaca karya sastra tidak ada
satu bahan bacaan yang banyak manfaatnya dan tanpa pembaca
digemari siswa adalah karya sastra. tidak akan ada pembacaan, pe-
mahaman, penikmatan, pertunjukan kekurang pahaman pembaca te-
dan penilaian karya sastra. Oleh rhadap isi sebuah cerpen.
karena itu, pembaca mesti men- Hal ini dikarenakan unsur-
dapat tempat dalam kegiatan ber- unsur intrinsik merupakan tumpuan
sastra. Tidak serta merta hanya yang mewujudkan problematika
memiliki keinginan membaca cerpen kehidupan ,masyarakat dalam
yang besar, seseorang akan dapat bentuk cipta sastra (Sutresna, 2006).
dengan mudah memahami isi cer- Fenomena inilah yang peneliti
pen tersebut. Hal itu terjadi karena temukan pada siswa kelas VII C
karya sastra (termasuk cerpen) SMP Negeri 3 Singaraja. Nilai rata-
menggunakan bahasa sebagai me- rata pe-nguasaan sastra khususnya
diumnya yang dirangkai sedemikian cerpen siswa kelas VII C SMP
rupa, hingga menimbulkan makna Negeri 3 Singaraja sebesar 69,30,
sebenarnya (denotasi) dan makna tidak me-menuhi KKM yang
dengan nilai rasa tertentu (konotasi), dicandangkan sekolah untuk
sesuai tujuan dan maksud peng- Standar kompetensi “Memahami isi
arangnya.Salian itu, kesulitan dalam berbagai teks bacaan sastra dengan
memahami isi cerpen juga sering membaca”, sebesar 72,00.
dialami pembaca akibat kurangnya Berdasarkan observasi awal
pengetahuan mengenai unsur in- yang dilakukan di SMP Negeri 3
trinsik.Unsur intrinsik menjadi hal Singaraja, membaca dan memahami
yang sangat fundamental dalam cerpen sudah pernah diajarkan guru,
penciptaan dan pemahaman sebuah tetapi hasilnya kurang optimal.Hal ini
karya sastra termasuk cerpen. Hal senada dengan keterangan yang di
ini sejalan dengan apa yang di- ungkapkan oleh Dra. Ni Luh
ungkapkan Sutresna (2006: 53) Mahyuni, selaku guru pelajaran
bahwa unsur-unsur intrinsik menjadi bahasa dan sastra Indonesia kelas
tumpuan dalam mewujudkan pro- VII C SMP Negri 3 Singaraja. Beliau
blematik kehidupan masyarakat da- mengatakan bahwa siswa sangat
lam bentuk cipta sastra. senang membaca cerpen, namun
Unsur intrinsik sebenarnya masih banyak siswa yang kurang
memiliki hubungan yang erat dengan mengerti tentang pemahaman
bahasa sebagai suatu cerpen.Siswa mengalami kesulitan
sistem.Pengetahuan mengenai memahami cerpen akibat kurangnya
bahasa saja tidak cukup membuat pemahaman mereka terhadap unsur
orang paham dengan sebuah intrinsik. Sebagai contoh, mereka
cerpen. Pemahaman mengenai tidak begitu memahami apa itu per-
unsur intrinsik menjadi sangat watakan, latar, serta alur dari
penting karena pe-mahaman unsur sebuah cerpen. Padahal cerpen bisa
intrinsik dalam sebuah cerpen (yang dipahami dengan benar jika men-
meliputi tema, alur, pusat gerti dengan unsur intrinsik
pengisahan, perwatakan, latar, dan cerpennya. Beliau juga memaparkan
gaya) akan sangat mem-bantu dari 36 siswa kelas VII C SMP
pembaca memahami cerpen yang Negeri 3 Singaraja, hanya 12 siswa
tengah dibacanya. Idealnya, yang nilainya memenuhi KKM, se-
sebelum membaca sebuah cerpen dangkan 24 orang siswa yang nilai
(ataupun karya sastra yang lain), rata-ratanya belum memenuhi KKM.
pembaca hendaknya memiliki peng- Ini berarti data tersebut me-
etahuan mengenai unsur intrinsik nunjukkan dari 36 siswa 33%
karya sastra, sehingga pemahaman mendapat nilai tuntas. Sisanya, 67%
mengenai cerpen itu menyeluruh. dibawah nilai tuntas.
Penguasaan akan unsur intrinsik Berdasarkan hal tersebut,
yang kurang, dapat menyebabkan dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pemahaman unsur intrinsiklah yang unsur intrinsik cerpen akan dengan
menjadi penyebabnya.Selain itu, mudah ditemukan. Teknik ini juga
guru juga tidak menggunakan mem-berikan kesempatan kepada
metode atau strategi pembelajaran siswa untuk aktif dalam kegiatan
yang inovatif. Guru hanya men- pem-belajaran baik secara kognitif,
jelaskan dengan menggunakan afektif maupun psikomotor.Dalam
metode ceramah dan penugasan, teknik 5W+1H, guru hanya sebagai
tanpa dibantu teknik-teknik pem- fasilitator yang memberikan arahan
belajaran yang dapat meningkatkan dan bimbingan agar siswa me-
minat belajar siswa. Hal ini nemukan konsep pelajaran yang
mengakibatkan siswa jenuh dalam dipelajari. Pengajaran dengan teknik
belajar. Guru juga dalam proses be- 5W+1H menuntut keaktifan siswa
lajar mengajar sering me-nugaskan dalam membentuk pemahamannya
siswa untuk menjawab LKS yang di- sendiri melalui sebuah proses pe-
berikan oleh guru tanpa nemuan informasi.
memaparkan materi yang atau Dengan demikian, meng-
penjelasan terlebih dahulu. Berda- gunakan teknik 5W+1H sangatlah
sarkan pengetahuan tersebut, mudah dalam menemukan unsur
penulis kemudian berusaha mencari intrinsik cerpen dengan cara mem-
metode atau teknik yang tepat untuk baca kritis cerpen ter-sebut. Hal ini
mengajarkan unsur intrinsik secara sesuai dengan tujuan membaca,
efektif. yakni memahami dan menemukan
Penulis menetapkan bahwa informasi. Keunggulan teknik
teknik yang tepat digunakan dalam 5W+1H yaitu mempermudah siswa
pengajaran adalah dengan teknik mencari unsur-unsur intrinsik
5W+1H.Menurut Romli (2000: 10) cerpen, dengan memilah-milah
5W+1H adalah kata tanya yang unsur atau membuat pertanyaan
lazim digunakan oleh wartawan atau sendiri terkait dengan teknik 5W+1H,
reporter dalam kerja jurnalistik. ini akan membuat siswa dengan
Teknik 5W+1H yang meliputi apa mudah memahami cerpen yang di-
(what), siapa (who), kapan (where), bacanya. Selain itu, teknik 5W+1H
di mana (when), mengapa (why), juga mendorong siswa untuk berpikir
dan bagaimana (how). Secara dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
umum teknik ini mempermudah Siswa akan menjadi lebih mandiri,
siswa untuk cepat mengetahui aktif dan kritis dalam mengikuti
unsur- unsur intrinsik pada sebuah proses belajar.
cerpen yang dibacanya. Jika Adapun tujuan dari penelitian
dikaitkan dengan cerpen, teknik ini ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan
sangat memberikan sumbangan langkah-langkah penggunaan tekni
kepada unsur intrinsik pada sebuah 5W+1H untuk meningkatkan
cerpen. Unsur What berkaitan kemampuan memahami unsur
dengan tema dan amanat pada intrinsik cerpen melalui membaca
sebuah cerpen, unsur where kritis, 2) untuk mendes-kripsikan
berkaitan dengan latar tempat pada peningkatan kemampuan
sebuah cerpen, unsur when memahami unsur intrinsik cerpen
berkaitan dengan latar waktu pada melalui membaca kritis, dan 3) untuk
sebuah cerpen, who berkaitan mendeskripsikan respons siswa
dengan tokoh pada sebuah cerpen, terhadap penggunaan tekni 5W+1H
why berkaitan dengan mengapa untuk meningkatkan kemampuan
terjadinya pristiwa pada sebuah memahami unsur intrinsik cerpen
cerpen, dan How berkaitan dengan melalui membaca kritis.
plot dan alur pada sebuah cerpen. Hasil penelitian ini mem-
Dengan menggunakan teknik ini berikan sumbangan pengetahuan
tentang penggunaan teknik pem- penelitian.Subjek penelitian memiliki
belajaran yang baik dalam me- kedudukan yang sangat penting da-
laksanakan proses pembelajaran, lam penelitian karena data tentang
khususnya pembelajaran membaca variable yang diteliti dan diamati oleh
kritis. Selain itu, memberikan sumba- peneliti berada, pada subjek
ngan pengetahuan tentang peng- penelitian.
gunaan teknik pembelajaran yang Subjek peneliti ini tentunya
baik dalam melaksanakan proses adalah siswa kelas VII C SMP
pembelajaran, khususnya pembe- Negeri 3 Singaraja.Peneliti memilih
lajaran membaca kritis. kelas ini karena berdasarkan pen-
gamatan dan informasi dari salah
satu guru Dra.Ni Luh Mahyuni
METODE PENELITIAN sebagai pengampu mata pelajaran
Dalam penelitian ini, peneliti Bahasa Indonesia di sekolah ter-
menggunakan rancangan penelitian sebut. Menurut informasi yang
tindakan kelas (PTK).Wendra peneliti dapatkan, kelas ini memiliki
(2010:45) men-yatakan bahwa keaktifan sangan rendah saat proses
penelitian tindakan kelas (PTK) belajar mengajar.Dalam membaca,
adalah penelitian yang dilakukan kelas ini kualitasnya juga masih ren-
dikelas melalui tindakan tertentu dah dalam membacakan suatu
dalam rangka memecahkan masalah bacaan. Hal ini terlihat ketika peneliti
yang sedang dihadapi guru dalam melihat siswa membaca di depan
pembelajaran.Semua penelitian kelas yang disuruh oleh guru, siswa
tindakan kelas (PTK) harus masih gugup dan membacanya juga
dilaksanakan melalui beberapa tidak terlalu lancar. Dalam membaca
siklus.Siklus yang dimaksud adalah sudah mengalami sedikit per-
tahapan pelak-sanaan masalahan apalagi siswa membaca
penelitian.Wendra (2010: 53) kritis untuk memahami bacaan yang
menyatakan bahwa karakteristik di bacanya.Menurut peneliti, hal ini
penelitian tindakan kelas yakni merupakan masalah kesiapan siswa
bersiklus. Setiap siklus meliputi: dalam membaca teks bacaan dan
refleksi awal, perencanaan tindakan, kurangnya percaya diri dalam
pelaksanaan tindakan, berinteraksi maupun membaca teks
observasi/evaluasi, dan refleksi. bacaan.Selain itu, pemahaman ter-
Siklus yang akan dilak-sanakan hadap unsur intrinsik cerpen juga
dalam penelitian ini sangat sangat kurang. Menurut Dra. Ni Luh
bergantung pada kriteria keber- Mahyuni sebagai pengampu mata
hasilannya. Jadi, jika kriteria pelajaran Bahasa Indonesia, siswa
keberhasilan sudah tercapai dalam sekadar membaca cerpen jika di-
satu atau dua siklus, maka penelitian tugaskan guru. Namun, masih
ini akan dihentikan. Jika dalam satu sedikit siswa yang paham akan un-
atau dua siklus, kreteria ke- sur intrinsik cerpen yang dibacanya.
berhasilan belum tercapai, maka Menurut Wendra (2010: 54),
harus dilakukan siklus selanjutnya. objek penelitian dibedakan atas dua
macam, yaitu ojek yang mencer-
Suandi (2008: 31) meng- minkan proses dan objek yang
emukakan bahwa subjek penelitian mencerminkan produk. Objek yang
adalah benda, hal, atau orang mencerminkan proses mencangkup
tempat variabel melekat dan di- tindakan yang dilakukan, dan materi
permasalahkan dalam penelitian apa yang diberikan, sedangkan ob-
sedangkan responden penelitian jek yang mencerminkan produk,
adalah orang yang dapat merespon, mencangkup apa yang diharapkan
memberikan informasi tentang data mengalami perbaikan. Objek yang
mencerminkan proses dalam pe- saat pelaksanaan siklus I, akan
nelitian ini adalah pembelajaran diteruskan pada peng-olahan data
dengan teknik 5W+1H, sedangkan hingga siklus ke-N, sampai
objek yang mencerminkan produk menentukan tindakan yang paling
adalah Peningkatan kemampuan baik (valid) tentang peng-gunaan
membaca kritis unsur in-trinsik Teknik 5W+1H mampu me-
cerpen siswa. ningkatkan kemampuan mem-baca
Langkah-langkah yang di- kritis.
lakukan dalam penelitian ini bersifat Berdasarkan hal tersebut,
reflektif. Tindakan dengan pola data yang didapatkan dari hasil,
pengkajian siklus atau berdaur pengamatan dan observasi di-
ulang. Menurut Iskandar (2008:67) analisis secara kualitatif, sedangkan
langkah-langkah penelitian tindakan data yang didapatkan dari hasil tes
kelas berlangsung secara berulang- awal dan akhir, yakni terkait
ulang terdiri atas 4 tahapan yaitu: kemampuan membaca kritis unsur
perencanaan, pelaksanaan, ob- intrinsik cerpen akan dianalisis
servasi/evaluasi, dan refleksi.Jika secara kuantitatif.
criteria belum tercapai, maka siklus Kriteria keberhasilan respon
selanjutnya wajib dilakukan sampai siswa ditunjukan oleh perolehan
criteria tersebut tercapai. persentase sebanyak 75% dari ke-
Metode pengumpulan data seluruhan siswa yang merespon
merupakan langkah yang paling positif terhadap tindakan pem-
strategis dalam penelitian, karena belajaran.Kriteria keberhasilan
tujuan utama dari penelitian ini membaca kritis ditunjukan dengan
adalah mendapatkan data tanpa me- adanya keberhasilan pe-merolehan
ngetahui teknik pengumpulan data, skor rata-rata kelas pada kategori
maka peneliti peneliti tidak akan baik atau 75% dari jumlah
mendapatkan data yang memenuhi keseluruhan siswa. Kriteria ini juga
standar data yang ditetapkan ditentukan dengan KKM yang di-
(Sugiono, 2007:62). Dalam pe- rancang sekolah yaitu 72,00.
nelitian ini, jenis data yang dimaksud Dengan tercapainya kriteria ke-
yaitu skor kemampuan memahami berhasilan yang telah ditentukan,
unsur intrinsik cerpen melalui penelitian dihentikan.Siklus tindakan
membaca kritis siswa kelas VII C yang mampu mencapai kriteria ke-
SMP Negeri 3 Singaraja de-ngan berhasilan atau ketercapaian KKM
menggunakan teknik dianggap sebagai tindakan terbaik
5W+1H.Metode pengumpulan data yang memenuhi kriteria keberhasilan.
yang digunakan peneliti adalah
metode observasi, metode tes dan
metode kueisioner.
Analisis data dalam pe- HASIL DAN PEMBAHASAN
nelitian merupakan suatu kegiatan Berdasarkan hasil penelitian
yang penting dan memerlukan ke- yang telah diuraikan sebelumnya,
telitian serta kekritisan peneliti maka dapat dikatakan bahwa
(Zuriah, 2007:198). Analisis data pembelajaran dengan teknik 5W+1H
yang digunakan dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan
adalah teknik analisis data deskriptif hasil belajar siswa kelas VII C SMP
kuantitaif dan deskriptif Negeri 3 Singaraja dalam
kualitatif.Artinya analisis data yang memahami unsur intrinsik cerpen.
dilakukan secara terus menerus Peningkatan aktivitas belajar siswa
mengunakan angka-angka, dapat dilihat pada data hasil
kemudian disajikan dalam bahasa observasi yang peneliti lakukan.
verbal. Data yang diperoleh pada Data hasil observasi menunjukkan
bahwa siswa menjadi lebih aktif dan kesalahan tersebut pada proses
tertarik dengan proses pembelajaran pembelajaran siklus II, yaitu dengan
setelah diterapkannya teknik 5W+1H cara 1) memotivasi siswa agar lebih
melalui membaca kritis. Peningkatan serius dalam belajar dengan cara
pengetahuan siswa dapat dilihat dari mengumumkan nilai siswa pada
hasil tes siswa. Sebelum diberikan siklus I. Guru juga dapat memotivasi
tindakan, hanya sepuluh orang siswa yang mendapatkan nilai
siswa yang berhasil memenuhi rendah untuk belajar lebih baik lagi,
kriteria ketuntasan minimal yang sehingga nilai mereka akan
ditetapkan pihak sekolah. Setelah meningkat pada kesempatan
pelaksanaan siklus II, seluruh siswa selanjutnya, 2)mendiskusikan unsur-
berhasil memenuhi kriteria unsur intrinsik karya sastra yang
ketuntasan minimal tersebut. Berikut sudah tidak asing bagi siswa. Hal ini
tabel pemahaman hasil tes dan akan membuat siswa lebih tertarik
siswa dari sebelum diterapkannya mengingat cerita tersebut adalah
teknik hingga siklus II. cerita yang akrab bagi mereka, 3)
lebih menekankan pengertian pusat
alur, latar tempat serta latar waktu
Hasil Tes Pemahaman siswa cerpen pada penyajian materi
sebelum Siklus Siklus dengan siswa. Dengan perbaikan
No
siklus I II tersebut, pemahaman siswa menjadi
meningkat dengen rata-rata 78,55
1 Rata-rata 68,83 70,14 78,55
Baik pada siklus II dengan kategori
2 Kategori Cukup baik sekali sangat baik. Hal tersebut membukti-
kan adanya peningkatan pema-
Berdasarkan tabel diatas, terlihat haman materi pelajaran pada diri
adanya peninghatan hasil siswa. Pada siklus II semua siswa
pemahaman siswa dari sebelum sudah mencapai kreteria ketuntasan
dterapkanya siklus hingga siklus II. yaitu melebihi 75% tuntas. Maka dari
Sebelum diterapkannya teknik itu, penelitian ini dihentikan dan
5W+1H rata-rata siswa 68,83 penerapan siklus II yang menjawab
dengan kategori cukup. Maka darii semua permasalahan pada
itu, diterapkannya teknik 5W+1H penelitian ini.
pada siklus I dengan rata-rata 70,14 Selain itu, penelitian ini
dengan kategori baik. Walaupun disenangi oleh siswa kelas VII C
hasil pada siklus I meningkat tetapi SMP Negeri 3 Singaraja. Hal ini bisa
masih belum mencapai kreteria diketahui dengan melihat data hasil
keberhasilan. Hal ini disebabkan respon siswa.
karena beberapa faktor yaitu 1)siswa
yang kurang aktif dalam mengikuti Hasil Respon siswa
pembelajaran, 2) kurang tertariknya No Siklus I Siklus II
siswa dengan contoh-contoh karya
sastra yang disampaikan oleh guru, 1 Rata-rata 33,91 35,44
3) mayoritas kesalahan siswa terjadi 2 Kategori Positif Sangat positif
pada pertanyaan yang berkaitan
dengan alur serta latar tempat dan Data respon yang diberikan
waktu cerpen. Ini berarti siswa siswa terhadap pe-nerapan teknik
kurang memahami pemahaman 5W+1H pada akhir pembelajaran
materi kususnya mengenaialur serta siklus I mencapai 33,91 dengan
latar tempat dan waktu cerpen. kategori positif. Respon siswa
Berdasarkan temuan tersebut, tersebut kemudian mengalami pe-
peneliti melakukan perbaikan atas ningkatan pada akhir pembelajaran
siklus II, menjadi 35,44 dengan
kategori sangat positif. Data ini dengan menggunakan teknik
menggambarkan bahwa siswa 5W+1H.
sangat menyukai pem-belajaran Pada penelitian ini, peneliti
dengan teknik 5W+1H melalui juga menemukan bahwa penerapan
Membaca kritis. teknik 5W+1H melalu membaca
Dalam menemukan unsur kritis akan makin efektif apabila
intrinsik cerpen dengan teknik ditunjang dengan penerapan metode
5W+1H,Romli (2000: 10) diskusi. Dalam penelitian ini, guru
mengemukakan bahwa 5W+1H dan siswa berdiskusi mengenai
adalah kata tanya yang lazim unsur-unsur intrinsik karya sastra
digunakan oleh wartawan atau yang sudah dikenal siswa. Proses
reporter dalam kerja jurnalistik. diskusi ini akan membuat siswa
Dalam menemukan unsur dapat memahami unsur intrinsik
intrinsikApa biasa dikaitkan dengan karya sastra dengan lebih baik.
tema dan amanat dalam cerpen, Dengan diskusi, siswa dapat saling
siswa dengan mudah mengetahui bertukar ide dan pemikiran,
tema dan amanat pada sebuah sehingga konsep-konsep mengenai
cerpen, dengan menggunakan unsur intrinsik karya sastra yang
pertanyaan “apa”. Siapa yang diperoleh siswa akan menjadi lebih
dimaksud adalah fakta lengkap sempurna. Hal itu sejalan dengan
tentang orang-orang yang terlibat apa yang disampaikan Roestiyah
dalam peristiwa/ kejadian. Dalam (2001: 5), yaitu diskusi dapat me-
menemukan unsur intrinsik cerpen, mpertinggi partisispasi siswa secara
pertanyaan “siapa” dapat digunakan individual, memberi kemungkinan
untuk menemukan tokoh dalam bagi siswa untuk saling membantu
sebuah cerpen. Kapan yang dalam memecahkan sebuah per-
dimaksud adalah waktu kejadian, soalan, mempertinggi kegiatan kelas
sebelum kejadian, atau sesudah sebagai sebuah kesatuan, dan
kejadian. Di mana yang dimaksud memberikan kemungkinan bagi sis-
adalah tempat kejadian (deskriptif wa untuk mengemukakan pendapat.
lengkap). Dalam hal itu, pertanyaan Diskusi tentang unsur
terkait “Kapan” dan “Di mana” intrinsik karya sastra yang sudah
digunakan untuk menemukan latar dikenal oleh siswa juga dapat
pada sebuah cerpen. Pertanyaan memecahkan masalah kurang
“Kapan” digunakan untuk aktifnya siswa dalam bertanya atau
menemukan latar waktu, dan menjawab selama proses pem-
pertanyaan “Di mana” digunakan belajaran. Dengan di-gunakannya
untuk menemukan latar tempat pada karya sastra yang sudah dikenal
sebuah cerpen. Mengapa yang siswa sebagai contoh, siswa akan
dimaksud adalah alasan tentang menjadi lebih tertarik untuk bertanya
“Apa”. Untuk menemukan unsur ataupun menjawab selama proses
intrisik cerpen, pertanyaan pembelajaran.
“mengapa” digunakan untuk Selain itu, peneliti juga
mengetahui alasan terjadinya menemukan bahwa motivasi siswa
pristiwa dalam cerpen. Bagaimana dalam belajar dapat dibangun den-
yang dimaksud adalah fakta tentang gan cara mengumumkan nilai yang
proses kejadian. Dalam menemukan diperoleh siswa pada proses
unsur intrinsik cerpen, pertanyaan pembelajaran sebelumnya. Untuk
“Bagaimana” dapat digunakan untuk siswa yang mendapatkan nilai ren-
menemukan alur atau plot pada dah, guru dapat memberi dorongan
sebuah cerpen. Dengan demikian semangat kepada mereka agar
unsur intrinsik cerpen dapat belajar dengan lebih baik lagi. Hal ini
ditemukan dan dipahami siswa sejalan dengan pernyataan
Djamarah (2006: 149), yaitu setiap Salah satu penelitian sejenis itu
tugas yang dikerjakan anak didik adalah penelitian yang berjudul
dan telah diberi nilai, sebaiknya di- “Kemampuan Menemukan dan
bagikan oleh guru agar mereka Menuliskan Kembali Pokok-Pokok
mengetahui prestasi belajarnya. Ke- Berita di Harian Bali Post
benaran kerja anak didik dapat Menggunakan Teknik 5W+1H Dalam
dipertahankan, sedangkan ke- Pembelajaran Membaca Pada Siswa
salahan kerja yang dilakukan oleh Kelas X1 SMA Laboratorium
anak didik dapat diperbaiki di masa Undiksha Singaraja” oleh Putu
mendatang. Dengan mengetahui Wiwin Tiras Sugi Artawan, tahun
hasil dari apa yang telah di- 2012. Hasilnya, Teknik
lakukannya, anak didik akan pembelajaran 5W+1H berdampak
terdorong untuk memper- positif terhadap aktivitas dan hasil
tahankannya, bahkan mening- belajar siswa kelas XI di SMA
katkannya di kemudian hari dengan Laboratorium Undiksha Singaraja
cara lebih giat belajar di se-kolah tahun ajaran 2009/2010.
dan di rumah. Jika di dalam diri
setiap anak didik sudah tertanam
suatu dorongan untuk giat belajar,
maka tidak sulit bagi guru untuk PENUTUP
membelajarkan anak didik. Berdasarkan rumusan ma-
Pentingnya pemberian salah dan hasil penelitian serta pem-
motivasi selama proses pem- bahasan yang telah dipaparkan
belajaran juga diungkapkan oleh dalam bab IV, peneliti dapat menarik
Hamalik (2008: 161) yang men- simpulan sebagai berikut. Pe-
yebutkan bahwa motivasi me- nerapan teknik 5W+1H melalui
nentukan tingkat berhasil atau membaca kritis, dapat me-
gagalnya siswa dalam proses pem- ningkatkan aktivitas belajar siswa
belajaran. Belajar tanpa adanya kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja
motivasi kiranya sulit untuk berhasil. dalam pembelajaran menganalisis
Berhasil atau gagalnya seorang guru unsur intrinsik cerpen. Hal ini bisa
dalam membangkitkan dan meng- dilihat pada tabel perbandingan
gunakan motivasi pengajaran erat aktivitas siswa selama penelitian
kaitannya dengan disiplin kelas. berlangsung.
Kegagalan guru dalam memberi mo- Penerapan teknik 5W+1H
tivasi mengakibatkan timbulnya ma- melalui membaca kritis, dapat
salah disiplin kelas. meningkatkan hasil belajar siswa
Secara umum dapat dika- kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja
takan bahwa penerapan pembe- dalam pembelajaran me-nganalisis
lajaran dengan teknik 5W+1H ini unsur intrinsik cerpen. Hal ini terlihat
berdampak positif bagi dari meningkatnya perolehan nilai
siswa.Dengan penerapan teknik ini, siswa. Sebelum di-terapkannya
siswa menjadi lebih mandiri dan aktif teknik 5W+1H, nilai rata-rata klasikal
dalam belajar.Jadi, penerapan pem- siswa hanya sebesar 68,83 (cukup).
belajaran dengan teknik 5W+1H Nilai rata-rata klasikal siswa
melalui membaca kritis ini mampu kemudian meningkat pada siklus I
meningkatkan aktivitas dan hasil menjadi 70,14 (baik). Peningkatan
belajar siswa. kemudian terjadi kembali pada siklus
Hasil penelitian ini juga sejalan II. Kali ini, nilai rata-rata klasikal
dengan penelitian-penelitian sejenis siswa meningkat menjadi 78,55
yang menyatakan bahwa penerapan (sangat baik).
teknik 5W+1H dapat meningkatkan Siswa kelas VII C SMP
aktivitas dan hasil belajar siswa. Negeri 3 Singaraja merasa senang
dengan penerapan teknik 5W+1H penelitian ini akan menjadi
dalam pembelajaran menganalisis lebih baiknya jika peneliti lain
unsur intrinsik cerpen.Hal ini sejalan mengkaji lebih dalam lagi mengenai
dengan respons yang diberikan kedua unsur intrinsik dan beberapa
siswa melalui pengisisan angket jenis-jenis membaca lain yang ada
respons siswa.Respons positif siswa dengan menerapkan teknik 5W+1H
terhadap penerapan teknik 5W+1H untuk memperoleh hasil yang lebih
dalam pembelajaran me-nganalisis maksimal.
unsur intrinsik cerpen juga
ditunjukkan dari analisis tingkat Daftar Pustaka
respon siswa.Respons positif inilah Ahuja. 2004. Membaca Kritis.
yang menjadi salah satu kunci Jakarta: Rineka Cipta.
keberhasilan penelitian ini. Siswa Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.
akan lebih mudah menyerap pe- Strategi Belajar Mengajar.
lajaran dalam situasi yang me- Jakarta: Rineka Cipta.
nyenangkan. Harjasujana, S. 1988. Materi Pokok
Ada beberapa langkah Membaca. Universitas
penerapan teknik 5W+1H dalam Terbuka. Jakarta. PT.
pembelajaran menganalisis unsur Karunia.
intrinsik cerpen. Pada awal per- Hamalik, Oemar. 2008. Proses
temuan, guru memberikan orientasi Belajar Mengajar. Jakarta:
materi pembelajaran tentang cerpen Bumi Aksara.
dan unsur intrinsik cerpen serta Indriyani, Sri. 2005. Buku
memberikan penekanan-penekanan Membaca.STKIP
pada sajian materi yang diajarkan Singaraja.
terutama tentang alur, latar tempat Nurhadi.2005. Membaca Cepat dan
dan latar waktu, c)guru memberikan Efektif. Bandung: Sinar
contoh sastra yang dikenal dan Baru Algensindo.
dipilih siswa, d) bentuk kelompok
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar
siswa dengan menghitung sesuai
Mengajar.Jakarta: PT Rineka
nomor absen, e) tiap-tiap kelompok
Cipta
agar memahami unsur-unsur intrinsk
Romli, Asep Syamsul M. 2010.
cerpen yang telah diberiakan, f)
Jurnalistik Praktis untuk
kelompok terbaik menyampaikan
Pemuda. Bandung: PT.
hasil diskusinya didepan kelas, g)
Remaja Rosdakarya.
kelompok lain memeriksa hasil
Sutresna. 2006. Prosa Fiksi.
diskusinya dengan cara menukar
Undiksha: Singaraja.
pekerjaannya, h) guru meng-
Sugiyono. 2007. Metode Peneltian
klarifikasi jawaban dari masing-
Pendidikan (Pendekatan
masing kelompok, i) guru
Kualitatif, Kuantitatif, dan
memberikan kuis/pertanyaan kepada
R&D). Bandung: Alfabeta.
siswa dalam bentuk tes, j) mengu-
Tarigan, Hendri Guntur. 1979.
mumkan skor kemajuan individu, k)
Membaca Sebagai Salah
guru dan siswa menyimpulkan serta
Satu Keterampilan
menutup pembelajaran,
Berbahasa. Bandung:
Berdasarkan langkah-
Angkasa.2009. Membaca
langkah tersebut, ternyata pene-
Cepat dan Efektif. Bandung:
rapan teknik 5W+1H melalui
Sinar Baru Algensindo.
membaca kritis, dapat meningkatkan
Wendra. 2010. Penulisan Karya
aktivitas dan hasil belajar siswa
Ilmiah. Singaraja:
kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja
Universitas Pendidikan
dalam pem-belajaran menganalisis
Ganesha.
unsur intrinsik cerpen.
Wiwin Tiras Sugi Artawan, Putu.
2010. Kemampuan Mene-
mukan dan Menuliskan
Kembali Pokok-Pokok Be-
rita di Harian Bali Post
Menggunakan Teknik
5W+1H Dalam Pembelaja-
ran Membaca Pada Siswa
Kelas X1 SMA Labo-
ratorium Undiksha Singa-
raja. Skripsi (tidak terbit),
Jurusan Pendidikan Baha-
sa dan Sastra Indonesia.
Singaraja: Undiksha.
Zuriah, Nurul. 2007. Buku
AjarPenulisan Karya
Ilmiah. Singraja:
Undiksha

Anda mungkin juga menyukai