Anda di halaman 1dari 51

MANAJEMEN KEUANGAN

SPECIAL TOPICS
ENTERPRISE RISK MANAGEMENT, BANKRUPTCY,
REORGANIZATION, AND LIQUIDATION

OLEH KELOMPOK 6

ANGGOTA:

HANAFI AVIKA ZADHA 2080621030 / 30


I PUTU KRESNA SANISCARA DEWANTA PUTRA 2080621031 / 31
ALEXANDER HELO PRIYANTO 2080621033 / 33
USMAN EKO SUSENO 2080621034 / 34
HENRY SETIAWAN 2080621035 / 35

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya dalam penyusunan makalah

“Manajemen Keuangan - Special Topics: Enterprise Risk Management, Bankruptcy,

Reorganization, and Liquidation”.

Makalah ini disusun sebagai bahan penunjang perkuliahan Manajemen

Operasi. Besar harapan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu dapat membantu

mengembangkan kreatifitas mahasiswa mengenai Enterprise Risk Management,

Bankruptcy, Reorganization, dan Liquidation

Makalah “Manajemen Keuangan - Special Topics: Enterprise Risk

Management, Bankruptcy, Reorganization, and Liquidation” ini dapat terselesaikan

tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus

dan sabar memberikan sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga

bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.

Akhirnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mohon para

pembaca berkenan memberikan saran atau kritik demi perbaikan laporan berikutnya.

Semoga laporan akhir ini dapat memberikan suatu manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Manajemen Risiko Perusahaan 3

2.2 Kebangkrutan, Reorganisasi, dan Likuidasi 22

BAB III PENUTUP 47

3.1 Kesimpulan 47

3.2 Saran 47

DAFTAR RUJUKAN 48

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis wajarnya terkait dengan produksi dan distribusi produk dan jasa,

kontribusi nyata dari sebuah bisnis kepada masyarakat merupakan manajemen

risiko. Namun para manajer lebih memilih berasumsi bahwa manajemen risiko

yaitu risiko mengontrak manusia, modal fisik dan uang untuk membentuk suatu

produk atau jasa yang mungkin bisa diterima oleh masyarakat. Jika sukses akan

untun, dan jika kalah akan bangkrut. Jadi manajemen sangat menantang level

internasional karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

Manajemen risiko dalam level perusahaaan, saat ini risiko banyak dilihat

dari portofolio investasi dengan banyak fungsi bisnis yang dikoordinasikan oleh

manajer keuangan senior. Namun faktor-faktor dari berbagai dimensi bervariasi

antar perusahaan. Jadi akuntan manajemen harus bisa mengamati faktor ini untuk

diberikan ke manajer risiko dengan data yang relevan dan terbaru. Selanjutnya

dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko, informasi yang terdapat dalam

laporan kinerja manajemen risiko ditinjau kembali yang mana akan

mempengaruhi atau mengubah tujuan strategis dan proses identifikasi risiko.

Kemampuan perusahaan untuk bertahan selama masa-masa sulit, terkadang

susah membedakan antara likuidasi paksa terhadap rehabilitasi dan akhirnya

sukses. Pemahaman kebangkrutan juga penting untuk eksekutif perusahaan yang

sehat, karena mereka harus tahuyang terbaik untuk mengambil tindakan ketika

pelanggan atau pemasok menghadapi ancamankebangkrutan. Keadaan atau

situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagimemenuhi

1
kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan

danketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga

tujuan ekonomiyang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu

profit, sebab dengan laba yangdiperoleh perusahaan bisa digunakan untuk

mengembalikan pinjaman, membiayai operasiperusahaan dan kewajiban-

kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang

dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun pokok materi bahasan yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai

berikut:

a. Seperti apa manajemen risiko dalam perusahaan

b. Seperti apa kebangkrutan, reorganisasi, dan likuidasi

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui dan memahami mengenai manajemen risiko perusahaan

b. Mengetahuidan memahami mengenai kebangkrutan, reorganisasi, dan

likuidasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi

dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian

aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk

mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau

pengelolaan sumber daya.

Manajemen risiko melibatkan pengidentifikasian peristiwa potensial yang

mewakili ancaman terhadap arus kas perusahaan dan meminimalkan

kemungkinan peristiwa tersebut atau meminimalkan dampaknya pada arus kas

perusahaan. Di masa lalu, proses ini berfokus pada peristiwa spesifik perusahaan

seperti klaim kompensasi pekerja, penarikan kembali produk, klaim kewajiban

produk, dan kerugian akibat kebakaran atau banjir. Dalam beberapa tahun

terakhir, manajemen risiko mencakup proses mengidentifikasi, mengukur, dan

mengelola sumber paparan pasar.

Semua perusahaan terpapar risiko dari volatilitas harga produk,

permintaan, biaya input, dan sumber risiko bisnis lainnya, seperti risiko yang

berasal dari pilihan teknologi produksi. Banyak perusahaan juga terkena risiko

dari volatilitas nilai tukar dan suku bunga. Manajemen risiko dapat mengurangi

risiko perusahaan, mencegah bencana dan mengarah pada biaya modal yang lebih

rendah. Dalam beberapa kasus, derivatif seperti swap dapat mengurangi suku

bunga efektif yang dibayarkan oleh suatu perusahaan, lagi-lagi mengurangi biaya

modalnya.

3
2.1.2 Histori Singkat dan Gambaran Umum Manajemen Risiko Perusahaan

Praktik manajemen risiko perusahaan telah berkembang pesat selama 20

tahun terakhir, karena kemajuan teknologi dan perubahan peraturan. Salah satu

alat yang paling awal digunakan dalam manajemen risiko adalah:

a. Kontrak berjangka, yang merupakan perjanjian di mana pembeli berjanji untuk

membeli jumlah tertentu suatu barang dengan harga tertentu pada tanggal

tertentu di masa depan dari penjual yang telah berjanji untuk menyediakan

barang tersebut pada ketentuan yang disepakati. Catatan tertulis menunjukkan

bahwa kontrak berjangka komoditas digunakan dan diperdagangkan lebih dari

4.000 tahun yang lalu di India, serta di Amerika Serikat, pedagang biji-bijian

menggunakan kontrak berjangka sejauh awal 1800-an.

b. Asuransi, juga sudah ada sejak ratusan tahun lalu, dengan asuransi maritim

ditawarkan di Genoa pada 1300-an dan asuransi kebakaran ditawarkan di

London pada 1680, tidak lama setelah Kebakaran Besar London. Bahkan,

Benjamin Franklin dan Union Fire Company memulai perusahaan asuransi

kebakaran pada 1752.

Tahun 1970-an, Terjasi inflasi yang tak terkendali di Amerika Serikat

dikombinasikan dengan percepatan kompetisi internasional, membuat perusahaan

menghadapi risiko yang jauh lebih besar daripada dekade sebelumnya. Pada

gilirannya, sumber-sumber risiko ini membuat saham, obligasi, dan investasi

lainnya jauh lebih tidak stabil. Dengan pengembangan model penetapan harga

untuk derivatif, sebagian besar perusahaan mulai secara aktif mengelola eksposur

mereka terhadap suku bunga, nilai tukar, dan berbagai komoditas. Namun,

beberapa perusahaan menggunakan pendekatan sistematis untuk manajemen

risiko. Sebagai gantinya, sebagian besar perusahaan memiliki kelompok

4
manajemen risiko yang bertanggung jawab atas masalah yang berkaitan dengan

asuransi, tetapi kelompok yang berbeda bertugas mengelola masing-masing risiko

spesifik lainnya.

Dorongan untuk pendekatan yang lebih komprehensif dan sistematis untuk

manajemen risiko datang dari beberapa sumber, termasuk skandal penyuapan

perusahaan pada tahun 1970-an, krisis S&L pada awal 1980-an, skandal akuntansi

pada awal 2000-an (termasuk Enron dan WorldCom), dan perbankan Krisis di

akhir 2000-an. Semua peristiwa ini memiliki beberapa faktor umum, termasuk

sistem akuntansi yang tidak memiliki kontrol yang cukup untuk mengidentifikasi

kegiatan yang tidak patut.

Berkaca dari hal tersebut, maka lima organisasi akuntansi utama

membentuk Komite Organisasi Sponsoring (COSO) dan merilis beberapa laporan,

termasuk satu pada tahun 1992 yang menyediakan kerangka kerja untuk sistem

kontrol internal yang dirancang untuk mencegah penipuan akuntansi. Kerangka

kerja untuk sistem kontrol internal akuntansi COSO memenuhi persyaratan

pelaporan yang dibuat oleh Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) dan SOX,

sehingga banyak perusahaan mengadopsi kerangka kerja tersebut. Pada tahun

2004, COSO juga mengeluarkan kerangka kerja untuk manajemen risiko

perusahaan, yang memperluas cakupan kerangka kerja pengendalian internal yang

asli. Karena banyak perusahaan sudah menggunakan kerangka kerja untuk kontrol

internal, beberapa versi mengadopsi kerangka kerja yang lebih luas untuk

manajemen risiko perusahaan. Saat ini, kerangka kerja COSO dan kerangka kerja

serupa banyak digunakan.

2.1.3 Kerangka Kerja Untuk Manajemen Risiko Perusahaan

COSO merancang kerangka kerja manajemen risiko perusahaannya dengan tiga

5
dimensi, yaitu:

a. Tingkat Organisasi

Kerangka kerja COSO menerapkan ERM di semua tingkat organisasi,

termasuk tingkat perusahaan, tingkat divisi, unit bisnis, dan anak perusahaan.

b. Kategori Tujuan

Setiap tingkat organisasi harus menetapkan tujuannya dalam masing- masing

empat kategori:

1. Tujuan strategis, yang didasarkan pada misi perusahaan dan tujuan

keseluruhan;

2. Tujuan operasi, yang berfokus pada pemilihan, implementasi, dan

pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung dan aplikasi sumber daya

perusahaan lainnya;

3. Tujuan pelaporan, yang berupaya menyebarluaskan informasi yang akurat

dan terkini kepada pembuat keputusan di dalam perusahaan dan pemangku

kepentingan di luar perusahaan (seperti investor dan regulator); dan

4. Tujuan kepatuhan, yang berupaya memastikan perusahaan mematuhi

hukum dan persyaratan peraturan.

c. Proses Manajemen Risiko untuk Tujuan pada Tingkat Tertentu dalam

Organisasi

Proses manajemen risiko untuk setiap tujuan memiliki delapan komponen,

yaitu:

1. Komponen 1 dan 2: Lingkungan Internal dan Pengaturan Tujuan Dua

komponen pertama terkait dengan budaya dan misi perusahaan, termasuk

lingkungan tempat kerja perusahaan, sikap terhadap risiko, dan proses

penetapan tujuan. Bagian penting dari proses ini adalah identifikasi jumlah

6
risiko yang bersedia diambil oleh perusahaan, yang sering disebut risk

appetite.

2. Komponen 3: Identifikasi Peristiwa

Peristiwa berisiko didefinisikan sebagai segala hasil yang tidak pasti yang

memengaruhi tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Misalnya, peristiwa berisiko mencakup kenaikan harga bahan baku,

ledakan di pabrik, atau hilangnya pelanggan dari pesaing. Untuk

mencegah menghadap peristiwa yang berisiko, sistem ERM biasanya

mendefinisikan kategori dan kemudian mengidentifikasi peristiwa

potensial dalam kategori tersebut.

3. Komponen 4: Penilaian Risiko

Setelah mengidentifikasi risiko, perusahaan harus menilai risiko tersebut.

Namun perlu diperhatikan untuk selalu mencakup memperkirakan

probabilitas bahwa peristiwa tersebut akan terjadi dan dampak yang

dihasilkan pada tujuan perusahaan. Misalnya, suatu peristiwa mungkin

merupakan kenaikan suku bunga, yang akan memengaruhi biaya

perusahaan ketika menerbitkan utang. Untuk menilai risiko ini, perusahaan

akan mulai dengan memperkirakan probabilitas berbagai tingkat suku

bunga pada saat ia berencana untuk mengeluarkan utang, dan kemudian

memperkirakan biaya penerbitan utang pada tingkat bunga yang berbeda.

4. Komponen 5: Respons Risiko

Setelah mengidentifikasi dan menilai peristiwa berisiko, langkah

selanjutnya adalah memilih respons terhadap risiko dan menerapkan

pilihan itu. Ada beberapa jenis respons, termasuk di antaranya:

a) Hindari aktivitas yang menimbulkan risiko sama sekali, misalnya

7
perusahaan mungkin menghentikan produk atau layanan karena

risikonya lebih besar daripada hadiahnya. Ini sering terjadi pada

produk farmasi yang berpotensi menimbulkan efek samping berbahaya

atau ekspansi global ke negara-negara dengan kerusuhan sipil.

b) Mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa buruk

Kerugian yang diharapkan yang timbul dari risiko apa pun adalah

fungsi baik probabilitas terjadinya maupun kerugian dolar jika

peristiwa buruk terjadi. Dalam beberapa kasus, adalah mungkin untuk

mengurangi probabilitas bahwa peristiwa buruk akan terjadi. Sebagai

contoh, kemungkinan kebakaran akan terjadi dapat dikurangi dengan

melembagakan program pencegahan kebakaran, dengan mengganti

kabel listrik lama, dan dengan menggunakan bahan tahan api di daerah

dengan potensi kebakaran terbesar.

c) Mengurangi besarnya kerugian yang terkait dengan peristiwa buruk

Dalam beberapa kasus, perusahaan dapat mengambil tindakan untuk

mengurangi kerugian bahkan jika peristiwa itu terjadi. Melanjutkan

dengan contoh sebelumnya, biaya dolar yang terkait dengan kebakaran

dapat dikurangi dengan tindakan seperti memasang sistem sprinkler,

merancang fasilitas dengan zona api mandiri, dan menemukan fasilitas

yang dekat dengan stasiun pemadam kebakaran.

d) Transfer risiko ke perusahaan asuransi

Seringkali, menguntungkan untuk memastikan terhadap risiko dengan

mentransfernya ke perusahaan asuransi. Meskipun kerugian yang

diharapkan dari barang yang diasuransikan adalah sama untuk

pemiliknya dan untuk perusahaan asuransi, perusahaan asuransi

8
mendapatkan keuntungan dari diversifikasi. Sebagai contoh, sebuah

perusahaan asuransi dapat menyediakan perlindungan untuk traktor,

pemanen, dan jenis peralatan pertanian lainnya, yang seringkali

berharga beberapa ratus ribu dolar atau lebih. Jika perusahaan asuransi

memiliki sejumlah besar pelanggan, ia dapat memprediksi dengan

cukup akurat jumlah yang akan dibayarkan dalam klaim dan kemudian

dapat menetapkan premi yang cukup tinggi untuk membayar klaim dan

memberikan pengembalian yang diperlukan oleh para investornya.

5. Komponen 6, 7, dan 8: Mengontrol Kegiatan, Informasi dan Komunikasi,

dan Pemantauan

Tiga komponen terakhir fokus pada memastikan bahwa peristiwa-

peristiwa yang berisiko sebenarnya diperlakukan sesuai dengan respons

yang dipilih sebelumnya .

2.1.4 Kategori Kejadian Risiko

a. Kategori Risiko yang Umumnya Terjadi di Perusahaan

1) Strategi dan Reputasi

Pilihan strategis perusahaan secara simultan memengaruhi dan merespons

tindakan pesaing, tanggung jawab sosial perusahaan, persepsi publik

tentang kegiatannya, dan reputasinya di antara pemasok, rekan kerja, dan

pelanggan.

2) Kontrol dan Kepatuhan

Kategori ini mencakup peristiwa risiko yang terkait dengan persyaratan

peraturan, risiko litigasi, hak kekayaan intelektual, akurasi pelaporan, dan

sistem kontrol internal.

9
3) Bahaya

Ini termasuk kebakaran, banjir, kerusuhan, aksi terorisme, dan bencana

alam atau buatan manusia lainnya. Bahaya hanya memiliki hasil negatif

contohnya gempa bumi bisa menghancurkan pabrik.

4) Sumber Daya Manusia

Keberhasilan seringkali tergantung pada karyawan perusahaan.

Manajemen Risiko Perusahaan membahas peristiwa risiko yang terkait

dengan karyawan, termasuk perekrutan, perencanaan suksesi, kesehatan

karyawan, dan keselamatan karyawan.

5) Operasi

Operasi perusahaan meliputi rantai pasokan, fasilitas manufaktur, lini

produk yang ada, dan proses bisnis. Peristiwa risiko termasuk gangguan

rantai pasokan, kegagalan peralatan, penarikan kembali produk, dan

perubahan permintaan pelanggan.

6) Teknologi

Teknologi berubah dengan cepat dan merupakan sumber risiko utama,

termasuk peristiwa risiko yang terkait dengan inovasi, kegagalan

teknologi, serta keandalan dan keamanan TI.

7) Manajemen Keuangan

Kategori ini mencakup peristiwa risiko yang terkait dengan: (1) risiko nilai

tukar, (2) risiko harga komoditas, (3) risiko suku bunga, (4) risiko

pemilihan proyek (termasuk belanja modal besar, merger, dan akuisisi),

(5) risiko likuiditas, (6) risiko kredit pelanggan, dan (7) risiko portofolio

(risiko bahwa portofolio aset keuangan akan turun nilainya). Pembahasan

akan fokus pada peristiwa risiko yang terkait dengan manajemen

10
keuangan, tetapi pertama-tama kita perlu menjelaskan beberapa cara lain

untuk memikirkan risiko.

b. Dimensi Risiko

Ketika memilih di antara respons risiko yang berbeda, akan sangat

membantu untuk menentukan apakah sumber risiko itu linier atau nonlinier.

Misalnya, pertimbangkan sebuah perusahaan pertanian dengan akses ke

sumber air murah untuk irigasi. Perusahaan menanam jagung dan dapat

memperkirakan biaya dan ukuran panennya, tetapi ia terekspos pada volatilitas

harga jagung. Perhatikan bahwa ini adalah risiko linier — perusahaan

kehilangan uang ketika harga rendah dan menghasilkan uang ketika harganya

tinggi. Tetapi perusahaan dapat masuk ke dalam kontrak derivatif yang

memberikan arus kas positif ketika harga rendah tetapi membuat arus kas

negatif ketika harga tinggi. Derivatif juga memiliki pembayaran linier, tetapi

pembayarannya berlawanan dengan pembayaran dari perusahaan. Kombinasi

arus kas yang dihasilkan secara internal perusahaan dari panen dan arus kas

yang dihasilkan secara eksternal dari derivatif dapat mengurangi atau

menghilangkan risiko perusahaan.

2.1.5 Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing (Valuta Asing)

Risiko nilai tukar mata uang asing terjadi ketika arus kas perusahaan

dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang. Ini bisa terjadi jika perusahaan

mengimpor bahan dari negara lain atau menjual produknya di negara lain.

Beberapa perusahaan kecil mengelola risiko Valuta Asing untuk setiap transaksi,

tetapi sebagian besar perusahaan besar menggabungkan transaksi mereka dan

mengelola eksposur bersih mereka secara terpusat. Misalnya, jika satu divisi

11
menjual barang dalam denominasi dolar Kanada dan divisi lain membeli barang

dalam denominasi dolar Kanada, perusahaan akan menjaring dua transaksi dan

hanya mengelola sisa eksposur.

Secara historis, perdagangan valuta asing telah langsung antara dua pihak

yang menggunakan kontrak khusus dengan jumlah dan tanggal dan tidak ada di

pasar sentral. Ini mengharuskan kedua belah pihak kuat secara moral dan finansial

untuk meminimalkan bahaya bahwa satu pihak akan gagal dalam kontrak. Ini

disebut risiko mitra (Counterparty Risk). Dalam kontrak semacam itu, bank-bank

besar sering bertindak sebagai rekanan bagi pelanggan mereka. Misalnya, bank

mungkin setuju untuk membeli euro dalam 30 hari dengan harga 1,24 dolar per

euro dari satu pelanggan dan setuju untuk menjual euro dalam 30 hari dengan

tingkat 1,25 dolar per euro ke pelanggan lain. Tergantung pada perubahan nilai

tukar euro, bank akan menghasilkan uang pada salah satu kontrak dan kehilangan

uang pada yang lain, hanya menjaring selisih pada perbedaan harga. Pencocokan

kontrak ini memungkinkan bank untuk mengurangi eksposur bersih mereka

terhadap volatilitas nilai tukar, tetapi bank masih menghadapi risiko counterparty

dari para pelanggan.

Transaksi valuta asing adalah hal yang besar. Kontrak didasarkan pada

jumlah total mata uang yang akan dikirim pada saat kedaluwarsa, yang disebut

nilai nosional. Pada akhir 2016, nilai nosional derivatif transaksi valuta asing

over-the-counter adalah sekitar $ 68 triliun.

2.1.6 Risiko Harga Komoditas

Banyak perusahaan menggunakan atau memproduksi komoditas, termasuk

produk pertanian, energi, logam, dan kayu. Karena harga komoditas bisa sangat

fluktuatif, banyak perusahaan mengelola paparan mereka terhadap risiko harga

12
komoditas.

1. Tinjauan Pasar Berjangka

Petani Midwestern Amerika pada awal 1800-an khawatir tentang harga

yang akan mereka terima untuk gandum mereka ketika mereka menjualnya

pada musim gugur, dan pabrik-pabrik khawatir tentang harga yang harus

mereka bayar. Setiap pihak segera menyadari bahwa risiko yang mereka

hadapi dapat dikurangi jika mereka menetapkan harga di awal tahun. Dengan

demikian, agen pabrik mulai pergi ke daerah penghasil Gandum dengan

kontrak yang menyerukan petani untuk mengirimkan biji-bijian dengan harga

yang telah ditentukan, dan kedua belah pihak mendapat manfaat dari transaksi

dalam arti bahwa risiko mereka berkurang. Para petani dapat berkonsentrasi

untuk menanam tanaman mereka tanpa khawatir tentang harga gandum, dan

pabrik dapat berkonsentrasi pada operasi penggilingan mereka. Perjanjian

awal ini adalah antara dua pihak yang mengatur transaksi sendiri. Namun, tak

lama kemudian, perantara muncul. Chicago Board of Trade, didirikan pada

tahun 1848.

Kontrak berjangka terdapat dua pihak terlibat, dengan satu pihak

mengambil posisi panjang (yang mewajibkan pihak untuk membeli aset yang

mendasarinya) dan pihak lain mengambil posisi pendek (yang mewajibkan

pihak untuk menjual aset). Namun, ada tiga perbedaan utama. Pertama,

kontrak berjangka ditandai-ke-pasar setiap hari, yang berarti bahwa

keuntungan dan kerugian diakui setiap hari dan uang harus disiapkan untuk

menutupi kerugian. Ini sangat mengurangi risiko default yang ada dengan

kontrak berjangka karena perubahan harga harian biasanya lebih kecil

daripada perubahan kumulatif selama masa kontrak. Misalnya, jika kontrak

13
berjangka jagung memiliki harga $ 4,00 per gantang dan harganya naik

menjadi $ 4,10 pada hari berikutnya, sebuah partai dengan posisi sell harus

membayar selisih $ 0,10, dan sebuah partai dengan posisi panjang akan

menerima perbedaan.

2. Risiko Tingkat Bunga

Suku bunga bisa sangat fluktuatif, memaparkan perusahaan terhadap risiko

suku bunga, terutama jika perusahaan berencana menerbitkan utang atau jika

perusahaan memiliki utang suku bunga mengambang.

a. Menggunakan Kontrak Berjangka untuk Mengelola Risiko Penerbitan

Utang

Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa ini adalah bulan Mei dan

Carson Foods sedang mempertimbangkan rencana untuk menerbitkan $

10.000.000 obligasi 20 tahun pada bulan September untuk membiayai

program pengeluaran modal. Suku bunga akan dibayarkan 9% setiap

semester jika obligasi diterbitkan hari ini. Namun, tingkat bunga pasar

mungkin lebih tinggi ketika obligasi sebenarnya diterbitkan. Carson harus

menerbitkan obligasi dengan tingkat kupon yang lebih tinggi dari yang

diharapkan, menyebabkan biaya pembiayaan Carson meningkat. Carson

dapat melindungi dirinya terhadap kenaikan suku bunga dengan

melakukan perlindungan nilai di pasar berjangka menggunakan kontrak

suku bunga berjangka.

b. Menggunakan Pertukaran Suku Bunga : Mengelola Tingkat Bunga

Mengambang melawan Tingkat Bunga Tetap

Anggaplah bahwa Perusahaan S memiliki obligasi obligasi tingkat

bunga mengambang 20 tahun, $ 100 juta yang beredar dan bahwa

14
Perusahaan F memiliki obligasi dengan suku bunga tetap $ 100 juta, 20

tahun. Dengan demikian, masing-masing perusahaan memiliki kewajiban

untuk melakukan aliran pembayaran bunga, tetapi satu aliran pembayaran

tetap sementara yang lain akan bervariasi karena perubahan suku bunga di

masa depan.

Sekarang anggaplah bahwa Perusahaan S memiliki arus kas yang

stabil dan ingin mengunci biaya utangnya. Perusahaan F memiliki arus kas

yang berfluktuasi dengan ekonomi, naik ketika ekonomi kuat dan jatuh

ketika lemah. Menyadari bahwa suku bunga juga bergerak naik dan turun

dengan ekonomi, Perusahaan F telah menyimpulkan bahwa akan lebih

baik dengan utang tingkat- variabel.

Dalam praktiknya, kedua perusahaan tidak akan saling berhubungan

secara langsung; sebaliknya, setiap perusahaan akan melakukan pertukaran

dengan bank besar. Misalnya, bank mungkin menawarkan untuk menukar

LIBOR (London Interbank Offered Rate) dengan pembayaran tetap

sebesar 2,5%. Dalam contoh ini, Perusahaan S akan membayar bank

pembayaran tetap sebesar 2,5% dari jumlah yang dipinjam Perusahaan S

dengan kurs mengambang, dan bank akan membayar Perusahaan S jumlah

yang sama dengan tingkat LIBOR saat ini dikalikan dengan jumlah yang

dipinjam Perusahaan S . Perusahaan F akan menandatangani kontrak

serupa dengan bank, kecuali Perusahaan F akan melakukan pembayaran

kurs mengambang kepada bank (berdasarkan LIBOR), dan bank akan

melakukan pembayaran tetap kepada Perusahaan F. Tentu saja, bank akan

membebankan biaya untuk layanan ini.

15
Swap/pertukaran sama persis seperti namanya — dua pihak sepakat

untuk menukar sesuatu, umumnya kewajiban untuk melakukan aliran

pembayaran tertentu.

c. Inverse Floater

Dengan Inverse Floater, kurs yang dibayarkan pada nota bergerak

berlawanan dengan kurs pasar. Jadi, jika suku bunga dalam ekonomi naik,

suku bunga yang dibayarkan pada Inverse Floater akan turun, mengurangi

pembayaran bunga tunai. Pada saat yang sama, tingkat diskonto yang

digunakan untuk menilai arus kas Inverse Floater akan naik seiring dengan

kurs lainnya. Efek gabungan dari arus kas yang lebih rendah dan tingkat

diskonto yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan besar dalam nilai

Inverse Floater. Dengan demikian, Inverse Floater sangat rentan terhadap

kenaikan suku bunga. Tentu saja, jika suku bunga turun maka nilai invers

floater akan melambung.

2.1.7 Risiko Pemilihan Proyek

Sebuah proyek dalam setiap perusahaan yang menggunakan aset perusahaan

seperti uang tunai, pabrik, bangunan, peralatan, infrastruktur, kekayaan

intelektual, dan manusia. Proyek yang berhasil menciptakan nilai dengan

menghasilkan pengembalian yang sepadan dengan ukuran dan risiko aset yang

diinvestasikan dalam proyek. Mungkin faktor yang paling penting untuk

kesuksesan perusahaan adalah kemampuannya untuk memilih proyek dan nilai

tambah untuk menghindari proyek yang gagal

a. Menggunakan Simulasi Monte Carlo untuk Mengevaluasi Risiko Proyek

Ketika mengevaluasi proyek potensial, perusahaan harus menilai proyek

secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan pendekatan tiga langkah (1)

16
memperkirakan arus kas masa depan proyek, (2) memperkirakan nilai arus

kas, dan (3) menganalisis risiko arus kas. Proyek kecil, seperti penggantian

satu mesin, memerlukan analisis lebih sedikit daripada proyek besar, yang

termasuk pengeluaran modal besar, ekstensi lini produk, produk baru,

ekspansi geografis, akuisisi, dan merger. Untuk proyek-proyek yang lebih

besar, sangat penting untuk melakukan analisis risiko yang menyeluruh,

termasuk analisis sensitivitas dan analisis skenario, proyek-proyek besar

bahkan memerlukan lebih banyak analisis risiko, termasuk simulasi Monte

Carlo, yang banyak digunakan dalam manajemen risiko perusahaan Banyak

perusahaan sekarang menerapkan simulasi ketika mereka menganalisis merger

dan akuisisi. Selain keluaran kuantitatif dari analisis simulasi, proses

mengidentifikasi sumber risiko dapat membantu perusahaan menghindari

kesalahan yang merugikan perusahaan.

b. Menggunakan Simulasi Monte Carlo untuk Mengevaluasi Risiko Pembiayaan

Perusahaan memiliki alasan menggunakan simulasi daripada analisis

proyek. Sebagai contoh, pembuat mainan bata plastik yang popular dari

Denmark, Grup LEGO juga menggunakan simulasi dalam proses

penganggarannya untuk menunjukkan peluang hasil. CFO Hans melaporkan

bahwa analisis simulasi mengungkapkan bahwa volatilitas penjualan memiliki

banyak dampak yang lebih besar daripada yang dipahami para manajer.

Simulasi juga bermanfaat ketika perusahaan menyiapkan anggaran kas

daripada hanya menunjukkan jangka pendek yang diharapkan persyaratan

pembiayaan, simulasi dapat menunjukkan probabilitas pembiayaan yang lebih

besar persyaratan, yang memungkinkan perusahaan untuk merencanakan

kebutuhan kredit yang sebelumnya tidak terduga.

17
c. Menggunakan Simulasi Monte Carlo untuk Mengevaluasi Risiko Portofolio

Banyak perusahaan yang terkena risiko portofolio, yang merupakan risiko

dari portofolio aset keuangan yang akan menurunkan nilainya. Misalnya,

banyak perusahaan menawarkan pension terencana untuk karyawan mereka.

Program imbalan pasti yang dimiliki portofolio saham, obligasi, dan aset

keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung manfaat pensiun yang

dijanjikan para karyawan. Perusahaan semacam itu terekspos risiko portofolio

yang signifikan jika nilai aset portofolio pensiun turun terlalu banyak

dibandingkan dengan nilai yang dijanjikan manfaat pensiun, maka perusahaan

harus menggunakan sumber daya lainnya untuk membuat kontribusi tambahan

untuk rencana tersebut. Sebagian besar lembaga keuangan juga terkena risiko

portofolio karena keputusan mereka sendiri, aset keuangan yang memiliki

kewajiban keuangan. Simulasi adalah alat yang banyak digunakan untuk

mengukur risiko portofolio bank. Bahkan, perjanjian Basel II dan III

mengharuskan bank untuk melaporkan VaR mereka dan Komite Basel saat ini

(2014) mempertimbangkan meminta bank untuk juga melaporkan kekurangan

yang diharapkan . Ketika kelompok perdagangan dan manajemen risiko di

lembaga keuangan menggunakan VaR (atau CVaR), mereka biasanya

mengukurnya dalam waktu yang sangat singkat karena mereka menginginkan

untuk mengetahui berapa banyak mereka akan kehilangan dalam semalam

atau dalam beberapa hari.

2.1.8 Mengelola Risiko Kredit

Perusahaan nonkeuangan terekspos risiko jika mereka memberikan kredit

kepada pelanggan mereka. Lembaga keuangan mengekspos risiko kredit, ketika

mereka memberikan pinjaman kepada pelanggan mereka. Berikut ini adalah

18
beberapa konsep kunci dalam manajemen risiko kredit.

a. Mengelola Risiko Kredit di Non Finansial

Ketika sebuah perusahaan menjual produk ke pelanggan tetapi tidak

memerlukan pembayaran segera, dibuatlah piutang. Ada tiga alat utama yang

digunakan perusahaan untuk mengelola risiko kredit ini. Pertama, perusahaan

mengevaluasi pelanggannya sebelum memberikan kredit. Perusahaan dapat

melakukan evaluasi sendiri atau membeli evaluasi dari pihak ketiga. Jika

pelanggan adalah individu, evaluasi kredit tersedia dari beberapa perusahaan,

termasuk perusahaan Equifax, Experian, dan Trans Union. Masing-masing

perusahaan menyediakan skor numerik, dengan skor FICO yang paling

banyak digunakan. Rentang skor dari 300 hingga 850, dengan skor yang lebih

rendah menunjukkan bahwa pelanggan lebih cenderung standar. Ketika

pelanggan adalah perusahaan lain, evaluasi dilakukan menggunakan banyak

rasio dan analisis yang sama. Selain itu, beberapa perusahaan membuat model

penilaian kredit mereka sendiri berdasarkan pengalaman masa lalu atau model

statistik (seperti analisis diskriminan).

Suatu perusahaan dapat mengurangi risiko kreditnya dengan menjual

piutang dagangnya kepada pihak ketiga dalam proses yang disebut anjak

piutang. Tentu saja, harga yang diterima perusahaan dari penjualan piutang

tergantung pada risiko piutang, dengan piutang berisiko dibeli dengan harga

jauh lebih rendah dari nilai nominalnya. Perusahaan juga dapat membeli

asuransi untuk sebagian atau seluruh piutang. Banyak perusahaan, termasuk

Grup LEGO, menggunakan simulasi untuk memperkirakan risiko piutang

mereka sehingga mereka dapat bernegosiasi lebih baik dengan perusahaan

asuransi.

19
b. Mengelola Risiko Kredit di Lembaga Keuangan

Selain teknik yang sama digunakan di perusahaan non finansial (penilaian

model kredit dan simulasi), banyak lembaga keuangan menggunakan credit

default swap (CDS). Meskipun CDS disebut swap, mereka seperti asuransi.

Misalnya seorang investor (yang mungkin merupakan lembaga keuangan)

dapat membeli CDS dengan melakukan pembayaran tahunan kepada rekanan

untuk mengasuransikan obligasi tertentu atau keamanan lainnya terhadap

standar, jika obligasi gagal bayar, rekanan membayar kepada pembeli jumlah

Obligasi gagal bayar yang diasuransikan.

Untuk contoh, penyebaran pada Unitymedia Kabel BMW operator kabel

Jerman, adalah sekitar 271 basis poin pada Mei 2014. Cara mudah untuk

menafsirkan titik dasar penyebaran yang dilaporkan bahwa itu akan menjadi

biaya tahunan dalam dolar (atau euro) untuk melindungi $ 10.000 (atau euro)

dari obligasi. Oleh karena itu, biayanya € 271 per tahun untuk

mengasuransikan € 10.000 dari obligasi Unitymedia. Untuk melindungi € 10

juta dari hutang Unitymedia, pembeli akan membayar € 271.000 Sebaliknya,

penyebaran obligasi produsen mobil BMW hanya 42 basis poin, sehingga

mengasuransikan € 10 juta dari BMW utang hanya menelan biaya € 42.000

per tahun.

Jika investor memiliki obligasi, maka pembelian CDS akan mengurangi

risiko investor. Ada pasar sekunder aktif untuk CDS, dan tidak perlu memiliki

keamanan yang mendasarinya. Faktanya, sebagian besar peserta di pasar CDS

tidak memiliki efek yang mendasarinya. Misalnya, spekulan mungkin

membeli CDS di Unitymedia dengan 271 basis poin tetapi hanya membeli

cakupan selama 1 bulan, yang akan menjadi pembayaran € 22.583 5 €

20
271.000 / Tahun. Sekarang anggaplah masalah Zona Euro segera memburuk

dan mendorong CDS Unitymedia menyebar hingga 300 basis poin. Investor

dapat melikuidasi posisi dengan menjual perlindungan kredit 1 bulan untuk €

25.000 5 € 300.000 /Tahun dan gunakan CDS yang dibeli sebelumnya untuk

mengimbangi yang baru menjual CDS. Keuntungan investor adalah € 2.417.

Selain CDS untuk sekuritas individual, ada CDS untuk indeks. Untuk

contoh, CDX.NA.IG memiliki indeks 125 CDS untuk peringkat investasi

hutang Amerika Utara. Pergerakan indeks berkorelasi positif dengan level

keseluruhan standar untuk banyak pinjaman komersial dan indeks naik ketika

standarnya meningkat. Karenanya, bank A.S. dapat melindungi dirinya dari

kenaikan tingkat gagal bayar dalam pinjaman portofolio dengan mengambil

posisi pendek di CDX.NA.IG. Jika standar meningkat, maka indeks naik, yang

berarti investor pendek dapat untung dengan menjual sekarang lebih tinggi

indeks harga pada harga lebih rendah yang ditentukan dalam posisi pendek

asli. Ini adalah sebuah situasi di mana CDS membantu mengurangi risiko

lembaga keuangan ketika gagal bayar meningkat, lembaga kehilangan uang

karena pinjaman tetapi menghasilkan uang pada indeks. Dan tentu saja, jika

indeks jatuh, maka bank kehilangan pada posisi jual.

2.1.9 Risiko dan Keselamatan Manusia

Keputusan manajemen risiko, seperti semua keputusan perusahaan, harus

dimulai dengan analisis biaya manfaat untuk setiap alternatif yang layak. Sebagai

contoh, anggaplah itu biayanya $ 50.000 per tahun untuk melakukan program

pelatihan keselamatan kebakaran komprehensif untuk semua personel di pabrik

berisiko tinggi. Tujuan program ini adalah mengurangi nilai kerugian kebakaran

di masa depan. Alternatif untuk program pelatihan adalah menempatkan $ 50.000

21
setiap tahun dalam dana cadangan yang disisihkan untuk menutupi kerugian

akibat kebakaran di masa depan. Kedua alternatif melibatkan arus kas yang

diharapkan, dan dari sudut pandang ekonomi pilihan harus dibuat berdasarkan

nilai sekarang terendah dari biaya masa depan.

Namun, anggaplah kebakaran terjadi dan nyawa hilang. Dalam situasi

yang melibatkan keselamatan dan kesehatan, pertukaran antara keuntungan yang

diharapkan dan kerugian yang diharapkan tidak cukup untuk membuat keputusan

yang baik. Perusahaan harus selalu mempertimbangkan dampak keputusan yang

ada pada keselamatan karyawan dan pelanggan mereka. Mengabaikan keamanan

dan kesehatan adalah kesalahan, yang juga merupakan kesalahan bisnis karena

banyak perusahaan telah dipaksa keluar dari bisnis atau menderita kerugian yang

melemahkan ketika mereka tidak bias menciptakan keamanan.

2.2 KEBANGKRUTAN, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI

2.2.1 Kesulitan Keuangan dan Konsekuensinya

a. Penyebab kegagalan bisnis

Nilai intrinsik perusahaan adalah nilai sekarang dari arus kas bebas masa

depan yang diharapkan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan nilai ini

menurun. Ini termasuk kondisi ekonomi, tren industri, dan masalah khusus

perusahaan seperti selera konsumen yang berubah, teknologi yang tertinggal,

dan perubahan demografi di lokasi penjualan. Faktor keuangan, seperti terlalu

banyak hutang dan kenaikan suku bunga yang tidak terduga, juga dapat

menyebabkan kegagalan bisnis. Pentingnya berbagai faktor berbeda dari

waktu ke waktu, dan sebagian besar kegagalan bisnis terjadi karena sejumlah

faktor bergabung untuk membuat bisnis tidak berkelanjutan. Selanjutnya, studi

kasus menunjukkan bahwa kesulitan keuangan biasanya merupakan hasil dari

22
serangkaian kesalahan, salah penilaian, dan kelemahan yang saling terkait

yang dapat dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan manajemen.

Dalam beberapa kasus, seperti Enron dan MF Global Holdings, penipuan

menyebabkan kebangkrutan. Seperti yang Anda tebak, tanda-tanda potensi

kesulitan keuangan umumnya terbukti dalam analisis rasio jauh sebelum

perusahaan benar-benar gagal, dan para peneliti menggunakan analisis rasio

untuk memperkirakan probabilitas bahwa suatu perusahaan akan bangkrut.

Analis keuangan terus mencari cara untuk menilai kemungkinan perusahaan

bangkrut.

b. Catatan Kegagalan Bisnis

Meskipun kebangkrutan lebih sering terjadi pada perusahaan- perusahaan

kecil, bukan berarti perusahaan besar kebal. Ini terutama benar dalam Resesi

Hebat: Enam dari kebangkrutan terbesar terjadi pada 2008 dan 2009.

Kebangkrutan jelas menyakitkan bagi pemegang saham perusahaan, tetapi

juga dapat membahayakan perekonomian jika perusahaan sangat besar atau

berada di sektor kritis .

Sebagai contoh, kegagalan Lehman Brothers pada September 2008

memicu langkah global pada lembaga-lembaga keuangan yang membekukan

pasar kredit dan berkontribusi pada resesi global berikutnya. Tidak jelas

apakah kerusakan pada ekonomi dunia dapat dikurangi jika pemerintah

melakukan intervensi untuk mencegah kegagalan Lehman, tetapi pemerintah

kemudian memutuskan untuk tidak mengambil risiko dengan banyak lembaga

keuangan bermasalah lainnya. Misalnya, pemerintah membantu mengatur

akuisisi Wachovia pada 2008 oleh Wells Fargo, akuisisi 2008 Bear Stearns

oleh JPMorgan Chase, dan akuisisi Merrill Lynch tahun 2009 oleh Bank of

23
America (terlepas dari kekhawatiran Bank of America). Selain itu, pemerintah

memberikan modal miliaran dolar kepada banyak lembaga keuangan besar

pada 2008, termasuk AIG. Dalam setiap kasus ini, pemerintah memutuskan

bahwa kegagalan total lembaga-lembaga ini dapat menyebabkan seluruh

sistem keuangan runtuh.

2.2.2 Masalah Yang Dihadapi Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan

Kesulitan keuangan dimulai ketika suatu perusahaan tidak dapat memenuhi

pembayaran yang dijadwalkan atau ketika proyeksi arus kas menunjukkan bahwa

perusahaan tidak ada kemampuan kembali. Ketika situasi berkembang, lima

masalah utama muncul.

a. Apakah ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran utang

terjadwal merupakan masalah arus kas sementara, atau apakah itu masalah

permanen yang disebabkan oleh nilai aset yang telah jatuh di bawah

kewajiban utang?

b. Jika masalahnya bersifat sementara, maka perjanjian dengan kreditor yang

memberikan waktu bagi perusahaan untuk pulih dan memuaskan semua orang

dapat diselesaikan. Namun, jika nilai aset jangka panjang dasar benar-benar

menurun, maka kerugian ekonomi telah terjadi. Dalam acara ini, siapa yang

harus menanggung kerugian, dan siapa yang harus mendapatkan nilai tetap?

c. Apakah perusahaan "bernilai lebih banyak mati daripada hidup"? Artinya,

apakah bisnis akan lebih bernilai jika dilikuidasi dan dijual dalam potongan-

potongan atau jika dipelihara dan dilanjutkan dalam operasi?

d. Haruskah perusahaan mengajukan perlindungan di bawah Bab 11 UU

Kepailitan, atau haruskah ia mencoba menggunakan prosedur informal? (Baik

reorganisasi dan likuidasi dapat dilakukan baik secara informal atau di bawah

24
arahan pengadilan kepailitan.)

e. Siapa yang harus mengendalikan perusahaan ketika sedang dilikuidasi atau

direhabilitasi? Haruskah manajemen yang ada dibiarkan bertanggung jawab,

atau haruskah wali ditempatkan untuk bertanggung jawab atas operasi?

2.2.3 Penyelesaian Tanpa Melalui Kebangkrutan Formal

Ketika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, para manajer dan

kreditornya harus memutuskan apakah masalahnya bersifat sementara dan

perusahaan itu layak secara finansial atau apakah ada masalah permanen yang

membahayakan kehidupan perusahaan. Kemudian para pihak harus memutuskan

apakah akan mencoba menyelesaikan masalah secara informal atau di bawah

arahan pengadilan kebangkrutan. Karena biaya yang terkait dengan kebangkrutan

formal — termasuk gangguan yang terjadi ketika pelanggan, pemasok, dan

karyawan perusahaan mengetahui bahwa mereka telah mengajukannya

berdasarkan Undang-Undang Kebangkrutan — lebih disukai untuk mengatur

ulang (atau melikuidasi) di luar kebangkrutan formal. Kami pertama-tama

membahas prosedur penyelesaian informal dan kemudian prosedur di bawah

kebangkrutan formal.

a. Reorganisasi Informal

Dalam kasus perusahaan yang sehat secara ekonomi yang kesulitan

keuangannya tampak sementara, kreditor umumnya bersedia bekerja dengan

perusahaan untuk membantunya pulih dan membangun kembali dirinya

sendiri berdasarkan keuangan yang sehat. Rencana sukarela semacam itu, yang

biasa disebut latihan, biasanya memerlukan restrukturisasi hutang perusahaan,

karena arus kas saat ini tidak cukup untuk melayani hutang yang ada.

Restrukturisasi biasanya melibatkan ekstensi dan / atau komposisi. Dalam

25
perpanjangan, kreditor menunda tanggal pembayaran bunga atau pokok yang

disyaratkan, atau keduanya. Dalam suatu komposisi, kreditor secara sukarela

mengurangi klaim tetap mereka pada debitur dengan menerima jumlah pokok

yang lebih rendah, dengan mengurangi tingkat bunga utang, dengan

mengambil ekuitas sebagai imbalan utang, atau dengan kombinasi beberapa

perubahan ini.

Restrukturisasi hutang informal dimulai dengan pertemuan antara manajer

dan kreditor perusahaan yang gagal. Para kreditor menunjuk sebuah komite

yang terdiri dari empat atau lima kreditor terbesar plus satu atau dua yang

lebih kecil. Rapat ini sering diatur dan dilakukan oleh biro penyesuaian yang

terkait dengan dan dijalankan oleh asosiasi manajer kredit lokal.2 Langkah

pertama adalah manajemen menyusun daftar kreditor yang menunjukkan

jumlah utang yang terhutang. Biasanya ada berbagai jenis utang, mulai dari

pemegang hipotek pertama hingga kreditor tanpa jaminan. Selanjutnya,

perusahaan mengembangkan informasi yang menunjukkan nilai perusahaan di

bawah skenario yang berbeda. Biasanya, satu skenario keluar dari bisnis,

menjual aset, dan kemudian membagikan hasilnya kepada berbagai kreditor

sesuai dengan prioritas klaim mereka, dengan setiap surplus mengalir ke

pemegang saham biasa. Perusahaan dapat menyewa penilai untuk

mendapatkan penilaian nilai properti perusahaan untuk digunakan sebagai

dasar untuk skenario ini. Skenario lain termasuk operasi lanjutan, seringkali

dengan beberapa perbaikan dalam peralatan modal, pemasaran, dan mungkin

beberapa perubahan manajemen.

Informasi ini kemudian dibagikan dengan para bankir dan kreditor lainnya.

Seringkali, hutang perusahaan melebihi nilai likuidasi, dan biaya hukum dan

26
biaya lain yang terkait dengan likuidasi formal di bawah prosedur

kebangkrutan federal akan secara material menurunkan hasil bersih yang

tersedia untuk kreditor. Selain itu, umumnya membutuhkan setidaknya satu

tahun (dan seringkali beberapa tahun) untuk menyelesaikan masalah dalam

proses formal, sehingga nilai sekarang dari hasil akhirnya akan lebih rendah

lagi. Informasi ini, ketika disajikan dengan cara yang kredibel, sering

meyakinkan kreditor bahwa mereka akan lebih baik menerima sesuatu yang

kurang dari jumlah penuh klaim mereka daripada bertahan untuk jumlah

seluruh wajah. Jika manajemen dan kreditor utama setuju bahwa masalahnya

mungkin dapat diselesaikan, maka rencana yang lebih formal dirancang dan

disajikan kepada semua kreditor, bersama dengan alasan kreditor harus

bersedia berkompromi pada klaim mereka.

Dalam mengembangkan rencana reorganisasi, kreditor lebih memilih

perpanjangan karena menjanjikan pembayaran akhirnya secara penuh. Dalam

beberapa kasus, kreditor mungkin setuju tidak hanya untuk menunda tanggal

pembayaran tetapi juga untuk mensubordinasikan klaim yang ada kepada

vendor yang bersedia memberikan kredit baru selama periode berjalan.

Demikian pula, kreditor mungkin setuju untuk menerima suku bunga pinjaman

yang lebih rendah selama perpanjangan, mungkin dengan imbalan janji

jaminan. Karena pengorbanan yang terlibat, kreditor harus memiliki

keyakinan bahwa perusahaan debitur akan dapat menyelesaikan masalahnya.

Dalam suatu komposisi, kreditor setuju untuk mengurangi klaim mereka.

Biasanya, kreditor menerima uang tunai dan / atau sekuritas baru yang

memiliki nilai pasar gabungan yang kurang dari jumlah utang mereka. Uang

tunai dan surat berharga, yang mungkin hanya bernilai 10% dari klaim awal,

27
diambil sebagai pelunasan penuh utang asli. Tawar-menawar akan terjadi

antara debitur dan kreditor atas tabungan yang dihasilkan dari menghindari

biaya kebangkrutan hukum: biaya administrasi, biaya hukum, biaya

investigasi, dan sebagainya. Selain lolos dari biaya-biaya tersebut, debitur juga

mendapatkan keuntungan karena stigma kebangkrutan dapat dihindari.

Akibatnya, debitur dapat diinduksi untuk berpisah dengan sebagian besar

tabungan dari menghindari kebangkrutan formal.

Seringkali, proses tawar-menawar akan menghasilkan restrukturisasi yang

melibatkan ekstensi dan komposisi. Sebagai contoh, penyelesaian dapat

menyediakan pembayaran tunai 25% dari hutang segera ditambah catatan

baru yang menjanjikan enam angsuran di masa depan masing-masing 10%,

dengan total pembayaran 85%.

Penyelesaian sukarela bersifat informal dan sederhana; mereka juga relatif

murah, karena biaya hukum dan administrasi dijaga seminimal mungkin.

Dengan demikian, penyelesaian sendiri oleh debitur umumnya menghasilkan

pengembalian terbesar kepada kreditor. Meskipun kreditor tidak mendapatkan

pembayaran langsung dan bahkan mungkin harus menerima kurang dari yang

seharusnya, mereka umumnya mendapatkan lebih banyak uang, dan lebih

cepat, daripada jika perusahaan mengajukan kebangkrutan.

Dalam beberapa tahun terakhir, fakta bahwa restrukturisasi kadang-

kadang dapat membantu kreditor menghindari kerugian serta memotivasi

beberapa kreditor, terutama bank dan perusahaan asuransi, untuk menyetujui

restrukturisasi sukarela. Dengan demikian, bank yang “bermasalah” dengan

regulatornya mengenai rasio modal yang lemah mungkin setuju untuk

memperpanjang pinjaman yang digunakan untuk membayar bunga pinjaman

28
sebelumnya — untuk menjaga bank dari keharusan menuliskan nilai pinjaman

sebelumnya. Jenis restrukturisasi khusus ini tergantung pada:

1) kesediaan para regulator untuk mengikuti proses,

2) apakah bank cenderung untuk memulihkan lebih banyak dengan

merestrukturisasi hutang daripada dengan memaksa peminjam untuk

segera bangkrut

Kita harus menunjukkan bahwa permukiman sukarela informal tidak

diperuntukkan bagi perusahaan kecil. International Harvester (sekarang

Navistar International) menghindari proses kebangkrutan formal dengan

meminta kreditornya setuju untuk merestrukturisasi lebih dari $ 3,5 miliar

hutang. Demikian juga, kreditor Chrysler menerima perpanjangan dan

komposisi untuk membantunya melewati tahun- tahun buruknya di akhir

1970-an sebelum bergabung dengan Daimler- Benz. Masalah terbesar dengan

reorganisasi informal adalah mendapatkan semuanya pihak untuk menyetujui

rencana sukarela. Masalah ini, disebut masalah ketidaksepakatan, dibahas di

bagian selanjutnya.

b. Likuidasi Informal

Ketika jelas bahwa perusahaan lebih berharga mati daripada hidup,

prosedur informal juga dapat digunakan untuk menjual aset perusahaan dalam

likuidasi. Penugasan adalah prosedur informal untuk melikuidasi perusahaan,

dan biasanya menghasilkan pengembalian dalam jumlah yang lebih besar

daripada yang mereka dapatkan dalam likuidasi kebangkrutan formal. Namun,

penugasan hanya mungkin jika perusahaan itu kecil dan urusannya tidak terlalu

rumit. Suatu penugasan meminta hak atas aset debitur untuk ditransfer ke

pihak ketiga, yang dikenal sebagai penerima hak atau wali amanat. Penerima

29
diperintahkan untuk melikuidasi aset melalui penjualan pribadi atau lelang

publik dan kemudian untuk mendistribusikan hasil di antara kreditor secara

pro rata. Penugasan tidak secara otomatis melepaskan kewajiban debitur.

Namun, debitur dapat meminta penerima hak menulis bahasa hukum yang

dipersyaratkan pada cek ke masing- masing kreditor sehingga pengesahan cek

tersebut merupakan pengakuan atas penyelesaian penuh klaim.

Penugasan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan likuidasi di

pengadilan kebangkrutan federal dalam hal waktu, formalitas hukum, dan

biaya. Penugasan memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam membuang

properti daripada wali kebangkrutan federal, sehingga tindakan dapat diambil

lebih cepat, sebelum persediaan menjadi usang atau mesin berkarat. Juga,

karena penerima hak sering akrab dengan bisnis debitur, hasil yang lebih baik

dapat dicapai. Namun, penugasan tidak secara otomatis menghasilkan

pembebasan penuh dan legal semua kewajiban debitur, juga tidak melindungi

kreditor terhadap fraud. Kedua masalah ini dapat dikurangi dengan likuidasi

formal dalam kebangkrutan.

2.2.4 Hukum Tentang Kebangkrutan

a. Hukum Federal (Amerika Serikat) Tentang kebangkrutan

Undang-undang kebangkrutan AS pertama kali diberlakukan pada tahun

1898. UU tersebut kemudian dimodifikasi secara substansial pada tahun 1938

dan 1978, serta beberapa penyesuaian dilakukan pada tahun 1986. Pada tahun

2005, Kongres mengubah ketentuan kebangkrutan lebih lanjut, mempercepat

proses kebangkrutan bagi perusahaan dan, mengatur proses yang lebih sulit

bagi konsumen untuk memanfaatkan ketentuan yang bisa menghapus hutang

tertentu. Tujuan utama undang-undang kepailitan adalah untuk mencegah

30
kreditur individual memberikan tekanan untuk melakukan likuidasi (forcing to

liquidation) terhadap perusahaan nilainya lebih berharga apabila perusahaan

tersebut tetap menjalankan bisnisnya. Hal tersebut ditujukan juga agar tekanan

menyebabkan kerugian bagi pemangku kepentingan lainnya.

Hukum kepailitan bersifat fleksibel karena menyediakan ruang untuk

negosiasi antara perusahaan, kreditor, angkatan kerja, dan pemegang

sahamnya. Sebuah kasus dibuka dengan mengajukan sebuah petisi dengan

salah satu dari 291 pengadilan kebangkrutan yang melayani 90 distrik

peradilan. Petisi tersebut dapat bersifat sukarela atau tidak disengaja; Itu bisa

diajukan baik oleh manajemen perusahaan atau oleh para krediturnya. Setelah

mengajukan pengajuan, sebuah komite kreditur tanpa jaminan kemudian

ditunjuk oleh Kantor UE untuk melakukan negosiasi dengan manajemen untuk

reorganisasi, yang dapat mencakup restrukturisasi hutang. Di bawah Bab 11,

wali amanat akan ditunjuk untuk mengambil alih perusahaan jika pengadilan

menganggap manajemen saat ini tidak kompeten atau jika kecurigaan

dicurigai. Biasanya, manajemen yang ada tetap memegang kendali. Jika tidak

ada reorganisasi yang adil dan layak dapat dilakukan, hakim kebangkrutan

akan memerintahkan agar perusahaan tersebut dilikuidasi berdasarkan

prosedur.

b. Perbandingan hukum kebangkrutan AS dengan hukum kepailitan di

Indonesia

Hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia memiliki banyak perbedaan

dengan hukum kepailitan yang berlaku di AS. Perbedaan tersebut meliputi

sistematika dalam hukum kepailitan masing-masing negara. Demikian pula

dengan perbedaan terkait pihak-pihak yang dinyatakan pailit, pihak-pihak

31
yang dapat mengajukan permohonan pailit, prosedur dan tata cara pengajuan

permohonan pernyataan kepailitan, penundaan kewajiban pembayaran utang,

jangka waktu yang harus ditempuh, hukum acara yang dipergunakan,

reorganisasi perusahaan dan lain-lain.

Di samping perbedaan di atas, terdapat beberapa persamaan yang ada

dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia dengan hukum kepailitan

yang berlaku di AS. Di antaranya adalah terkait dengan definisi pengertian

antara kreditor, debitor, dan kurator. Selain itu, terdapat persamaan dalam hal

lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia denga

Reorganizarion di Amerika Serikat. Dalam hukum kepailitan di Indonesia dan

AS juga sama-sama memungkinkan kreditor dan debitor untuk menyelesaikan

sengketa kepailitan di luar pengadilan.

Aspek Indonesia AS

Pihak yang dapat - Debitor - Debitor


mengajukan kepailitan - Kreditor - Kreditor
- Kejaksaan
- Bank Indonesia
- BPPM
- Menteri
Keuangan
Pengajuan kepailitan Satu atau lebih Tiga atau
oleh kreditor kreditor lebih
kreditor
Upaya hukum lanjutan Dimungkinkan Tidak ada
adanya upaya upaya
hukum atas putusan hukum atas
kepailitan putusan
kepailitan

2.2.5 Reorganisasi Dalam Kebangkrutan

Tampaknya sebagian besar reorganisasi harus ditangani secara informal

karena reorganisasi informal lebih cepat dan lebih murah daripada kebangkrutan

32
formal. Namun, dua masalah sering muncul untuk menghalangi reorganisasi

informal dan dengan demikian memaksa debitur ke dalam kebangkrutan. Untuk

menggambarkan masalah ini, pertimbangkan perusahaan yang mengalami

kesulitan keuangan. Perusahaan bernilai $ 9 juta sebagai kelangsungan usaha (nilai

sekarang dari arus kas operasi masa depan yang diharapkan) namun hanya $ 7 juta

jika dilikuidasi. Hutang perusahaan tersebut mencapai $ 10 juta pada nilai

nominal-sepuluh kreditur dengan prioritas yang sama masing-masing memiliki

klaim $ 1 juta. Sekarang anggap likuiditas perusahaan memburuk sampai-sampai

default pada salah satu pinjamannya. Pemegang pinjaman tersebut memiliki hak

kontrak untuk mempercepat klaim, yang berarti kreditur dapat menutup pinjaman

dan permintaan pembayaran seluruh saldo. Selanjutnya, karena kebanyakan

perjanjian hutang memiliki cross- default provisions, default pada satu pinjaman

secara efektif menempatkan semua pinjaman secara default.

Nilai pasar perusahaan kurang dari nilai nominal $ 10 juta dari hutang,

terlepas dari apakah bisnis tetap berlanjut atau dilikuidasi. Oleh karena itu, tidak

mungkin melunasi semua kreditur secara penuh. Namun, bagi kreditur secara total

akan lebih baik jika perusahaan tersebut tidak ditutup, karena pada akhirnya

mereka bisa pulih $ 9 juta jika perusahaan tersebut tetap dalam bisnis tapi hanya $

7 juta jika dilikuidasi. Masalahnya di sini, yang disebut masalah common pool

problem, adalah bahwa dengan tidak adanya perlindungan berdasarkan Undang-

Undang Kebangkrutan, kreditur individu akan memiliki insentif untuk menyita

(foreclose) perusahaan meskipun hal itu layak dilakukan sebagai masalah

berkelanjutan.

Seorang kreditur individu akan memiliki insentif untuk menyita karena

kemudian dapat memaksa perusahaan tersebut untuk melikuidasi sebagian asetnya

33
untuk melunasi klaim kreditur sebesar $ 1 juta tersebut secara penuh. Pembayaran

kepada kreditur tersebut mungkin akan memerlukan pembubaran aset vital, yang

dapat menyebabkan penutupan perusahaan dan dengan demikian mengakibatkan

likuidasi total. Oleh karena itu, nilai sisa klaim kreditor akan menurun. Tentu saja,

semua kreditor akan mengenali keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari

strategi ini, jadi mereka akan menyerbu debitur dengan pemberitahuan penyitaan.

Bahkan para kreditor yang memahami manfaat menjaga agar perusahaan tetap

tetap hidup terpaksa disita, karena penyitaan kreditur lain akan mengurangi

imbalan bagi mereka yang tidak melakukannya. Dalam contoh hipotetis kami, jika

tujuh kreditor mengambil alih dan memaksa likuidasi, mereka akan dibayar penuh,

dan tiga kreditur lainnya tidak akan menerima apapun.

Dengan banyak kreditur, segera setelah perusahaan gagal membayar satu

pinjaman, ada potensi terjadinya penyitaan yang mengganggu yang membuat

kreditor secara kolektif mengalami penurunan. Dalam contoh kita, kreditur akan

kehilangan nilai $ 9 - $ 7 = $ 2 juta jika banyaknya penyitaan memaksa

perusahaan tersebut untuk melikuidasi. Jika perusahaan hanya memiliki satu

kreditur-katakanlah, satu pinjaman bank-maka common pool problem tidak akan

ada. Jika sebuah bank telah meminjamkan perusahaan itu sebesar $ 10 juta,

perusahaan tersebut tidak akan memaksa likuidasi untuk mendapatkan $ 7 juta

ketika perusahaan tersebut dapat mempertahankan perusahaan tersebut dan

akhirnya mencapai $ 9 juta.

a. Ilustrasi Reorganisasi

Prosedur reorganisasi dapat diilustrasikan dengan contoh yang melibatkan

Columbia Software Company, sebuah perusahaan regional yang

mengkhususkan diri dalam penjualan, pemasangan, dan servis perangkat

34
lunak akuntansi untuk usaha kecil. Tabel 25-2 memberikan neraca Columbia

pada tanggal 31 Maret 2015. Perusahaan telah menderita kerugian yang

mencapai $ 2,5 juta per tahun, dan (seperti pembahasan berikut akan

dijelaskan) nilai aset di neraca dinilai lebih besar dari nilai pasar. Perusahaan

insolvent, yang berarti bahwa nilai buku dari kewajibannya lebih besar dari

nilai pasar asetnya, sehingga mengajukan sebuah petisi dengan pengadilan

federal untuk reorganisasi di bawah Bab 11. Manajemen mengajukan rencana

reorganisasi dengan pengadilan pada bulan Juni 13, 2015. Rencananya

kemudian diserahkan untuk diperiksa oleh SEC.

Rencana tersebut menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat

direorganisasi secara internal dan bahwa satu-satunya solusi yang layak adalah

menggabungkan Columbia dengan perusahaan perangkat lunak nasional yang

35
lebih besar. Dengan demikian, manajemen meminta perhatian sejumlah

perusahaan perangkat lunak. Akhir Juli 2015, Moreland Software

menunjukkan minat pada Columbia. Pada tanggal 3 Agustus 2015, Moreland

mengajukan proposal resmi untuk mengambil alih obligasi hipotek pertama

senilai $ 6 juta dari Columbia, untuk membayar pajak sebesar $ 250.000 yang

harus dibayar oleh Columbia, dan untuk menyediakan 40.000 saham biasa

Moreland untuk memenuhi klaim kreditur yang tersisa. Saham Moreland

memiliki harga pasar $ 75 per saham, jadi nilai sahamnya adalah $ 3 juta.

Dengan demikian, Moreland menawarkan $ 3 juta saham ditambah dengan

asumsi $ 6 juta pinjaman dan $ 250.000 pajak - total $ 9,25 juta untuk aset

yang memiliki nilai buku sebesar $ 16,7 juta.

Rencana Moreland ditunjukkan pada Tabel 25-3. Seperti pada sebagian

besar rencana Bab 11, klaim kreditur terjamin dibayar lunas (dalam kasus ini,

obligasi hipotek diambil alih oleh Moreland Software). Namun, total klaim

tanpa jaminan yang tersisa sama dengan $ 10 juta terhadap hanya $ 3 juta

saham Moreland. Dengan demikian, masing-masing kreditur tidak aman

berhak menerima 30% sebelum penyesuaian subordinasi. Sebelum

penyesuaian ini, pemegang wesel bayar akan menerima 30% dari klaim $

250.000 mereka, atau $ 75.000 saham. Namun, surat hutang tersebut berada di

bawah wesel bayar, jadi tambahan $ 175.000 harus dialokasikan ke wesel

bayar (lihat catatan kaki a pada Tabel 25-3). Pada Kolom 5, klaim dolar dari

setiap kelas hutang disajikan kembali dalam bentuk jumlah saham biasa

Moreland yang diterima oleh setiap kelas kreditur tanpa jaminan. Akhirnya,

Kolom 6 menunjukkan persentase klaim asli yang diterima masing-masing

kelompok. Tentu saja, baik pajak maupun kreditor terjamin dilunasi secara

36
penuh, sementara pemegang saham tidak menerima apapun.

b. Prepackaged Bankruptcies

Salah satu jenis reorganisasi menggabungkan keuntungan dari informal

workout dan reorganisasi formal ini disebut prepackaged bankcruptcy, atau

pre-pack.

Dalam sebuah workout informal, seorang debitur menegosiasikan

restrukturisasi dengan para krediturnya. Meskipun workout yang rumit

biasanya melibatkan pimpinan perusahaan, kreditur, pengacara, dan bankir

investasi perusahaan, workout lebih murah dari segi biaya dan dampak atas

reputasi perusahaan lebih rendah (less damaging to reputation) daripada

reorganisasi. Dalam prepackaged bankruptcy, perusahaan debitur

mendapatkan semua atau sebagian besar kreditur untuk menyetujui rencana

reorganisasi sebelum mengajukan kebangkrutan. Kemudian, rencana

reorganisasi diajukan bersamaan dengan, atau tak lama setelah itu, petisi

kebangkrutan tersebut. Jika cukup banyak kreditur yang telah menandatangani

sebelum pengarsipan, sebuah cramdown dapat digunakan untuk membawa

kreditor yang menolak reorganisasi.

Sebuah pertanyaan logis muncul: Mengapa sebuah firma yang bisa

37
mengatur reorganisasi informal ingin mengajukan kebangkrutan? Tiga

keuntungan utama dari prepackaged bankruptcy adalah: (1) mengurangi

masalah holdout, (2) mempertahankan klaim kreditor, dan (3) pajak. Mungkin

keuntungan terbesar dari prepackaged bankruptcy adalah pengurangan

masalah holdout, karena pengajuan kebangkrutan memungkinkan sebuah

cramdown yang seharusnya tidak mungkin dilakukan. Dengan menghilangkan

holdouts, kebangkrutan memaksa semua kreditor di setiap kelas untuk

berpartisipasi secara pro rata, yang mempertahankan nilai relatif dari semua

penggugat. Juga, mengajukan kebangkrutan formal terkadang bisa

menimbulkan implikasi pajak positif. Pertama, dalam reorganisasi informal di

mana debtholders menukar hutang untuk ekuitas, jika pemegang ekuitas asli

berakhir dengan kepemilikan kurang dari 50% maka perusahaan tersebut

kehilangan akumulasi kerugian pajaknya. Dalam kebangkrutan formal,

sebaliknya, perusahaan bisa terus menahan kerugiannya. Kedua, dalam

workout, ketika (katakanlah) hutang senilai $ 1.000 dipertukarkan dengan

hutang senilai $ 500, pengurangan hutang sebesar $ 500 dianggap sebagai

penghasilan kena pajak untuk korporasi. Namun, jika situasi yang sama terjadi

dalam reorganisasi, perbedaannya tidak diperlakukan sebagai penghasilan

yang dapat pajak.

Prepackaged bankcruptcies menjadi masuk akal dalam banyak situasi.

Jika kesepakatan yang memadai dapat dicapai di antara para kreditur melalui

perundingan informal, pengajuan selanjutnya dapat memecahkan masalah

holdout dan menghasilkan perlakuan pajak yang menguntungkan. Untuk

alasan ini, jumlah kebangkrutan yang sudah dikemas sebelumnya telah

meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.

38
c. Biaya dan Waktu Reorganisasi

Waktu, biaya, dan sakit kepala yang terlibat dalam reorganisasi hampir

tidak dapat dipahami. Bahkan dalam kebangkrutan kecil, seperti aset yang

bernilai antara $ 2 juta dan $ 5 juta, banyak orang dan kelompok terlibat:

pengacara yang mewakili perusahaan tersebut, the US Bankruptcy Trustee,

masing-masing kelas kreditur terjamin, kreditur umum sebagai sebuah

kelompok, pajak pihak berwenang, dan pemegang saham jika mereka marah

dengan manajemen. Ada batas waktu di mana hal-hal yang seharusnya

dilakukan, tapi prosesnya umumnya memakan waktu setidaknya satu tahun

dan biasanya lebih lama. Perusahaan harus diberi waktu untuk mengajukan

rencananya, dan kelompok kreditur harus diberi waktu untuk belajar dan

mencari klarifikasi dan kemudian mengajukan tagihan balik, yang harus

ditanggung oleh perusahaan. Juga, kelas kreditor yang berbeda sering kali

tidak setuju di antara mereka mengenai berapa banyak masing- masing kelas

harus diterima, dan persidangan harus diadakan untuk menyelesaikan konflik

tersebut.

Manajemen ingin tetap dalam bisnis, sementara beberapa kreditor yang

teruji dengan baik mungkin ingin perusahaan tersebut dilikuidasi secepat

mungkin. Seringkali, rencana beberapa pihak akan melibatkan penjualan

bisnis ke masalah lain, seperti yang terjadi pada Columbia Software di contoh

sebelumnya. Jelas, butuh waktu berbulan-bulan untuk mencari dan

bernegosiasi dengan calon penggabungan potensial. Kasus kebangkrutan yang

khas memakan waktu sekitar 2 tahun sejak perusahaan mengajukan

perlindungan di bawah Bab 11 sampai rencana reorganisasi terakhir disetujui

atau ditolak. Sementara semua ini terjadi, bisnis perusahaan menderita.

39
Penjualan pasti tidak akan terbantu, karyawan kunci dapat pergi, dan

karyawan yang tersisa akan mengkhawatirkan pekerjaan mereka daripada

berkonsentrasi pada pekerjaan mereka. Selanjutnya, manajemen akan

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk kebangkrutan daripada

menjalankan bisnis, dan tidak akan dapat mengambil tindakan yang signifikan

tanpa persetujuan pengadilan, yang mengharuskan mengajukan permohonan

resmi ke pengadilan dan memberikan semua pihak yang terlibat kesempatan

untuk merespon.

Bahkan jika operasinya tidak menderita, aset perusahaan pasti akan

dikurangi dengan biaya hukumnya sendiri dan biaya pengadilan dan wali yang

dibutuhkan. Pengacara kebangkrutan yang baik mengenakan biaya dari $ 200

sampai $ 400 atau lebih per jam, tergantung pada lokasinya, sehingga biaya

tersebut tidak sepele. Para kreditor juga akan menanggung biaya hukum.

Memang, suara semua meter yang berdetak seharga $ 400 atau lebih satu jam

dalam pendengaran yang bergerak lambat bisa memekakkan telinga.

Perhatikan bahwa kreditor juga kehilangan nilai waktu dari uang mereka.

Seorang kreditur dengan klaim $ 100.000 dan biaya peluang 10% yang

akhirnya mendapatkan $ 50.000 setelah 2 tahun akan lebih baik

menyelesaikan $ 41.500 pada awalnya. Bila biaya hukum kreditur, waktu

eksekutif, dan kejengkelan umum diperhitungkan, mungkin masuk akal untuk

menyelesaikan $ 25.000 atau bahkan $ 20.000.

Perusahaan yang bermasalah dan krediturnya mengetahui kekurangan

kebangkrutan formal, atau pengacara mereka akan memberi tahu mereka.

Berbekal pengetahuan tentang bagaimana kerja kebangkrutan, manajemen

mungkin berada dalam posisi yang kuat untuk meyakinkan kreditor agar

40
menerima latihan yang mungkin tidak adil dan tidak masuk akal. Atau, jika

kasus telah dimulai, kreditur mungkin pada titik tertentu setuju untuk

menyelesaikan hanya untuk menghentikan pendarahan.

Satu hal terakhir yang harus dilakukan sebelum menutup bagian ini.

Dalam sebagian besar rencana reorganisasi, kreditur dengan klaim kurang dari

$ 1.000 dilunasi secara penuh. Membayar "klaim pengganggu" ini tidak

memerlukan banyak biaya, dan menghemat waktu dan mendapat suara untuk

mendukung rencana tersebut.

2.2.6 Likuidasi Dalam Reorganisasi

Jika sebuah perusahaan "sudah terlalu jauh" untuk direorganisasi, maka

perusahaan tersebut harus dilikuidasi. Likuidasi harus terjadi bila bisnis bernilai

lebih bila “mati” daripada hidup, atau bila risiko kerugian lebih tinggi jika operasi

dilanjutkan. Sebelumnya kami membahas assignment, yaitu prosedur likuidasi

informal. Sekarang kita mempertimbangkan likuidasi dalam kebangkrutan, yang

dilakukan di bawah yurisdiksi sebuah pengadilan kebangkrutan federal.

Pasal 7 Undang-Undang Reformasi Kebangkrutan Federal tahun 1978

membahas likuidasi. Ini: (1) memberikan perlindungan terhadap kecurangan oleh

debitur, (2) menyediakan pemerataan aset debitur di antara para kreditur, dan (3)

memungkinkan debitur bangkrut untuk melunasi semua kewajiban mereka dan

dengan demikian dapat memulai usaha baru tanpa henti. dengan beban hutang

sebelumnya. Namun, likuidasi formal memakan waktu dan biaya, dan ini

mematikan bisnis tersebut.

Distribusi aset dalam likuidasi diatur oleh prioritas klaim berikut:

a. Hutang pajak masa lalu yang jatuh tempo.

41
b. Pengutang yang aman, yang berhak atas hasil penjualan properti tertentu yang

dijaminkan untuk hak gadai atau hipotek. Jika hasil penjualan properti yang

dijaminkan tidak sepenuhnya memenuhi klaim kreditur yang dijamin, sisa

saldo diperlakukan sebagai klaim kreditur umum (lihat Butir 10 di bawah).

c. Biaya hukum dan biaya lainnya untuk mengelola dan mengoperasikan

perusahaan yang bangkrut. Biaya ini termasuk biaya hukum yang timbul dalam

usaha melakukan reorganisasi.

d. Biaya yang terjadi setelah kemudahan yang tidak disengaja dimulai tapi

sebelum wali amanat ditunjuk.

e. Upah pekerja jika diterima dalam waktu 6 bulan sebelum pengajuan

permohonan pailit. Jumlah upah dibatasi sampai $ 10.000 per karyawan.

f. Klaim atas kontribusi yang belum dibayarkan kepada program pensiun

karyawan yang seharusnya dibayar dalam waktu 6 bulan sebelum pengajuan.

Klaim ini, ditambah upah di Butir 5, mungkin tidak melebihi batas $ 10.000 per

pencari gaji.

g. Klaim tidak aman atas simpanan nasabah. Klaim ini dibatasi maksimal $ 1.800

per individu.

h. Pajak karena federal, negara bagian, daerah, dan instansi pemerintah lainnya.

i. Kewajiban program pensiun yang tidak didanai. Kewajiban ini memiliki klaim

di atas bahwa kreditor umum memiliki jumlah hingga 30% dari ekuitas biasa

dan pilihan, dan klaim pensiun yang belum didanai lainnya diklasifikasikan

dengan kreditur umum.

j. Kreditur umum atau tidak aman. Pemegang kredit perdagangan, pinjaman

tanpa jaminan, bagian pinjaman aman yang belum terpenuhi, dan obligasi

debitur diklasifikasikan sebagai kreditor umum. Pemegang hutang subordinasi

42
juga termasuk dalam kategori ini, namun mereka harus menyerahkan jumlah

yang diminta ke hutang senior.

k. Pemegang saham preferen. Pemegang saham ini dapat menerima jumlah

sampai nilai nominal saham mereka.

l. Pemegang saham biasa. Pemegang saham ini menerima sisa dana.

Untuk menggambarkan bagaimana sistem prioritas ini bekerja, pertimbangkan

neraca Whitman Inc., yang ditunjukkan pada Tabel 25-4. Aset memiliki nilai buku

sebesar $ 90 juta. Klaim ditunjukkan di sisi kanan neraca. Perhatikan bahwa surat

hutang tersebut berada di bawah wesel bayar kepada bank. Whitman mengajukan

kebangkrutan di bawah Pasal 11, namun karena tidak ada reorganisasi yang adil

dan layak dapat diatur, wali amanat tersebut melikuidasi perusahaan di bawah

Pasal 7.

Aset seperti yang dilaporkan di neraca sangat dilebih-lebihkan; Sebenarnya,

nilainya kurang dari setengah $ 90 juta yang ditunjukkan. Jumlah berikut

direalisasikan pada likuidasi:

Distribusi hasil dari likuidasi ditunjukkan pada Tabel 25-5. Pemegang hipotek

pertama menerima $ 5 juta dari hasil bersih dari penjualan properti tetap, sehingga

menghasilkan $ 28 juta yang tersedia bagi kreditor yang tersisa, termasuk klaim

pemegang hipotek pertama yang tidak memenuhi syarat $ 1 juta. Berikutnya

adalah biaya dan biaya untuk mengelola kebangkrutan, yang biasanya sekitar 20%

dari hasil kotor (termasuk biaya hukum perusahaan yang bangkrut); Dalam contoh

ini, mereka diasumsikan $ 6 juta. Prioritas selanjutnya adalah upah karena

pekerja, yang total $ 700.000, dan pajak yang harus dibayar, yang berjumlah $

43
1,3 juta. Sejauh ini, jumlah klaim yang dibayarkan dari $ 33 juta yang diterima

dari penjualan aset adalah $ 13 juta, sehingga menghasilkan $ 20 juta untuk

kreditur umum. Dalam contoh ini, kita asumsikan tidak ada klaim atas rencana

imbalan yang tidak dibayar atau kewajiban pensiun yang tidak didanai.

Klaim kreditur umum berjumlah $ 40 juta. Karena $ 20 juta tersedia,

penggugat akan mengalokasikan 50% klaim mereka pada awalnya, seperti yang

ditunjukkan pada Kolom 3. Namun, penyesuaian subordinasi mensyaratkan

bahwa surat hutang subordinasi beralih ke wesel bayar yang harus dibayar sampai

jumlah uang terpenuhi. Dalam situasi ini, klaim wesel bayar adalah $ 10 juta tapi

hanya $ 5 juta yang tersedia; kekurangannya adalah $ 5 juta. Setelah mentransfer

$ 4 juta dari surat hutang subordinasi,masih ada kekurangan sebesar $ 1 juta pada

catatan; jumlah ini akan tetap tidak tercapai.

Perhatikan bahwa 90% klaim bank sudah terpenuhi, sedangkan maksimal 50%

dari klaim tidak aman lainnya akan terpenuhi. Angka-angka ini menggambarkan

kegunaan ketentuan subordinasi untuk keamanan dimana subordinasi dibuat.

44
Karena tidak ada dana lain yang tersisa, klaim pemegang saham preferen dan

saham biasa, serta surat hutang subordinasi, benar-benar dihapuskan.

2.2.7 Kritik Hukum Kebangkrutan

Meskipun undang-undang kepailitan ada, untuk sebagian besar, untuk

melindungi kreditor, banyak kritikus mengklaim bahwa hukum saat ini tidak

melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Sebelum 1978, kebanyakan

kebangkrutan berakhir dengan cepat dalam likuidasi. Kemudian Kongres menulis

ulang undang-undang tersebut, memberi perusahaan lebih banyak peluang untuk

tetap hidup dengan alasan bahwa ini adalah yang terbaik bagi para manajer,

karyawan, kreditor, dan pemegang saham. Sebelum reformasi, 90% dari pengarsip

Bab 11 dilikuidasi, tetapi sekarang persentase itu kurang dari 80%, dan waktu

rata- rata antara pengarsipan dan likuidasi hampir dua kali lipat. Memang,

perusahaan publik besar dengan kemampuan untuk menyewa bantuan hukum

yang mahal dapat menghindari (atau setidaknya menunda) likuidasi, seringkali

45
dengan mengorbankan kreditor dan pemegang saham.

46
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam

mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman dari suatu rangkaian

aktivitas manusia. Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk

meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam

harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.Akuntansi manajemen membantu

dalam mengenali risiko pasar, mengukur trade offs, akuntansi untuk produk

lindung nilai.

Kemampuan perusahaan untuk bertahan selama masa-masa sulit sering

sering susah membedakan antara likuidasi paksa terhadap rehabilitasi dan

akhirnya sukses. Pemahaman kebangkrutan juga penting untuk eksekutif

perusahaan yang sehat, karena mereka harus tahu yang terbaik untuk mengambil

tindakan ketika pelanggan atau pemasok menghadapi ancaman kebangkrutan.

3.2 Saran

Strategi manajemen risiko harus mengevaluasi keefektifan dari program

lindung nilai. Kemudian perusahaan merencanakan dan memahami lebih detail

mengenai kebangkrutan, reorganisasi, dan likuidasi. Masukan dari sistem evaluasi

yang meneluruh dapat membantu membangun pengalaman institutional dalam

praktik manajemen.

47
DAFTAR RUJUKAN

Brigham, F Eugene & Daves, Philip R. 2016. Intermediate Financial Management.

Thirteen Edition. United States of America: Cengage South – Western.

Brigham, F Eugene & Daves, Philip R. 2018. Intermediate Financial Management.

Twelve Edition. United States of America: Cengage South – Western.

48

Anda mungkin juga menyukai