151000240
151000240
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Peryataan Keaslian Skripsi
Kecamatan Kualuh Selatan” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naska ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap
iii
Abstrak
Lalat merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan, yaitu sebagai
vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan
lain-lain. Penyebaran penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui kontak makanan
dan minuman dimana tubuh lalat seperti pada kaki, mulut, sayapnya telah
menempel bibit- bibit penyakit yang dibawanya dari tempat- tempat yang kotor,
oleh karena itu perlu adanya pengendalian terhadap populasi lalat tersebut.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang didapatkan rata-rata 29,4 ekor per blok
grill sehingga diperlukan pengendalian sesuai dengan Peraturan Permenkes RI
No. 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya, baku mutu
kepadatan lalat yaitu kurang dari 2 ekor lalat sehingga perlu adanya pengendalian.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas variasi lem serangga sebagai
atraktan pada botol plastik air mineral modifikasi terhadap jumlah lalat
terperangkap dan mati. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi
experiment dengan post test only with control group design. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni 2020. Atraktan yang digunakan terdiri dari lem
IAT, lem LEILA, dan lem Tikus sebanyak 75 ml. Penelitian ini berlokasi di
Kandang Peternakan Ayam dusun 2 Gunung Lonceng Desa Lobuhuala.
Dilakukan 6 kali ulangan 3 perlakuan 1 kontrol pada 3 titik pengukuran.
Melakukan Pengamatan dan pencatatan setiap 1 jam. Data dianalisis
menggunakan One Way Anova pada derajat signifikasi 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah lalat terperangkap pada perangkap dengan
atraktan lem IAT sebanyak 40 ekor, lem LEILA sebanyak 41 ekor, dan lem Tikus
sebanyak 47 ekor. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan One Way Anova
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna jumlah lalat yang terperangkap
diantara ketiga variasi atraktan yang digunakan. Dengan demikian Lem Tikus
lebih efektif dari Lem LEILA dan Lem IAT untuk memerangkap lalat.
Disarankan untuk mengurangi kepadatan lalat di Kandang Peternakan Ayam
dapat mengaplikasikan pembuatan modifikasi botol plastik air mineral dengan
menambahkan atraktan lem perekat lem Tikus.
iv
Abstract
Flies were a species that plays a role in health problems, namely as a vector for
the transmission of digestive tract diseases such as cholera, typhoid, dysentery,
and others. The spread of disease by flies could occur through food and drink
contact where the body of the fly, such as the feet, mouth, and wings, had attached
the germs it carried from dirty places, therefore it was necessary to control the fly
population. Based on the results of the preliminary study, it was found that an
average of 29.4 fish per grill block was needed so that control was needed in
accordance with the Regulation of the Minister of Health Republic of Indonesia
No. 50 of 2017 concerning Environmental Health Quality Standards for Vectors
and Animals Carrying Diseases and Their Control, the quality standard for fly
density was less than 2 flies so that control was needed. The aim of this study was
to determine the effectiveness of variations of insect glue as an attractant in
plastic bottles. Mineral water modifies the number of trapped and dead flies. The
research method used was a quasi experiment with post test only with control
group design. This research was conducted in June 2020. The attractants used
consisted of 75 ml of IAT glue, LEILA glue, and Mouse glue. The location in the
research at the Chicken Farm Cage in the village of 2 GunungLonceng,
Lobuhuala Village.Performed 6 repetitions of 3 treatments 1 control at 3
measurement points. Data were analyzed using One Way Anova at a significance
level of 0.05. The results showed that the average number of flies trapped in the
trap with IAT glue attractant was 40, LEILA glue was 41, and mouse glue was 47.
Based on the results of statistical tests using One Way Anova, it showed that there
was a significant difference in the number of flies trapped between the three
variations of attractants used. Thus, Mouse Glue was more effective than LEILA
Glue and IAT Glue in fly traps. Thus, Mouse Glue was more effective than LEILA
Glue and IAT Glue at trapping flies. It was suggested that the owner of the
Chicken Farm Cage could apply the modification of plastic mineral water bottles
by adding the rat glue insect glue attractant.
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan
Kecamatan Kualuh Selatan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
mendapat kesulitan dan hambatan, namun berkat do’a, dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos. M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang
skripsi ini.
vi
5. dr. Surya Dharma, M.P.H. dan Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si.
skripsi ini.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Nasrul Munthe dan Syamsidar
memberikan do’a serta dukungan baik moral maupun materi kepada penulis
selama ini, agar penulis tetap semangat dan kuat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Saudara penulis (Ali, Irma, Mizi, Ridho, Iqbal, May) senantiasan memberikan
semangat, dukungan dan do’a bagi penulis hingga penyelesaian skripsi ini.
serta alumni Gamadiksi USU yang sudah menjadi inspirasi saya selama ini.
10. Teman terbaik Indah Permata Sari dan Nur Aini yang telah banyak membantu,
11. Saudara, teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan do’a
kepada penulis.
vii
12. Kepada program Beasiswa Bidikmisi yang telah membantu penulis dapat
merasakan nikmatnya proses pendidikan tinggi dan semua pihak yang sudah
banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun semua pihak.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan untuk
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 6
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 9
Lalat 9
Pengertian lalat 9
Klasifikasi lalat 9
Siklus hidup lalat 10
Pola hidup lalat 12
Jenis-Jenis Lalat 15
Gangguan Lalat Pada Manusia 18
Pengukuran Kepadatan Lalat 18
Fly grill 18
Pengendalian Kepadatan Lalat 20
Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan 20
Pengendalian secara fisik 21
Pengendalian secara kimia 23
Pengendalian secara biologi 23
Hubungan Lalat dengan Kesehatan 24
Landasan Teori 24
Kerangka Konsep 25
ix
Metode Penelitian 26
Jenis Penelitian 26
Lokasi dan Waktu Penelitian 27
Populasi dan Sampel 27
Variabel dan Definisi Operasional 28
Metode Pengumpulan Data 29
Metode Pengukuran 29
Metode Analisis Data 30
Hasil Penelitian 32
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32
Gambaran Umum Penelitian 32
Hasil Pengukuran 34
Hasil Analisa 36
Pembahasan 40
Efektivitas Atraktan 40
Keterbatasan Penelitian 42
Daftar Pustaka 44
Lampiran 45
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Morfologi lalat 10
3 Fly grill 19
4 Kerangka konsep 25
5 Desain penelitian 26
xii
Daftar Lampiran
2 Output SPSS 47
6 Dokumentasi Penelitian 53
xiii
Daftar Istilah
xiv
Riwayat Hidup
Kampung Baru, Desa Terang Bulan pada tanggal 17 Februari 1996. Penulis
Beragama Islam, anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Nasrul
xv
Pendahuluan
Latar Belakang
tingginya permintaan akan produk peternakan. Salah satu jenis peternakan yang
Usaha peternakan ayam merupakan salah satu usaha dengan peluang bisnis yang
semakin terbuka lebar. Tingkat permintaan konsumen yang tinggi akan kebutuhan
daging ayam membuat usaha ini semakin dilirik oleh masyarakat (Ustomo, 2016).
mulai mengganggu oleh warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat
banyak dampak yang ditimbulkan dari limbah yang dihasilkan, terutama limbah
terutama terkait dengan penyakit menular tropis (tropical disease), baik yang
1
2
filariasis, pes, tifus dan diare. Lalat adalah salah satu vektor yang dapat
menyebapkan diare dan tifus, karena lalat sering hinggap pada tempat yang kotor
dan dapat hinggap pada makanan kemudian tercemar oleh bakteri (Permenkes RI,
2017).
golongan serangga yang tersebar luas di seluruh dunia. Lalat berperan sebagai
disentri, thyphoid, diare, keracunan makanan dan banyak lainnya. Lalat termasuk
serangga yang mempunyai siklus hidup dari telur menjadi larva, kemudian pupa
dan dewasa. Lalat menyukai makanan basah, daging, buah-buahan yang sudah
membusuk dan tempat-tempat kotor seperti tumpukan sampah, kotoran ternak dan
penting, karena lalat merupakan vektor penularan penyakit terjadi secara mekanis
yang dapat berasal dari sampah, kotoran manusia dan binatang. Bila lalat tersebut
hinggap kemakanan manusia, maka kotoran pada lalat akan menempel dan
mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia sehingga akhirnya akan
timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut serta lemas.
antara lain disentri, kolera, tipus, diare, dan lainnya yang berkaitan dengan
Pada saat ini dijumpai dari 60.000 sampai dengan 100.000 spesies lalat,
tetapi tidak semua spesies lalat perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak
vektor dan manusia. Pengendalian lalat dapat dilakukan secara fisik seperti
perangkap lalat, umpan kertas lengket berbentuk pita atau lembaran, perangkap
akan tetapi penggunaan bahan kimia tidak cukup aman apabila digunakan
pengendalian lalat yang efektif yaitu semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
tidak disukai oleh lalat. Berdasarkan Depkes RI (2001), lalat takut dengan warna
biru. Dengan demikian, kita dapat menggunakan warna biru sebagai pengendalian
lalat, misalnya dengan menggunakan tudung saji berwarna biru untuk menutup
makanan dan minuman, memakai tempat sampah yang berwarna, dan lain-lain,
didasarkan pada sifat lalat yang mempunyai kecenderungan hinggap pada tepi
atau tempat yang bersudut tajam. Fly grill ditempatkan pada area atau tempat
menujjukkan pengukuran kepadatan lalat dengan fly grill yang sudah dimodifikasi
dengan lem A (lem tikus) lebih efektif untuk mengurangi kepadatan lalat.
dari botol plastik bekas kemasan air mineral dengan menggunakan variasi umpan
dengan menggunakan umpan limbah ikan, udang, dan ampas tebu, umpan limbah
ikan paling disukai lalat yaitu 706 ekor lalat dengan rata-rata 141 ekor lalat.
5
perangkap lalat buah yaitu dengan menggunakan lem serangga yaitu lem IAT dan
lem LEILA dengan ketinggian yang berbeda dengan hasil yang diperoleh
Pengendaliannya, baku mutu kepadatan lalat yaitu kurang dari 2 ekor lalat
kepadatan lalat tanpa dimodifikasi per 30 detik di ulangi 10 kali yang dilakukan
yaitu didapatkan hasil dengan rincian sebagai berikut: pada 30 detik pertama flay
grill dihinggapi 19 ekor lalat, pada 30 detik kedua fly grill dihinggapi 20 ekor
lalat, pada 30 detik ketiga fly grill dihinggapi 21 ekor lalat, pada 30 detik
keempat fly grill dihinggapi 23 ekor lalat, pada 30 detik kelima fly grill
dihinggapi 23 ekor lalat, pada 30 detik keenam fly grill dihinggapi 26 ekor lalat,
pada 30 detik ketujuh fly grill dihinggapi 29 ekor lalat, pada 30 detik kedelapan
fly grill dihinggapi 29 ekor lalat, pada 30 detik kesembilan fly grill dihinggapi 30
ekor lalat, pada 30 detik kesepuluh fly grill dihinggapi 31 ekor lalat, maka total
dari keseluruhan sebesar 253 ekor lalat yang hinggap. Selanjutnya dari 10 kali
pengulangan tertinggi yaitu sebesar 29,4 ekor per blok grill. Berdasarkan hasil
survei awal didapatkan tingkat kepadatan lalat yang tinggi di kandang peternakan
6
ayam Desa Lobuhuala namun disini lalat hanya hinggap dan tidak mati,
untuk melaksanakan penelitian dengan perangkap lalat dari botol plastik kemasan
air mineral dengan menggunakan lem perekat dengan 3 jenis lem yang berbeda
yaitu lem A (lem IAT), lem B (lem LEILA), dan lem C (lem tikus) yakni
diantaranya mana yang lebih efektif untuk dilakukan dalam upaya pengendalian
lalat. Untuk menambah keefektifan daya tarik lalat terhadap perangkap dalam hal
ini peneliti menambahkan petrogenol kesetiap perangkap dan juga pada kelompok
kontrol.
Perumusan Masalah
lalat, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah efektif perangkap lalat
dari botol plastik kemasan air mineral dengan menggunakan lem perekat di
Labuhanbatu Utara.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektifitas perangkap lalat dari botol plastik kemasan air
Tujuan khusus.
Kualuh Selatan.
7
2. Untuk mengetahui efektifitas perangkap lalat dari botol plastik kemasan air
3. Untuk mengetahui efektifitas perangkap lalat dari botol plastik kemasan air
4. Untuk mengetahui efektifitas perangkap lalat dari botol plastik kemasan air
Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara praktis
dengan perangkap lalat dari botol plastik kemasan air mineral dengan
b. Bagi peneliti
Lalat
Pengertian lalat. Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk orde
(Permenkes RI, 2017). Semua bagian tubuh lalat bisa berperan sebagai alat
penularan penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feses, dan muntahnya).
Kondisi lingkungan kotor dan berbau merupakan tempat yang sangat baik bagi
Lalat adalah salah satu vektor yang harus dikendalikan namun tidak semua
species ini perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi
Genus lalat yang penting adalah genus Musca (Santi, 2001). Genus ini
disebut juga dengan lalat karena memiliki kesukaan tinggal di sekitar rumah, di
dalam rumah, dan di kandang ternak. Sedangkan menurut Sucipto (2011),, yang
paling penting hanya beberapa saja, misalnya lalat rumah (Musca domestica),
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapod
Ordo : Diptera
9
10
yang sempurna, dengan tingkat perkembangan telur, larva (belatung), pupa dan
dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 10-12 hari.
Larva akan berubah menjadi pupa setelah 4-7 hari, larva yang telah matang akan
mencari tempat yang kering untuk berkembang menjadi pupa. Pupa akan berubah
menjadi lalat dewasa tiga hari kemudian. Lalat dewasa muda sudah siap kawin
dalam waktu beberapa jam setelah keluar dari pupa.Setiap ekor lalat betina
mampu menghasilkan sampai 2.000 butir telur selama hidupnya. Setiap kali
11
mengandung 75-100 telur. Umur lalat di alam diperkirakan sekitar dua minggu
a. Stadium telur
Pada stadium ini, lamanya 12-14 jam. Bentuk telur lonjong bulat dan
berwarna putih serta besar telur 1-2 mm. Telur dikeluarkan lalat betina
b. Stadium larva
Larva ini berbentuk bulat panjang, dengan warna putih kekuningkuningan dan
organik yang terdapat disekitarnya. Stadium larva ada tiga tingkatan yaitu
12
setelah keluar dari telur belum banyak bergerak, setelah dewasa banyak
bergerak dan terakhir tidak banyak bergerak. Pada tingkatan terakhir, larva
berpindah tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong.
Lama stadium ini 2-8 hari atau 2-5 hari, tergantung temperatur setempat.
c. Stadium pupa
Mempunyai selaput luar yang keras, yang disebut chitine. 9. Lama stadium ini
2-8 hari, stadium ini kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Di bagian
depan terdapat spiracle yang disebut posterior spiracle yang berguna untuk
menentukan jenisnya.
d. Stadium dewasa
Merupakan stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Dari
stadium telur sampai dewasa memakan waktu 7 hari, atau lebih tergantung
Pola hidup lalat. Lalat mempunyai pola hidup yang khas. Pola hidup lalat
ini dapat mempengaruhi kepadatan lalat di suatu tempat. Pola hidup lalat dewasa
yang menumpuk secara kumulatif (di kandang ternak) sangat disenangi oleh
larva lalat, sedangkan yang tercecer jarang dipakai sebagai tempat berbiak
lalat.
13
b. Jarak terbang
Rata-rata jarak terbang lalat adalah 1000 m kadang mencapai 2000 m dari
c. Kebiasaan makan
Dalam mencari makanan lalat lebih menyukai makanan yang suhunya lebih
tinggi dari udara sekitarnya. Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari.
Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula,
bentuk cairan, maka makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya terlebih
dahulu kemudian dihisap. Air merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
kehidupam lalat. Tanpa air, lalat hanya bisa bertahan hidup tidak lebih dari 48
jam.
d. Tempat peristirahatan
Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik
hitam. Tanda ini mudah untuk mengenal tempat lalat beristirahat. Lalat
dan kawat listrik. Kebiasaan tempat istirahat ini selalu berdekatan dengn
14
e. Lama hidup
panas, lalat dapat hidup 2-4 minggu. Pada musim dingin, hidup lalat mencapai
70 hari. Selain musim yang mendukung, lama hidup lalat juga tergantung
dengan ketersediaan makanan dan air. Tersedianya makanan dan air sangat
f. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15°C dan aktivitas optimumnya pada
temperatur 21°C. Pada temperatur di bawah 7,5°C tidak aktif dan di atas 45°
g. Kelembapan
malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan.Efek sinar pada
optimum 90% .
i. Sinar
Pada malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan adanya sinar buatan.
Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban.
Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih, lalat juga takut pada
warna biru.Lalat tertarik pada bau-bauan yang busuk, termasuk bau busuk
pada pembusukan buah. Bau sangat berpengaruh pada alat indra penciuman,
yang mana bau merupakan stimulus utama yang menuntun serangga dalam
terletak pada antena, maka serangga dapat menemukan arah datangnya bau.
Jenis-Jenis Lalat
beberapa spesis yang terpenting dari sudut kesehatan yaitu : lalat rumah (Musca
Sucipto:
c. Ongga dada berwarna abu-abu dengan 4 garis memanjang gelap pada bagian
dorsal toraks dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal.
d. Perut kuning ditutupi dengan rambut kecil yang berfungsi sebagai organ
pengecap.
16
mendekati vena 3.
i. Ketiga pasang kaki lalat ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang
menyerang manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian
bawah.
mendekati vena.
17
f. Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder
dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian atas.
b. Berkembangbiak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari hewan
d. Lalat ini membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides, Trichuris trichiura dan
cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada lambung lalat”.
panjangnya.
b. Mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya
sedang membusuk.
cambuk”.
18
buah atau berkerumun di sekitar sisa fermentasi yang ditemukan di kebun buah,
a. Panjangnya 3mm.
1. Mengganggu ketenangan.
2. Menggigit.
3. Menimbulkan penyakit pada manusia dengan jalan meletakkan telur pada luka
bartonelolsis).
Fly grill. Fly grill dipakai apabila lalat yang dijumpai pada daerah yang
disurvei secara alamiah tertarik untuk hinggap pada alat tersebut. Jadi pemakaian
fly grill ini didasarkan pada sifat lalat yang cenderung hinggap pada tepi-tepi alat
19
tersebut yang bersudut tajam. Fly grill ini dapat dibuat dari bilah-bilah kayu yang
yang telah disiapkan, dibentuk berjajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangkanya
detik.
counter. Lalat yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30 detik tetap
dihitung.
e. Lakukan perhitungan secara berulang sampai 10 kali dengan cara yang sama.
f. Dari lima kali perhitungan yang mendapatkan nilai tertinggi dihitung rata–
pengukuran kepadatan lalat merupakan indeks populasi lalat dalam suatu lokasi
a. 0 – 2 ekor per fly grill : rendah (tidak menjadi masalah), yaitu tidak perlu
dilakukan pengendalian.
perindukan lalat (sampah, sisa makanan yang membusuk) dan bila mungkin
sanitasi lingkungan dan membunuh lalat dengan cara fisik, kimia dan biologi.
d. 21 ekor ke atas per fly grill : sangat tinggi atau padat sekali sehingga harus
e. Indeks lalat untuk pemukiman dan perkantoran maksimal 8 ekor / fly grill
sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha
21
1. Sampah basah atau sampah organik harus dimasukkan ke dalam wadah yang
2. Tinja harus dibuang ke tempat khusus seperti bak yang tertutup rapat seperti
4. Kandang ternak harus dapat dibersihkan, lantai kedap air, dapat disiram setiap
hari dan terdapat saluran air limbah yang baik serta kotoran ternak dapat
mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila digunakan pada tempat dengan
kepadatan lalat yang tinggi. Cara ini hanya cocok digunakan pada skala kecil
seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang
1. Fly traps
terdiri dari sangkar tempat lalat terperangkap berbentuk kotak dengan ukuran : 30
jarak antara dua bagian tersebut diberi sekat berlubang 0,5 cm sebagai jalan
22
diperhatikan bahwa jangan sampai ada air tergenang dibagian bawah kotainer
tersebut. Dekomposisi sampah basah dari dapur seperti sayuran hijau, sereal, dan
buah-buahan merupakan umpan yang paling baik. Model ini bisa digunakan
selama 7 hari setelah itu umpan dibuang dan diganti. Fly traps dapat menangkap
lalat dalam jumlah besar dan cocok untuk penggunaan diluar rumah, diletakkan
pada udara terbuka, tempat yang terang dan terhindar dari bayang-bayang pohon
Alat ini banyak tersedia di pasar menarik lalat karena kandungan gulanya
dan lalat yang hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat
berfungsi beberapa minggu jika tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat
yang terperangkap.
Prinsip alat ini adalah membunuh lalat dengan listrik. Lalat yang hinggap
pada lampu akan kontak dengan electrocuting grid yang membingkai lampu
dengan cahaya blue atau ultraviolet. Dalam penggunaannya perlu diuji coba
terlebih dahulu karena tidak semua lalat tertarik dengan alat ini. Alat ini banyak
angin/ventilasi.
23
5. Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
untuk periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resisten
yang cepat. Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat secara sementara
memberantas alat dengan cepat, yang aman diperlukan pada KLB kolera, disentri
atau trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan
yang kotor yaitu tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat
penyakit jika lalat hinggap ke makanan. Lalat juga ada yang berperan sebagai
biak dengan cepat apabila lingkungan mendukung atau lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan sebaliknya lalat akan berkurang apabila tercipta
lingkungan yang tidak memberikan suatu bentuk kehidupan lalat yaitu keadaan
Landasan Teori
Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk orde Diphtera, yakni insekta
Semua bagian tubuh lalat bisa berperan sebagai alat penularan penyakit (badan,
bulu pada tangan dan kaki, feses, dan muntahnya). Kondisi lingkungan kotor dan
dengan menggunakan umpan kertas lengket berbentuk pita atau lembaran, alat ini
banyak tersedia di pasar menarik lalat karena kandungan gulanya dan lalat yang
hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi
25
beberapa minggu jika tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang
Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta
Pengendaliannya, baku mutu kepadatan lalat yaitu kurang dari 2 ekor lalat
dari botol plastik bekas kemasan air mineral dengan menggunakan variasi umpan
dengan menggunakan umpan limbah ikan, udang, dan ampas tebu, umpan limbah
ikan paling disukai lalat yaitu 706 ekor lalat dengan rata-rata 141 ekor lalat.
perangkap lalat buah yaitu dengan menggunakan lem serangga yaitu lem IAT dan
lem LEILA dengan ketinggian yang berbeda dengan hasil yang diperoleh
Kerangka Konsep
Jenis Penelitian
percobaan yang bertujuan untuk melihat pengaruh lem perekat yang dioleskan
pada botol air mineral untuk mengurangi kepadatan lalat yang ditimbulkan
pengganggu.
Penelitian ini adalah desain penelitian “Post Test Only With Control
Experimen Post
Kel. Eks A Xa Oa
Kel. Eks B Xb Ob
Kel. Eks C Xc Oc
Kel. Control Ok
Keterangan :
Ob: Jumlah lalat terperangkap pada perangkap dengan menggunakan lem LEILA.
Oc: Jumlah lalat terperangkap pada perangkap dengan menggunakan lem Tikus .
26
27
(Federer,1977).
(t-1) (r-1) ≥ 15
(4-1) (r-1) ≥ 15
3r-3 ≥ 15
3r ≥ 18
r ≥6
Keterangan :
r = jumlah pengulangan
t = jumlah perlakuan
IAT, LEILA, lem tikus. Dilakukan pengamatan dan pencatatan setiap 1 jam
Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2020 sampai
dengan selesai.
terperangkap dalam botol plastik kemasan air mineral yang sudah ditambah lem
perekat yang dipasang oleh peneliti di kandang peternakan ayam desa Lobuhuala.
1. Variabel Independen: Variasi lem yang dioleskan pada botol plastik air
mineral.
Definisi operasional.
Variasi lem. Variasi lem yang digunakan pada penelitian ini yaitu lem
IAT, Lem LEILA, lem Tikus. Lem IAT (Insect Adhesive Trap) adalah lem
berbentuk pasta buatan taiwand yang mempunyai daya rekat kuat dan tahan lama,
lem ini tidak berbau dan tidak berwarna dengan bahan aktif poly butyl (Rukmana
& Sugandi, 1997). Lem LEILA adalah formula yang memiliki warna dan aroma
yang sangat disukai lalat. Lem Tikus adalah lem serangga bertempatkan kaleng
dengan formula khusus yang memiliki daya rekat sangat kuat, berwarna bening,
Skala : nominal
terjebak pada perangkap botol plastik air mineral dengan variasi lem (IAT,
LEILA, Tikus).
Skala : Ratio
29
Satuan : Ekor
Peternakan ayam mengenai jumlah kandang ayam yang ada di Peternakan ayam
Metode Pengukuran
plastic air mineral ukuran 1500 ml, pisau, gunting, solatip, alat tulis, buku catatan,
kapas, lem IAT, lem LEILA, dan lem Tikus. Membersihkan botol plastik air
mineral kemudian dipastikan dalam keadaan kering. Bagian botol yang berbentuk
kerucut dipotong kemudian dipasang kembali secara terbalik, bagian mulut botol
menambah keefektifan daya tarik lalat terhadap perangkap. Pada seluruh sisi luar
secara acak di Kandang Peternakan Ayam Desa Lobuhuala. Diperoleh tiga titik
yaitu T1, T2, dan T3. Pengukuran pada masing – masing titik dilakukan pada hari
30
dan waktu yang sama. Menyiapkan alat dan bahan meliputi botol plastik air
mineral yang sudah dimodifikasi dan lem yang akan di oleskan ke perangkap
berikutnya. Botol plastik air mineral modifikasi yang digunakan di titik 1 ada 3
botol plastik air mineral modifikasi sebagai kelompok perlakuan dengan atraktan
lem IAT, lem LEILA, dan lem Tikus dan 1 botol plastik air mineral modifikasi
Memasang botol plastik air mineral modifikasi secara berdekatan pada titik 1 (T1)
terhadap atraktan dengan mengamati jumlah lalat yang terperangkap pada botol
plastik air mineral modifikasi. 15 menit menghitung lalat yang terperangkap pada
perangkap. 15 menit berikutnya untuk mengoles lem pada botol plastik air
mineral untuk perlakuan berikutnya. Melakukan langkah yang sama pada titik 2
lem (IAT, LEILA, Tikus) terhadap jumlah lalat yang terperangkap. Disajikan
dikatakan berdistribusi normal apabila p value > 0.05 dan sebaliknya apabila p
dan data tidak normal dilakukan uji menggunakan Kruskal Wallis. Dilanjutkan
menggunakan uji LSD untuk mengetahui efektivitas lem IAT, lem LEILA, lem
Dengan Interpretasi:
Jika nilai p yang diperoleh > α = 0,5 maka Hₒ diterima dan Hα ditolak.
Jika nilai p yang diperoleh < α = 0.5 maka Hₒ ditolak dan Hα diterima.
Hasil Penelitian
Botol air mineral terhadap jumlah lalat yang terperangkap yang bertujuan untuk
mengetahui keefektifan dari ketiga variasi aktraktan yaitu lem perekat yakni lem
32
33
IAT, lem LEILA, dan lem Tikus terhadap jumlah lalat terperangkap. Penelitian ini
merupakan upaya pencegahan lalat dengan cara fisik dilakukan dilokasi dengan
angka kepadatan lalat yang tinggi yaitu pada kandang peternakan ayam Desa
Peternakan Ayam yang dijadikan lokasi penelitian memiliki luas lahan 512 m2
x 8 m (lebar) ⹀ 512 m2 . Peneliti melakukan 3 titik secara acak. Ada beberapa hal
yaitu salah satunya dengan cara tradisional seperti merebus tumbuhan beracun
yang dipercayai jika lalat hinggap dan meminumnya akan mati, tumbuhan direbus
hingga mendidih lalu didiamkan sampai dingin setelah itu dimasukkan kedalam
dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa botol air
mineral ukuran 1500 ml yang akan digunakan sebagai media perangkap lalat dan
mengoles lem IAT, lem LEILA, dan lem Tikus pada media perangkap.
air mineral sebagai kelompok eksperimen dengan variasi atraktan yaitu lem IAT,
lem LEILA, dan lem cap tikus, dan 1 botol air mineral tanpa perlakuan sebagai
meliputi jumlah lalat yang terperangkap dan penggantian pengolesan variasi lem
Hasil Pengukuran
atraktan yaitu lem IAT, lem LEILA, dan lem Tikus terhadap jumlah lalat yang
terperangkap pada perangkap botol air mineral yang diolesi lem perekat.
Hasil penelitian jumlah lalat yang terperangkap pada perangkap botol air
Tabel 1
Jumlah Lalat Terperangkap pada Botol Plastik Air Mineral Modifikasi di Titik 1
rerata tertinggi lalat terperangkap pada ketiga variasi atraktan lem sebanyak 75 ml
yaitu atraktan lem LEILA sebanyak 43,33 ekor. Jumlah perangkap terendah
Tabel 2
Jumlah Lalat Terperangkap pada Botol Plastik Air Mineral Modifikasi di Titik 2
rerata tertinggi lalat terperangkap pada ketiga variasi atraktan lem sebanyak 75 ml
yaitu atraktan lem tikus sebanyak 50,5 ekor. Jumlah perangkap terendah terdapat
Tabel 3
Jumlah Lalat Terperangkap pada Botol Plastik Air Mineral Modifikasi di Titik 3
rerata tertinggi lalat terperangkap pada ketiga variasi atraktan lem sebanyak 75 ml
yaitu atraktan lem Tikus sebanyak 47,66 ekor. Jumlah perangkap terendah
Hasil Analisa
Analisa uji variat secara deskriptif. Bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4
Eksperimen Rata-rata
Lem IAT 39,9999
Lem LEILA 40,7777
Lem Tikus 46,8888
Kontrol 10,8333
Total 34,6249
Sumber : Data Primer Teroleh 2021
sebanyak 47 ekor, diikuti dengan atraktan lem LEILA jumlah lalat yang
terperangkap sebanyak 41 ekor, atraktan lem IAT jumlah lalat yang terperangkap
sebanyak 40 ekor dan kelompok kontol tanpa penambahan atraktan jumlah lalat
11
Lem IAT
Lem LEILA
Lem Tikus
Kontrol
Gambar 7. Distribusi jumlah lalat terperangkap pada ketiga variasi atraktan dan
kontrol
Sumber : Data Primer Terolah 2021
variasi atraktan lem serangga, lem Tikus yang lebih banyak dihinggapi lalat dan
seluruhnya mati dibandingkan dengan atraktan lalat lainnya seperti IAT dan
LEILA.
Analisa statistik
Berikut ini merupakan uji normalitas data dari variasi lem serangga terhadap
Tabel 5
variasi atraktan lem serangga yaitu lem IAT, lem LEILA, lem Tikus dan
˃ 0,05.
lem serangga yaitu IAT, LEILA, dan Tikus terhadap jumlah lalat terperangkap.
Tabel 6
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa hasil uji One Way Anova diperoleh p
value 0,001 < 0,05. Jumlah lalat yang terperangkap pada kelompok kontrol dan
Berikut ini addalah hasil analisis uji Post Hoc Test antara 2 kelompok
Tabel 7
Post Hoc Test didapat hasil antara lem IAT dengan lem LEILA p value 0,001 <
0,05, atraktan lem IAT dengan lem Tikus p value 0,001 < 0,05, atraktan lem IAT
dengan kontrol p value 0,001 < 0,05, atraktan LEILA dengan lem Tikus p value
0,001 < 0,05, atraktan lem LEILA dengan kontrol p value 0,001 < 0,05, atraktan
lem Tikus dengan kontrol p value 0,001 < 0,05. Berdasarkan hasil di atas, bahwa
hasil akhir dari ketiga variasi atraktan menunjukkan lem Tikus mempunyai
kemampuan memerangkap lalat paling tinggi dan secara statistik ada perbedaan
bermakna dengan lem LEILA dan lem IAT sehingga lem tikus lebih efektif
sebagai perangkap lalat dibandingkan dengan lem LEILA dan lem IAT.
Pembahasan
Efektivitas Atraktan
Plastik Air Mineral Modifikasi dengan atraktan lem serangga yaitu lem IAT,
lalat dengan fly grill warna putih (standar), kepadatan lalat di Kandang Peternakan
Ayam penelitian ini sebesar 29,4 ekor per Block grill. Tingginya kepadatan lalat
ini dapat menimbulkan dampak negatif yaitu gangguan estetika dan gangguan
fever, disentri basiler, disentri amuba, lain – lain. Apalagi jarak rumah penduduk
terdekat < 10 meter, sedangkan jarak terbang lalat 200 – 1.000 meter (Azwar,
1995).
Sesui dengan Permenkes No. 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Pengendaliannya, baku mutu kepadatan lalat yaitu kurang dari 2 ekor lalat
Hasil uji deskriptif dan analitik penelitian tentang Efektivitas Variasi Lem
atraktan lem Tikus mempunyai aroma dan bau yang menyengat dibandingkan
dengan 2 variasi atraktan lain yaitu lem IAT dan lem LEILA, selain itu tekstur
dan warna lem juga mempengaruhi ketertarikan lalat. Sebagai daya tarik lalat
40
41
untuk datang mendekat kemudian terperangkap pada botol plastik air mineral
Hasil uji One Way Anova menghasilkan p value < 0,05 yaitu 0,002 hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara atraktan lem IAT,
LEILA dan Tikus terhadap jumlah lalat yang terperangkap. Banyaknya jumlah
lalat terperangkap dikarenakan warna dan aroma yang dikeluarkan dari lem dan
petrogenol sebagai penarik lalat sehingga banyak lalat yang mendekat dan
terperangkap.
serangga. Banyak serangga yang mampu mendekati zat perangsang dalam dosis
rendah dan beberapa mil dari sumber zat tersebut. Sebagaimana telah diketahui
bahwa lalat mempunyai kepekaan yang tinggi tehadap rangsang bau (kimia –
bau atau aroma atraktan maka akan semakin menarik lalat untuk mendekati
perangkap.
pengulangan sebanyak enam kali pengukuran, pada setiap titik yang telah
ditentukan di letakkan empat buah perangkap botol plastik air mineral modifikasi
Hasil penelitian ini adalah jumlah lalat yang terperangkap dan mati pada botol
plastik air mineral dengan penambahan tiga atraktan lem serangga : IAT, LEILA
42
dan Tikus dengan banyak 75 ml. Diketahui hasil yang paling efektif adalah lem
dengan 6 kali pengulangan didapatkan hasil jumlah tertinggi lalat teperangkap dan
mati pada ketiga variasi atraktan lem serangga dengan banyak 75 ml yaitu pada
atraktan lem LEILA sebanyak 260 ekor dan jumlah lalat terperangkap terendah
terdapat pada kelompok kontrol sebanyak 21 ekor. Jumlah lalat terperangkap dan
mati di titik 2 (T2) dengan 6 kali pengulangan didapatkan hasil jumlah tetinggi
lalat terperangkap dan mati pada ketiga variasi atraktan lem serangga dengan
banyak 75 ml yaitu pada atraktan lem Tikus sebanyak 303 ekor dan jumlah lalat
lalat terperangkap dan mati di titik 3 (T3) dengan 6 kali pengulangan didapatkan
hasil jumlah tetinggi lalat terperangkap dan mati pada ketiga variasi atraktan lem
serangga dengan banyak 75 ml yaitu pada atraktan lem Tikus sebanyak 286 ekor
dan jumlah lalat terperangkap terendah terdapat pada kelompok kontrol sebanyak
30 ekor.
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
a. Rata – rata jumlah lalat terperangkap pada botol plastik air mineral modifikasi
b. Rata – rata jumlah lalat terperangkap pada botol plastik air mineral modifikasi
c. Rata – rata jumlah lalat terperangkap pada botol plastik air mineral modifikasi
d. Atraktan yang paling efektif dalam memerangkap lalat pada botol plastik air
mineral modifikasi yaitu lem Tikus dengan jumlah rata – rata lalat
Saran
sebagai berikut :
43
Daftar Pustaka
Andini, T., Deasy, S., & Masryna. (2018). The effectiveness of the technology to
fly a modified grille to reduce the density of flies in place of meat in the
Sukaramai Market Sales of Medan City. E-Journal of the Global Health,
2(2), 54-62. Diakses dari http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jkg.
Depkes RI. (2003). Petunjuk teknis tentang pemberantasan lalat. Jakarta: Ditjen
PPM & PLP.
Inayah, Z. (2012). Perbedaan kepadatan lalat yang hinggap pada fly grill yang
berbeda warna di Pasar Srimangunan. Infokes Stikes Insa Unggul
Surabaya.
Tanjung, N. (2016). Efektivitas berbagai bentuk fly trap dan umpan dalam
pengendalian kepadatan lalat pada pembuangan sampah Jalan Budi Luhur
Medan. Penelitian, 11(3), 217–222.
Wijayanti, T. (2008). Serba serbi vektor. Banjarnegara: Staf Lokal Litbang P2B2
Banjarnegara.
44
45
Descriptives
Jumlah lalat terperangkap
N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
Lem 18 40.00 3.819 .900 38.10 41.90 32 47
IAT
Lem 18 40.78 3.843 .906 38.87 42.69 32 45
LEILA
Lem 18 46.89 4.689 1.105 44.56 49.22 40 56
Tikus
Kontrol 18 3.61 1.539 .363 2.85 4.38 1 7
Total 72 32.82 17.563 2.070 28.69 36.95 1 56
ANOVA
Jumlah lalat terperangkap
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 20987.486 3 6995.829 520.952 .000
Within Groups 913.167 68 13.429
Total 21900.653 71
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah lalat terperangkap
Tukey HSD
(I) Lem (J) Lem Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I- Lower Bound Upper Bound
J)
Lem 6.889* 1.222 .000 -3.99 2.44
LEILA
Lem IAT
Lem Tikus -6.889* 1.222 .000 -10.11 -3.67
Kontrol 36.389* 1.222 .000 33.17 39.61
Lem IAT .778 1.222 .920 -2.44 3.99
Lem
Lem Tikus -6.111* 1.222 .000 -9.33 -2.89
LEILA
Kontrol 37.167* 1.222 .000 33.95 40.38
Lem IAT 6.889* 1.222 .000 3.67 10.11
Lem 6.111* 1.222 .000 2.89 9.33
Lem Tikus
LEILA
Kontrol 43.278* 1.222 .000 40.06 46.49
Lem IAT -36.389* 1.222 .000 -39.61 -33.17
Lem -37.167* 1.222 .000 -40.38 -33.95
Kontrol
LEILA
Lem Tikus -43.278* 1.222 .000 -46.49 -40.06
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampian 6. Dokumentasi
Gambar 1. Pengukuran tingkat kepadatan lalat dengan menggunakan alat fly grill