Anda di halaman 1dari 11

RESUME ETIKA BISNIS & PROFESI AKUNTANSI

“Etika Profesi”

Disusun Oleh

Kelompok 7/GA:

1. Melisa Dwirahmawati 2018310497


2. Ristanti Kustriana 2018310501
3. Firda Khoirun Nisa 2018310506
4. Bela Ayu Pratiwi 2018310514

UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS SURABAYA

2021
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Melisa Dwirahmawati


NIM : 2018310497
Kelas : GA

Selaku ketua kelompok, dengan ini menyatakan bahwa resume yang dibuat oleh kelompok 7
merupakan hasil yang dikerjakan secara mandiri oleh anggota kelompok kami.
Demikian pernyataan ini saya buat. Terima kasih.

Surabaya, 29 September 2021

Melisa Dwirahmawati
1. Pendahuluan
Gallup, 2005 melakukan penelitian untuk membuat peringkat bagi standar kejujuran
dan etika dari dua puluh satu (21) profesi di USA. Survey dilakukan dengan
responden masyarakat di USA dengat pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku dari
dua puluh satu (21) profesi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya enam
(6) profesi yang mempunyai peringkat standar tinggi dan sangat tinggi dalam hal
kejujuran dan etika. Secara berurutan yang paling tinggi adalah peraawat, dan
selanjutnya adalah apoteker, dokter, guru, polisi, serta rohaniawan.

2. Pengertian Profesi
Ciri atau sifat profesi :
➢ Ciri-ciri yang penting
• Pelatihan yang ekstensif
• Kewajiban yang utama adalah melayani masyarakat
• Pelatihan dan skill intelektual
➢ Ciri-ciri tertentu
• Secara umum dilisensi atau disertifikasi
• Dikeluarkan oleh organisasi, asosiasi, atau institusi
• Otonomi
➢ Fondasi Nilai-nilai Etika
• Lebih mengutamakan pertimbangan etika dibanding pertimbangan
teknis dalam setiap keputusan atau tindakan

Secara faktual seorang profesional harus bekerja dengan atau sesuai nilai-nilai profesinya.
Hal ini dilakukan bila mereka harus melaksanakan tugas profesinya sesuai kompetensi
profesi atau bila harus melaksanakan tugas profesinya yang penting.

Profesi itu fungsi utamanya adalah melayani masyarakat. Layanan yang diberikan kepada
masyarakat itu sedemikian penting sehingga dituntut persyaratan tingkat keahlian yang
tinggi, yang membutuhkan program intelektual yang ekstensif dibandingkan pelatihan dan
skill yang bersifat mekanis.

Secara umum, tugas-tugas yang diharapkan dipelihara secara terus menerus oleh profesi
adalah:
• Kompetensi dibidang keahliannya
• Objektivitas atas jasa layanan yang diberikan
• Integritas dalam berhubungan dengan klien
• Konfidenialitas yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan klien
• Disiplin yang mencakup para anggota yang tidak bertugas sesuai
dengan standard

3. Pengertian Etika Profesi


Hooker, 1996 menjelaskan bahwa terdapat dua jenis kewajiban yang harus dilakukan
oleh seseorang yang melakukan aktivitas dalam dunia usaha. Kewajiban pertama
adalah kewajiban yang dilakukannya sebagai seorang pribadi manusia. Kewajiban
kedua adalah kewajiban yang dilaksanakannya sebagai seorang profesional.
Ada dua kata kunci yang penting bagi seorang professional. Kata tersebut adalah ahli
atau kompeten serta kepercayaan. Hunter, 2006 menjelaskan bahwa karakteristik
sebuah profesi adalah :
• Ahli atau berkompeten di bidang tertentu
• Mempunyai sikap dan watak untuk menerapkannya secara bertanggungjawab

Kedua hal di atas disebut sebagai kompetensi atau keahlian profesional. Karakteristik atau
ciri yang ketiga adalah :

• Menjadi anggota suatu kelompok profesi

4. Kode etik profesi


Lebih lanjut dijelaskan terdapat tiga hal yang penting dari kode etik profesi, yaitu :
❖ Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip-prinsip profesionalitas yang harus diikuti oleh setiap
anggota tentang apa yang dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan
dilakukan oleh seorang profesional.
❖ Kode etik profesi merupakan sarana kontrol atau pengawasan bagi
masyarakat, apakah seorang anggota profesi benar-benar bekerja sesuai
dengan profesinya yang telah diatur di dalam kode etik profesi,
❖ Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak luar profesi tentang
hubungan etika pada profesi tersebut

5. Mengapa penting mempelajari etika profesi


Beberapa alasan mengapa etika profesi menjadi semakin penting untuk dipelajari :
a. Etika profesi akan membantu para profesional dalam bekerja atau
melaksanakan aktivitas profesinya, khususnya bila menghadapi berbagai
permasalahan etika
b. Karena permasalahan etika itu sering kali tidak “hitam putih” maka dalam era
globalisasi ini sulit bagi kaum profesional untuk menentukan perbuatan atau
tindakan yang baik atau buruk, benar atau salah secara etika
c. Dengan mempelajari dan memahami etika profesi, maka akan membuat kaum
profesional menjadi objektif dalam menghadapi dilema etika pada bidang
pekerjaannya.
6. ETIKA PROFESI AKUNTAN
6.1 Memahami peran profesi akuntan
Apabila para akuntan memahami perannya sebagai seorang profesional maka dia
akan dapat mengambil keputusan yang benar dan etis, memberikan saran dan
pendapat sesuai dengan profesinya.
6.2 Harapan masyarakat terhadap profesi akuntan
hal ini berarti seorang yang berprofesi sebagai akuntan diharapkan mempunyai
keahlian teknis dalam hal akuntansi dan memiliki pemahaman yang lebih
dibanding orang kebanyakan dalam hal pengendalian manajemen, perpajakan,
atau sistem informasi serta bidang akuntansi lainnya.
6.3 Nilai etika lebih penting dan dominan dibanding keahlian akuntansi dan
audit
Banyak akuntan berpandangan bahwa keahlian dalam akuntansi dana tau teknik
audit adalah segala-galanya bagi profesi akuntan. Namun berbagai skandal
keuangan menunjukkan bahwa skandal yang sebenarnya terjadi bukanlah
disebabkan oleh kesalahan metodologi dalam penerapan teknik akuntansi atau
audit-audit disebabkan oleh kesalahan dalam membuat pertimbangan yang tepat
atas penggunaan teknik atau pengungkapan yang terkait dengan akuntansi ata
audit.
Ciri, Tugas, Hak, dan Nilai-nilai Profesi Akuntan
a. Ciri-ciri
• Kewajiban utamanya adalah melayani masyarakat
• Dibutuhkan pengetahuan dan keahlian yang ekstensif
• Membutuhkan pelatihan dan keahlian intelektual
• Pengawasan dilakukan sendiri oleh organisasi profesi
• Akuntabel terhadap wewenang pemerintah
b. Tugas penting dalam hubungan Fidusier/Kepercayaan
• Memberikan perhatian yang berkelanjutan terhadap kebutuhan klien dan
pemangku kepentingan yang lain
• Mengembangkan serta memelihara pengetahuan dan keahlian
• Memelihara kepercayaan yang berkaitan dengan hubungan fidusier
• Berperilaku yang menunjukkan nilai-nilai tanggung jawab
• Memelihara reputasi pribadi
• Mempertahankan reputasi profesi yang dapat dipercaya
c. Hak-hak dalam berbagai Juridiksi
• Kemampuuan untuk mempertahankan diri sendiri sebagai seorang profesional
untuk memberikan layanan kepada masyarakat
• Kemampuan untuk membuat standar dan menguji calon anggota profesi
• Mengatur diri sendiri berdasarkan aturan etika
• Berpartisipasi dalam pengembangan akuntanasi dan praktik audit
• Memiliki akses terhadap beberapa atau semua bidang akuntansi dan audit
d. Nilai-nilai penting untuk melaksanakan tugas dan memelihara hak-hak
• Kejujuran
• Integritas
• Objektivitas berdasar pertimbangan independen
• Keinginan untuk memberikan perhatian
• Kompetensi
• Kerahasiaan
• Komitmen untuk menempatkan kebutuhan masyarakat,klien,profesi dan
majikan atas perusahaan di atas kepentingan diri sendiri
6.4 Prioritas tugas, loyalitas, dan kepercayaan
Pada dasarnya profesi akuntan terbagi dua kelompok besar. Profesi pertama
adalah profesi akuntan yang aktivitas utamanya mempersiapkan dan menyajikan
laporan keuangan. Profesi ini lazim disebut dengan akuntan manajemen. Profesi
kedua adalah profesi akuntan yang aktivitas utamanya memeriksa laporan
keuangan dan selanjutnya memberikan pendapat atau opini atas laporan keuangan
yang disusun oleh akuntan manajemen tersebut. Profesi ini lazim disebut dengan
auditor independen atau auditor eksternal. Profesi akuntan yang beraktivitas
sebagai auditor internal, fungsi dan tugas utamanya adalah membantu manajemen
puncak dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengawasi seluruh aktivitas dan
laporan perusahaan, termasuk penyiapan dan penyajian laporan keuangan yang
dibuat oleh akuntan manajemen.
6.4.1 Profesi akuntan manajemen dan auditor internal
Berbagai skandal kejahatan kerah putih yang dilakukan oleh manajemen,
baik manajemen puncak, atau manajemen menengah, sebagian besar
secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan pembuatan
penyajian laporan keuangan.
6.4.2 Profesi auditor eksternal atau independen
Fungsi dan tugas utama dari auditor eksternal atau independen adalah
memeriksa laporan keuangan dari suatu entitas yang lazimnya disiapkan
oleh akuntan manajemen.
6.5 Menjaga kerahasiaan organisasi dan klien/pemberi kerja
Verschoor, 2005 menjelaskan bahwa kerahasiaan yang harus dijaga oleh akuntan
manajemen (atau pun auditor internal) adalah:
1. Akuntan manajemen harus bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan
informasi, terkecuali yang harus diungkap di muka hokum
2. Akuntan manajemen harus bertanggung jawab menyampaikan informasi
kepada semua pihak yang terkait dengan penggunaan informasi yang rakasia.
Akuntansi manajemen wajib memonitor bawahannya untuk menjamin
ketaatan menjaga kerahasiaan tersebut.
3. Akuntan manajemen harus bertanggung jawab untuk menahan diri dari
penggunaan informasi yang rahasia, yang dilakukan demi keuntungan yang
tidak beretika atau bertentangan dengan hokum.
Sebaliknya Felipe, 2012 menjelaskan bahwa kerahasiaan yang harus dijaga oleh
seorang akuntan, khususnya akuntan eksternal atau independen adalah;

1. Menjaga kerahasiaan informasi dalam hubungannya dengan pihak ketiga


2. Menjaga kerahasiaan informasi dari yang diperiksa dalam hubungan dengan
masyarakat umum
3. Menghindarkan konflik kepentingan yang berkaitan dengan informasi dari
yang diperiksa
4. Menjamin kerahasiaan kertas kerja pemeriksaan klien
6.6 Layanan lain yang diberikan oleh akuntan dan konsekuensi etis
Sebelum keluarnya Sarbanes Oxley Act, 2002, akibat dari adanya skandal Enron,
WorldCom, Xerox dan perusahaan lain di USA, para auditor eksternal secara
bebas melakukan berbagai aktivitas layanan kepada kliennya, disamping
memberikan layanan atestasi atau audit.
Sarbanes Oxley Act (SOX), 2002 ini dimaksudkan untuk melindungi para pemilik
dan penanam modal dengan cara memperbaiki keakuratan dan tingkat
kepercayaan dari informasi yang diungkapkan oleh perusahaan sehingga sesuai
dengan undang-undang surat berharga, serta untuk tujuan yang lain.
6.7 Nilai-nilai etika dan standar perilaku pada akuntan profesional
Terdapat beberapa nilai etika dan standar perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang akuntan profesional, di antaranya yang penting adalah:
❖ Kredibilitas. Nilai etika ini sangat penting untuk dimiliki oleh akuntan
profesional dalam memberikan layanan kepada masyarakat atau pemangku
kepentingan
❖ Kompetensi. Nilai etika ini merupakan faktor fundamental bagi profesi
akuntan. Tingkat kompetensi yang tinggi dapat dan pasti memberikan
keuntungan kompetitif. Tetapi kompetensi tinggi dapat juga didapat oleh
orang yang bukan akuntan profesional.
❖ Integritas. Standar perilaku ini sangat penting karena integritas menjamin
bahwa apapun layanan yang diberikan oleh seorang akuntan profesional
akan dikerjakan secara jujur dan teliti.
❖ Kejujuran. Standar perilaku ini juga akan mengandung unsur akurasi, atau
kecermatan yang secara tidak langsung juga mengandung arti yang
berkaitan dengan perolehan, pengukuran, pelaporan, serta pembuatan
interpretasi atas suatu informasi.
❖ Objektivitas. Standar perilaku ini secara tidak langsung mengandung arti
bebas dari bias di dalam memilih dasar-dasar pengukuran dan
pengungkapan, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan bagi pihak yang
dilayani.
6.8 Pertimbangan dan Nilai-nilai
Nilai-nilai etika dan standar perilaku seperti kredibilitas, kompetensi, integritas,
kejujuran, dan objektivitas dapat dilaksanakan secara sungguh-sungguh, bila nilai-
nilai etika dan standar perilaku ini dimiliki dan dihayati secara pribadi oleh
seorang akuntan profesional.
6.9 Sumber nilai etika dan standar perilaku
a. Kode Etik
Terdapat beberapa sumber petunjuk yang tersedia bagi akuntan profesional.
Aturan etika dari organisasi profesi akuntan dan kantor akuntan serta pemilik
perusahaan merupakan referensi yang penting.
b. Hukum dan Jurispurdensi
Terdapat dua alasan dalam menerapkan standar hokum dalam permasalahan
etika, yaitu :
1. Hokum biasanya tertinggal atas apa yang secara kuat dipandang dan
diinginkan oleh masyarakat sebagai sesuatu yang etis
2. Yang lebih penting lagi adalah bahwa sesuatu yang legal itu belum tentu
etis. Demikian pula standar hokum, moral, dan etis itu sesuatu yang
berbeda
c. Bila aturan dan hukum tidak membantu sebagai sumber etika dan
standar perilaku
Seringkali, para akuntan profesional menghadapi situasi dimana aturan etika
tidak cukup membantu permasalahan yang dihadapinya. Bila menghadapi
permasalahan tersebut, sebaiknya lembaga atau organisasi profesi akuntan
memberikan bantuan konsultasi untuk memecahkan serta mencari jalan
keluarnya.

7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEORANG PROFESIONAL


DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIKA
1. Atribut pribadi:
a. Kematangan moral (Moral Maturity) model Kohlberg tentang perkembangan
moral pengetahuan/kognitif menjelaskan bahwa semakin berkembang moral
seseorang, termasuk moral seorang profesional maka semakin seseorang
tersebut dapat menghadapi dan memberikan solusi bila menghadapi dilemma
etika (Poneman, 1992)
b. Umur (age) berbagai penelitian tentang perkembangan moral
kognitif/pengetahuan yang dikembangkan dari model Kohlberg menjelaskan
bahwa penalaran modal seseorang juga dipengaruhi oleh umur.
c. Gender (gender) banyak penelitian yang menemukan dan berpendapat bahwa
perempuan lebih etis dibandingkan laki-laki (Arlow, 1991; Meising and
Preble, 1985; Borkowski and Ugras, 1992). David, et all, 1994 juga
berpendapat bahwa perempuan memiliki jenis sikap yang berbeda terhadap
etika dan kode etik.
d. Kebangsaan (nationality) karnes et all, 1990 berpendapat bahwa akuntan dari
kebangsaan yang berbeda, sungguh-sungguh memiliki persepsi yang berbeda
beda tentang apa yang etis dan yang tidak etis. Jakubowski, et all, 2002
menyatakan bahwa perbedaan kebangsaan tercermin pada kode etik akuntan
antar negara-negara yang berbeda.
2. Atribut kontekstual:
a. Budaya nasional (national culture). Smith and Hume, 2005 dan Arnold et all,
2007 menyatakan bahwa budaya nasional mempunnyai dampak yang sangat
besar pada kecenderungan etis dari para akuntan, yang melebihi budaya etika
yang ada dalam perusahaan
b. Budaya organisasi (organizational culture). Rockness and Rockness, 2005
dan Kulik et all, 2008 menyatakan bahwa secara umum kecenderungna etis
juga dipengaruhi oleh budaya organisasi.
c. Kelompok dan peran (group and role). Selain budaya organisasi, atribut
kontekstual yang penting bagi seorang profesional dala menghadapi dan
menyelesaikan dilema etika adalah groupthink.
d. Bingkai linguistic /Bahasa (linguistic framing). McPhail and Walters, 2009
menyatakan bahwa respon secara individu terhadap dilema etika dalam cara
yang berbeda tergantung pada kerangka yang dialaminya.
e. Tempat tinggal (place). McPhail and Walters, 2009 juga menyatakan bahwa
tempat tinggal dari seorang profesional juga dapat mempengaruhinya
perilakunya dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan etika.

3. Atribut permasalahan
a. Hakekat konsekuensi (nature of consequences)
b. Konsesus social (social consensus)
c. Kemungkinan pengaruh (possibility of effect)
d. Kesegeraan seketika (temporal immediacy)
e. Kedekatan (proximity)
f. Konsentrasi pengaruh (concentration of effect)

8. KESIMPULAN
Dengan mengerti dan memahami etika profesinya, maka akuntan akan mengerti
mengapa masyarakat menaruh harapan kepada profesi akuntan, mengapa sikap etis
lebih penting dibandingkan keahlian ddalam akuntansi dan audit, serta siapa prioritas
yang harus dilayani oleh seorang akuntan. Dengan mengerti dan memahami etika
profesinya, maka seorang akuntan memahami nilai-nilai etika dan standar perilaku
dari seorang akuntan yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai