Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM IV

TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN KHUSUS

POLIEMBRIONI

OLEH

NAMA : NANDA NUR’AINI

NO. BP : 1810211004

KELAS : AGRO A

DOSEN PENJAB : Dr.APRIZAL ZAINAL.SP.Msi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah


SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karumia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Teknik Pemuliaan Tanaman Khusus
tepat waktu.

Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang kita
harapkan syafaatnya kelak. Penulis sadar dalam pembuatan laporan ini, hasilnya
akan banyak kekurangan karena keterbatasan penulis. Maka, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan dari pembaca. Terimakasih.

Agam, 30 Maret 2021

Nanda Nur’aini
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil alam Indonesia sangatlah beragam. Dari sumber daya perairan, bahan
tambang, hutan dan hasil alam budidaya berupa pertanian dan perkebunan. Sebagai
negara yang dianugerahi tanahyang subur, masyarakat Indonesia banyak bermata
pencaharian sebagai petani.

Mereka mengembangkan pertanian dan perkebunan karet, sawit, sayuran dan


buah-buahan. Tanaman buah di Indonesia sangat bervariasi. Mulai dari buahan-
buahan hutan, hingga buah-buahan yang sengaja dibudidayakan karena bernilai
ekonomis. Pembudidayaan tanaman buah terdapat di seluruh wilayah di Indonesia,
yang bertujuan untukmengembangkan sumber daya alamnya, seperti jeruk dan
manga.

Tanaman jeruk ialah salah satu tanaman yang banhak diminati oleh
masyarakat Indonesia karena memiliki nilai gizi, nilai ekonomis serta mempuyai
tingkat keuntungan yang tinggi. Persediaan yang sering terjadi pada tanaman jeruk
adalah hasil benih yang disemaikan tidak sebanding dengan hasil semaian yang
didapatkan.

Tanaman mangga merupakan tanaman yang mudah beradaptasi pada


lingkungan budidayanya dan merupakan salah satu komoditas buah tropis paling
populer. Mangga telah dibudidayakan selama ribuan tahun dan menjadi bagian dari
budaya di banyak tempat, sehingga penyebutan mangga berbeda-beda sesuai
dengan kultur dan bahasa yang ada. Tanaman manga ada yang bersifat poliembrioni
dan monoembrioni bergantung kepada jenis mangga yang dibudidayakan.

Poliembrioni merupakan suatu embrio yang mempunyai kecenderungan


adanya lebih dari satu embrio didalam satu biji (berasal dari satu ovula), meskipun
embrio tambahan ini tidak harus masak. Embrio ini dapat terhenti pertumbuhannya
pada saat perkembangan biji atau bahkan kemudian mengalami degenerasi. Oleh
sebab itu dalam kejadian poliembrioni masak, sampai tambahan embrio menjadi
imasak, jauh lebih sedikit dari kejadian poliembrioni yang sebenarnya terjadi.
Poliemberio, pertama kali dilaporkan oleh Leeuwenhoek (1719), Braun
(1859) lihat Bhojwani (1999) yang melakukan penelitian pada 58 kasus
poliembrioni, dan tercatat dalam literatur botani, menunjukkan adanya 4 kategori,
berdasar pada asal dari tambahan embrio tersebut. Poliembrioni angiospermae
dapat muncul dari : perpecahan proembrio, pembentukan embrio oleh sel-sel
embriosak didalam satu ovula (ovula yang sama), dan adanya aktivasi sporophitik
sel dari ovula.

Perpecahan proembrio, pembelahan zygot dan perpecahannya dapat memicu


pertumbuhan primordial embrio yang terpisah, meskipun kejadian ini banyak
terjadi pada gymnospermae, dan jarang terjadi pada tanaman angiospermae.
Diantara tanaman angiospermae yang mengalami poliembrio semacam ini pada
tanaman orchids. Pada Tanaman Eulaphia epidendraea dicatat ada tiga model
kejadian supernumerary (penambahan embrio) yaitu : 1. Zygot membelah tak
beraturan, sehingga menghasilkan massa sel sepanjang ujung chalaza, pertumbuhan
serentak membentuk banyak embrio. 2. Proembrio, memunculkan tunas-tunas kecil
yang memungkinkan pertumbuhan menjadi embrio. 3. Embrio yang memiliki sulur
(filament) bercabang-cabang dan memungkinkan tumbuh embrio.

Klasifikasi poliembrioni 1. Poliembrioni spontan 2. Poliembrioni induksi


Ernst (1910) membedakan poliembrioni spontan menjadi : Poliembrioni sejati Dua
atau lebih embrio terdapat dalam kantong lembaga, embrio berasal dari
zigot/embrio yang sudah ada (Eulophia, Vanda), dan sinergid (Sagittaria) dari sel
antipoda (Ulmus) atau dan nuselus/integumen (Citrus, Spiranthes). Poliembrioni
palsu Embrio terdapat dalam embryo sac dari satu ovulum yang sama (Fragaria)
atau pada plasenta (Loranthaceeae) Yakolev (1967) membagi poliembrioni
berdasar pada sifat genetik. Ada 2 tipe poliembrioni spontan yaitu: 1. Gametofitik
: embrio berasal dari sel gamet dan kandung lembaga setelah atau tanpa pembuahan.
2. Sporofitik : embrio berasal dari zigot, pro-embrio atau sel sporofitik inisial
ovulum (nuselus atau integumen).

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya laporan ini untuk mengetahui apakah ada tanaman yang
bersifat poliembrioni pada tanaman jeruk dan manga.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang bernilai ekonomi


tinggi di Indonesia sehingga pengembangannya perlu mendapat perhatian. Jenis
jeruk yang ada di Indonesia antara lain adalah jeruk manis (Citrus aurantium L),
jeruk keprok (Citrus reticulata atau Citrus nobilis), jeruk besar (Citrus maxima dan
Citrus grandis), jeruk lemon (Citrus limon), dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
(Widianti, et al., 2013)

Pada umumnya yang dikenal sebagai mangga adalah anggota Mangifera


indica. Mangifera lainnya yang dapat dimakan mempunyai kualitas buah yang lebih
rendah dan umumnya dikenal sebagai mangga liar (kerabat mangga). Marga
Mangifera berasal dari Asia tropika, sebagian besar jenisnya ditemukan di
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi seperti
Mangifera laurina Bl., M. aplanata Kosterm., M. lalijiwa Kosterm., dan M. indica
L yang bersifat poliembrioni, sedangkan M. indica yang berasal dari India dan
Myanmar bersifat monoembrioni (Fitmawati, 2010).

Biji merupakan alat perbanyakan generatif yang proses terbentuknya


melalui 2 cara yaitu dari peleburan sperma dengan ovum (amfimiksis) dan tidak
melalui peleburan sperma dengan ovum (apomiksis). Amfimiksis dan apomiksis
dapat terjadi secara bersama – sama sehingga terbentuk satu atau lebih embrio
dalam satu ovum. Proses ini disebut poliembrioni seperti yang terjadi pada biji
nangka, jeruk dan mangga. Andrini et al., (2013) menyebutkan bahwa penyebab
terjadinya poliembrioni karena pemecahan zigot, perkembangan satu atau lebih
sinergid, adanya lebih dari satu kantung embrio per nukleus, dan variasi bentuk
opogami dan adventif embrio. Poliembrioni memiliki keistimewaan pada beberapa
tanaman seperti mangga, jeruk, manggis, dan duku (Wahyudhi, 2020).

Poliembrio dengan perpecahan proembrio, berkembang selama


perkembangan biji dikenal pada banyak orchids, sementara pertumbuhan
poliembrio selama perkecambahan bijinya dikenal vanda. Pada genus ini, ujung
embrio yang meristem, terbelah menjadi sejumlah primordial (3-9) dimana masing-
masing akan membentuk embrio (Rao, 1965 dalam Subantoro & Prabowo, 2012).
Embrio terbentuk dari sel embriosak, selain sel telur. Kebanyakan tambahan
embrio berasal dari sinergida, kemungkinan sinergida yang terbuahi atau tidak,
sehingga embrio ini haploid atau diploid. Ternyata pada Saguttaria graminea dan
Poa alpine, disamping sel telur, sinergida baik satu atau dua-duanya dapat dibuahi,
hal ini dapat terjadi karena kemungkinan masuknya lebih dari satu pollen tube atau
ada tambahan sel jantan dari satu pollen tube. Dalam kondisi ini, baik zygot maupun
embrio asal sinergida diploid. Embrio yang tumbuh dari sinergida tanpa
pembuahan, berstatus haploid (seperti terjadi pada Argenome Mexicana dan
Phaseolus vulgaris) (Subantoro & Prabowo, 2012).

Pembentukan embrio dari antipoda agak jarang terjadi,namun dapat dilihat


pada Paspalum serobiculatum dan Ulmus sp. Sel-sel antipodal mengalami
pembelahan beberapa kali, untuk kemudian membentuk struktur menyerupai
proembrio, namun tidak dapat mencapai kamatangan dan gagal membentuk embrio
yang mampu berkecambah. Tidak dapat dipastikan apakah juga sel-sel endosperm
mampu membentuk embrio, namun pada Brachiaria setigera, tanaman hasil
apomiksis, ternyata pernah ditemukan embrio triploid berasal dari sel endosperm
(Muniyamma, 1978 dalam Subantoro & Prabowo, 2012). Terjadinya lebih dari satu
embriosak didalam satu ovula.

Embriosak dapat terjadi dan muncul dari : turunan dari MMC yang sama,
turunan dari dua atau lebih MMC, dan dari sel-sel nucellus. Terjadinya embrio
kembar, dilaporkan pada Citrus, Poa pratensis, Casuarina equisetifolia, juga pada
Pennisetum ciliare, 22% bijinya mempunyai embrio kembar. Terjadinya
poliembrio ini secara aposporous. Pada familia Loranthaceae, juga terbentuk
poliembrio, namun hanya satu yang bertahan, sehingga tampak menghasilkan biji
monoembrionate (Subantoro & Prabowo, 2012).

Aktivasi beberapa sel sporophit pada ovula. Beberapa embrio ini, muncul
dari jaringan sporotik induk, diluar embriosak, dan disebut embrio adventif,
sementara ini yang diketahui memunculkan adventif embrio adalah sel-sel pada
nucellus dan integuments. Embrio adventif yang terkenal adalah pada citrus dan
mangga dari sel nucellus, serta pada Opuntia dilenii dan Trillium undulatum
(Subantoro & Prabowo, 2012).
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No. Gambar Keterangan

Kecambah biji mangga


1.
poliembrioni

Kecambah biji mangga


2.
monoembrioni

Kecambah biji jeruk


3.
monoembrioni (literatur)
Kecambah biji jeruk poliembrioni
4.
(literatur)

B. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat dilihat dalam tabel hasil pada
gambar 1 dan 2 yaitu pada biji mangga, sedangkan pada biji jeruk percobaan yang
dilakukan gagal karena tidak tumbuh, sehingga diambil dari literatur yang terdapat
pada gambar 3 dan 4.

Pada gambar 1 diperoleh bahwa biji mangga tersebut bersifat poliembrioni


karena biji mangga tersebut menghasilkan kecambah lebih dari satu. Sedangkan
pada gambar 2 biji mangga tersebut bersifat monoembrioni karena biji mangga
hanya menghasilkan satu kecambah saja. Menurut Leroy (1947) dalam Subantoro
& Prabowo (2012) menyatakan bahwa poliembrioni pada buah mangga, diduga
karena pengaruh satu atau beberapa gen resesif, hal ini dibuktikan dengan wilayah
yang dikuasai gen-gen dominan, tidak ditemukan poliembrioni (primary centre of
origin di India Timur), namun di wilayah secondary centre of origin (China,
Fhilipina dan Sudan) terdapat penguasaan gen-gen resesif, dan diperoleh banyak
poliembrio. Dugaan ini ternyata tidak sepenuhnya benar, karena banyak jenis di
India Timur mempunyai poliembrioni.

Selanjutnya pada gambar 3 diperoleh bahwa kecambah yang dihasilkan


bersifat monoembrioni karena kecambah yang dihasilkan hanya 1, sedangkan pada
gambar 4 diperoleh bhwa kecambah yang dihasilkan tersebut bersifat poliembrioni
karena kecambah ynag dihasilkan lebih dari satu. Menurut Frusato dkk (1957)
dalam Subantoro & Prabowo (2012) menyatakan bahwa jumlah poliembrio dari
Citrus, kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut : 1). Umur
tanaman, poliembrioni akan bertambah bila umurnya bertambah; 2) Terbentuknya
buah, lebih banyak poliembrio pada tahun dimana lebih banyak buah yang
terbentuk; 3) Status nutrisi pada tanaman, semakin berkurang juga semakin kecil
terjadinya poliembrioni; 4) Arah pertumbuhan cabang tanaman, bila cabang ke arah
utara, maka poliembrioni lebih banyak dibanding ke arah selatan. Beberapa
penelitian pada kultivar jeruk telah mengungkapkan bahwa semaian poliembrioni
atau nuselar dapat dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran biji. Hasil penelitian Awuy
(1993) mengenai penampilan bibit apomik dan bibit seksual pada empat kultivar
tanaman jeruk yaitu Swangi, Nipis, Kasturi dan Siam menunjukkan bahwa
persentase biji apomik dipengaruhi oleh bentuk biji pada masing-masing kultivar.
Kultivar Siam dan Kasturi memiliki biji berbentuk bulat telur, bulat panjang dan
bulat telur panjang, Kultivar Nipis memiliki biji berbentuk bulat telur, bulat telur
panjang dan pipih sedangkan kultivar Swanggi memiliki biji berbentuk bulat telur
panjang, bulat telur panjang berparuh, bulat telur berparuh, bulat pipih dan bulat
pipih berparuh. Kultivar Siam dapat menghasilkan 2 hingga 4 embrio, kultivar
Kasturi dapat mengasilkan 2 hingga 5 embrio, kultivar Nipis umumnya
menghasilkan dua embrio sedangkan kultivar Swanggi dapat menghasilkan
sebagian besar diembrio dan terkadang triembrio. Persentase apomik tertinggi
terdapat pada kultivar Siam (62,20%) diikuti oleh kultivar Kasturi (59,04%), Nipis
(39,80%) dan Swanggi (22,68%) (Widianti, et al., 2013).

Manfaat poliembrioni adalah mendapatkan tanaman dalam jumlah banyak


dari satu biji tanaman saja. Selain itu tanaman yang dihasilkan mempunyai sifat
yang sama dengan induknya tetapi hanya satu yang berbeda dengan induknya
karena salah satu embrio tersebut berasal dari peleburan gamet jantan dan betina
induknya. Benih yang muncul dari satu biji tersebut dapat dipisahkan dan ditanam
satu-satu sebagai bibit tanaman.

Poliembrioni merupakan suatu keadaan dimana satu biji mempunyai lebih


dari satu embrio. Poliembrioni ini terjadi pada bakal biji yang telah mengalami
pembuahan yang kemudian timbul beberapa embrio. Sehingga ketika biji
dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan tumbuh dari
satu biji tanaman tersebut. Proses poliembrioni terbentuk akibat proses apomiksis
dan amfimiksis terjadi secara bersamaan. Apomiksis adalah peristiwa pembentukan
embrio namun tidak disertai dengan peleburan gamet jantan dan betina, sedangkan
amfimiksis adalah peristiwa pembentukan embrio yang disertai dengan peleburan
gamat jantan dan betina.

Apomiksis dapat dikategorikan menjadi fakultatif dan obligat. Apomiksis


obligat adalah bentuk apomiksis yang bijinya terbentuk tanpa proses fusi gamet
betina dan gamet jantan, seperti pada manggis. Apomiksis fakultatif pada biji
jeruk disebut sebagai fenomena poliembrioni, yaitu terjadinya beberapa
embrio dalam satu biji. Embrio yang dihasilkan terdiri dari embrio zigotik
dan embrio nuselar. Embrio zigotik dihasilkan dari fusi gamet jantan dan
betina, sedangkan embrio nuselar terbentuk dari jaringan kantung embrio. Kedua
embrio yang dihasilkan memiliki konstitusigenetik yang berbeda. Dalam
perkembangannya kedua embrio tersebut tumbuh secara beriringan tanpa saling
mengganggu.

Sifat tanaman yang terbentuk dari perkecambahan biji poliembrioni ini adalah
hanya satu yang berbeda dari induknya, tanaman inilah yang sebenarnya berasal
dari peleburan gamet jantan dan betina sehingga tanaman ini memiliki gen dari
kedua induknya, sedangkan tanaman lain yang terbentuk merupakan tanaman yang
tumbuh dari pembiakan vegetatif tanaman tersebut, sehingga tanaman ini memiliki
sifat yang sama dengan induknya. Adanya sifat yang sama dengan yang dimiliki
induknya menyebabkan tumbuhan yang dihasilkan dari poliembrioni menpunyai
sifat yang sama atau seragam.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dapat diketahui bahwa biji mangga yang dihasilkan


tersebut ada yang bersifat poliembrioni dan monoembrioni, sedangka biji jeruk
pada percobaan yang dilakukan gagal sehingga untuk mengetahuinya diambil dari
literatur dimana dalam literatur tersebut diperoleh bahwa biji jeruk yang dihasilkan
tersebut bersifat poliembrioni dan monoembrioni. Munculnya sifat poliembrioni
dan mono embrioni tersebut dipengaruhi oleh gen, umur tanaman, terbentuknya
buah, nutrisi dan arah pertumbuhan cabang tanaman

B. Saran

Agar percobaan yang dilakukan dapat membuahkan hasil sehingga dapat


membandingkan sifat yang diperoleh. Dan semoga laporan ini dpat bermanfaat bagi
para pembaca serta penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Fitmawati, 2010. Analisis Variabilitas Genetik Mangga Sulawesi Berdasarkan


Penanda Molekular E-RAPD. Riau, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Riau.
Subantoro, R. & Prabowo, R., 2012. Benih poliembrio pada tanaman kokosan dan
jeruk. Jurnal MEDIAGRO, 8(1), pp. 86-97.

Wahyudhi, A., 2020. Pembentukan poliembrioni pada biji buah jeruk peras (Citrus
sinensis L.). Jurnal AGROSCRIPT, 2(1), pp. 49-55.

Widianti, Iriani, D. & Fitmawati, 2013. Pertumbuhan Bibit Poliembrioni Jeruk


Siam (Citrus nobilis Lour.) Asal Kampar. Riau, Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai