- Prosedur
1. Persiapan sampel
a. disiapkan sampel
b. ditambahkan larutan RSB (1:1) dan dipanaskan 1000C selama 5 menit
c. dibiarkan dingin (bila tidak langsung digunakan dapat disimpan pada suhu -200C
2. Pembuatan gel
a. dipasang plate pada casting frame lalu pasang pada casting stand
b. dites kebocoran plate dengan aquadest
c. dimasukkan larutan separating gel 12,5% lalu ditambahkan aquadest dan ditunggu 30
menit lalu dibuang aquadest
d. dimasukkan larutan stacking gel 3% sampai rata short plate lalu segera diapsang sisiran
dan ditunggu 5-10 menit
3. Penempatan sampel dan standart marker
a. dipasang plate ke elektroda
b. dipasang (plate + elektroda) ke dalam Clamping frame, lalu dikunci kedalam dan
dimasukkn ke mini tank
c. dimasukkan larutan buffer kedalam inner chamber hingga plate tenggelam lalulepas
sisiran secara hati – hati
d. dimasukkan standart marker pada salah satu sumuran (misal paling kiri) dan sampel pada
sumuran lainnya dengan mikropipet
4. Running
a. ditutup mini tank lalu dihubungkan ke power supply
b. diatur tegangan 150 - 200 V, kuat arus 40 – 60 mA selama 45 – 120 menit lalu ditekan
tombol “run”
5. Stainning dan Destainning
a. dibuka plate dengan menggunakan spatula lalu dihilangkan stacking gel
b. ditambahakan larutan stainnig dan dihomogenkan hingga warna meresap
c. dibilas gel kedalam larutan buffer dan dihomogenkan hingga warna memudar/menghilang
Pemisahan DNA dan deteksi oleh agarose gel elektroforesisi dalah salah satu teknik
yang paling sering digunakan dalam ilmu kehidupan (Motohashi, 2019)
Setelah pemisahan fragmen – fragmen dna yang dihasilkan terlihat sebagai pengikat
yang jelas (Lee et al., 2012)
Laju dalam elektroforesis sangat bergantung pada kekentalan medium (n), ukuran atau
bentuk (r), dan muatan molekul (q) (Harahap, 2018)
Tipe gel yang digunakan adalah gel poliakrilamid dan biasanya digunakan untuk
elektroforesis (Hartatik, 2015)
I.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa salah satu teknik
untuk memisahakan DNA yaitu dengan elektroforesis. Hal ini sesuai dengan Motohashi
(2019) yang menytakan bahwa pemisahan DNA dan deteksi oleh agarose gel elektroforesisi
dalah salah satu teknik yang paling sering digunakan dalam ilmu kehidupan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa protein sebagai
pengikat DNA dapat dipisahkan melalui metode elektroforesis. Hal ini sesuai dengan Lee et
al, (2012) yang menyatakan setelah pemisahan fragmen – fragmen dna yang dihasilkan
terlihat sebagai pengikat yang jelas .
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
pergerakan molekul protein pada suatu medan listrik berdasarkan bentuk, ukuran dan besar
muatan. Hal ini sesuai dengan Harahap (2018) yang menytakan bahwa Laju dalam
elektroforesis sangat bergantung pada kekentalan medium (n), ukuran atau bentuk (r), dan
muatan molekul (q).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa pada
pengamatan ini digunakan gel akrilamid yang berfungsi untuk pemisahan protein dan asam
nukleat yang dibentuk oleh polimerisasi akrilamida, serta cocok untuk resolusi tinggi
pemisahan DNA. Hal ini sesuai dengan Hartatik (2015) yang menyatakan bahwa tipe gel yang
digunakan adalah gel poliakrilamid dan biasanya digunakan untuk elektroforesis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada
pengamatan ini dibutuhkan juga larutan elektrolit sebagai penghantar listrik. Hal ini sesuai
dengan Fuad dkk. (2016) yang menytakan bahwa larutan elektrolit sangat diperlukan dalam
metode elektroforesis gel, berfungsi sebagai penghantar arus listrik dalam elektroforesis
I.4 Penutup
A. Kesimpulan
- Salah satu teknik untuk memisahakan DNA yaitu dengan elektroforesis
- Protein sebagai pengikat DNA dapat dipisahkan melalui metode elektroforesis
- Laju dalam elektroforesis sangat bergantung pada bentuk, ukuran dan besar muatan.
- Pada pengamatan elektroforesis ini digunakan gel akrilamid sebagai salah satu bahan
- Pada pengamatan ini dibutuhkan juga larutan elektrolit sebagai penghantar listrik.
B. Saran
Semoga untuk praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik dan praktikan dapat
lebih teliti dan cermat.
Daftar Pustaka
Fuad, A. R. M., I. Ulfin, & F. Kurniawan. 2016. PenggunaanAgar-agar Komersial
sebagai Media Gel Elektroforesis Pada Zat Warna Remazol: Pengaruh Komposisi Buffer, pH
Buffer dan Konsentrasi Media. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2): 2337 – 3520
Kami menandai seluruh CSF dengan 0,4% trypan blue dan mengukur sel – sel
cryptococcal yang hidup dengan sebuah haemocytometer untyk memperkirakan jumlah sel
cryptococcal yang layak per milimeter (Kwizera et al., 2017)
I.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa nama lain dari
Haemocytometer adalah Petroff Hauser Chamber. Hal ini sesuai dengan Wijaya dkk. (2015)
yang menyatakan bahwa alat yang digunakan adalah Petroff Hauser Chamber atau
Haemocytometer.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui haemocytometer dapat digunakan untuk
menghitung sel sperma. Hal ini sesuai dengan Eljarah et al. (2013) yang menyatakan bahwa
beberapa metode digunakan untuk menentukan konsentrasi sel sperma, seperti
Haemocytometer.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa haemocytometer
berfungsi untuk menghitung sel darah merah. Hal ini sesuai dengan Ismaya (2014) yang
menyatakan bahwa menghitung sel sperma dengan menggunakan haemocytometer sama
seperti menghitung sel darah merah
Berdasarkan hasil pengamtan yang telah dilakukan diketahui bahwa selain digunakan
untuk menghitung sel darah merah dan sel sperma, haemocytometer juga digunakan untuk
menghitung sel darah putih. Hal ini sesuai dengan Noercholis dan Wijaya (2015) yang
menyatakan bahwa area merah pada kotak kecil adalah area untuk menghitung jumlah sel
darah merah sedangkan area hijau pada kotak besar adalah area untuk menghitung jumlah sel
darah putih.
B. Saran
Semoga untuk praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik dan praktikan dapat
lebih teliti dan cermat.
Daftar Pustaka
Eljarah, A., J. Chandler, J. A. Jenkins, J. Chenevert, & A. Alcanal. 2018. Usefulness
of hemocytometer as a counting chamber in a computer-assisted sperm analyzer
(CASA). Animal Reproduction (AR), 10(4): 708-711.
Ismaya.2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Kwizera, R., A. Akampurira, T. K. Kandole, K. Nielsen, A. Kambugu, D. B. Meya, ...
& J. Rhein. 2017. Evaluation of trypan blue stain in a haemocytometer for rapid detection of
cerebrospinal fluid sterility in HIV patients with cryptococcal meningitis. BMC
microbiology, 17(1): 1-6
Noercholis, A., & E. T. Wijaya. 2015. Image Processing Pada Citra Mikroskopis
Eritrosit Dengan Hemocytometer Untuk Menghitung Jumlah Eritrosit Dalam 1mm3 Darah
Ikan Seminar Nasional “Inovasi dalam Desain dan Teknologi”. 1(1): 59-66
Wijaya, R. C., Utari, E. L., & Yudianingsih, Y. (2015). PERANCANGAN ALAT
PENGHITUNG BAKTERI. Respati, 10(29): 1-9
Lampiran