Kebudayaan Islam Pada Masa Nabi Muhammad
Kebudayaan Islam Pada Masa Nabi Muhammad
ﷺ
DOSEN PEMBIMBING:
Di Susun Oleh:
Ellychia Isnaini
Abstrak
Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw telah membawa bangsa
arab yang semula terbelakang, jahiliyah, tidak beradab dan tidak terkenal, dan di
abaikan oleh bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, ia dengan cepat bergerak
mengembangkan dunia, membina suatu ke budayaan dan peradaban yang sangat
penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Peristiwa penting yang
memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usia 35 tahun, Waktu itu
bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan ka’bah di lakukan secara gotong royong,
para penduduk Mekkah membantu perkerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat
terakhir ketika perkerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempat
semula, timbul perselisihan karena setiap suku merasa berhak melakukan tugas
terakhir dan terhormat. Perselisihan semakin memuncak maka pemimpin Quraisy
sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke ka’bah melalui pintu shafa, akan di
jadikan hakim untuk memutuskan perkara. Ternyata orang pertama masuk itu adalah
Nabi Muhammad SAW. Ia pun di percaya menjadi hakim, Ia lantas membentangkan
kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh pemimpin
suku memegang tepi kain dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai
pada ketinggian tertentu, Muhammad meletakkan batu itu pada tempatnya semula.
Dengan demikian, perselisihan dapat di selesaikan dengan bijaksana, dan semua
kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu. Nabi Muhammad
segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang
telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai
daerah dan kabilah mengajarkan ajaran-ajaran islam, mengatur peradilan, dan
memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Tenaganya
dengan cepat berkurang. Pada hari senin 12 Rabi’ul Awal 11 H/8 Juni 632 M., Nabi
Muhammad SAW wafat di rumah isterinya Aisyah. Dari perjalan sejarah Nabi ini,
dapat di simpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping sebagai pemimpin
agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap.
Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil
menundukkan jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.
BAB I
PENDAHULUAN
Kebudayaan Arab pada masa sebelum Islam adalah warisan yang di turunkan
oleh leluhurnya terdahulu. Dari generasi ke generasi, kebudayaan itu terus dikerjakan
turun temurun, yang kebanyakan dari kebudayaan-kebudayaan bangsa Arab adalah
yang dianggap tidak manusiawi. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan
mereka melakukanya, diantaranya karena mereka dalam keadaan jahiliah dan mereka
mengikuti kebiasaan dari orang-orang tua mereka. Sebab itulah bangsa Arab
melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, tanpa pengetahuan mereka mengikuti
kebiasaan orang-orang terdahulu mereka yang tidak baik.
Ada beberapa faktor yang medasari hal tersebut, salah satu diantaranya yaitu
kurangnya minat membaca masyarakat megenai Sejarah Kebudayaan Islam. Mungkin
banyak yang berfikir bahwa mempelajari sejarah islam itu membosankan karena
pejelasannya sangat panjang. Oleh karena itu, kami berusaha menjelaskan dalam
tulisan ini agar semenarik mungkin dengan merangkum dari berbagai sumber dengan
harapan memudahkan pembaca dalam memahami sejarah kebudayaan pada masa
Nabi Muhammad SAW di Mekkah dan Madinah dengan efisien.
Adapun rumusan masalah yang terdapat di materi ini adalah sebagai berikut :
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun
Gajah dan bertepatan tanggal 20 April 571 M1, di Mekkah (Makkah) dan wafat pada
8 Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Nabi Muhammad lahir sudah yatim karena
saat nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan ayahnya yang bernama
Abdullah telah wafat2. Nabi terlahir dari keluarga bangsawan Bani Quraisy dengan
nama lengkap Muhammad bin Abdullāh ia merupakan seorang pembawa risalah
agama Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir.
Berikut sejarah Nabi kita Nabi Muhammad SAW secara singkat.
1
Menurut Al Marhum Mahmud Pasya, seorang ahli falak
2
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1 (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), 137.
Pada zaman sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW masyarakat Mekkah
mempunyai kebiasaan jahiliyah yaitu kebiasaan menyembah patung atau berhala.
Jahiliyah artinya zaman kebodohan. Yang disembah bukan Allah tetapi patung atau
berhala dan kebiasaan masyarakatpun sangat buruk yaitu mabuk, berjudi, maksiat dan
merendahkan derajat wanita. Mereka hidup berpindah-pindah dan terpecah dalam
suku-suku yang disebut kabilah.
Pada masa kelahiran Nabi Muhammad SAW terdapat kejadian yang luar biasa
yaitu ada rombongan pasukan Gajah yang dipimpin Raja Abrahah (Gubernur
kerajaan Habsyi di Yaman) hendak menghancurkan Ka’bah karena Negeri Mekkah
semakin ramai dan bangsa Quraisy semakin terhormat dan setiap tahunnya selalu
padat umat manusia untuk haji. Ini membuat Abrahah iri dan Abrahah berusaha
membelokkan umat manusia agar tidak lagi ke Mekkah. Abrahah mendirikan gereja
besar di Shan'a yang bernama Al-Qulles. Namun tak seorang pun mau datang ke
gereja Al Qulles itu. Abrahah marah besar dan akhirnya mengerahkan tentara
bergajah untuk menyerang Ka’bah. Saat itu Allah SWT mengutus burung Ababil
untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil itu dijatuhkan tepat mengenai
kepala masing-masing pasukan bergajah tersebut hingga tembus ke badan sampai
mati.
Nabi Muhammad dilahirkan disusui oleh ibunya hanya beberapa hari saja,
Tsuaibah menyusui 3 hari setelah itu oleh Abdul Munthalib disusukan kepada
Halimah Sa'diyah istri Haris dari kabilah Bani Saad. Semenjak kecil Nabi
Muhammad memiliki keistimewaan yaitu badannya cepat besar, umur 5 bulan sudah
dapat berjalan dan umur 9 bulan sudah lancar berbicara serta umur 2 tahun sudah
menggembalakan kambing dan wajahnya memancarkan cahaya. Pada usia 4 tahun
Nabi Muhammad didekati oleh malaikat Jibril dan menelentangkannya lalu
membelah dada dan mengeluarkan hati serta segumpal darah dari dada Nabi
Muhammad SAW lalu Jibril mencucinya kemudian menata kembali ke tempatnya
dan Muhammad tetap dalam keadaan bugar. Pada usia 6 tahun Nabi diajak Ibunya
untuk berziarah ke makam ayahnya di Kota Yatsrib. Dalam perjalanan pulang ke
Makkah Aminah sakit dan akhirnya meninggal di Abwa yang terletak antara Makkah
dan Madinah. Nabi Muhammad lantas ditemani Ummu Aiman ke Makkah dan
diantarkan ke tempat kakeknya yaitu Abdul Muthalib. Sejak itu Nabi menjadi yatim
piatu tidak punya ayah dan ibu dan kemudian di asuh oleh Abdul Muthalib. Pada usia
8 tahun 2 bulan 10 hari Abdul Muthalib wafat. Kemudian Nabi diasuh oleh pamannya
yang bernama Abu Thalib.
B. Masa Kerasulan
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiyah II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 18.
memilih Muhammad sebagai Nabi. Pada wahyu kedua Nabi di perintahkan untuk
menyeru manusia kepada satu agama.4
C. Dakwah Terang-Terangan
3.Mushab bin Umair dikirim oleh Nabi Muhammad SAW ke Madinah sebagai
guru mengaji Al qur’an
Sejarah dakwah Rasulullah terhadap budaya lokal bangsa Arab dalam tiga
model, yaitu tahmil, taghyir dan tahrim merupakan bentuk kearifan Islam atas tradisi
4
Yatim., 18-19.
masyarakat yang sudah berlaku turun-temurun. Dalam proses interaksi antara Islam
dan budaya lokal, penghormatan terhadap budaya lokal benar-benar diwujudkan.
Islam tidak saja menonjolkan dari aspek tahrim ketika berhadapan dengan budaya
masyarakat. Dengan menerapkan model interaksi Islam dalam bentuk tahmil, taghyir
dan tahrim ketika bersinggungan dengan budaya dan tradisi masyarakat, ini
menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi diri dan menjaga jarak dengan budaya,
sehingga Islam tidak mengalami keterputusan dengan masa lalu. Tradisi-tradisi yang
sudah berlaku di masyarakat hendaknya dilihat secara cermat dan hati-hati. Selama
dalam tradisi tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam dan pelaksanaannya
tidak menimbulkan penyimpangan dalam keyakinan dan tauhid, maka tidak salah
kalau dilakukan proses interaksi, sampai menemukan titik temu dan bisa berjalan
tanpa adanya pelanggaran secara tauhid, sosial dan kebudayaan.5
Pada kondisi dakwah secara terang-terangan banyak cara yang ditempuh oleh
para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW, mulai dari
cara diplomatik disertai bujukrayu sampai tindakan kekerasan di lancarkan untuk
menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW. Namun Nabi Muhammad tetap pada
pendirian untuk menyiarkan agama islam.6 Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk
Makkah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk
mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya,
Nabi menetapkan Habasyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian.
5
Ummatin Khoiro, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah Terhadap Budaya Lokal. Jurnal Dakwah, Vol.
XV, (2014), 203.
6
Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiyah II , 20-21.
Islam semakin kuat. Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak, Nabi SAW
mengalami kesedihan yang mendalam yaitu wafat nya seorang paman yaitu Abu
Thalib sebagai pelindung dan isteri tercinta yang setia menemani hari-hari beliau
yaitu Khadijah binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul SAW
dengan terjadinya Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan pada
suatu malam ketika Nabi SAW ada di Masjidil Haram di Makkah, datanglah Jibril as.
Dan beserta malaikat yang lain, lalu dibawanya dengan mengendarai Buroq ke
Masjidil Aqsa di negeri Syam, kemudian Nabi SAW dinaikkan ke langit untuk
diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda kebesaran dan kekayaan Allah SWT,
pada malam itu juga Nabi SAW kembali kenegeri Mekkah. Perjalanan dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi SAW dari Masjidil
Aqso ke langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5
kali dalam sehari. Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah
penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan
Khazraj (kaum Anshor) masuk Islam dalam tiga gelombang.
2. Pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang
Khazraj dan dua orang ‘Aus serta seorang wanita menemui Muhammad SAW di
tempat bernama Aqabah. Mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Ikrar ini
dinamakan dengan perjanjian (baiat) “Aqabah Pertama”.
3. Pada musim haji berikutnya, jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah
73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Muhammad SAW dan
Muslimin Makkah agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membelanya dari segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan perjanjian
(baiat) “Aqabah Kedua”.
2. Kaum Anshor yaitu penduduk asli Madinah yang masuk islam yang terdiri dari
masyarakat arab suku Aus dan suku Khazraj. Mereka dinamakan Anshor karena
menjadi penolong Nabi atas orang-orang musyrik Quraisy.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya
kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal
pemerintahannya mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk
melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai
dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud
memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan
mereka. Masuknya orang Makkah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai
pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun itu
disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud, diantara
ajaran Islam yang sangat menonjol dan pengaruhnya begitu tampak dikalangan para
pemeluknya adalah terjalinnya persaudaraan di antara kaum Muslimin tanpa
memandang perbedaan kabilah dan status sosial.7 Peperangan antara suku yang
berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama. Setelah itu,
Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para
dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam,
mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit
demam.
Penyebab terjadi peperangan pada masa itu karena adanya tekanan dan
penyiksaan yang dilancarkan orang-orang kafir Makkah terhadap orang-orang
Muslim tatkala hijrah, yang sebenarnya hal tersebut dapat memancing peperang. Dan
7
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, 1 (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), 137.
orang-orang Quraisy semakin marah ketika kaum Muslimin pergi ke Madinah.
Kemudian timbul rasa tekad untuk melaksanakan perlawanan, pernah juga Quraisy
meneror kaum Muhajirin.
Pada Masa Nabi Muhammad hal ini merupakan lembaran sejarah peperangan
yang menjadi beradab dan berperikemanusian. Ada beberapa kaidah-kaidah perang
yang diterapkan oleh Nabi pada saat berperang. Beberapa kode Etik peperangan pada
masa itu seperti melarang membunuh orang yang tidak aktif berperang, larangan
menghancurkan sumber penghidupan dan anjuran memperlakukan tawanan dengan
baik. Setidaknya menjadi fakta bahwa betapa Nabi Muhammad SAW menjunjung
tinggi nilai-nilai kehormatan manusia meskipun dalam kondisi peperangan. Jadi
peperangan pada zaman Nabi bukan semata-mata hanya harta, dan pertumpahan
darah saja.
2. Perang Uhud
8. Perang Tabuk
1. Kebudayaan yang dihasilkan berupa tauhid. Akal budi manusia atau moralitas
dan rasionalitas yang menjelma menjadi sebuah kenyataan tatanan sosial, baik
yang material maupun immaterial tidak akan keluar dari nilai-nilai tauhid. Prinsip
ini penting dijadikan landasan ketika ingin melihat sebuah kebudayaan yang
sudah dihasilkan manusia, sehingga terjadi ketegasan apakah hasil usaha manusia
itu masuk dalam kategori kebudayaan Islam atau kebudayaan diluar Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Hasan, Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam,1. Jakarta: Kalam Mulia,
2015.
Khoiri, Ummatin. Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah Terhadap Budaya Lokal.
Jurnal Dakwah, Vol. XV, 2014
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000.