Anda di halaman 1dari 130

UNIVERSITAS PROF. DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DALAM


MEMBANGUN BRAND IMAGE THE GOODS
DEPARTEMEN STORE & THE GOODS CAFÉ
Diajukan Oleh :

NAMA : MUHAMMAD FIRDAUS


NIM : 2011 – 41 – 533
KONSENTRASI : HUMAS

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna


Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2017
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Firdaus


NIM : 2011 – 41 – 533
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Humas
Judul : Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Membangun Brand
Image The Goods Departemen Store & The Goods Café

Telah memenuhi persyaratan untuk di uji baik dari segi isi maupun segi teknis

PANITIA PEMBIMBING SKRIPSI

Dr. Hj. Hadiati, MM. M.Si. Drs. Freddy Richardo M.Si.


Pembimbing I; Pembimbing II;
Tanggal : ……………………….. Tanggal : …………………….

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPDM (B)

Dr. Hendri Prasetya, S.Sos, M.Si.

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Firdaus


NIM : 2011 – 41 – 533
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Humas
Judul : Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Membangun Brand
Image The Goods Departemen Store & The Goods Café

Telah dipertahankan di hadapan penguji yang diadakan pada hari Kamis tanggal
23 Februari 2017 dan dinyatakan Lulus

PANITIA PENGUJI

Drs. Mukka Pasaribu, MM Drs. Zulfahlevi, MM


Penguji I; Penguji II;
Tanggal : ………………………. Tanggal : ………….................

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM(B)

Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM.

i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Nama Lengkap : Muhammad Firdaus


Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 April 1993
Alamat : Jl. Tebet Utara 1, Gang Staff 8 No. 17, RT 002/010.
Tebet, Jakarta Selatan
Telepon/HP : 087700338813
Status : Mahasiswa
NIM : 2011 – 41 – 533
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Humas

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :


Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Membangun
Brand Image The Goods Departemen Store & The
Goods Café
Pembimbing I : Dr. Hj. Hadiati, MM., M.Si.
Pembimbing II : Drs. Freddy Richardo M.Si.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat merupakan hasil
asli (orisinal) dan bukan duplikat dari skripsi orang lain.
Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup untuk dikenakan sanksi akademis sesuai
peraturan yang berlaku di FIKOM UPDM (B).

Jakarta, 8 Februari 2017


Yang menyatakan,

Muhammad Firdaus

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan kasih
sayangnya, penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini. Dengan
judul “Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Membangun Brand Image The
Goods Departemen Store & The Goods Café”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Konsentrasi
Hubungan Masyarakat di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Skripsi ini membahas mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam
Membangun Brand Image The Goods Departemen Store & The Goods Café.
Dimana dunia bisnis yang semakin ketat membuat para pengusaha membuat
strategi pemasaran yang tepat untuk menarik minat beli konsumen. Dengan
gabungan antara retail fashion dan café, The Goods Departemen Store & The
Goods Café dapat memperoleh keunggulan strategis dalam persaingan pelaku
bisnis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Namun, besarnya keinginan untuk menghasilkan suatu bentuk penelitian
yang baik, membuat penulis harus bersabar dan berbesar hati dalam melewati
segala hambatan selama proses penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi
penyempurnaan penulisan karya ilmiah yang akan datang.

Jakarta, 9 Februari 2017

Penulis

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT sehingga mampu


menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Yang diajukan dalam rangka memenuhi
tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) bidang Studi Ilmu
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama).
Atas segala bimbingan dan perhatian yang diberikan selama penulis
menyusun skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah
SWT yang telah membukakan jalan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
kepada :
1. Kedua orang tuaku Ayahanda (Syafruddin) dan Ibunda (Siti Maisaroh) dan
abang ku (Muhammad Riansyah, S.SI), yang selalu mendoakan, kasih sayang,
dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Rudy Harjanto, M.Sn. Rektor Universitas Prof.Dr.Moestopo
(Beragama), Jakarta.
3. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta.
4. Dr. Hendri Prasetyo, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta.
5. Dr. Hj. Hadiati, MM, M.Si. Dosen Pembimbing I dan Drs. Freddy Richardo M.Si.
Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing,
waktu, dan pengertian serta ilmu yang bermanfaat selama penulis melakukan
bimbingan.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof.Dr.Moestopo
(Beragama), Jakarta.
7. Terima kasih kepada pihak The Goods Departemen Store & The Goods Café
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
dan sekaligus sebagai narasumber yang bersangkutan untuk diwawancarai.
8. Seluruh staf Sekretariat dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta.
9. Teman seperjuangan semasa kuliah : Dicky ‘dukun’, Imam Wahyudi, Rafli ‘ucus’,
Aglin Dupan, Dirga, Trie, Glenn, Irfan, Komeng, Monic, Ka Jeje, Anti, Euis.

i
10. Sahabat sedari sekolah menengah pertama (115 jhs) : Hadin Bramana, Hendi,
Rasyid Rida, Rizky Raya, Harley, Rozan, Andra, Galang, Rama, Immad, Daeng,
Aji, Agung, Yasser, Rio yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Tim Barila Jakarta Street Workout: Akwila Joseph, Zernalda, Jimmi, Adrian
Pirago, Cassandra Gautama, Adam, Michael Gondokusumo, Reza Dwi Putra,
Rizky Gozali, Simson Malvin dan Dul tukang sate taichan barito yang akrab
dengan saya dan semua yang telah memberikan semangat, motivasi dan
dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu mau berbagi
cerita, membantu dan memberikan semangat, doa serta kepercayaan yang
besar kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

Jakarta, Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................ iv

ABSTRACT .......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................... 1

1.2. Fokus Penelitian ......................................................... 9

1.3. Pertanyaan Penelitian................................................. 9

1.4. Tujuan Penelitian ....................................................... 10

1.5. Signifikansi Penelitian ................................................ 10

1.5.1. Signifikansi Teoritis ......................................... 11

1.5.2. Signifikansi Praktis .......................................... 11

i
BAB II. KERANGKA TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka ....................................................... 12

2.2. Kerangka Konsep – Konsep Penelitian dan Teori ...... 17

2.2.1. Komunikasi ...................................................... 17

2.2.2. Pemasaran ...................................................... 18

2.2.3. Pemasaran Produk .......................................... 20

2.2.4. Komunikasi Pemasaran ................................... 22

2.2.5. Sistem Komunikasi Pemasaran........................ 23

2.2.6. Metode Komunikasi Pemasaran ...................... 25

2.2.7. Strategi Komunikasi Pemasaran ..................... 26

2.2.8. Marketing Channel .......................................... 33

2.2.9. Segmenting, Targeting, Positioning.................. 35

2.2.10. Brand Image (Citra Merek) ............................. 36

2.2.11. Bundling .......................................................... 42

2.2.12. Manfaat Citra Merek (Brand Image) ................ 45

2.2.13. Citra Merek dengan Loyalitas Konsumen ........ 46

2.2.14. Perilaku Konsumen .......................................... 47

2.3. Kerangka Berpikir ...................................................... 52

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Paradigma Penelitian ................................................. 53

3.2. Pendekatan Penelitian ............................................... 55

3.3. Metode Penelitian ...................................................... 57

3.4. Objek dan Subjek Penelitian ...................................... 59

3.5. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 61

3.6. Teknik Keabsahan Data ............................................. 62

i
3.7. Teknik Analisis Data .................................................. 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................ 66

4.1.1. Sekilas Sejarah Perusahaan ........................... 66

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ................................. 68

4.1.3. Logo Perusahaan ............................................ 68

4.2. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................ 69

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................... 69

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian .................................... 96

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................ 108

5.2. Saran ......................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ xvi

LAMPIRAN .................................................................................... xix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................. xxxi

i
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Sejenis ..................................................... 16
Tabel 2.2. Keterkaitan Model Model 4P dan Model 4C ............................. 29
Tabel 2.3 Model Tujuh P (7P) dalam Manajemen Kualitas Modern .......... 32

i
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Fungsi Pemasaran..................................................................... 19


Gambar 2.2. Model Komunikasi Pemasaran................................................. 24
Gambar 2.3. Model Pembentukan Citra........................................................ 41
Gambar 2.4. Model Perilaku Konsumen....................................................... 51
Gambar 2.5. Kerangka Berpikir .................................................................... 52

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha diberbagai

bidang sangat pesat. Kini pelaku usaha secara terus menerus berinovasi

mengembangkan pasar untuk membangun relasi dengan segmentasi

konsumen. Selain itu pelaku usaha telah memperhitungkan untuk

memulai maupun mengambangkan usaha yang dikelolanya. Untuk

pengembangan sebuah usaha, dibutuhkan kemampuan untuk mengelola

pelanggan, tujuannya adalah untuk meningkatkan kemajuan usaha. Oleh

karena itu, seorang wirausaha senantiasa berupaya untuk

mempertahankan pelanggan lama dan berusaha mendapatkan pelanggan

baru. Untuk mewujudkannya, pihak pengusaha, meningkatkan relasi dan

memahami yang diinginkan oleh setiap pelanggan tersebut. Sehingga

pelanggan tersebut terpuaskan dengan layanan yang diberikan

perusahaan dan pada gilirannya bisa menjadi pelanggan tetap yang loyal

dan bisa menguntungkan perusahaan.

Untuk mempertahankan pelanggan sekarang ini, sangatlah

memungkinkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi,

banyak sekali perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat

membantu suatu pekerjaan menjadi lebih mudah. Dan dengan melihat

perkembangan teknologi yang semakin cepat, maka suatu perusahaan

i
memerlukan suatu sistem informasi yang handal untuk pengumpulan,

penyimpanan dan pengelolaan informasi menjadi informasi yang memiliki

nilai dalam pengembangan usaha, sehingga berguna untuk kemajuan

usaha agar pengelolaan usaha menjadi lebih efisien.

Dengan perkembangan tekonologi komunikasi dan informasi para

pelaku usaha sekarang sangat diuntungkan banyak kalangan pebisnis

pemula membuka usaha mandiri, maupun berkongsi untuk mendapatkan

peluang pasar yang bisa memberikan keuntungan pada pelaku usaha.

Kenyataan ini bisa langsung dirasakan oleh para pelaku usaha, yaitu

dengan meng-identifikasi pangsa pasar melalui perangkat teknologi yang

dimilikinya, sehingga dapat menentukan segmentasi pasar yang yang

diinginkan. Karena itu tidak perkembangna teknologi komunikasi dan

informasi menjanjikan bisa memberikan banyak keuntungan bagi yang

menjalankan usahanya.

Para pelaku usaha meyakini bahwa kota kota besar, masih

menjadi bagian dari pusat bisnis. Karena konsumen akan terpusatkan

dengan sendirinya, sebagaimana karakteristik dari sebuah kota besar

yaitu dapat menjadi magnit untuk menarik para calon konsumen dan

inipula yang menjadi keistimewaan dari sebuah kota besar, yaitu sangat

menjanjikan untuk berdiri perusahaan “Retail”. Perusahan retail kini bisa

dirasakan pertumbuhan dan kembangannya usaha, yang dilakukan pada

umumnya oleh orang per orang dan bisa juga kelompok orang dengan

bekerjasama mendirikan usaha ini. Salah satu perusahaan yang sudah

berdiri yaitu perusahaan The Goods Departemen Store & The Goods

Café. Perusahaan ini bergerak dibidang Fashion, Life Style, dan Café.

i
Bisnis dibidang ini sejalan dengan modernisasi, karena sudah menjadi ciri

bagi warga masyarakat yang tinggal dan berada dikota besar seperti

Jakarta.

Keberagaman usaha yang tumbuh di kota besar turut memicu

banyak pertumbuhan pasarana usaha, dan lebih modern, seperti Mall.

Mall ini bertumbuhan dan megah hingga di pinggiran pusat kota.

Kemudian dengan banyaknya Mall di berbagai tempat Jakarta menjadi

kota Metropolitan, maka semakin banyak dan cepat kreatifitas disainer

disainer dalam memunculkan ide ide baru yang dapat memenuhi selera

segmentasi pasar, seperti kalangan pelajar, mahasiswa, pebisnis,

professional muda dan atau executive muda yang populasinya mencapai

jutaan jiwa, hal inilah yang diharapkan oleh para desainer muda untuk

memproduksi berbagai jenis busana yang kemudian dapat mengisi

tempat dan ruang pamer ditempat perbelanjaan moderns seperti Mall

yang menjadi tujuan belanja bagi masyarakat modern.

Untuk itu, diperlukan suatu sarana penghubung dari masalah yang

dihadapi oleh kalangan pengusaha tersebut. Salah satunya dengan

mengembangkan Customer Relationship Management (CRM). CRM

didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktifitas sematik yang terkelola

sebagai usaha untuk semakin memahami, menarik perhatian dan

mempertahankan loyalitas pelanggan yang menguntungkan demi

mencapai pertumbuhan perusahaan yang sehat.

Mempertahankan pelanggan sangat penting dalam mendukung

tujuan pemasaran dari suatu perusahaan, karena itu diperlukan strategi

komunikasi pemasaran, Kennedy & Soemanagara dalam buku Marketing

i
Communication Tactic & Strategi mengatakan bahwa, penggabungan

kajian pemasaran dan komunikasi akan menghasilkan kajian ‘baru’ yang

disebut dengan marketing communication (komunikasi pemasaran).

Marketing communication adalah kegiatan pemasaran dengan

menggunakan teknik - teknik komunikasi yang bertujuan untuk

memberikan informasi pada orang banyak agar tujuan perusahaan

tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa

atau pembelian produk yang ditawarkan (2006:4-5). Pernyataan ini

memberikan pengertian bahwa strategi komunikasi pemasaran dapat

diintepretasikan sebagai aktivitas untuk meningkatkan penjualan atas

produk yang ditawarkan dan berfungsi meningkatkan brand image (citra

merek) melalui aktivitas pemberian informasi tentang karakteristik produk,

seperti memberi informasi dan pemahaman seputar merek produk,

menciptakan kesepahaman dan kepercayaan produk, hingga

membangun hubungan harmonis antara merek, produk, dan konsumen.

Strategi komunikasi pemasaran sebagaimana diuraikan diatas

adalah bagian dari aktivitas yang biasa digunakan untuk mendekatkan

merek dan produk kepada khalayak konsumen. Adapun cara cara yang

dilakukan yaitu dengan melalui publikasi dengan mengedepankan

keunggulan dari produk itu sendiri. Karena publikasi sebagai aktivitas

untuk mengiklankan produk ini dapat dilakukan melalui media iklan, baik

cetak maupun elektronik. Publikasi produk di media publik memang

diharapkan dapat menciptakan awareness khalayak konsumen yang luas

terhadap produk, hanya saja tidak cukup efektif untuk membina hubungan

i
dengan pelanggan apabila menciptakan ikatan yang kuat antara

keduanya.

Itulah sebabnya komunikasi pemasaran membutuhkan strategi

guna memasarkan produk sampai di benak konsumen, untuk selanjutnya

melakukan pembelian. Dalam persaingan, terhadap produk yang

ditawarkan perusahaan, hendaknya senantiasa berupaya untuk terus

menawarkan nilai dan kepuasan konsumen yang lebih besar dari para

pesaingnya. Oleh sebab itu bagian komunikasi pemasaran dari

perusahaan untuk terus melakukan lebih dari sekedar memahami

kebutuhan pasar semata, tetapi mampu juga mendefinisikan keunggulan

stratejik yang diungkapkan melalui USP (Unique Selling Proposition)

berdasarkan positioning yang telah ditetapkan. Artinya, keunggulan

stratejik dapat dibangun melalui penciptaan posisi tawar yang secara

relatif berbeda dengan tawaran pesaing dalam benak konsumen.

Secara garis besar, penelitian ini membahas mengenai aktivitas

Divisi Marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café dapat

meningkatkan penjualan dan sekaligus dapat meningkatkan awareness

merek dagang dari The Goods Departemen Store & The Goods Café itu

sendiri. Maka untuk meningkatkan brand awareness diperlukan strategi

komunikasi pemasaran.

Karena itu fokus kajian penelitian yang penulis lakukan, adalah

strategi The Goods Departemen Store & The Goods Café dalam

membangun brand image. Alasan mengangkat dan melakukan pada

objek kajian ini, karena The Goods Departemen Store & The Goods Café

ini, memiliki keunikan tersendiri dimana didalamnya dilengkapi dengan

i
Café dan Resto. Yakni menggabungkan antara toko retail dengan Café,

ini merupakan hal yang baru dilakukan di kota besar seperti Jakarta. Dan

ini pula yang menjadi Pioneer. retail dan Café ini dibawah bendera

perusahaan PT. Cipta Retail Prakarsa Jakarta,

Dari data dan informasi yang diperoleh melalui pra penelitian

melalui observasi yang dilakukan penulis dilapangan, diperoleh data dan

informasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Marketing, bahwa The

Goods Departemen Store & The Goods Café, memiliki Strategi

Komunikasi Pemasaran yang telah dan akan terus dilakukan yakni toko

retail dan Café ini bekerja sama dengan Media Publik tujuannya adalah

untuk mempromosikan perusahaan dan produk. Untuk memperkuat dan

meyakinkan para konsumen, maka perusahaan telah menggunakan

Public Figure sebagai model yang dikenal masyarakat luas. Ini dilakukan

untuk tujuan perusahaan mempromosikan dan menjual produk dengan

ketenaran brand tertentu yang telah terkenal lebih dahulu. Sebagai

strategi komunikasi pemasaran ditempuh pula beberapa promosi yang

dilakukan secara On The Spot dilokasi toko ataupun dengan menyewa

ruang publik seperti di Hall suatu Mall, hal ini dilakukan untuk

memperkenalkan produk baru (New Entry) dan sekaligus menyuguhkan

produk yang memiliki merk terkenal melalui Event Launching secara

besar - besaran yang sesuai dengan segmentasi sasaran pasar.

Penelitian ini menganalisis strategi komunikasi pemasaran The

Goods Departemen Store & The Goods Café yang berada di Indonesia

khususnya di Jakarta. Adapun alasan meneliti objek The Goods

Departemen Store & The Goods Café karena dewasa ini study public

i
relations telah merambah ke dunia komunikasi pemasaran, dan turut pula

membangun branding dari suatu produk yang ditawarkan kepada

khalayak konsumen. Sejalan dengan itu toko ini sebagai perusahaan,

selain menjual produk fashion yang ditawarkan, juga dilengkapi Café dan

menempati ruang yang representatif untuk menjalankan usaha sampai

saat ini, keberadaan tempat usaha inipun efektif di dalam membangun

brand awarness.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti dengan mengangkat

judul strategi komunikasi pemasaran dalam membangun brand image

The Goods Departemen Store & The Goods Café, karena dengan latar

belakang suatu tempat usaha fashion yang dilengkapi dengan Café dan

Live Music adalah sesuatu yang masih baru di Indonesia.

Penulis melakukan penelitian ini, pada Divisi Marketing The Goods

Departemen Store & The Goods Café. Menarik untuk diteliti karena

perusahaan ini, telah memprioritaskan untuk menjalankan program kerja

perusahaan yang berkaitan dengan Brand Image dari suatu produk

fashions dan sekaligus yang menjadi merek perusahan. Untuk itulah

Divisi Marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café,

senantiasa untuk membangun relasi dengan konsumen untuk

memasarkan produk. Adapun media yang digunakan Website dan Media

Sosial, baik untuk kegiatan mengakses pemesanan produk (order produk)

yang diminati maupun untuk suatu kegiatan promosi beberapa produk

baru dari The Goods Departemen Store & The Goods Café.

Pada kenyataan tidaklah mudah untuk mempromosikan Brand

Image The Goods Departemen Store & The Goods Café padahal toko

i
dan Café yang berada dan terletak di beberapa Mall di Jakarta, seperti, di

Mall Pacific Place, Plaza Indonesia, Pondok Indah Mall 2, dan Lotte

Shopping Avenue.

Padahal keberadaannya di Indonesia sudah berlangsung dari

tahun 2010. Pertama kali digunakan nama Brightspot Market, perusahaan

ini menggabungkan lingkungan bisnis dengan Dimensional retail unik

yang menghubungkan Fashion Alternatif dan Produk Lifestyle dari

desainer - desainer lokal dan beberapa Brand International. Secara terus

menerus perusahaan ini mengembangkan pasar dengan mengadakan

rotasi event yang berbeda seperti, art exhibitions dan film screenings.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pemaparan diatas. Kini

pengembangan usaha toko The Goods Departemen Store juga dilengkapi

dengan The Goods Café, yaitu bernuansa Café untuk tempat berkumpul,

bertukar pikiran, bahkan sering menjadi salah satu alternatif tempat untuk

melakukan meeting business dengan klien atau kolega - kolega antar

pelaaku bisnis, maupun untuk mengerjakan tugas - tugas bagi mahasiswa

atau pelajar. sangat terasa ketika perusahaan berupaya membangun

lingkungan tempat usaha yang disukai oleh khlayak konsumen, sehingga

terhindar dari situasi lingkungan di dalam perusahaan yang kurang

kondusif, hal ini dapat mengganggu efektivitas dan tidak menguntungkan

perusahaan.

Dari keseluruhan uraian diatas penulis mengangkat judul yang

relevan dengan bidang studi yaitu “Strategi komunikasi pemasaran dalam

membangun Brand Image The Goods Departemen Store & The Goods

Café.

i
1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka fokus

penelitian lebih menitik beratkan pada objek tertentu saja, sehingga

peneliti membatasi penelitian ini dengan memfokuskan kepada peran

Divisi Marketing dalam menjalankan dan melaksanakan strategi

komunikasi pemasaran dalam membangun Brand Image The Goods

Departemen Store & The Goods Café.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Melihat latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa

sebenarnya tidak terlalu ada masalah dari The Goods Departemen Store

& The Goods Café melainkan mengangkat keunikan dari sebuah toko

yang menggabungkan produk fashion dan sebuah café, tetapi juga

terdapat keterbatasan program periklanan. Maka dari itu, pertanyaan

penelitian dan pembahasan dalam penyelesaian tugas akhir (Skripsi) ini

dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu:

“Bagaimana strategi komunikasi pemasaran dalam membangun

Brand Image The Goods Departemen Store & The Goods Café.”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak

dicapai, tujuan penelitian terdiri atas dua bagian yaitu : Tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum harus berhubungan dengan konsep -

konsep yang bersifat umum, sedangkan tujuan khusus harus

i
berhubungan dengan konsep-konsep yang lebih spesifik dibandingkan

dengan yang digunakan dalam perumusan masalah”. (Husaini dan

Purnomo 2004:29).

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Strategi komunikasi pemasaran dalam membangun Brand

Image The Goods Departemen Store & The Goods Café.

2. Faktor - faktor pendukung dalam membangun Brand Image

The Goods Departemen Store & The Goods Café.

3. Faktor - faktor yang menghambat dalam membangun Brand

Image The Goods Departemen Store & The Goods Café.

1.5 Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian adalah “Dapat dibagi atas dua bagian yaitu

signifikansi teoritis dan signifikansi praktis. Kegunaan teoritis biasanya

hasil penelitiannya ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan konsep - konsep atau teori - teori strategi komunikasi

pemasaran dan brand Image khususnya. Kegunaan praktis hendaknya

disebutkan secara tersurat berguna bagi siapa”. (Husaini dan Purnomo,

2004:31).

1. Signifikansi Teoretis

Penelitian ini, diharapkan dapar memberikan masukan bagi

studi Komunikasi, yang akhir-akhir ini memperoleh banyak kajian

teoretis dari berbagai disiplin ilmu, maupun kajian riset dibidang

ilmu komunikasi, komunikasi pemasaran, strategi, loyalitas

konsusmen dan brand Image.

i
2. Signifikasi Praktis

Melalui penelitian ini, penulis harapan penulis dapat

memberi masukan kepada pihak perusahaan (The Goods

Departemen Store & The Goods Café), tentang penerapan strategi

komunikasi pemasaran dalam praktek dilapangan, sehingga dapat

dilakukan perbaikan perbaikan. Penelitian ini juga diharapkan akan

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, kaitannya dengan

membangun brand image perusahaan.

i
BAB II

KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Peneliti I

Muchsin Roch Ardian, L 100080040, Strategi Komunikasi

Pemasaran Event Organizer & Promotor Rajawali Indonesia

Communication(Studi Deskriptif Kualitatif StrategiKomunikasi Pemasaran

Rajawali Indonesia Communication Dalam Mempertahankan Eksistensi di

Dunia Promotor), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas

Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2013.

Rajawali Indonesia Communication (Ricomm) merupakan promotor

lokal yang berdomsili di kota Jogja. Walaupun promotor lokal, Ricomm

sudah merambah ke tingkat nasional. Hal ini dibuktikan dengan sudah

banyak mengadakan event konser musik di kota-kota besar di Indonesia

seperti di Jakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Medan, Balikpapan, dan

Makasar dengan mengundang artis - artis terkenal dari dalam negeri

(Tompi, Glenn Fredly, Sandy Sandoro, Indra Lesmana, Java Jive, Kahitna

band, NOAH band, dll) maupun luar negeri (Rick Price dari Australia dan

MLTR dari Denmark). Banyaknya persaingan bisnis di dunia promotor

membuat Ricomm harus bekerja keras.

12

i
Untuk itu Ricomm melakukan berbagai kegiatan komunikasi

pemasaran untuk mempertahankan eksistensinya di dunia

promotor.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Untuk pengelolaan data peneliti menggunakan metode analisis

data open coding, axial coding danselective coding , serta pembahasan

dengan teori strategi komunikasi pemasaran yang dijabarkan peneliti.

Penentuan informan dilakukan dengan melakukan Purposif Sampling

yaitu pemilihan kriteria informan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut penelitian ini diketahui bahwa berbagaistrategi komunikasi

pemasaran telah dilaksanakan oleh Ricommdidasarkan pada analis

SWOT mengenai Ricomm. Strategi komunikasi pemasaran yang

dilakukan mulai dari penentuan produk, penentuan harga, pemilihan

lokasi, dan juga pemilihan promosi seperti beriklan, penjualan

personal,promosi penjualan,pemasaran langsung, PR & publisitas telah

memberikan hasil sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari Ricomm.

Kata Kunci : Promotor, Strategi Komunikasi Pemasaran, Rajawali

Indonesia Communication.

Peneliti II

Strategi Komunikasi Pemasaran Divisi Pemasaran Dan Niaga

Pt.Pertamina (Persero) Cabang Bandung Dalam Mempromosikan Produk

Oli “Fastron” Bagi Konsumen Kota Bandung”

Oleh: Indah Wahyuni; NIM: 41807151Penelitian ini di Bawah

Bimbingan : Melly Maulin S.Sos, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Komunikasi

Pemasaran Divisi Pemasaran dan Niaga PT.PERTAMINA (Persero)

i
Cabang Bandung Dalam Mempromosikan Produk Oli “Fastron” Bagi

Konsumen Kota Bandung.

Untuk menjawab tujuan diatas maka peneliti mengangkat indikator

sebagai sub fokus pada penelitian ini yaitu penetapan tujuan pemasaran,

penetapan sasaran pemasaran, rancangan pesan dan media,

pengembangan promotional mix, penyediaan anggaran pemasaran,

evaluasi dan pengendalian rencana pemasaran.

Pendekatan Penelitian ini adalah kualitatif metode penelitian

deskriptif yakni merupakan metode yang dipakai utnuk menjelaskan dan

menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling, teknik pengumpulan data dan

teknis analisis data. Subjek pada penelitian ini adalah Sales Executive

Retail unit Pelumas Pertamina Cabang Bandung, dan Dua

Agen/Distributor Resmi Pertamina sebagai informan dan tiga orang

informan kunci diatarannya adalah pengguna oli “fastron”.

Hasil penelitian yang telah dilakukan adanya penetapan tujuan

pemasaran yang dilakukan melalui kegiatan activity plan yang dibuat

pertahun, penetapan sasaran pemasaran dibuat dengan metode

claustering untuk menetapkan target market pada segmen kelas top teer

level, rancangan pesan dan media dilakukan melalui aktivitas above the

line dan below the line, pengembangan promotional mix dilakukan

dengan membuat iklan, melakukan kegiatan personal selling dan selalu

berhubungan baik dengan konsumen, untuk penyediaan anggaran

pemasaran telah ditetapkan oleh Pertamina pusat dan Kantor Cabang

hanya menjalankan road map yang telah dibuat tersebut, pada evaluasi

i
dan pengendalian rencana pemasaran berlangsung positif dibuktikan

dengan peningkatan laba perusahaan untuk unit lubricants dan

pengendaliannya adalah denganmembuat program-program baru

kedepannya.

Kesimpulan Penelitian adalah Strategi Komunikasi Pemasaran

Divisi Pemasaran dan Niaga PT.PERTAMINA (Persero) Cabang Bandung

Dalam Mempromosikan Produk Oli “Fastron” Bagi Konsumen Kota

Bandung dapat berjalan sesuai dengan strategi yang telah diterapkan.

Saran penelitian adalah sebaiknya bagi pihak distributor membuat

majalah intenal yang dibuat setiap bulan, selain untuk menginformasikan

kegiatan apa saja yang dilakukan oleh distributor, juga sekalian untuk

promosi produk pelumas dari Pertamina. Majalah internal tersebut

nantinya diberikan secara free kepada konsumen yang telah melakukan

pembelian dengan jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dari pihak

distributor itu sendiri.

Tabel 2.1
2 (dua) Penelitian Sejenis
Strategi Komunikasi Pemasaran

No. Sistimatika Skripsi I Skripsi II Skripsi III


penulisan
1 Judul Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi

i
skripsi Pemasaran Event Pemasaran Divisi Pemasaran Dalam
Organizer & Promotor Pemasaran Dan Membangun Brand
Rajawali Indonesia Niaga Pt.Pertamina Image The Goods
Communication(Studi (Persero) Cabang Departemen Store &
Deskriptif Kualitatif Bandung Dalam The Goods Café
StrategiKomunikasi Mempromosikan
Pemasaran Rajawali Produk
Indonesia
Communication Dalam Oli “Fastron” Bagi
Mempertahankan Konsumen Kota
Eksistensi di Dunia Bandung”
Promotor),
2 Nama Muchsin Roch Ardian, Indah Wahyuni Muhammad Firdaus
Peneliti ,
3 Lembaga Program Studi Ilmu Fakultas Ilmu Fakultas Ilmu
Komunikasi, Fakultas Komunikasi Ilmu Komunikasi
Komunikasi dan Sosial dan Politik Universitas Prof. Dr.
Informatika, Universitas Moestopo
Universitas Komputer Indonesia (Beragama).
Muhammadiyah (UNIKOM)
Surakarta, 2013. Bandung.2014.
4 Tujuan Untuk itu Ricomm Penelitian ini Untuk mengetahui
Penelitian melakukan berbagai bertujuan untuk Strategi komunikasi
kegiatan komunikasi mengetahui Strategi pemasaran dalam
pemasaran untuk Komunikasi membangun Brand
mempertahankan Pemasaran Divisi Image The Goods
eksistensinya di dunia Pemasaran dan Departemen Store &
promotor Niaga The Goods Café
PT.PERTAMINA
(Persero) Cabang
Bandung Dalam
Mempromosikan
Produk Oli “Fastron”
Bagi Konsumen Kota
Bandung.
5 Metode Metode yang Pendekatan Pendekatan
Penelitian digunakan dalam Penelitian ini adalah Penelitian ini adalah
penelitian ini adalah kualitatif metode kualitatif metode
deskriptif kualitatif. penelitian deskriptif penelitian
Untuk pengelolaan yakni merupakan deskkriptif untuk
data peneliti metode yang dipakai menghasilkan data
menggunakan metode untuk menjelaskan yang bersifat
analisis data open dan menggambarkan subjektif.
coding, axial coding fenomena-fenomena
danselective coding yang terjadi.
6 Teori teori strategi Konsep promotional 7P dengan bauran
komunikasi mix, marketing mix
pemasaran
7 Hasil Menurut penelitian ini Kesimpulan Kesimpulan
Penelitian diketahui bahwa Penelitian adalah Penelitian ini adalah
berbagai strategi Strategi Komunikasi strategi komunikasi
komunikasi Pemasaran Divisi pemasaran telah
pemasaran telah Pemasaran dan dilaksanakan oleh
dilaksanakan oleh Niaga The Goods
Ricomm didasarkan PT.PERTAMINA Departemen Store &
pada analis SWOT (Persero) Cabang The Goods Café
mengenai Ricomm. Bandung Dalam berdasarkan teori
Strategi komunikasi Mempromosikan konsep 7P,
pemasaran yang Produk Oli “Fastron” sehingga produk
dilakukan mulai dari Bagi Konsumen Kota dikenal luas oleh

i
penentuan produk, Bandung dapat masyarakat Jakarta
penentuan harga, berjalan sesuai yang memiliki
pemilihan lokasi, dan dengan strategi yang kebutuhan akan
juga pemilihan telah diterapkan. fashion dan
promosi seperti penjualan dapat
beriklan, penjualan meningkat, hal ini
personal,promosi memberikan hasil
penjualan,pemasaran positif bagi The
langsung, PR & Goods Departemen
publisitas telah Store & The Goods
memberikan hasil Café sebagai
sesuai dengan apa perusahaan yang
yang menjadi tujuan bergerak di bidang
dari Ricomm. fashion dan café
FnB (food &
beverage).

2.2. Kerangka Konsep – Konsep Penelitian dan Teori

2.2.1. Komunikasi

Komunikasi sangatlah diperlukan untuk menjalin hubungan.

Manusia dan komunikasi adalah dua hal yang berhubungan sangat erat.

Keterkaitan antara manusia dengan komunikasi sangat penting di dalam

kehidupan.

Banyak ahli yang berusaha untuk mendefinisikan arti dari kata

‘komunikasi’. Menurut Willbur Schram dalam buku yang ditulis oleh

Tommy Suprapto (2005:5), komunikasi berasal dari kata-kata dalam

bahasa latin yaitu communis yang berarti umum (common) atau bersama.

Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha

menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan seseorang.

Yaitu kita berusaha membagi informasi, ide, atau sikap.

Menurut Rogers dan Kincaid dalam Cangara (2004:19),

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang pada

gilirannya akan tiba saling pengertian.

i
Dari beberapa definisi mengenai komunikasi menurut para ahli di

atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi merupakan

suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang yang

disebut komunikator kepada orang lainnya yang disebut komunikan.

Komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara tidak hanya dengan

menggunakan kata - kata yang keluar dari mulut yang biasa disebut

komunikasi verbal, namum komunikasi juga bisa berupa penyampaian

pesan tanpa kata - kata atau yang biasa disebut komunikasi non - verbal.

2.2.2. Pemasaran

George E. Belch dan Michael A. Belch, dalam buku Advertising &

Promotion: an IMC Perspective (2007:8) mengemukakan definisi konsep

pemasaran sebagai fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk

kreasi, komunikasi, dan penyampaian nilai kepada para pelanggan dan

mengelola hubungan pelanggan yang memberikan manfaat bagi

organisasi dan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki

hubungan erat dengan organisasi.

Menurut Rhenald Kasali dalam buku Morissan (2007:2),

pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suat usikap mental,

suatu cara berpikir yang membimbing anda melakukan sesuatu yang

tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan - gagasan, karir,

tempat (pariwisata, rumah lokasi industri), undang - undang, jasa

(pengangkutan, penerbangan, pemotongan rambut, kesehatan), hiburan

(pertunjukan, pertandingan-pertandingan), dankegiatan-kegiatan nirlaba

seperti yayasan-yayasan sosial dan keagamaan.

i
Pemasaran menurut American Marketing Assosiation (1985)

merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan

harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individual dan

organisasional.

Dalam buku Tjiptono (2008:3) pemasaran adalah upaya

mewujudkan nilai dan kepuasan pelanggan dengan mendapatkan laba

(Kotler, Brown, Adam & Armstrong, 2004).

Gambar 2.1
Fungsi Pemasaran
I.
Pemuasan kebutuhan
II.Keinginan Pemasaran
dan keinginan melalui
Dan gagasan/ide-ide, produk
dan jasa.
kebutuhan

Sumber : Kristianto (2011:3)

Pemasaran harus memahami kedua - duanya “Kebutuhan dan

Keinginan”. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang

tidak sama satu dengan yang lainnya. Pemasaran berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan memuaskan kebutuhan dan

keinginan para pembeli melalui ide atau gagasan, produk dan jasa.

Karena itu dari beberapa definisi pemasaran yang disampaikan oleh para

ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran ialah suatu

aktivitas dari satau proses kegiatan yang sudah direncanakan

sebelumnya yang kemudian dilakukan oleh suatu organisasi dengan

tujuan mempengaruhi pihak konsumen untuk melakukan pembelian.

2.2.3. Pemasaran Produk

i
Tjiptono (2004:28) menyatakan konsep pemasaran adalah

mencocokkan kemampuan perusahaan dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen untuk mencapai hubungan mutualisme yang saling

menguntungkan. Pengertian produk menurut Kotler (2004:19) adalah

barang yang diproduksi atau dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan

mutualisme konsumen berdasarkan keuntungan dan nilai tambah sesuai

kegiatan transaksi dalam suatu pasar. Berarti pemasaran produk adalah

suatu tindakan mencocokkan kemampuan perusahaan dalam

memperoduksi suatu barang yang dapat dijual atau dibeli dalam kegiatan

transaksi yang dapat menguntungkan.

Swastha (2004:5) mengemukakan bahwa pemasaran adalah

proses sosial di mana individu dan kelompok mendapat apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk

dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Jadi ukuran pasar

tergantung pada banyaknya orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai

sumberdaya yang menarik bagi orang lain dan ingin menawarkan

sumberdaya ini sebagai ganti atau produk yang bernilai dan dapat

memuaskan kebutuhan serta keinginannya.

Pengertian pemasaran dan aspek managemen saling terkait,

menurut American Marketing Association (2003:8) adalah suatu proses

perencanaan dan pelaksanaan mengenai konsep harga, promosi, dan

penyaluran ide - ide, barang - barang, jasa yang ditunjukkan untuk

menciptakan pertukaran dengan sasaran untuk memberikan kepuasan

kepada individu atau organisasi.

i
Konsep pemasaran adalah suatu konsep yang ditujukan untuk

menciptakan adanya pertukaran atas ide, barang atau jasa dengan tujuan

akhir adalah memberikan kepuasan kepada konsumen dan memberikan

keuntungan kepada perusahaan berdasarkan nilai penjualan.

Secara umum pemasaran adalah aktivitas manusia yang berkaitan

dengan pasar. Artinya bekerja dengan pasar guna mengaktualisasikan

potensi pertukaran untuk tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan

manusia.

2.2.4. Komunikasi Pemasaran

Agar produk sampai ke konsumen, perusahaan harus

mengkomunikasikan produk tersebut kepada konsumen. Komunikasi ini

bertujuan agar konsumen mengenal kegunaan, manfaat dan nilai lebih

yang dimiliki suatu produk. Usaha perusahaan dalam

mengkomunikasikan produknya disebut komunikasi pemasaran. Menurut

Sutisna (2002;267), “Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk

menyampaikan pesan kepada public terutama konsumen sasaran

mengenai keberadaan produk di pasar.”

Tjiptono (2004:220) menyebutkan bahwa tiga unsur pokok proses

komunikasi pemasaran yaitu pelaku komunikasi, material komunikasi dan

proses komunikasi. Pelaku komunikasi mencakup pengirim atau

komunikator yang menyampaikan pesan dan penerima atau komunikan

pesan. Material komunikasi adalah berupa gagasan, pesan, media,

respon, feedback dan gangguan yang menghambat kelancaran proses

i
komunikasi. Sedangkan proses komunikasi adalah proses penyampaian

pesan.

Schiffman dan Kanuk (2002;28), menambahkan, komunikasi tidak

hanya menghubungkan konsumen dan produsen, tetapi juga

menghubungkan konsumen dengan lingkungan sosialnya., yaitu

komunikasi pemasaran bisa terjadi dalam dua jenis, yaitu komunikasi

pemasaran yang berasal dari perusahaan dan yang berasal dari

konsumen. Komunikasi pemasaran yang berasal dari perusahaan terjadi

dalam bentuk promosi dan segala macam baurannya. Artinya perusahaan

tersebut berusaha menginformasikan produk atau perusahaannya kepada

masyarakat luas agar mereka mengenal dan kemudian membeli produk

perusahaan tersebut.

Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama yaitu untuk

menyebarkan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau

menarik konsumen dan mengingatkan khalayak untuk melakukan

pembelian ulang.

2.2.5. Sistem komunikasi Pemasaran

Untuk mencapai tujuan promosi, pemasar harus menguasai

system komunikasi pemasaran agar komunikasi yang kita lakukan

mencapai sasaran yang tepat. Dimana komunikasi pemasaran sering juga

disebut dengan komunikasi promosi. Menurut pendapat Komaruddin

Sastradipoera (2003;189). System komunikasi promosi adalah

serangkaian komponen komunikasi yang mempunyai fungsi untuk

mencapai tujuan promosi. Dalam arti yang lebih luas komunikasi dalam

i
kegiatan promosi adalah setiap prosedur yang menyebabkan manajemen

marketing dapat mempengaruhi sikap dan keputusan pelanggan atau

calon pelanggan. Hal itu akan meliputi seluruh aspek perilaku manusia,

tidak hanya meliputi pembicaraan oral dan naratif tulisan. Bila

disederhanakan, komunikasi promise itu memiliki empat unsure esensial

yang meliputi sumber (source), saluran (channel), tujuan (destination),

dan pesan (massage), pada tahapan pertama, sumber memilih pesan

promosi khusus dari sejumlah pesan yang ada dan dirancang. Lebih jauh

pesan itu disampaikan melalui saluran ketujuan.

sinyal sinyal pesan


pesan
enkode saluran dekode
r r
gaduh diterima
gaduh
transmisi

informasi

Sumber: Komaruddin, Manajemen Marketing, (2003:189)

Gambar 2.2
Model Komunikasi Pemasaran

Manakala suatu pesan promosi meninggalkan sumber, maka

pesan promosi itu bergerak ke transmitter atau sender yang akan

mengubahnya menjadi sinyal-sinyal yang dapat dikirimkan melalui saluran

penerima. Proses ini dikenal sebagai “pengkodean” (encoding), suatu

kegiatan yang mereformulasi pesan promosi ke dalam bentuk yang dapat

di transmisikan. Saluran membawa pesan promosi yang telah “dienkod”

(encoded) ke penerima promosi. Kemudian “pendekodan” (decoding)

i
terjadi. Artinya, penerima memasukan sinyal-sinyal kembali ke dalam

suatu pesan promosi untuk dipergunakan pada tujuan promosi tersebut.

2.2.6. Metode Komunikasi Pemasaran

Supaya pesan promosi itu sampai dengan selamat ke penerima

promosi, maka manajer marketing perlu mengenal metode komunikasi

pemasaran. Pengertian metode komunikasi menurut Komaruddin

Sastradipoera. (2003;190) adalah “Pendekatan dan teknik komunikasi

agar pesan komunikasi yang disampaikan dapat diterima dengan efektif,

maka komunikasi promosi tersebut seyogyanya dilakukan melalui

langkah-langkah berikut: (1) perhatian, (2) pemahaman, (3) penerimaan,

dan (4) tindakan”.

Komaruddin pun menambahkan dalam teori komunikasi promosi

dikenal paling tidak dua metode untuk masalah dan lingkungan yang

berbeda, keduanya meliputi :

1. Metode Adopsi, metode adopsi bekerja dengan langkah-langkah

berturut-turut meliputi : (1) mengetahui akan adanya gagasan

promosi, (2) kian berkemmbangnya minat akan gagasan promosi, (3)

evaluasi atas gagasan promosi, (4) mengadakan percobaan gagasan

promosi, dan (5) menerima gagasan promosi.

2. Metode Difusi, metode difusi bekerja dengan urutan langkah-langkah

sebagai berikut : (1) menetapkan orang yang dapat melakukan kontak

(contact person), (2) Menetapkan orang yang dapat mengestimasi

(legitimizer) gagasan yang akan disampaikan kepada konsumen

sasaran, (3) menetapkan orang yang mempunyai kemampuan yang

i
cukup untuk mengorganisasikannya (organizator), dan (4)

menetapkan komunikator (communicator atau disseminator) yang

dapat mengkomunikasikan pesan-pesan atau gagasan-gagasan

promosi.

Saptaningsih Sumarmi (2008) menambahkan bahwa,

mengembangkan kegiatan komunikasi dalam perusahaan tidak akan

membunuh kegiatan komunikasi pemasaran lainnya, tetapi bisa dijadikan

sebagai salah satu alternatif dari promotion mix sehingga menghasilkan

komunikasi pemasaran yang lebih efektif dan menjual.”

2.2.7. Strategi Komunikasi Pemasaran

Pemasaran membutuhkan strategi guna memasarkan produk

kepada konsumen.Dalam persaingan, perusahaan harus mampu

menawarkan nilai dan kepuasan konsumenyang lebih besar dari para

pesaingnya. Maka, perusahaan harus melakukan lebih darisekedar

memahami kebutuhan pasar sasaran, namun mampu juga

mendefinisikankeunggulan stratejik yang diungkapkan melalui USP

(Unique Selling Proposition) berdasarkan positioning yang telah

ditetapkan. Artinya, keunggulan stratejik dapat dibangun

melaluipenciptaan posisi tawar yang secara relatif berbeda dengan

tawaran pesaing dalam benak konsumen.

Proses strategi komunikasi pemasaran biasanya dimulai dengan

menciptakan sebuah “strategi pesan” -menentukan tema yang konsisten

atau pesan fundamental yang akan ia digunakan dalam semua materi

i
pemasaran. Bagian lain kunci dari proses pesan adalah menciptakan

pernyataan positioning. Laporan positioning penting untuk membuat

semua bagian lain dari pekerjaan strategi pemasaran komunikasi dengan

baik. Hal ini karena setiap peningkatan kesadaran dan program produk

informasi yang dibutuhkan untuk melukis gambaran yang jelas dan

ringkas dari apa yang dijual dan bagaimana pelanggan akan

mendapatkan keuntungan dari menggunakan produk.

Strategi komunikasi pemasran yang dikenal dengan Elemen 4P

dalam bauran pemasaran (marketing mix) menurut buku Vincent

Gaspersz (2012:78) adalah :

1. Product (produk)

Merupakan barang atau jasa yang diproduksi oleh industri

manufaktur atau industri jasa. Setiap produk (barang

dan/atau jasa) memiliki siklus hidup produk.

2. Price (harga)

Merupakan besaran yang dibayarkan oleh konsumen untuk

suatu produk (barang dan/atau jasa).

3. Promotion (promosi)

Mewakili semua bentuk komunikasi yang digunakan oleh

pemasar dalam mengkomunikasikan produknya di pasar.

Promosi mempunya 4 elemen yang berbeda, yaitu:

periklanan (advertising), hubungan publik (public relations),

penjualan pribadi (personal selling), dan promosi penjualan

(sales promotion).

4. Place (tempat)

i
Merupakan cara memperoleh produk atau bagaimana

mengakses produk oleh konsumen.

Dalam buku Vincent Gaspersz (2012:79), Robert F. Lauterborn

pada 1993, mengajukan klasifikasi 4C yang lebih berorientasi konsumen

dan dipergunakan bersamaan dengan model 4P.

1. Product (produk) sebagai bagian dari model 4P digantikan

oleh consumer (konsumen) dalam model 4C, dimana terjadi

pergeseran perhatian, bukan saja menjual produk tetapi

harus memuaskan kebutuhan konsumen.

2. Price (harga) dalam model 4P diganti oleh cost (biaya)

dalam model 4C, yang merefleksikan biaya total yang harus

dikeluarkan oleh konsumen.

3. Promotion (promosi) dalam model 4P digantikan oleh

communication (komunikasi) dalam model 4C, yang

merefleksikan fokus lebih luas daripada sekedar promosi.

Komunikasi dapat mencakup periklanan (advertising),

hubungan publik (public relations), penjualan pribadi

(personal selling), dan promosi penjualan (sales promotion),

dan bentuk-bentuk komunikasi lain di antara perusahaan

dan konsumen.

4. Place (tempat) dalam model 4P digantikan oleh

convenience (suasana yang menyenangkan). Dengan

meningkatnya penggunaan internet dan e-marketing, maka

penggunaan istilah place (tempat) menjadi kurang relevan,

i
yang diperlukan dalam model pembelian adalah suasana

yang menyenangkan (convenience).

Tabel 2.2

Keterkaitan Model 4P dan Model 4C

Model 4P Model 4C

Product (produk) Consumer (konsumen)

Price (harga) Cost (biaya)

Promotion (promosi) Communication (komunikasi)

Place (tempat) Convenience (menyenangkan)

Sementara itu, menurut Ririn Tri Ratnasari dan Mastuti H. dalam

bukunya manajemen pemasaran (2011:37), Marketing Mix merupakan

tools bagi marketer yang berupa program pemasaran yang mempertajam

segmentasi, targeting, dan positioning agar sukses. Ada perbedaan

mendasar antara marketing mix produk jasa dan marketing mix produk

barang. Marketing mix produk barang mencakup 4P: Product,

Price,Promotion, and Place. Sedang untuk jasa, keempat tahap tersebut

masih kurang, ditambah 3 lagi: People, Process, and Customer Service.

Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana produksi dan konsumsi

tidak dapat dipisahkan, dan mengikutsertakan pelanggan dan pemberi

jasa secara langsung. Karena elemen tersebut saling mempengaruhi satu

sama lain, apabila salah satu tidak tepat, maka akan mempengaruhi

keseluruhan.

i
Dalam perjalanan waktu, bauran pemasaran (marketing mix) terus

berkembang, dimana dari semula empat P (Product, Price, Promotion,

Place) ditambah lagi 3P, yaitu: People (orang), Physical Evidence (bukti

fisik), dan Process (proses), sehingga menjadi model 7P. Dengan

demikian model 7P dari bauran pemasaran (marketing mix) adalah:

1. Product
2. Price
3. Promotion
4. Place
5. People
6. Physical evidence
7. Process.

Pendekatan pemasaran tradisional berhasil dengan baik untuk

barang, menurut Boom dan Bitner yang dikutip oleh Kotler (2005:116), dia

menambahkan 3P untuk pemasaran jasa yaitu:

1. Orang (People).

Karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, pemilihan,

pelatihan dan motivasi karyawan dapat menghasilkan

perbedaan yang sangat besar dalam kepuasan pelanggan.

Idealnya, karyawan diharuskan memperlihatkan kompetensi,

sikap kepedulian, sikap tanggap, inisiatif, kemampuan

memecahkan masalah, dan niat baik.

2. Bukti Fisik (Physical evidence)

Perusahaan mencoba memperlihatkan mutu jasanya melalui

bukti fisik dan penyajian yaitu dengan memperlihatkan

lingkungan fisik yang berkenaan dengan bangunan, interior,

perlengkapan, dan perabotan. Orang (konsumen atau

i
nasabah) akan melihat kelengkapan vasilitas yang dimiliki

oleh perusahaan tersebut.

3. Proses (Process).

Perusahaan dapat mencapai pasar sasaran jika mengelola

dan menghubungkan sejumlah proses kerja. Perusahaan

yang berkineja tinggi semakin berfokus pada kebutuhan

akan pengelolaan proses bisnis inti ini seperti

mengembangkan produk baru, manarik dan

mempertahankan pelanggan, dan memenuhi pesanan.

Perusahaan tersebut merakayasa ulang arus kerja dan

membentuk tim lintas-fungsi yang bertanggung jawab atas

masing-masing proses.

Enam P yang dikemukakan oleh Robert Lauterborn di atas yang

dikutip oleh Kotler dan Keller (2007 : 24) menggambarkan pandangan

penjual tentang alat pemasaran yang tersedia mempengaruhi pembeli.

Dari sudut pandang pembeli, setiap alat pemasaran dirancang untuk

menyerahkan manfaat pelanggan.Gambar di bawah ini menunjukkan

strategi Bauran Pemasaran.

Tabel 2.3

Model Tujuh P (7P) dalam Manajemen kualitas modern

No. Model
Isu-Isu Manajemen Kualitas Modern
Tujuh P
1. Product a. Ide-ide dan pengembangan produk
(produk) b. Variasi dan model produk
c. Spesifikasi dan kualitas produk
d. Pengepakan dan pembungkusan

i
e. Logo produk, merk dagang, dan persepsi publik
f. Pelayanan pendukung dan komplementer
g. Derajat pelayanan (full-service and/or self-
service)
2. Price a. Analisis kompetitif
(harga) b. Strategi penetapan harga, tingkat dan
perubahan harga, target pasar, dan lain-lain
c. Diskon, pemberian kupon berhadiah,
kebijaksaan penjualan
d. Metode atau cara pembayaran
3. Place a. Strategi dan rencana saluran distribusi
(tempat) b. Manajemen dan alokasi tempat pamer
(penempatan produk)
c. Manajemen gudang dan inventori
d. Derajat integrasi vertikal dan horizontal
e. Kebijakan dan standar tingkat pelayanan
f. Kenyamanan dan lokasi fasilitas
4. Promotion a. Strategi periklanan: target pasar, media iklan
(promosi) yang digunakan, jadwal dan waktu, dan lain-lain
b. Penjualan langsung dan bersifat pribadi
c. Tema posisi pasar
d. Manajemen dan posisi produk
5. Physical a. Tata letak fasilitas (interior dan eksterior), tema,
evidence dekorasi, penerangan, service counter,
(bukti kebersihan, dan lain-lain
fisik) b. Penampilan dan kesehatan karyawan
c. Kenyamanan, peralatan, reliabilitas,
ketertarikan, kemudahan penggunaan, dan lain-
lain
d. Kecocokan kapasitas eksterior seperti tempat
parkir, dan lain-lain
e. Kredibilitas professional seperti apoteker atau
asisten apoteker yang melayani pembelian obat
pada apotek, dan lain-lain
6. Process a. Prosedur operasi terperinci, manual dan
(proses) deskripsi pekerjaan
b. Prosedur untuk resolusi masalah pelanggan
c. Prosedur pelatihan sebagai bagian dari
pekerjaan
d. Penetapan standar kinerja untuk fasilitas,
proses, peralatan, dan pekerjaan yang
menciptakan pelayanan kepada pelanggan
7. People a. Pelatihan tentang keterampilan interaksi dan
(orang) resolusi masalah pelanggan
b. Sistem dan prosedur balas jasa karyawan
c. Personal selling
d. Prosedur partisipasi kelompok pelayan atau
pribadi dan norma-norma perilaku
e. Eksekusi simultan dari keterampilan interaksi
antar pribadi dan teknikalpada titik kontak

i
dengan pelanggan
f. Didukung oleh 6P lainnya di atas
(Vincent Gaspersz, 2012:82)

2.2.8 Marketing Channel

Marketing Channel (saluran pemasaran) atau sering juga disebut

distribution channel (saluran distribusi) merupakan sekumpulan praktek

atau aktivitas yang diperlukan untuk mentransfer barang dan/atau jasa,

memindahkan barang dan/atau jasa dari titik produksi ke titik konsumsi,

yang melibatkan semua institusi dan semua aktifitas pemasaran dalam

proses pemasaran. Dengan demikian saluran pemasaran dapat

dipandang sebagai sekumpulan organisasi yang saling bergantung satu

sama lain yang terlibat mulai dari proses pembuatan produk (barang

dan/atau jasa) sampai menyalurkan ke konsumen untuk dikonsumsi.

Saluran pemasaran berguna sebagai alat manajemen. (Gaspersz,

2012:24).

Banyak perusahaan yang berusaha meningkatkan penjualan

dengan memperluas dan memperbanyak saluran distribusi, dimana

saluran distribusi ini merupakan salah satu kekuatan perusahaan dalam

memasarkan produk yang dihasilkan dengan harapan mencapai tingkat

penjualan yang besar sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik

dengan berupaya agar penyaluran produk dapat secepatnya sampai ke

tangan konsumen.

Saladin (2004:153) mengemukakan tentang definisi saluran

distribusi sebagai berikut :

i
“Marketing channel can be viewed as sets of interdependent

organization involued in the process of making a product or servise

available for use or consumption”.(“Saluran pemasaran adalah

serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam

proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk

digunakan atau dikonsumsi”).

Peranan saluran pemasaran dalam strategi pemasaran menurut

Vincent Gaspersz (2012:84) adalah :

1. Menghubungkan produsen ke konsumen.

2. Melakukan aktivitas penjualan, periklanan, promosi, dan lain-lain.

3. Mempengaruhi strategi penetapan harga produk (barang dan/atau

jasa).

4. Mempengaruhi strategi produk melalui penciptaan merk, kebijakan-

kebijakan, keinginan untuk melakukan stock, dan lain-lain.

5. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan keuntunganm instalasi,

pemeliharaan, penawaran kredit, dan lain-lain.

2.2.9 Segmenting, Targeting, Positioning

Menurut Rhenald Khasali (2007:48) mengutip pernyataan dari

Philip Kotler, menggabungkan proses penciptaan dan penyampaian nilai

kepada konsumen dalam bentuk yang disebut Segmenting, Targeting,

Positioning. Segmenting atau segmentasi pada dasarnya adalah suatu

strategi untuk memahami struktur pasar. Sedangkan Targeting adalah

persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar.

Bagaimana anda menyeleksi pasar sangat ditenttukan oleh bagaimana

i
anda meilhat pasar itu sendiri. Dengan demikian pasar yang dilihat oleh

dua orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda

akan menghasilkan peta yang berbeda pula. Oleh karena itulah penting

dipahami struktur-struktur atau kelompok-kelompok yang ada di pasar.

Setelah pasar dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan

Positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk

memasuki jendela otak konsumen. Positioning biasanya tidak menjadi

masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang tersedia

dalam suatu masyarakattidak begitu banyak dan persaingan belum

menjadi sesuatu yang penting. Positioning baru akan menjadi peting

bilamana persaingan sudah sangat sengit.

Mendukung pernyataan diatas, Al Ries dan Jack Trout dalam

Positioning: The Battle for Your Mind (2001:5) mengatakan bahwa,

Segmentasi disebut sebagai mapping strategy, karena di sini kita

melakukan pemetaan pasar. Pemetaan ini merupakan proses yang

kreatif, karena pasarnya sebenarnya sama, namun cara pandang kita

terhadap pasar itulah yang membedakan kita dengan pesaing. Targeting

didefinisikan sebagai cara mengalokasikan sumber daya perusahaan

secara efektif, yaitu dengan memilih target market yang tepat. Targeting

disebut sebagai fitting strategy karena kita menyamakan (fitting) sumber

daya perusahaan Anda dengan kebutuhan target pasar yang dipilih. Dan

unsur terakhir dari Strategy adalah Positioning. Setelah memetakan

pasar, dan menyesuaikan sumber daya perusahaan Anda dengan

segmen yang dipilih, maka kemudian Anda harus memiliki posisi yang

kredibel dalam benak mereka.

i
2.2.10 Brand Image (Citra Merek)

Keterkaitan konsumen pada suatu merek akan lebih kuat apabila

dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakkan untuk

mengkomunikasikannya sehingga akan terbentuk citra merek (brand

image). Citra merek yang baik akan mendorong untuk meningkatkan

volume penjualan dan citra perusahaan.

Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di

benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau

citra tertentu yang dikaitkan pada merek tertentu, sama halnya ketika kita

berpikir mengenai orang lain.

Pendapat Kotler dan Gary Armstrong (2007: 80) dimana “Brand

Image adalah himpunan keyakinan konsumen mengenai berbagai

merek”. Intinya Brand Images atau Brand Description, yakni diskripsi

tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Dari

sebuah produk dapat lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi

konsumen mempunyai keunggulan fungsi (functional brand),

menimbulkan asosiasi dan citra yang diinginkan konsumen (image brand)

dan membangkitkan pengalaman tertentu saat konsumen berinteraksi

dengannya (experiental brand).

Citra produk dan makna asosiasi brand dikomunikasikan oleh iklan

dan media promosi lainnya, termasuk public relation dan event

sponsorship. Iklan dianggap mempunyai peran terbesar dalam

mengkomunikasikan citra sebuah brand dan sebuah image brand juga

i
dapat dibangun hanya menggunakan iklan yang menciptakan asosiasi

dan makna simbolik yang bukan merupakan ekstensi dari fitur produk.

Penting untuk dicatat bahwa membangun sebuah brand tidak

hanya melibatkan penciptaan perceived difference melalui iklan. Sering

terjadi kesalahpahaman bahwa sebuah brand dibangun semata – mata

menggunakan strategi periklanan yang jitu untuk menciptakan citra dan

asosiasi produk yang diinginkan. Memang iklan berperan penting dalam

membangun banyak merek terutama yang memang dideferensiasikan

atas dasar citra produk akan tetapi, sebuah brand image sekalipun harus

didukung produk yang berkualitas, strategi penetapan harga yang tepat

untuk mendukung citra yang dikomunikasikan melalui iklan produk

tersebut.

Menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations ,definisi citra

dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau

impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan

berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi

atau perusaahaan.”

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut

ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang dalam

atau anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya,

mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat

lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam

mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali

tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak

i
memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang

dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau

pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul

fantasi semua orang menyukai kita.

2. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku adalah suatu

citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai

suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-

sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya.

3. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanya image yang bermacam-

macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan

oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang

berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi

kita.

4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra

perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi

bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah suatu citra

yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra

yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu

yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang

memadai mengenainya.

Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, terdapat empat

komponen pembentukan citra antara lain :

1) Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan

yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain.

i
Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan

pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi

inilah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi

atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang

diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

2) Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus

keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-

informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan

kognisinya.

3) Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti

yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan

dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

4) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan

merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap

bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku

dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku

dengan cara-cara tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau

motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra

terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan

diinginkan, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung

nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga

diperhitungkan atau diubah.

Gambar 2.3

i
Model Pembentukan Citra

Stimulus Respons
Kognisi

Persepsi Sikap

Motivasi

(Sumber: Soemirat & Ardianto, 2002;114)

Proses ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar

diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangsangan

yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan

ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan

bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu

karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika

rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan

perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat

berjalan.

Begitu pula dengan Public Relations dalam hubungannya dengan

publik, haruslah senantiasa mengorganisasi pesan agar stimulus yang

ada pada pubilk akan diterima dengan baik dalam hal ini mencapai citra

yang baik. Maka berikut ini terdapat bagan dari orientasi Public Relations ,

yakni image building (membangun citra).

Berdasarkan penjelasan diatas penulis memahami bahwa

Terdapat empat komponen pembentukan citra, yaitu persepsi, kognisi,

motivasi dan sikap. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan unsur

lingkungan dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan

i
proses pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi

kepada individu untuk memunculkan suatu keyakinan. Sehingga dari

keyakinan tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang produk, dari

sikap itulah terbentuknya citra yang positif atau negatif.

2.2.11 Bundling

Salah satu bentuk sales promotion yang sangat popular adalah

dengan melakukan promosi penjualan product bundling. Bundling adalah

menjual dua produk atau lebih dalam satu kemasan (Stremersch & Tellis).

Dan menurut pendapat Tjiptono (2008:294) bundling merupakan salah

satu strategi untuk mempertahankan atau meningkatkan permintaan dari

basis pelanggan saat ini dan diklasifikan ke dalam produk komplementer,

dimana produk komplementer merupakan salah satu bentuk strategi yang

sering dirancang dan dipasarkan perusahaan dalam rangka

mempertahankan pelanggan.

Pada umumnya, harga yang ditawarkan dalam kombinasi produk

hasil bundling lebih murah dibandingkan harga per satuan produk apabila

dibeli terpisah. Tujuan diterapkannya bundling adalah untuk memberikan

daya tarik lebih kepada konsumen sehingga dapat meningkatkan

penjualan produk perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Adams dan Yallen dalam sebuah jurnal Yueying Xu

(2009) terdapat dua jenis bundling, yaitu :

1. Pure Bundling

Jenis product bundling di mana konsumen hanya dapat

membeli produk yang ditawarkan penjual dalam bentuk paket.

i
Pada jenis bundling ini konsumen tidak bisa membeli produk

secara terpisah. Pilihannya bagi konsumen adalah membeli

produk tersebut secara paket tidak membeli sama sekali.

2. Mixed Bundling

Mixed bundling adalah jenis product bundling di mana

konsumen dapat memilih produk tersebut secara paket atau

secara terpisah. Biasanya pada jenis ini konsumen akan

ditawarkan beberapa keuntungan ketika membeli dalam

bentuk paket, seperti pemotongan harga atau bonus-bonus

lainnya.

Dan Sheng (2004) menggolongkan kembali mixed bundling

menjadi :

1. a mixed - leader bundle

Pada mixed - leader bundle, harga pada salah satu

produk dalam paket bundel diberi diskon sedangkan produk

lainnya terdaftar dengan harga regular. Contoh sebagai

berikut :

Regular price Bundle

A : $200 Buy A at $200 and B at $50 as

a set

B : $100

2. a mixed - joint bundle.

i
Sedangkan pada mixed-joint bundle, hanya satu

harga yang ditetapkan untuk bundel. perhatikan contoh

berikut:

Regular price Bundle

A : $200 Buy A and B as a set at $250

B : $100

Kemudian Stremersch dan Tellis (2009:21) juga membedakan

bundling menjadi dua kategori, yaitu :

1. Product Bundling

Product bundling dapat didefinisikan sebagai penjualan dua

produk atau lebih dalam satu produk tersebut adalah karena

harga, produknya sendiri tidak ada penambahan value.harga

harga. Kedua produk tersebut telah diintegrasikan menjadi

satu produk yang memiliki fungsi saling melengkapi.

2. Price Bundling

Price bundling didefinisikan sebagai penjualan dua atau lebih

produk yang berbeda dalam satu paket harga tanpa

menyatukan produk tersebut dalam satu kesatuan. Karena

produk tidak disatukan, maka harga yang dibayarkan tersebut

adalah price bundling, hal ini memotivasi konsumen untuk

membeli produk.

i
2.2.12 Manfaat Citra Merek (Brand Image)

Dikenalnya suatu merek (brand recognition) berarti pelanggan

mengingat merek tersebut, hal ini merupakan keuntungan besar jika

terdapat banyak merek yang “ tidak berarti” di pasaran bahkan meskipun

konsumen tidak dapat mengingat merek itu tanpa bantuan. Citra (image)

konsumen tentang merek adalah penting untuk strategi pemasaran

perusahaan, suatu citra dapat di buat untuk beberapa manfaat yaitu :

6. Citra dapat di buat sebagai tujuan (goal) di dalam strategi pemasaran.

7. Citra dapat di pakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan

merek-merek lain dari produk sejenis.

8. Citra merek juga dapat membantu memperbaharui penjualan suatu

merek.

9. Citra merek dapat di pergunakan untuk mengevaluasi efektifitas dari

strategi pemasaran.

10. Citra merek dapat di hasilkan dari faktor-faktor lain di luar usaha-usaha

strategi pemasaran.

2.2.13 Citra Merek dengan Loyalitas konsumen

Citra merek yaitu kepercayaan yang dimiliki konsumen terhadap

suatu merek pada produk tertentu dan kepercayaan ini tercipta berkat

strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan terhadap produk yang di

hasilkannya. Merek (brand) kerap kali di hubungkan dengan pembelian

ulang. sehingga dapat memuaskan konsumen, maka konsumen akan

menjadi loyal terhadap merek yang mereka gunakan baik produk maupun

jasa. Konsumen yang setia pada merek tertentu cenderung “terikat” pada

i
merek tersebut dan akan membeli produk yang sama lagi sekalipun

tersedia banyak alternative lainnya (Tjiptono 2000:108).

Hubungan antara Citra merek dengan Loyalitas konsumen terletak

pada keyakinan- keyakinan dan pilihan konsumen (preference) atas suatu

merek adalah merupakan sikap konsumen.

Freddy Rangkuti (2000:44) yang mengatakan : “Apabila konsumen

beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek

pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus

sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang

disebut dengan loyalitas merek.”

Menurut Jenni Siat dalam Majalah Usahawan No.03 tahun XXVI

mengatakan bahwa : pelanggan yang loyal merupakan harga yang paling

berharga bagi perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan

(1997:4). Kunci loyalitas konsumen ini terletak pada pengertian yang

mendalam tentang konsumen terutama kepuasannya yang dilakukan

antara lain lewat analisis perilaku pembelian, pengamatan tentang

preferensi merek dan produk (barang atau jasa), frekuensi pembelian,

waktu membeli, pola pikir, keinginan dan lain-lain. Untuk mengetahui

semua itu perusahaan melalui pemasarnya harus banyak belajar dari

pelanggan. Jika perusahaan ingin membangkitkan loyalitas, perusahaan

harus konsen terhadap upaya tersebut. Perusahaan harus memberikan

manfaat-manfaat yang lebih terutama yang berhubungan dengan kualitas

barang yang di hasilkan kepada konsumen yang loyal agar mereka tetap

setia.

i
2.2.14 Perilaku Konsumen

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi

saat ini, maka masyarakat semakin selektif dalam menyeleksi barang dan

jasa yang akan dikonsumsi. Perusahaan dapat mengembangkan

usahanya maka perusahaan bukan hanya dapat mengkomunikasikan

produk dengan baik tetapi harus mengetahui perilaku konsumen sehingga

kehadiran pelanggan dapat terjaga. Perilaku konsumen akan mempunyai

pengaruh yang besar dalam menentukan strategi bagi suat perusahaan.

Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi

pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan

(kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan

(perilaku), dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang memengaruhi

serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan

konsumen.

Ilmu perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu,

kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang

barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan

kebutuhan dan hasrat mereka. Pemahaman atas perilaku konsumen

menjadi sangat penting bagi keberhasilan strategi pemasaran suatu

perusahaan. Produsen menyadari bahwa perilaku konsumen memiliki

kepentingan tersendiri bagi mereka, karena jika perusahaan dapat

memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen maka

mereka akan loyal terhadap produk yang ditawarkan perusahaan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

menurut Kotler & Armstrong (2008:159) adalah :

i
1. Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam

pada perilaku konsumen.

1) Budaya (Culture) merupakan kumpulan nilai dasar,

persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari oleh

anggota masyarakat dari keluarga dan institusi

lainnya.

2) Subbudaya (Subculture) merupakan kelompok

masyarakat yang berbagi sistem nilai berdasarkan

pengalaman hidup dan situasi yang umum.

3) Kelas Sosial (Social Class) adalah pembagian

masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang di

mana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku

yang sama.

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,

seperti:

1) Kelompok : dua atau lebih orang yang berinteraksi

untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama.

2) Keluarga : organisasi pembelian konsumen yang

paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti

secara extensive. Pemasar tertarik pada peran dan

pengaruh suami, istri, serta anak-anak dalam

pembelian barang dan jasa yang berbeda.

3) Peran dan status : seseorang menjadi anggota

i
banyak kelompok dan organisasi, posisi seseorang

dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan

dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan

yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan

orang-orang di sekitarnya. Masing-masing peran

membawa status yang mencerminkan nilai umum

yang diberikan kepadanya oleh masyarakat.

3. Faktor pribadi

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,

seperti :

1) Usia dan tahap hidup siklus pembeli

2) Pekerjaan

3) Situasi ekonomi

4) Gaya hidup

5) Kepribadian dan konsep diri

4. Faktor psikologis

Faktor psikologis juga mempengaruhi perilaku konsumen. Ada 4

faktor psikologis utama, yaitu :

1) Motivasi : kebutuhan dengan tekanan yang kuat yang

mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas

kebutuhan tersebut.

2) Persepsi : proses dimana seseorang memilih,

mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk

i
membentuk gambaran dunia yang berarti.

3) Pembelajaran : perubahan dalam perilaku seseorang

yang timbul dari pengalaman.

4) Keyakinan dan sikap : keyakinan merupakan pikiran

deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu.

Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan, dan

tendensi yang relatife konsisten dari seseorang

terhadap sebuah objek atau ide.

Gambar 2.4
Model Perilaku Konsumen

Pemasaran rangsangan a. Kotak hitam a. Respon pembeli


lainpP Pembeli b. Pilihan produk
b. Karakteristik c. Pilihan Merek
Produk, Ekonomi , Harga d. Pilihan penyalur
pembeli
e. Waktu pembelian
c. Proses keputusan f. Jumlah
Teknologi, Tempat,
pembeli pembelian
Politik, Promosi,
Budaya
Sumber : Kotler & Armstrong (2008:158)

i
2.3 Kerangka Berpikir

The Goods Departemen Store &


The Goods Café

Kegiatan Divisi Marketing


7P Brand Image
Product
Price
Place
Promotions
People
Process
Physical Evidence

Pelanggan

Brand Image Brand Image


Positif Negatif

Gambar 2.5

i
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Dalam penulisan ini, paradigma yang digunakan penulis adalah

paradigma Contructivisme (Konstruktivisme). Paradigma ini hampir

merupakan antithesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya

pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu

pengetahuan. Secara ontology aliran ini menyatakan bahwa realitas itu

ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada

pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati oleh

seseorang tidak bisa dilakukan dikalangan positivis atau post-positivis.

Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan

epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan,

subjektif dan merupakan hasil perpaduan antara keduanya.

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika

(studi mengenai pemahaman) terutama dengan menginterpretasikan

tindakan dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode

pertama, dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi

pendapat orang per orang, sedangkan metode kedua, mencoba untuk

membandingkan dan menyilangkan pendapat orang per orang yang

diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh konsensus

kebenaran yang disepakati bersama.

i
Dengan demikian hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan

perpaduan pendapat yang bebrsifat relative, subjektif, dan spesifik

mengenai hal - hal tertentu.

Paradigma konstrutivisme memandang ilmu sosial sebagai analisis

sistematika atas social meaningful action melalui pengamatan aktor sosial

dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan

bagaiman aktor sosial meciptakan dan memelihara dunia sosial (Salim,

2006; 71-72).

Tujuan dari penelitian paradigma konstruktivisme adalah

“rekonstruksi realitas sosial secara dialektik antar peneliti dengan aktor

sosial yang diteliti. Dari aspeknya terdapat empat ciri paradigma

konstruktivisme, diantaranya adalah :

A. Ontologis

Memandang kenyataan sebagai sesuatu yang relatif, dimana

kenyataan ada dalam bentuk konstruksi mental manusia.

B. Epistemologi

Pemahaman suatu realitas atau temuan suatu penelitian

merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.

C. Metodologi

Menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dan

responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui

metode-metode kualitatif seperti participant observation,

bagaimana seharusnya peneliti memperoleh informasi tentang

objek studi.

i
D. Aksiologis

Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan

dalam suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate, participant,

fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku

sosial.”, (Salim, 2006: 73-75).

Paradigma konstruktivisme menyebut tingkat kepercayaan

(trustwhorthiness) dan keaslian (Authenticity) sebagai kriteria kebenaran.

Kedua aspek tersebut mengacu pada berbagai konsep yang mengandung

unsur berikut : Credibility (kepercayaan yang berasal dari dalam),

Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan/disandarkan

kepada unsur kebenaran lain), Konformbilitas (penegasan terhadap

objektivitas), keaslian - ontologis (kemampuan untuk memperluas

konstruksi konsepsi yang ada), Educative - authenticity (kebenaran

pendidikan, kemampuan pemimpin dan mengadakan perbaikan),

Catalytic - authenticity (kemampuan dalam merangsang dan bertindak),

Tactical - authenticity (kemampuan untuk memberdayakan masyarakat),

(Salim, 2006 : 103).

3.2 Pendekatan Penelitian

Menurut Margono (2004: 36), ”penelitian kualitatif bersifat

”generating theory” bukan ”hypothesis - testing”, sehingga teori yang

dihasilkan berupa teori substantif. Karena itu, isi pada penelitian kualitatif

i
lebih penting daripada simbol atau atribut seperti pada penelitian

kuantitatif.”

Sedangkan Rosady Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian

Public Relations dan Komunikasi mendefinisikan bahwa :

“Dari definisi-definisi penelitian kualitatif tersebut di atas,

pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian

mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat

diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu

dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang

yang utuh, komprehensif, dan holistic” (Ruslan, 2006:213).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif

dalam menentukan jenis penelitian. Pendekatan penelitian kualitatif

diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam mengenai

kejiwaan, perilaku, sikap, opini, perasaan, keinginan serta kemauan suatu

individu atau kelompok organisasi tertentu yang dikaji dari sudut pandang

yang utuh, komprehensif dan holistik. Risetnya dilaksanakn menggunakan

teknik-teknik wawancara.

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif supaya penelitian

dapat dipahami dan dimaknai secara mendalam dan komprehensif, tanpa

menggunakan rumus - rumus atau angka - angka statistik. Dengan

menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, penelitian

akan menghasilkan jawaban yang lebih subyektif, mendalam, dan lebih

mendetail.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengutamakan

segi kualitas data. Melalui penelitian kualitatif ini, penulis akan

i
memfokuskan pada The Goods Departemen Store & The Goods Café

dalam membangun brand image.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari presfektif partisipan.

Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh

setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus

penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman

umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

Hal yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti tidak

boleh mempengaruhi dan terpengaruh subjek. Setiap subjek memiliki

kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lain, dan tidak

dipandang sebagai benar atau salah, baik ataupun buruk. Dalam hal ini,

penelitian dilakukan secara merinci dan mendalam, serta menyeluruh

guna mendapatkan data akurat yang menjelaskan dan menggambarkan

secara rinci mengenai strategi komunikasi pemasaran The Goods

Departemen Store & The Goods Café dalam membangun brand image.

3.3 Metode Penelitian

Pada penelitian kualitatif analisis yang digunakan lebih bersifat

deskriptif analitik yang berarti interpretasi terhadap isi, dibuat dan disusun

secara sistemik atau menyeluruh dan sistematis. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan peneliti menggunakan

pendekatan ini karena data yang bersifat holistik, kompleks, dinamis dan

penuh makna. Sehingga, kurang tepat data pada situasi sosial tersebut

diperoleh dengan pendekatan kuantitatif.

i
Menurut M. Iqbal Hasan. MM dalam buku Pokok - pokok Metode

Penelitian dan Aplikasinya menyatakan metode deskriptif bertujuan untuk

a. “Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan

gejala yang ada.

b. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-

praktek yang berlaku.

c. Membuat perbandingan atau evaluasi.

d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan

datang”.(Iqbal, 2002-98).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data yang

dikumpulkan dan bukan melalui angka-angka. Jadi, dalam penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif ini juga bisa menganalisis dan

menginterpretasi serta menggambarkan suatu keadaan atau gejala yang

ada secara detail. Penelitian deskriptif bisa bersifat komparatif dan

koleratif.

Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata -

kata gambar dan bukan angka - angka. Hal ini disebabkan oleh adanya

penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang akan diteliti dan yang

sudah diteliti.

i
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut

bisa berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen

pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti hanya memaparkan data yang

ada di lapangan tentunya dengan teori yang ada dan dapat

mengidentifikasi fokus penelitian. Dalam penelitian ini, penulis akan coba

meneliti mengenai strategi komunikasi pemasaran The Goods

Departemen Store & The Goods Café dalam membangun brand image.

3.4 Objek dan Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012 : 38) pengertian Objek penelitian yaitu

“suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Objek yang akan dibahas penelitian ini adalah The Goods

Departemen Store & The Goods Café, sedangkan pengertian subjek

penelitian menurut Arikunto (2002:145) adalah orang yang diminta untuk

memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Menurut

Moleong (2006:132) bahwa syarat - syarat menjadi subyek penelitian

adalah :

1. Orang tersebut harus jujur dan dapat dipercaya

2. Orang tersebut memiliki kepatuhan pada peraturan

3. Orangnya suka berbicara bukan orang yang sukar berbicara

apalagi pendiam

i
4. Orang tersebut bukan termasuk anggota salah satu kelompok yang

bertikai dalam latar penelitian

5. Orang tersebut memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang

terjadi.

Subyek penelitian ini dibedakan menjadi dua : informan utama (key

informant) dan informan pendukung. Informan utama atau informan kunci

merupakan sumber informasi utama yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti, dalam penelitian ini adalah Divisi Marketing Communication

dan Sales Marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café.

Rincian nya sebagai berikut :

1. Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Jakarta fokus

penelitian mendeskripsikan dan menganalisis terkait dengan

Brand Image The Goods Departemen Store & The Goods Café.

2. Subjek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Divisi

Marketing Communication dan Sales Marketing The Goods

Departemen Store & The Goods Café Jakarta.

3. Objek Penelitian yaitu The Goods Departemen Store & The

Goods Café Jakarta.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta,

wawancara mendalam, dan dokumentasi, (Sugiyono, 2008: 225).

i
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data melalui observasi, wawancara, dan dari dokumentasi dalam rangka

mengumpulkan data - data untuk keperluan penelitian.

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati kegiatan

informan dalam mempersiapkan media atau pada saat membuat model

komunikasi, sosialisasi dengan penggunaan media komunikasi dan pada

saat berlangsungnya proses sosialisasi, wawancara dilakukan untuk

memperoleh data informasi dari informan yang telah ditentukan melalui

proses tanya jawab seputar masalah yang dijadikan fokus penelitian,

dalam hal ini peneliti akan membuat panduan pertanyaan sederhana yang

akan diajukan kepada narasumber.

Kemudian langkah lainnya yang digunakan adalah mencari data

dari data tertulis, berupa : arsip, buku - buku, surat kabar, majalah dll, hal

ini dilakukan untuk menunjang data yang diperoleh di lapangan.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek

keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian,

(Moloeng, 2004:330).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

i
Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu

triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti

terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin dalam (Moloeng, 2004), membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam

triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan

dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987:331).

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah

sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari

berbagai kelas.

i
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit - unit, melakukan sintesia, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan. Menurut Nasution dalam Sugiyono, (2008: 245), analisis telah

mulai sejak merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Kegiatan dalam analisis data dalam penelitaian ini, yakni :

Pertama, kegiatan reduksi data (data reduction), pada tahap ini

peneliti memilih hal-hal yang pokok dari data yang di dapat dari lapangan,

merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema

dan polanya. Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap, selama dan

setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Penulis memilah-milah

data yang penting yang berkaitan dengan fokus penelitan dan membuat

kerangka penyajiannya.

Kedua, penyajian data (data display), setelah mereduksi data,

maka langkah selanjunya adalah mendisplay data. Di dalam kegiatan ini,

i
penulis menyusun kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing-

masing topik kemudian dipisahkan, kemudian topik yang sama disimpan

dalam satu tempat, masing-masing tempat dan diberi tanda, hal ini untuk

memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi kekeliruan.

Ketiga, data yang dikelompokan pada kegiatan kedua kemdian

diteliti kembali dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan

data yang belum lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan

kegiatan ini dilakuakan pada saat kegiatan berlangsung.

Keempat, setelah data dianggap cukup dan telah sampai pada titik

jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan yang

selanjutnya yaitu menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan

simpulan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan metode

induktif. Penelitain ini tidak menguji hipotesis (akan tetapi hipotesis kerja

hanya digunakan sebagai pedoman) tetapi lebih merupakan penyusunan

abstraksi berdasarkan data yang dikumpulkan. Analisis dilakukan lebih

intensif setelah semua data yang diperoleh di lapangan sudah memadai

dan dianggap cukup, untuk diolah dan disusun menjadi hasil penelitian

sampai dengan tahap akhir yakni kesimpulan penelitian.

i
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sekilas Sejarah Perusahaan

PT. Cipta Retail Prakarsa Jakarta adalah sebuah perusahaan yang

bergerak dibidang retail fashion dan café. Dengan sebuah konsep

Departemen Store yang di dirikan oleh tim Brightspot Market, maka

terbentuklah The Goods Departemen Store & The Goods Café.

Perusahaan berawal dari sebuah event organizer bernama

future10, pada tahun 2009 Future10 membuat acara bernama Brightspot

Market. Event tersebut merupakan kegiatan bazzar yang diadakan

berkala setiap tahunnya. Melihat kesuksesan acara tersebut membuat tim

dari Brightspot Market untuk membangun Departemen Store permanen.

Lalu pada tahun 2010 akhirnya berdiri The Goods Departemen Store &

The Goods Café di Plaza Indonesia.

Setelah sukses mengelola gerai retail dan cafe di Plaza Indonesia

dan Pacific Place, The Goods Departemen Store & The Goods Café

membuka toko ketiganya di Pondok Indah Mall (PIM 2) Jakarta Selatan

dan juga membangun resto berkelas yang bernama The Goods Dinner.

The Goods Café ingin memberikan tempat hang out yang masa kini atau

coffee shop yang tidak hanya untuk berkumpul tetapi juga tempat untuk

berbagai pertemuan kerja.

i
Berikut letak – letak toko retail fashion dan café yang menyebar di

Mall - mall Jakarta :

The Goods Departemen Store & The Goods Café

@thegoodsdept (instagram)

1) Plaza Indonesia, Level 5, Jl. MH. Thamrin No 28 – 30, Jakarta

Pusat 10350.

2) Pacific Place, Lantai 1 no.1-02 Jl Jend, Sudirman Kav. 52 - 53,

SCBD Jakarta Selatan, 12190.

3) Pondok Indah Mall 2, Lantai 3 no.321, Jl. Metro Pondok Indah,

Jakarta Selatan 12310.

4) Lotte Shopping Avenue, Level 1 Unit 1F #18-19Jl. Prof. Dr.

Satrio Kav. 3-5 Karet, Kuningan, Jakarta 12940.

Adapun kantor PT. Cipta Retail Prakarsa Jakarta yang ber alamat

di Gedung Wisma Anugrah, Jln. Taman Kemang No 32 B, Jakarta

Selatan.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

VISI

i
Menjadikan perusahaan retail dengan konsep yang berbeda dari

perusahaan retail lainnya dengan menggabungkan toko retail dengan

café dan dipadu dengan desain interior yang menarik.

MISI

Sebagai pelopor atas terbentuknya trend terbaru antara toko retail,

café, dan tempat event yang menyajikan gabungan produk lokal dan

produk import.

4.1.3 Logo Perusahaan

Logo merupakan bagian dari identitas perusahaan yang dirancang

sebagai symbol pembeda untuk dikenali di antara perusahaan -

perusahaan lainnya, sebagai bentuk komunikasi yang mencerminkan nilai

- nilai ideal suatu perusahaan. The Goods Departemen Store & The

Goods Café memiliki logo seperti gambar dibawah ini :

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

a. Key Informan

Michael sebagai Marketing The Goods Departemen Store & The

Goods Café.

i
Jimmi sebagai Sales Marketing The Goods Departemen Store & The

Goods Café.

Nella sebagai HRD The Goods Departemen Store & The Goods Café.

b. Informan Pendukung

Muhammad Taufik sebagai pengunjung dan konsumen loyal di The

Goods Departemen Store & The Goods Café.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam bab 4 ini, penulis akan memberikan dan menguraikan data

yang diperoleh dari observasi penelitian lapangan tujuannya untuk

mengumpukan data dan informasi sebagai data sekunder untuk

melengkapi data premier. Kemudian seluruh data yang diperoleh tersebut

dikumpulkan, disusun, dianalisis secara sistimatis dan digolongkan sesuai

dengan kategori dan jenis data yang dibutuhkan.

Data dan informasi digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam

penelitian ini, selanjutnya data dan informasi yang diperoleh dijelaskan

dalam format display data sebagai hasil wawancara mendalam (depth

interview) dengan narasumber (key Informan). Pada bab ini pula penulis

berupaya untuk memberikan gambaran yang jelas dari setiap jawaban

yang ada relevansinya dengan penelitian.

Pada bab ini penulis akan mengungkapkan, upaya dan usaha –

usaha marketing melalui kegiatan - kegiatan atau aktivitas – aktivitas

dalam menstimulus atau merangsang konsumen dalam proses

pembentukan citra, berikut penjelasannya.

i
Dari teori brand image yang terdapat pada bab 2 dapat

disimpulkan bahwa tahap-tahap komponen pembangun citra sangat

berpengaruh terhadap suatu kegiatan dalam perusahaan, berikut

penjabarannya: Persepsi atau bisa dikatakan sebagai pemaknaan

terhadap sesuatu dalam bentuk apapun dan berdampak pada

terbentuknya citra, lalu kognisi maksudnya adalah keyakinan yang sudah

tertanam di dalam benak individu ketika ia sudah menerima rangsangan

pemaknaan dari persepsi tadi, kemudian motivasi atau sikap yang akan

diambil oleh individu ketika ia sudah yakin atas apa yang di perserpsikan

nya di awal dan kemudian akan lanjut ke pengambilan sikap, bisa

dibilang sikap adalah titik terakhir dimana individu tersebut akan

melakukan apa dan bagaimana terhadap sesuatu yang memiliki dampak

terhadap suatu nilai citra baik positif maupun negatif.

Berikut jabaran kutipan wawancara dengan narasumber mengenai

pembentukan citra dari The Goods Departemen Store & The Goods Café

“Kami dengan seluruh karyawan yang melayani langsung kepada

konsumen berusaha menjalin komunikasi yang baik dan efektif sehingga

konsumen dapat memberi kesan yang positif terhadap The Goods

Departemen Store & The Goods Café, dan berdampak pada image

perusahaan”, ini adalah ulasan dari marketing The Goods Departemen

Store & The Goods Café mengenai cara membentuk persepsi terhadap

konsumen.

Pernyataan dari marketing diatas ditegaskan kembali oleh sales

marketing yang berperan sebagai frontliner dalam memberikan pelayanan

tatap muka langsung kepada konsumen, “Menjalin komunikasi yang baik

i
dengan konsumen, proses transaksi dilakukan secara profesional dan

mudah, pelayanan memperhatikan efisiensi waktu hingga proses

pembayaran”.

Dan kemudian pernyataan singkat dari konsumen tentang kesan

dan image The Goods Departemen Store & The Goods Café, “Dari

pengalaman saya saat berkunjung kesana baik membeli atau hanya

nongkrong dan melihat-lihat, pelayanannya cukup baik, sales marketing

pun sopan dan ramah, lingkungannya sangat nyaman baik di cafe

maupun dalam toko karena berada didalam Mall yang full AC dan

kesimpulan setelah berbelanja di toko retail ini, “Menurut saya The Goods

Departemen Store & The Goods Café berhak mendapat kesan yang baik

dari konsumen karena selain saya pun, banyak konsumen yang mengaku

puas setelah berbelanja disini, ada yang bilang barang yang dijual selalu

up to date, ada yang bilang diskon yang ditawarkan cukup menarik, dan

saya rasa ini berdampak pada brand image The Goods Departemen

Store & The Goods Café itu sendiri”.

Perolehan data dan informasi dari wawancara telah diesuaikan

dengan daftar pedoman wawancara berupa pertanyaan pokok, kemudian

disertai dengan beberapa pertanyaan yang dapat menjelaskan tujuan dari

penelitian dengan beberapa alternatif jawaban, narasumber sebagai

jawaban yang dianggap paling tepat dalam operasional strategi

komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh marketing secara benar dan

dapat di pertanggung jawabkan.

Pada bab ini pula penulis akan mengungkapkan, upaya dan usaha

– usaha marketing melalui kegiatan - kegiatan atau aktivitas - aktivitas

i
pemasaran yang dijalankan dengan menggunakan komunikasi

pemasaran antar sales marketing dengan calon konsumen atau target

pasar dalam hal ini adalah konsumen yang datang maupun konsumen

yang dicari.

Pada penelitian yang berlangsung untuk mendapatkan jawaban

yang komprehensif dari ketiga sumber, maka teori yang diajukan yaitu

marketing mix sebagaimana dijelaskan pada bab II bagian kerangka pikir.

Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan kepada narasumber key

Informan sesuai dengan pedoman wawancara terpilih secara sistematis

sesuai dengan strategi komunikasi pemasaran 4P dengan ditambahkan

process, people dan physical evident sehingga menjadi 7P, sebagai

berikut :

1. Product

Product (produk) adalah suatu apapun yang berbentuk benda

(fisik) dan bukan benda yang dapat ditawarkan atau dijual ke

konsumen atau pasar untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan

konsumen. Adapun produk yang ditawarkan The Goods Departemen

Store & The Goods Café adalah retail fashion, mulai dari atasan

sampai bawahan yaitu sepatu, kemeja, celana, T.Shirt dan aksesoris

lainnya, adapula café yang menyediakan food and beverage (FnB)

yang terdapat diluar toko. The Goods Departemen Store & The Goods

Café adalah sebagai perusahaan retail yang memasarkan berbagai

barang sekunder dan siap pakai dari berbagai merek dengan brand

tertentu. Berorientasi pasar dan lebih mengarah ke konsep produk

untuk berbagai segmentasi pasar yang sesuai dengan gaya hidup

i
masa kini, sehingga dapat merangsang konsumen. Perusahaan,

produsen maupun retail menganggap bahwa konsumen akan memilih

produk berkualitas dan inovatif.

Maka pertanyaan yang diajukan kepada sales marketing ketika

memberikan pelayanan melalui komunikasi secara ber-tatap muka

dengan konsumen, diberbagai situasi adalah untuk menjelaskan nilai

produk dari varian/jenis atau type produk ber-merek yang banyak

diminati konsumen/calon pembeli.

Kualitas - kualitas produk dari berbagai merek dan branding

yang menjadi pilihan dapat mengangkat gengsi seseorang dan

dipandang sebagai produk yang dapat memenuhi gaya hidup, untuk

segmentasi tertentu. Terbukti bahwa sejak tahun 2009, hingga kini,

produk The Goods Departemen Store & The Goods Café ini terus

berkembang dan bertambah khususnya di Jakarta sebagai perusahaan

retail yang tergolong baru namun banyak diminati dan dipercaya

konsumen. Karena perusahaan ini telah bekerja sama dan dipercaya

oleh produsen bermerek.

Keistimewaan – keistimewaan merk The Goods Departemen

Store & The Goods Café ini, kini telah dilengkapi dengan sebuah Cafe,

sehingga konsumen yang berbelanja tidak repot untuk mencari

makanan. Selain itu Departemen Store ini dilengkapi dengan desain

interior yang menarik, sehingga konsumen merasa nyaman.

i
The Goods Departemen Store & The Goods Café ini pun

menawarkan banyak pilihan produk dengan merek dan brand

unggulan. Selain itu, juga menawarkan produk merek dengan brand

lokal dan import yang berkualitas.

The Goods Departemen Store & The Goods Café sebagai

pemasar produk industri fashion yang inovatif, berkelas, dengan tujuan

untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga banyak diminati

kalangan ekonomi menengah keatas, karena produk ini memiliki

banyak keunggulan terutama dari desain dan kualitas produknya, ini

dimaksudkan untuk menjaga dari setiap produk baru agar memiliki nilai

gengsi bagi konsumen ketika di pakai. (Jimmi, 3/10/2016/ jam 11.00).

Pernyataan diatas, dibenarkan dan diperkuat narasumber 2

(dua) Sdr. Michael sebagai marketing dalam pernyataannya

sebagaimana dikutip penulis bahwa Produk yang ditawarkan The

Goods Departemen Store & The Goods Café ini memiliki ciri yaitu

“mengutamakan kualitas produk dengan desain yang up to date dan

trendy”, sehingga konsumen dapat merasakan kepuasan dan

tujuannya adalah agar konsumen kemudian berkeinginan untuk

berbelanja kembali ditempat ini.” (Michael, 3/10/2016/jam 16.00).

Dari kedua pernyataan yang diberikan oleh informan dan

dikonfirmasi dengan informan kunci yaitu marketing The Goods

Departemen Store & The Goods Café membenarkan dengan

pernyataan, sebagai berikut :

i
Sdr. Michael selaku marketing The Goods Departemen

Store & The Goods Café membenarkan pernyataan dari sales

marketing yang memiliki prestasi dibidangnya, sehingga mampu

menjual produk ber-merk dan brand yang diminati konsumen

kepada kalangan menengah atas, selain itu pembeli produk ini

adalah mereka yang memilki lifestyle selalu update, (Michael,

3/10/2016/jam 16.00).

Adapula tanggapan dari konsumen mengenai produk yang

ditawarkan The Goods Departemen Store & The Goods Café sebagai

berikut :

Sdr Muhammad Taufik menambahkan, produk yang

dijajakan adalah produk fashion yang cukup inovatif dan selalu

memberikan kesan premium bagi yang menggunakannya (M.

Taufik, 3/10/2016/jam 14.00).

2. Place

Membuat peluang untuk para konsumen pada waktu dan tempat

yang tepat. Ini berarti Place (tempat) adalah sebagai kegiatan

perusahaan untuk menjual produk yang terjangkau oleh konsumen

yang tepat sasaran. Yang termasuk dalam klasifikasi Place ini meliputi

antara lain bisa juga meliputi distribution channels, coverage,

assortments, locations, inventory, dan transportasi.

i
Adapun pertanyaan yang diajukan adalah seberapa

representative The Goods Departemen Store & The Goods Café

sebagai retail penjualan kebutuhan sekunder seperti sepatu, kemeja,

celana, T.Shirt dari berbagai merek dan brand untuk memenuhi selera

pasar konsumen di Ibu Kota pada umumnya?

Jakarta sebagai sentral kota mode dan gaya hidup

(lifestyle) memiliki banyak showroom atau ruang pamer untuk

menawarkan berbagai produk merek kebutuhan akan fashion.

Demikian hal nya dengan The Goods Departemen Store & The

Goods Café adalah salah satu Retail pendatang baru.

Selain itu The Goods Departemen Store & The Goods

Café memiliki tempat di Plaza Indonesia, Level 5, Jl. MH.

Thamrin No 28 – 30, Jakarta Pusat 10350; Pacific Place, Lantai

1 no.1-02 Jl Jend, Sudirman Kav. 52-53 SCBD Jakarta Selatan

12190; Pondok Indah Mall 2, Lantai 3 no.321, Jl. Metro Pondok

Indah, Jakarta Selatan 12310; Lotte Shopping Avenue, Level

1 Unit 1F #18-19Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3-5 Karet, Kuningan,

Jakarta 12940.

The Goods Departemen Store & The Goods Café banyak

menyediakan produk fashion terbaru, yang mengikuti trend

terbaru dari suatu brand produk terkenal yang ditawarkan di Mall

yang berkelas diseluruh Jakarta. (Michael, 3/10/2016/jam

16.00).

i
Pernyataan diatas yang penulis kutip dari narasumber

dikonfirmasi kepada narasumber 3 (tiga) Nella dan yang bersangkutan

memberikan pernyataan senada, sebagai berikut :

Tentang posisi The Goods Departemen Store & The

Goods Café yang berada ditempat dan lokasi yang berbeda,

tujuannya adalah untuk mendekatkan diri dengan konsumen,

karena pemilihan tempat ini secara umum sangat strategis

untuk bidang usaha retail, karena tempat ini berada pada

kawasan Jakarta Selatan. Lokasi ini dipadati rumah hunian

kelas menengah dan atas sehingga menjadi potensi pasar yang

baik untuk berbinis retail dan café. Karena posisi sangat

menentukan untuk memberikan keuntungan. Tempat ini

merupakan pasar potensial dan hasil penjualan terus meningkat

dalam setiap tahunnya. (Nella, 4/10/2016/jam 12.00).

Key Informan Sdr. Michael sebagai marketing The Goods

Departemen Store & The Goods Café, memberikan pernyataan yang

lebih tegas lagi, sebagaimana yang penulis kutip dinyatakan dibawah

ini, sebagai berikut :

Menjadi penjual retail, dengan menjual produk merek

yang telah memilki branding sangat menguntungkan sehingga

saya sangat memahami situasi pasar, ketika saya di posisikan

sebagai pimpinan perusahaan bahwa Jakarta merupakan pasar

potensial, karena disini banyak masyarakat yang

berpenghasilan kelas menengah keatas. Artinya disini banyak

i
berkembang berbagai macam usaha. Perusahaan hanya perlu

memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan

kepada konsumen, sehingga sangat memungkinkan untuk

meningkatkan penjualannya. (Michael, 3/10/2016/jam 16.00).

3. Price

Price adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang dapat

dikendalikan oleh perusahaan. Harga merupakan penentuan penjualan

produk sekaligus akan mempengaruhi pendapatan perusahaan.

Dengan kata lain price adalah sejumlah uang yang di minta dalam

bisnis untuk terjadi pertukaran sesuai dengan produk yang ditawarkan.

Harga (price) yang ditawarkan tentu menyeimbangkan dengan

pelayanan (service) yang diberikan perusahaan.

Sebagaimana penulis kutip dari pernyataan yang dikemukakan

narasumber sebagai sales marketing The Goods Departemen Store &

The Goods Café memberikan pernyataan terkait banyak produk yang

bisa terjual ditengah persaingan harga pasar industry fashion, sebagai

berikut :

Daftar harga produk dan merk serta branding dari suatu

produk fashions di Jakarta khususnya dan di Indonesia pada

umumnya bisa di lihat langsung di Instagram : thegoodsdept

pada sosial media ini memberi informasi yang up to date

mengenai profil maupun promo yang tersaji.

i
Pada waktu tertentu perusahaan memberikan potongan

harga. Potongan harga dapat diberikan kepada pembeli

terutama pada saat momentum hari – hari besar tertentu seperti

menjelang Hari Raya Idul Fitri, pada saat Bulan Ramadhan,

atau pada saat hari - hari tertentu lainnya. Pemberian hadiah

dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk penghargaan bagi

konsumen.

Sistem Pembayaran untuk pembelian setiap produk merk

tertenu The Goods Departemen Store & The Goods Café bisa

dilakukan dengan melalui Debit, Credit Card atau Cash.

Tenggang Waktu (Credit Term) Dalam pemesanan

produk merk fashions terbaru (new arrival) biasanya

perusahaan memberikan tenggang waktu untuk pemesanan

model baru. 2/3 dari terbitnya surat pemesanan Customer

(Jimmi, 3/10/2016/ jam 11.00).

Pernyataan diatas senada dengan pernyataan yang

disampaikan narasumber 2 (dua), sebagai marketing The Goods

Departemen Store & The Goods Café tentang harga yang ditetapkan

untuk setiap satuan atau price dari masing - masing jenis atau type

varian produk fashions sebagai berikut :

The Goods Departemen Store & The Goods Café

sebagai perusahaan dalam menawarkan produk fashion

dengan merk dan brand tertentu di promosi on the spot atau di

i
tempat – tempat yang merupakan outlet The Goods

Departemen Store & The Goods Café yang ada di Jakarta.

Tetapi pada waktu dan situasi tertentu memberikan diskon,

tujuannya adalah untuk merangsang konsumen dan diskon ini

pun cukup menarik calon konsumen, sehingga kemudian

konsumen akan melakukan pembelian. (Michael, 3/10/2016/jam

16.00).

Dari pernyataan yang telah disampaikan oleh ke dua masing -

masing narasumber, tentang harga dari setiap unit sesuai dengan type

dan jenis produk yang tersedia di outlet dijelaskan pula oleh HRD ,

sebagai berikut :

Kami sebagai HRD The Goods Departemen Store & The

Goods Café memiliki kewenangan atau otoritas untuk

memberikan diskon maupun bentuk lain yang dapat

meningkatkan penjualan, dari setiap jenis merek dan brand

yang berbeda yang ditawarkan, tapi dari sekian model kiranya,

hanya pemberian diskon saja yang dapat merangsang

penjualan. (Nella, 4/10/2016/jam 12.00).

Menanggapi soal harga pengunjung juga memiliki pendapat

sendiri sebagai berikut :

Selaku eksekutif muda yang bekerja di Jakarta dan

memiliki selera fashion yang harus selalu trendy, saya rasa

dengan didukung produk yang memiliki brand terkenal, harga

i
yang ditawarkan pun cukup worth it (setimpal) (M. Taufik,

3/10/2016/jam 14.00).

4. People

“People” adalah semua pelaku yang memainkan peran penting

dalam menyajikan produk barang/jasa, sehingga dapat mempengaruhi

persepsi pembeli. Elemen dari “people” adalah pegawai perusahaan,

dan konsumen orang-orang yang merujuk kepada setiap orang yang

datang dan berinteraksi dengan pelanggan yang dapat mempengaruhi

nilai bagi pelanggan. Atau “people” adalah semua pelaku yang

memainkan peran penting dalam penyajian produk barang/jasa,

sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari

“people” adalah pegawai perusahaan, dan konsumen atau semua

sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian karyawan dan

penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan

penjualan produk maupun jasa.

Berbicara mengenai karyawan berarti adalah berbicara

mengenai kompetensi (knowledge, skill dan attitude) dan motivasi.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan diperlukan

karyawan yang handal atau mumpuni. Karyawan adalah elemen utama

yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam rangka mengeksekusi

strategi komunikasi pemasran perusahaan.

Selanjutnya penulis ingin menggali materi dari Sdr. Nella

sebagai HRD sangat memahami karakteristik pegawainya yang

bekerja sebagai sales marketing. Penulis mengajukan pertanyaan

i
terkait dengan bagaimana penguasaan pengetahuan produk yang

ditawarkan, dari berbagai jenis dan varian produk merek semua yang

ada di The Goods Departemen Store & The Goods Café?, sebagai

berikut :

Ketika perusahaan melakukan perekrutan pegawai,

sesuai dengan posisi yang dibutuhkan, dilakukan kualifikasi dari

berbagai kompetensi yang dibutuhkan untuk ditempatkan

sebagai marketing. Kemudian diutamakan Sarjana, setelah

diterima diberikan pelatihan berupa training sebagai sales

marketing. Dengan muatan materi etika dalam berkomunikasi,

pengetahuan tentang produk dengan merek dan brand tertentu

(product knowledge).

Selama percobaan dalam bekerja diberikan

pendampingan oleh senior, tujuannya adalah agar tidak terjadi

kesalahan yang dapat merugikan perusahaan. Misalnya tentang

sikap dan perilaku, kerapihan dalam berpakaian, dan

penyampaian dalam berkomunikasi (Nella, 4/10/2016/jam

12.00).

Pertanyaan selanjutnya masih diajukan kepada Sdr. Nella

selaku HRD, bagaimana menurut Sdr, kemampuan pegawai yang

diposisikan sebagai sales marketing? :

Bahwa setiap rekrutmen pagawai khususnya pada

perusahaan dibawah bendera perusahaan dengan merek dan

i
brand yang terkenal di dunia, maka setiap pegawai akan

diberikan pendidikan dan pelatihan mengenai materi proses

bisnis fashions.

Kecakapan dan kejujuran adalah penting tujuannya

adalah untuk tidak mengecewakan konsumen, mulai dari

datang, bertransaksi, hingga pasca pembelian. inilah yang

menjadi komitmen dari manajemen PT. Cipta Retail Prakarsa

Jakarta (Nella, 4/10/2016/jam 12.00).

Pernyataan diatas ditegaskan pula oleh Sdr. Michael selaku

marketing, bahwa yang dimaksudkan dengan People dalam konteks ini

yaitu :

Orang (People) maksudnya adalah perilaku pelayanan

yang dilakukan oleh pegawai, untuk memberikan pelayanan

terbaik kepada konsumen dimuali dari seleksi, pelatihan dan

motivasi pegawai dapat membuat perbedaan besar dalam

kepuasan pelanggan. Idealnya, pegawai harus memperhatikan

kompetensi, sikap memperhatikan, responsif, inisiatif,

kemampuan memecahkan masalah dan niat baik.

Selain itu hal - hal yang tergolong sebagai People dalam bisnis

industri produk merek dan brand fashion yang sudah dikenal

masyarakat konsumen, ini tujuannya, diantaranya :

Karyawan dalam melakukan pelayanan penjualan

bersikap ramah, sikap karyawan yang profesional, asistensi

i
petugas sebelum penyerahan barang, tanggapan karyawan

terhadap keluhan dan keramahan dari sales marketing The

Goods Departemen Store & The Goods Café (Michael,

3/10/2016/jam 16.00).

5. Process

Sistem yang digunakan untuk menciptakan hubungan yang baik

dengan berkomunikasi, artinya memberi dan menerima pesan sebagai

pertukaran. Atau dalam konteks komunikasi yang disebut dengan

proses (process) adalah kegiatan yang menunjukkan sikap

berkomunikasi dalam memberikan pelayanan kepada konsumen

selama melakukan pembelian produk.

Pertanyaan yang diajukan kepada sales marketing yaitu Sdr

Jimmi, bagaimana pelayanan yang diberikan kepada konsumen dalam

memberikan layanan, sehingga konsumen mau membeli produk merk

dan brand yang ditawarkan? :

Salah satu kemampuan penjual yang sukses adalah yang

memahami proses komunikasi yaitu merupakan sistem

organisasional, dimana elemen yang tidak terlihat tetapi

mendukung bisnis jasa tersebut. Hal-hal yang tergolong sebagai

Proses dalam bisnis industri fashion dengan merk dan brand

tertentu, antara - lain : Proses transaksi penjualan yang

dilakukan secara professional dan mudah, pelayanan penjualan

memperhatikan efisiensi waktu, hingga proses pengantaran

sesuai dengan fisik pemesanan.

i
Yang perlu dingat adalah dinamika dan mobilisasi

penjualan dalam sebuah perusahaan adalah karyawan itu

sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (Quality

Assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan

sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh

karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal

terhadap perusahaan tempatnya bekerja (Jimmi, 3/10/2016/ jam

11.00).

Dari kedua pernyataan diatas, ditegaskan kembali oleh

marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café, bahwa

dalam mengelola usaha melalui front liner diperlukan kehati - hatian

agar tidak mengecewakan konsumen :

Dalam hal ini utamanya selaku marketing dalam menjual

produk dengan merek dan brand tertentu, benar –benar harus

bisa memfasilitasi, karena posisinya sebagai jasa konsultasi

gratis, kepada calon pembeli atau konsumen potensial karena

fasilitas layanan berpengaruh pada image perusahaan. Proses

juga bisa diartikan sebagai mutu layanan sangat bergantung

pada proses penyampaian informasi kepada konsumen. Karena

itu pembentukan brand image erat hubungannya dengan

identitas fisik yang berkaitan dengan merek dari produk tertenu

yang ditawarkan, sehingga konsumen mudah mengenali dan

membedakannya dengan merek atau produk lain, seperti logo,

i
warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang

memayunginya, slogan, dan lain-lain.

Lalu personalitas merek adalah karakter khas sebuah

merek tertentu dapat membentuk kepribadian seseorang sesuai

dengan keinginannya, sehingga khalayak konsumen dengan

mudah membedakannya dengan merek lain.

Lainnya lagi, brand association adalah hal-hal spesifik

yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu merek, bisa

muncul dari penawaran unik suatu produk, aktivitas yang

berulang dan konsisten.

Dan yang tidak kalah penting yaitu sikap dan perilaku

merek. Brand attitude and behavior adalah sikap atau perilaku

komunikasi dan interaksi merek dengan konsumen dalam

menawarkan benefit-benefit dan nilai yang dimiliki suatu produk

tertentu. (Michael, 3/10/2016/jam 16.00).

6. Physical Environment

Isyarat nyata yang dapat digunakan sebagai sarana untuk

mengevaluasi, kualitas pelayanan sebelum membeli. Physical

Environment merupakan elemen tambahan dalam marketing mix,

selain ‘people’ and ‘process’. Yang dimaksud ‘physical environment’

adalah lingkungan fisik tempat pelayanan jasa dilakukan dan tempat

dimana konsumen/pelanggan dan pelayan perusahan melakukan

i
interaksi, serta komponen lain yang membantu meningkatkan

pelayanan jasa yang diberikan.

Pertanyan yang diajukan kepada Sdr. Jimmi sebagai sales

marketing, bagaimana tempat dan lingkungan kerja pada bagian sales

marketing yang berada di front liner untuk berkomunikasi dengan calon

pembeli, ketika memberikan layanan informasi tentang kualitas produk

dengan merek dan brand tertentu kepada calon konsumen, sebagai

berikut :

Physical Environment, yaitu bagaimana sales consultan

mampu menjelaskan kualitas produk dapat ditunjukkan melalui

bukti fisik dan penyajian. Jadi suatu bisnis industri retail akan

terus mengembangkan suatu penampilan dan gaya yang dapat

diamati dalam menangani pelanggannya, sehingga dapat

menyampaikan nilai yang diharapkan bagi konsumen, (Jimmi,

3/10/2016/ jam 11.00).

Sedangkan Sdr. Michael menambahkan jawaban yang

menekankan kepada nilai - nilai yang berkaitan dengan budaya

perusahaan sebagai berikut :

Bahwa Physical Environmwent meliputi kebersihan,

kecepatan atau manfaat lainnya. Hal-hal yang tergolong sebagai

Physical Evidence dalam bisnis industry fashion dengan merek

dan brand tertentu, antara lain : di setiap outlet yang merupakan

penjualan produk fashion senantiasa bersih dan nyaman,

i
karena outlet inipun dilengkapi dengan café sehingga dibuat

sedemikian rupa semata mata untuk kenyamanan konsumen

yang bersih dan nyaman, ruang yang tertata rapi, dan indah,

logo perusahaan yang menarik. (Michael, 3/10/2016/jam 16.00).

Ketika penulis mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara

menjaga lingkungan perusahaan untuk tetap menarik perhatian

konsumen. Sdr Nella selaku HRD perusahaan menyatakan :

Kami sangat bangga dengan para pegawai yang ada di

perusahaan ini, karena mereka semua sangat memperhatikan

lingkungan kerja, selain itu mereka juga memiliki ethos kerja

yang tinggi untuk meningkatkan penjualan dalam setiap

kesempatan senantiasa mencari peluang untuk menjual.

Sungguh saya sangat beruntung sebagai HRD

perusahaan ini, karena mereka semua mengerti apa yang

menjadi tanggung jawab dalam pekerjaan masing masing.

Selain itu sebagai perusahan retail yang branded, yang

utama adalah memperhatikan faktor personal dan lingkungan,

karena faktor lingkungan dan personal memengaruhi persepsi

seseorang. Seperti atribut - atribut teknis dan memiliki nilai

sosial budaya yang melekat pada suatu produk tertentu serta

dapat dikontrol oleh produsen. Sehingga konsumen secara

personal memiliki kesiapan mental untuk melakukan proses

i
persepsi berdasarkan pengalaman sendiri, mood, kebutuhan

serta motivasi.

Melalui persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari

setiap merek dan produk produk yang ditawarkan tersebut,

dapat dilakukan melalui berbagai macam bentuk komunikasi,

seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations),

logo, fasilitas retail, sikap karyawan atau sales marketing dalam

melayani penjualan, dan performa pelayanan.

Dan bila ini dilakukan secara bertanggung jawab oleh

seluruh komponen organisasi maka sangat mungkin terbentuk

brand image perusahaan.

Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara

abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka

memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan

produk, membangun brand image yang positif dapat dicapai

dengan program marketing yang kuat terhadap produk tersebut,

yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang

membedakannya dengan produk lain. Kombinasi yang baik dari

elemen – elemen yang mendukung (seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan brand image yang

kuat bagi konsumen. (Nella, 4/10/2016/jam 12.00).

7. Promotion

i
Kegiatan Pemasaran yang membentuk konsumen potensial,

rekan kerja, kesadaran dan ketertarikan masyarakat pada bisnis yang

ditawarkan. Sebagaimana halnya industri retail senantiasa beriorientasi

pada pengembangan pasar potensial. maka yang perlu dilakukan oleh

sales marketing yaitu mempromosikan produk dengan menggunakan

berbagai media dan event diruang yang ramai dikunjungi publik.

Pertanyaan yang diajukan kepada sales marketing Sdr. Jimmi,

yaitu, bagaimana strategi promosi yang dilakukan oleh divisi

komunikasi pemasaran dalam meningkatkan penjualan industri fashion

dari merk dan brand tertentu pada perusahaan ini sebagai berikut :

Promosi (promotion) sebagai perusahaan industri fashion

dengan merek dan memilki branding yang sudah dikenal

masyarakat luas merupakan perusahaan yang baru di Jakarta

tertu memerlukan berbagai promosi yang dapat dilakukan

diantaranya melalui iklan sebagai media promosi rupanya masih

perlu dilakukan guna menyadarkan serta memberikan informasi

baru tentang industri fashion merek dan brand dikenal

masyarakat Indonesia kepada masyarakat, terutama kepada

pengguna setia merek dan brand tertentu.

Selain itu menggunakan juga :

a. Advertising (periklanan) Advertising sebagai media iklan

perusahaan Industri fashion merk dengan branding tertentu

di Indonesia dilakukan melalui media sosial untuk ber-Iklan

i
juga dilakukan pada media online (website) seperti halnya

Instagram.

b. Personal Selling (penjualan perseorangan) cara ini kerap

dilakukan oleh Perusahaan yang bergerak pada industri

fashion dengan menempatkan pembeli sebagai raja, karena

merek dan brand tertentu dapat meningkatkan penjualan

secara personal oleh sales marketing. Personal selling

misalnya hanya dilakukan melalui pelayanan via telepon

atau online.

c. Sales Promotion (SP) walaupun iklan sudah dilakukan

melalui media website, tapi promosi juga tetap dilakukan

oleh The Goods Departemen Store & The Goods Café pada

media sosial Instagram.

d. Direct Marketing (DM) atau pemasaran langsung dilakukan

oleh perusahaan melalui media telepon (customer service)

pengguna merek dan brand tertentu dibidang fashion ini,

bagi konsumen yang datang langsung di cabang-cabang

penjualan terdekat.

e. Integrated Marketing (Pemasaran terpadu) dilakukan oleh

perusahaan karena perusahaan menjual aksesoris disetiap

cabang perusahaan.

f. Event Marketing, event marketing memang dianggap

sebagai cara yang efektif dalam menjual produk. Hal ini

dilakukan pada event - event seperti pameran bersama dan

menyelenggarakan fashion show di tempat yang

i
diselenggarakan setiap tahun, ataupun ada penjualan

secara langsung di suatu acara, yang ada hanya penawaran

melalui iklan tentang discount (potongan harga tiket) saat

hari - hari tertentu seperti misalnya menjelang Hari Raya Idul

Fitri. (Jimmi, 3/10/2016/ jam 11.00).

Demikian halnya sebagaimana yang dikatakan oleh Sdr. Jimmi

bahwa untuk melakukan penjualan setinggi mungkin tentang kuantitas

produk merek dan branding tertentu, maka :

Bahwa setiap perusahaan apapun bidang usahanya

memerlukan promosi penjualan. “Promosi merupakan upaya

yang dilakukan untuk memberikan informasi dan bertujuan

membujuk orang untuk melakukan pembelian. Melalui kegiatan

promosi, konsumen atau orang - orang akan mendapatkan

keuntungan karena informasi yang diberikan dan kemudian

diterima sesuai dengan harapannya.

Promosi dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan

kondisi yang diciptakan oleh marketing, seperti halnya

melakukan kegiatan melalui penyelenggaraan event atau

pameran yang tujuannya adalah untuk merangsang penjualan,

yang pada akhirnya konsumen melakukan pembelian. (Jimmi,

3/10/2016/ jam 11.00).

Selanjutnya marketing The Goods Departemen Store & The

Goods Café mengatakan dan memberikan kesimpulan tentang

mempertahankan pasar industri fashion dengan merek dan brand

i
tertentu secara nasional dan khususnya di Jakarta Selatan, sebagai

berikut :

Mengingat dalam tiga tahun terakhir ekonomi nasional

sedang melambat, sehingga daya beli menurun. Untuk itu

industri fashion dengan merek dan brand tertentu tidak henti -

hentinya menyelenggarakan berbagai bentuk promosi

sebagaimana telah dijelaskan Sdr Jimmi selaku sales marketing

yang dimiliki oleh perusahaan ini, seperti halnya dalam

penyelenggaran fashion show disetiap kesempatan.

Adapun jenis dan macam promosi meliputi promosi

penjualan, public relations, publisitas, dan iklan. Melalui bauran

promosi, perusahaan mampu untuk menginformasikan tentang

produk - produknya kepada masyarakat yang dituju. Komunikasi

yang efektif dapat mengubah atau memperkuat sikap

masyarakat. (Michael, 3/10/2016/jam 16.00).

Selanjutnya disampaikan juga pernyatan senada dari Sdr Jimmi

selaku kepala sales marketing sebagai berikut :

Di era modern dengan perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi perusahaan dapat melakukan

pemasaran melalui bauran promosi adalah salah satu strategi

promosi yang dipakai oleh perusahaan dalam mengenalkan

produknya kepada khalayak.

Strategi promosi menggunakan bauran promosi yang

efektif akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena

i
akan mengenai target pasar. Tidak hanya itu dengan

menggunkan bauran promosi sebagai strategi promosi

perusahaan telah menggunakan banyak media untuk

menjangkau khalayak luas dan proses promosi teroraginir

dengan baik.

Karena itu bauran promosi adalah salah alat untuk

mengkomunikasikan produk kepada khalayak, dengan

komunikasi yang baik dan efektif maka akan dapat mengubah

dan memperkuat sikap dari khalayak sebagai target pasar.

(Jimmi, 3/10/2016/ jam 11.00).

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Membangun Brand Image

The Goods Departemen Store & The Goods Café.

Setiap pemilik perusahaan senantiasa memikirkan keberhasilan

kemajuan sebagai upaya meningkatnya penjualan suatu produk barang

maupun jasa. Maka langkah - langkah yang dilakukan adalah memahami

manajemen pemasaran. Diawali dari suatu perencanaan produk hingga

ke pemasaran. Untuk itulah dibuat suatu program pemasaran, melalui

konsep strategi pemasaran yang komprehensif dan bisa diterapkan.

Salah satunya adalah dengan mengutip teori maupun konsep

strategi komunikasi pemasaran, perencanaan, penerapan, dan

pengendalian komunikasi pemasaran dari sebuah organisasi perusahaan

i
kepada para pelanggan dan sasaran lainnya. Strategi yang digunakan

masing - masing pemasar tentunya berbeda. Terlebih lagi ketika internet

telah mengubah cara promosi perusahaan dan pelaksanaan seluruh

bisnis serta strategi pemasaran, juga mempengaruhi program komunikasi

pemasaran perusahaan tersebut (Belch & Belch 2004:21). Begitu halnya

dengan The Goods Departemen Store & The Goods Café memiliki

strategi bauran komunikasi pemasaran tersendiri.

Pembahasan Hasil penelitian ini, penulis menggunakan dua

konsep yakni, konsep 7P dan Bauran Pemasaran Public Relations,

diperkuat dengan Citra Produk. Menurut Kotler dan Armstrong

(2008:116), ”Bauran promosi (promotion mix) – juga disebut bauran

komunikasi pemasaran (marketing communication mix) perusahaan

merupakan paduan spesifik hubungan masyarakat, iklan, promosi

penjualan, penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang

digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara

persuasif dan membangun hubungan pelanggan.”

Kemudian selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian yaitu

citra produk atau brand image yang akan ditawarkan kepada konsumen.

Secara konseptual produk dapat diartikan sebagai sekumpulan nilai

kepuasan yang kompleks. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh pembeli

berdasarkan manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut.

Adapun produk yang ditawarkan dalam penelitian ini, adalah merupakan

produk fashion dengan merek dan brand yang ditawarkan oleh The

Goods Departemen Store & The Goods Café. Jadi produk fashion untuk

i
gaya hidup agar tetap trendy dan dapat memberikan manfaat nyata yang

dapat memuaskan pelanggan.

The Goods Departemen Store & The Goods Café, sebagai

perusahaan penjual produk fashion dengan merek dan brand tertentu

telah menetapkan penentuan harga dalam dunia bisnis, harga merupakan

titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena harga menentukan

pendapatan dari suatu produk. Keputusan penentuan harga dari setiap

produk fashion sangat signifikan di dalam penentuan nilai/manfaat yang

dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting

dalam gambaran kualitas produk. Perusahaan ini menerapkan juga

strategi penentuan tarif dalam menjual sebuah produk dan dapat pula

menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan tinggi dan

tarif diskon pada saat permintaan menurun.

The Goods Departemen Store & The Goods Café adalah sebuah

perusahaan fashion yang menjual produk dari merek dan brand tertentu

yang dikenal oleh masyarakat mulai dari masyarakat yang berpenghasilan

menengah dan atas. Sejalan dengan itu The Goods Departemen Store &

The Goods Café telah menerapkan konsep baru dari penjualan

produknya, dengan menerapkan konsep dagang Retail dan Café. Konsep

ini dilakukan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Sedang konsep

lainnya adalah konsep dagang konvensional yaitu dengan menjelaskan

tiga dasar penetapan harga yang biasa digunakan dalam menentukan

harga, yaitu penetapan harga berdasarkan biaya, penetapan harga

berdasarkan persaingan, dan penetapan harga berdasarkan permintaan.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Zeithaml dan Bitner (2000:437).

i
PT. Cipta Retail Prakarsa Jakarta, sebagai perusahaan yang

menjual produksi fashion dari merek dan brand tertentu yang bertempat di

Jakarta Selatan. Perusahan ini memeilki merek dagang “The Goods

Departemen Store & The Goods Café” sebagai tempat atau dalam

konteks perusahan adalah place. Place diartikan sebagai saluran

distribusi. Adapun lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok

jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Karena

itu keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan

melibatkan pertimbangan - pertimbangan yang komprehensif mulai dari

transaksi menyerahkan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan

berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan

bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat

dari jasa. Oleh sebab itu lokasi berhubungan dengan keputusan yang

dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya akan

ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat

interaksi yang terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara penyedia

jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu

sebagai berikut :

1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa,

2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau,

3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara.

Untuk tipe interaksi dimana pelanggan mendatangi penyedia jasa,

letak lokasi menjadi sangat penting. Di dalam interaksi ini penyedia jasa

yang menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan dan

menawarkan jasa mereka di beberapa lokasi. Jika penyedia jasa

i
mendatangi pelanggan, maka letak lokasi menjadi tidak begitu penting

meskipun perlu dipertimbangkan pula kedekatan terhadap pelanggan

untuk menjaga kualitas jasa dan pelanggan menggunakan media

perantara dalam berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan meskipun

beberapa media perantara memerlukan interaksi fisik antara mereka

dengan pelanggan.

Sebagai perusahaan yang menjual produk fashion dengan merek

dan brand dari berbagai macam barang, maka perusahaan perlu

memikirkan cara mepromosikan yang efektif, karena promosi merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan suatu dalam meningkatkan

penjualan. Dalam dunia bisnis betapapun berkualitasnya suatu produk,

bila konsumen belum pernah mendengarkannya dan tidak yakin bahwa

produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan

pernah membelinya. “Promosi adalah suatu bentuk komunikasi

pemasaran yang merupakan aktivitas dalam bentuk berusaha

menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau

mengingatkan sasaran pasar atas perusahaan dan produknya agar

bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan

perusahaan yang bersangkutan.”

PT Cipta Retail Prakarsa sebagai perusahan dengan merek

dagang The Goods Departemen Store & The Goods Café, dalam

kegiatan mepromosikan produk dengan berbagai varian merek dan brand

yang ada melalui media sosial Instagram tujuannya adalah

menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan

pelanggan sasaran untuk menumbuhkan minat beli produk yang

i
ditawarkan. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan

pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli,

yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi

pembeli dan tetap mengingat produk tersebut.

Pada penelitian ini penulis menggunakan dua konsep pemasaran,

dan diperkuat dengan komponen pembentukan citra, yaitu 7P dan Lima

unsur yang membentuk komunikasi pemasaran yang diposisikan pada

unsur 7P sebagai promosi, disebut bauran komunikasi pemasaran atau

bauran promosi, karena merupakan peralatan dari promosi. yaitu Public

Relations (hubungan masyarakat), advertising (periklanan), sales

promotion (promosi penjualan), personal selling (penjualan personal), dan

direct marketing (pemasaran langsung).

Pada prinsipnya PT. Cipta Retail Prakarsa Jakarta didalam

menjalankan bisninya lebih menitik beratkan pada roda perusahaan yaitu

pada Divisi Marketing dan fungsi Sales Marketing yang bertindak sebagai

communicator dalam kegiatan komunikasi pemasaran mewakili organisasi

perusahaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two

way traffic reciprocal communication). Dalam hal ini, di satu pihak

melakukan fungsi komunikasi pemasaran berlangsung dalam bentuk

penyampaian pesan dan menciptakan opini publik (public opinion).

Kedua, membangun atau membina hubungan (relationship) yang positif

dan baik antara pihak perusahaan yang diwakili Divisi Marketing maupun

pelaksana operasional adalah Sales Marketing dengan pihak konsumen

atau publik sebagai target sasaran, yaitu utamanya publik eksternal.

khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (mutually

i
understanding) dan saling memperoleh manfaat bersama (mutually

sysbiosis) terhadap produk yang ditawarkanya oleh perusahaan kepada

konsumen. Ketiga, Divisi Marketing maupun Sales Marketing adalah

sebagai wakil perusahaan, maka setiap berinteraaksi dengan konsumen,

bertindak untuk peranan back up management artinya senantiasa dapat

memberikan keuntungan untuk perusahaan. Dan keempat, menciptakan

citra perusahaan atau lembaga (corporate image) yang merupakan tujuan

(goals) akhir dari suatu aktivitas yang dilakukan oleh Marketing maupun

Sales Marketing, baik untuk keperluan publikasi maupun promosi.

Peranan Marketing Comunication mencakup bidang yang luas

menyangkut hubungan dengan berbagi pihak, bagaimana meningkatkan

kesadaran, pengertian dan pemahaman tentang aktivitas perusahaan.

The Goods Departemen Store & The Goods Café sebagai penjual

produk fashion dengan merek dan brand tertentu dalam praktiknya,

menawarkan produk tidak menggunakan iklan berbayar, seiring dengan

perkembangan teknologi perusahaan dapat menggunakan iklan dengan

memposting produk pada media sosial instagram. Padahal secara

konseptual iklan adalah komunikasi yang dibayar, yang digunakan untuk

mengembangkan sikap, menciptakan kesadaran dan mengirimkan

informasi untuk mendapatkan respons dari target pasar. Selain itu iklan

merupakan sarana ampuh untuk membangun kesadaran konsumen.

The Goods Departemen Store & The Goods Café sesuai dengan

konsep promotions yaitu tidak menggunakan tenaga Sales Promotion

(promosi penjualan) melalui event tertentu yang dilakukan di tempat

keramaian seperti halnya dilakukan diberbagai Mall yang ada di Jakarta,

i
melainkan hanya menggunakan media sosial instagram untuk tujuannya

mempromosikan produk fashionnya. Dan ini dilakukan untuk jangka

panjang, sedangkan untuk jangka pendek dapat memberikan insentif

kepada Sales Marketing tujuannya adalah untuk mendorong penjualan

produk yang ditawarkan. Sedangkan bentuk aktivitas Sales Marketing

sebagai arahan langsung dimana terjadinya peralihan nilai terhadap

produk pada kekuatan penjualan, dengan tujuan utama terjadinya

penjualan secara langsung. Karena itu Sales Marketing dapat dikatakan

sebagai sebuah teknik yang memiliki potensi sangat signifikan untuk

memperbaiki penjualan jangka pendek maupun jangka panjang dan

efektivitasnya pun dapat diukur. Penggunaan promosi penjualan bisa

menimbulkan efek besar pada persepsi tentang merek.

The Goods Departemen Store & The Goods Café yang didukung

dengan kekuatan Divisi Marketing dengan Sales Marketing yang memilki

tanggung jawab terhadap perusahan keseluruhannya melakukan aktivitas

sebagai penjualan personal. Dengan melakukan berbagai improvisasi dari

penjualan dengan menggunakan komunikasi person to person, biasanya

dilaksanakan oleh sales di bawah naungan manajer penjualan yang

mempromosikan produk secara langsung pada pasar sasaran. Penjualan

personal meliputi komunikasi dua arah dan pribadi antara sales dan

pelanggan invidivu tatap muka, melalui telepon, melalui konferensi video

atau Web, atau dengan cara lainnya. Penjualan personal dapat berfungsi

sebagai jembatan antar perusahaan dan pelanggannya. Penjualan

personal mempelajari kebutuhan pelanggan dan bekerja dengan orang-

orang pemasaran dan nonpemasaran lainnya di dalam perusahaan untuk

i
mencipatakan nilai pelanggan yang lebih besar lagi. (Kotler dan

Armstrong, 2008:183).

Personal selling (penjualan personal) yang dilakukan oleh Sales

Marketing dilakukan secara profesional karena berinteraksi secara

langsung antara penjual dengan pembeli potensial. Personal selling

(penjualan personal) merupakan alat yang paling efektif terutama dalam

membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Alasannya

adalah karena penjualan pribadi, jika dibandingkan dengan periklanan,

memiliki tiga manfaat tersendiri yaitu pertama, personal selling (penjualan

personal) mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara

dua orang atau lebih. Masing - masing pihak dapat melihat kebutuhan dan

karakteristik pihak lain secara lebih dekat dan segera melakukan

penyesuaian. Kedua, personal selling (penjualan personal)

memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan

penjualan sampai ke hubungan persahabatan, tenaga penjualan yang

efektif harus terus berupaya mengutamakan kepentingan pelanggan jika

mereka ingin mempertahankan hubungan jangka panjang, dan ketiga,

personal selling (penjualan personal) membuat pembeli merasa

berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan Sales Marketing secara

santun.

Direct marketing (pemasaran langsung) adalah hubungan

langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat

untuk memperoleh respons langsung dan membangun hubungan

pelanggan yang langgeng. Penggunaan surat langsung, telepon, televisi

respons langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi

i
secara langsung dengan konsumen tertentu. (Kotler dan Armstrong,

2008:117).

Maka secara komprehensif dari seluruh aktivitas penerapan

strategi komunikasi pemasaran dengan menggunakan dua konsep dan

diperkuat dengan komponen pembentukan citra yaitu strategi komunikasi

pemasaran 7P (Product, Price, Please, People, Proccess, Physical

Evident dan Promotions) dengan bauran pemasaran Public Relations

(Public Relations, Advertising, Sales Marketing, Personal Selling dan

Direct Marketing) dan empat komponen pembentukan citra yaitu :

Persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa gabungan

antara 7P, dengan bauran pemasaran dan empat komponen

pembentukan citra, tersebut sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan

dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan proses

pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi kepada

individu untuk memunculkan suatu keyakinan. Sehingga dari keyakinan

tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang produk, dari sikap

itulah terbentuknya citra yang positif atau negatif terhadap PT. Cipta

Retail Prakarsa Jakarta dengan merek dagang The Goods Departemen

Store & The Goods Café.

i
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan strategi komunikasi pemasaran adalah suatu proses

dari suatu perencanaan, pengambil keputusan serta alat evaluasi

terhadap kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan upaya memuaskan

konsumen dari produk yang ditawarkan. Tujuan pemasaran adalah

memuaskan konsumen dari serangkaian tindakan membeli dan

mempergunakan produk dan jasa, dalam hal ini komunikasi pemasaran

bertujuan memberikan pelayanan dalam penjualan produk fashions dari

merek dan branding tertentu yang ditawarkan perusahaan kepada para

pelanggan dari rangkaian kesuksesan upaya pemasaran.

Divisi Marketing hendaknya selalu dikoordinasikan program

komunikasi pemasaran dengan divisi lain guna mengoptimalkan target

penjualan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dengan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

serta dilakukan analisa dari data-data yang diperoleh dari lapangan, studi

pustaka dan sumber-sumber lain. Maka penulis menarik kesimpulan

tentang analisis strategi komunikasi pemasaran di The Goods

Departemen Store & The Goods Café, adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi pemasaran yang dilakukan Divisi marketing

communication The Goods Departemen Store & The Goods

Café, mempunyai tugas yang sama dalam implementasinya,

khususnya untuk hubungan dengan konsumen.

i
2. Komunikasi pemasaran menggunakan frontliner, sebagai

kepanjangan tangan dari marketing dalam memberikan

layanan penjualan yang diadakan oleh The Goods

Departemen Store & The Goods Café. Hal ini dilakukan

karena adanya keterbatasan personal di bagian marketing

selain itu untuk mempermudah konsumen dalam

mendapatkan informasi.

3. Strategi komunikasi yang digunakan oleh bagian marketing di

The Goods Departemen Store & The Goods Café, terbagi

menjadi dua, yaitu stategi yang ditujukan ke dalam

perusahaan (internal) dan strategi komunikasi yang ditujukan

ke luar perusahaan (eksternal). Adapun strategi komunikasi

yang ditujukan ke dalam perusahaan bertujuan untuk

memperkuat pola kerja yang bagus sehingga terjalin

hubungan dan iklim kerja yang kondusif. Sedangkan strategi

komunikasi yang ditujukan ke luar perusahaan bertujuan

untuk membuat citra yang baik di masyarakat, dan untuk

menarik minat konsumen terhadap program dan produk yang

ada di The Goods Departemen Store & The Goods Café.

4. Strategi komunikasi eksternal oleh bagian marketing di The

Goods Departemen Store & The Goods Café, bertujuan untuk

memperbaiki citra positif di masyarakat atau publik, untuk

menarik minat konsumen, menggunakan alat-alat pendukung

pemasaran. Strategi komunikasi ini antara lain dengan

kegiatan-kegiatan lingkungan perusahaan dituntut untuk peka

i
terhadap keadaan lingkungannya baik di sekitar lokasi

perusahaan, dan pemukiman penduduk sekitar maupun

dukungan terhadap pelestarian lingkungan global.

5. Menggunakan pendekatan personal yaitu dengan cara

mendata semua pelanggan yang ada di The Goods

Departemen Store & The Goods Café yang kemudian

diberikan member card sehingga ada perhatian khusus dari

konsumen. Keramahan dan friendly adalah strategi

komunikasi yang digunakan dalam membangun hubungan

yang baik dengan konsumen, dengan adanya keterbukaan,

frontliner yang terbuka dengan semua pelanggan akan

menjadi nilai tersendiri bagi pelanggan terhadap citra

perusahaan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan,

maka penulis mencoba memberikan masukan atau saran yang nantinya

dapat dijadikan referensi bagi perkembangan The Goods Departemen

Store & The Goods Café, adapun saran tersebut antara lain :

1. Divisi Marketing Communication hendaknya dapat

memposisikan bauran komunikasi pemasaran di The Goods

Departemen Store & The Goods Café, secara seimbang.

sebaiknya ada kejelasan wewenang dan tugas yang jelas

dibagian frontliner dengan marketing, sehingga tidak ada

tumpang tindih dalam menjalankan tugas selain itu dapat

mempermudah dalam evaluasinya.

i
2. Divisi marketing communication perlu mensinergikan unsur-

unsur yang terintegrasi dengan bauran pemasaran tujuan agar

pelaksanaan aktifitas personal selling dan pembagian tugas

berjalan secara lebih efektif, karena selama ini seluruh kegiatan

personal selling dilakukan sendiri oleh frontliner.

3. Frekuensi pendekatan personal jangan bersifat temporer tetapi

bila diperlukan dilaksanakan secara rutin terutama setelah

pelaksanaan aktifitas personal selling, sehingga pada pihak

rekan usaha The Goods Departemen Store & The Goods Café,

selalu tertanam citra positif.

4. Oleh karena itu aktifitas komunikasi pemasaran sangat penting

di dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan,

maka perlu adanya penambahan aktifitas komunikasi

pemasaran yang disesuaikan dengan keadaan riil perusahaan,

sehingga perusahaan tidak mengandalkan personal selling saja

sebagai aktifitas komunikasi pemasarannya.

5. Penggunaan media massa kurang maksimal, sebaiknya untuk

Divisi marketing communication lebih memperhatikan hal

tersebut, meskipun penggunaan komunikasi interpersonal lebih

mempunyai dampak yang positif tetapi alangkah baiknya jika hal

ini didukung oleh penggunaan media massa yang mempunyai

jangkauan lebih luas.

6. Sebaiknya mendokumentasikan setiap event atau program yang

diliput oleh media cetak, hal ini berfungsi untuk mengetahui

respon dari publik terhadap produk-produk fashion yang

i
ditawarkan The Goods Departemen Store & The Goods Café,

serta sebgaai bahan kajian untuk melakukan evaluasi dalam

bauran pemasaran.

7. Sebaiknya Divisi marketing communication The Goods

Departemen Store & The Goods Café, lebih sering mengadakan

survei pasar, hal ini berfungsi untuk melihat perkembangan

pasar sehingga dalam penentuan program, event sehingga

sesuai dengan keadaan pasar. Hal ini dapat dilihat dari masalah

harga yang ada di The Goods Departemen Store & The Goods

Café, sehingga tidak dianggap terlalu mahal bagi sebagian

konsumen yang sebagian besar adalah kalangan masyarakat

umum.

8. Selain itu penulis juga memberikan saran bagi penelitian

selanjutnya untuk meneliti tentang bentuk serta strategi

komunikasi pemasaran dengan mengambil objek pada

perusahan yang bergerak dalam bidang retail seperti The Goods

Departemen Store & The Goods Café.

i
DAFTAR PUSATAKA

Alma, Buchari. (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung :


CV Alfabeta.
Basu Swastha. 2004. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : Salemba Empat.
Belch, George E, Michael A (2009). Advertising and Promotion: An Integrated
Marketing Communication Perpective. 8th Edition. New York : McGraw -
Hill
Cangara, H. Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Djaslim Saladin, 2004, Manajemen Strategi & Kebijakan Perusahaan, Edisi 5,


Linda Karya, Bandung.
Elvinari Ardianto 2011. Handbook of Public Relations. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Gaspersz, Vincent. 2012. Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi.Jakarta,
Penerbit PT.Gramedia.

Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar, 2009, Pengantar Statistik, Jakarta :


PT. Bumi Aksara.
Jennie, Siat (1997), Relationship Marketing, Majalah Swa Sembada, Jakarta : no
03/XXVI/Juli.
Komaruddin Sastra, 2003, (Manajemen Marketing), Suatu Pendekatan Ramuan
Marketing, Edisi 1, Bandung : Kappa – Sigma.
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip – prinsip Pemasaran, Jilid 1,
Erlangga, Jakarta
Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2004. Prinsip – prinsip Pemasaran Jilid 1 edisi
kedua belas.Terjemahan Bob Sabran. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip & Kevin L. Keller. 2007.Manajemen Pemasaran edisi jilid 1, edisi
Ketiga belas, Terjemahan Bob Sabran. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip, 2005. Manajemen Pemasaran, Jakarta : PT Macan
JayaCemerlang.
Margono. (2004) Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

i
Moloeng, Lexy J.,2004. Metode Peleitian Kualitatif, Penerbit : PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Nasution, 2003, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito Bandung,
cetakan kedua.
Patton, Michael Quinn. (1987) Qualitative Education Method, Beverly Hills : Sage
Publication.
Rhenald Kasali, (2007). Membidik Pasar Indonesia Segmentasi Targeting
Positioning. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ririn Tri Ratnasari, Mastuti H. Aksa 2011. Teori dan Kasus Manajemen
Pemasaran Jasa. Edisi 1, Bogor : Ghalia Indonesia.
Ruslan, Rosady. 2002. Manajemen Public Relatoins & Media. Komunikasi.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Salim Agus, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial : Dari Denzin Guba
dan Penerapannya. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Schiffman & Kanuk. (2004). Perilaku Konsumen (edisi 7), Jakarta : Prentice Hall
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Resource &
Development Penerbit, Alfabeta, Jakarta.
Suprapto, Tommy. 2006. Penghantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : Media
Pressindo.
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung :
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Tjiptono. 2000. Service Marketing : Esensi & Aplikasi. Yogyakarta : Marknesis.

i
TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber : Sdr Michael


Jabatan : Marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café

1. Bagaimana menjelaskan kepada konsumen saat melakukan komunikasi


mengenai nilai produk dari jenis varian merek dan kualitas produk yang
diminati konsumen?
Jawab : Produk yang ditawarkan The Goods Departemen Store & The Goods
Café ini memiliki ciri yaitu “mengutamakan kualitas produk dengan desain
yang up to date dan trendy”, sehingga konsumen dapat merasakan kepuasan
dan tujuannya adalah agar konsumen mengingat dalam benak bahwa produk
yang ditawarkan adalah worth it.

2. Seberapa representative The Goods Departemen Store & The Goods


Café sebagai retail penjualan kebutuhan sekunder seperti sepatu,
kemeja, celana, T.Shirt dari berbagai merek dan brand untuk memenuhi
selera pasar konsumen di Ibu Kota pada umumnya?
Jawab : Jakarta sebagai sentral kota mode dan gaya hidup (lifestyle) memiliki
banyak showroom atau ruang pamer untuk menawarkan berbagai produk
merek kebutuhan akan fashion. Demikian hal nya dengan The Goods
Departemen Store & The Goods Café adalah salah satu Retail pendatang
baru. Selain itu The Goods Departemen Store & The Goods Café memiliki
tempat di Plaza Indonesia, Level 5, Jl. MH. Thamrin No 28 – 30, Jakarta
Pusat 10350; Pacific Place, Lantai 1 no.1-02 Jl Jend, Sudirman Kav. 52-53
SCBD Jakarta Selatan 12190; Pondok Indah Mall 2, Lantai 3 no.321, Jl. Metro
Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310; Lotte Shopping Avenue, Level 1 Unit
1F #18-19Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3-5 Karet, Kuningan, Jakarta 12940. The
Goods Departemen Store & The Goods Café banyak menyediakan produk
fashion terbaru, yang mengikuti trend terbaru dari suatu brand produk
terkenal yang ditawarkan di Mall yang berkelas diseluruh Jakarta.

3. Bagaimana The Goods Departemen Store & The Goods Café menyajikan
penjualan ditengah persaingan harga pasar di industri fashion?
Jawab : The Goods Departemen Store & The Goods Café sebagai
perusahaan dalam menawarkan produk fashion dengan merk dan brand
tertentu di promosi on the spot atau di tempat-tempat yang merupakan outlet
The Goods Departemen Store & The Goods Café yang ada di Jakarta. Tetapi
pada waktu dan situasi tertentu memberikan diskon, tujuannya adalah untuk
merangsang konsumen dan diskon ini pun cukup menarik calon konsumen,
sehingga kemudian konsumen akan melakukan pembelian.

i
4. Menurut Sdr, bagaimana kemampuan pegawai yang diposisikan sebagai
sales marketing?
Jawab : Perilaku pelayanan yang dilakukan oleh pegawai, untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada konsumen dimuali dari seleksi, pelatihan dan
motivasi pegawai dapat membuat perbedaan besar dalam kepuasan
pelanggan. Idealnya, pegawai harus memperhatikan kompetensi, sikap
memperhatikan, responsif, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah dan
niat baik. Karyawan dalam melakukan pelayanan penjualan bersikap ramah,
sikap karyawan yang profesional, asistensi petugas sebelum penyerahan
barang, tanggapan karyawan terhadap keluhan dan keramahan dari sales
marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café.

5. Bagaimana pelayanan yang diberikan kepada konsumen dalam


memberikan layanan, sehingga konsumen mau membeli produk merk
dan brand yang ditawarkan?
Jawab : Dalam hal ini utamanya selaku marketing dalam menjual produk
dengan merek dan brand tertentu, benar-benar harus bisa memfasilitasi,
karena posisinya sebagai jasa konsultasi gratis, kepada calon pembeli atau
konsumen potensial karena fasilitas layanan berpengaruh pada image
perusahaan. Proses juga bisa diartikan sebagai mutu layanan sangat
bergantung pada proses penyampaian informasi kepada konsumen. Karena
itu pembentukan brand image erat hubungannya dengan identitas fisik yang
berkaitan dengan merek dari produk tertenu yang ditawarkan, sehingga
konsumen mudah mengenali dan membedakannya dengan merek atau
produk lain, seperti logo, warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang
memayunginya, slogan, dan lain-lain.

6. Bagaimana tempat dan lingkungan kerja pada bagian sales marketing


yang berada di front liner yang berkomunikasi langsung dengan calon
pembeli, ketika memberikan layanan informasi tentang kualitas produk
dengan merek dan brand tertentu kepada calon konsumen?
Jawab : Hal-hal yang tergolong sebagai Physical Evidence dalam bisnis
industri fashion dengan merek dan brand tertentu, antara lain : di setiap outlet
yang merupakan penjualan produk fashion senantiasa bersih dan nyaman,
karena outlet inipun dilengkapi dengan café sehingga dibuat sedemikian rupa
semata-mata untuk kenyamanan konsumen yang bersih dan nyaman, ruang
yang tertata rapi, dan indah, logo perusahaan yang menarik.

i
7. Strategi apa yang dilakukan oleh divisi marketing dalam prosomosi
penjualan industri fashion dari merk dan brand tertentu pada
perusahaan ini?
Jawab : Adapun jenis dan macam promosi meliputi promosi penjualan,
publisitas, dan iklan. Melalui bauran promosi, perusahaan mampu untuk
menginformasikan tentang produk - produknya kepada masyarakat yang
dituju. Berikut jenis-jenisnya : Advertising (Periklanan), Personal Selling
(Penjualan perseorangan), Sales Promotion, Direct Marketing (Penjualan
langsung), Event Marketing, Integrated Marketing (Pemasaran terpadu).
Komunikasi yang efektif dapat mengubah atau memperkuat sikap
masyarakat.

8. Menurut saudara, bagaimana cara membentuk persepsi terhadap


konsumen atau pelanggan yang datang ke toko?
Jawab : Kami dengan seluruh karyawan yang melayani langsung kepada
konsumen berusaha menjalin komunikasi yang baik dan efektif sehingga
konsumen dapat memberi kesan yang positif terhadap The Goods
Departemen Store & The Goods Café, dan berdamampak pada image
perusahaan.

Narasumber : Sdr Jimmi


Jabatan : Sales Marketing The Goods Departemen Store & The Goods Café

1. Bagaimana menjelaskan kepada konsumen saat melakukan pelayanan


mengenai nilai produk dari jenis varian merek dan kualitas produk yang
diminati konsumen?
Jawab : The Goods Departemen Store & The Goods Café menawarkan
banyak pilihan produk dengan merek dan brand unggulan, selain itu juga
menawarkan produk merek dengan brand lokal dan import yang berkualitas.
Dengan tujuan memberikan kepuasan konsumen, sehingga banyak diminati
oleh berbagai kalangan. Keunggulan terutama dari desain dan kualitas
produknya, hal ini agar memiliki nilai gengsi bagi konsumen.

2. Bagaimana The Goods Departemen Store & The Goods Café menyajikan
penjualan ditengah persaingan harga pasar di industri fashion?
Jawab : Daftar harga produk dan merek dari suatu produk fashion The Goods
Departemen Store & The Goods Café dapat dilihat lanngsung di instagram
@thegoodsdept, media sosial ini memberikan informasi up to date menganai
profil dan promo yang tersaji. Permbayarannya pun bisa dilakukan dengan
melalui cash/tunai, debit, dan credit card.

i
3. Bagaimana pelayanan yang diberikan kepada konsumen dalam
memberikan layanan, sehingga konsumen mau untuk membeli produk
merek yang ditawarkan?
Jawab : Menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen, proses transaksi
dilakukan secara profesional dan mudah, pelayanan memperhatikan efisiensi
waktu hingga proses pembayaran.

4. Bagaimana tempat dan lingkungan kerja pada bagian sales marketing


yang berada di front liner untuk berkomunikasi dengan calon pembeli,
ketika memberikan layanan informasi tentang kualitas produk dengan
merek dan brand tertentu kepada calon konsumen?
Jawab : Sales marketing harus mampu menjelaskan kualitas produk dapat
ditunjukkan melalui bukti fisik dan penyajian. Jadi suatu bisnis industri retail
akan terus mengembangkan suatu penampilan dan gaya yang dapat diamati
dalam menangani pelanggannya, sehingga dapat menyampaikan nilai yang
diharapkan bagi konsumen.

5. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan oleh divisi marketing dalam


meningkatkan penjualan industri fashion dari merk dan brand tertentu
pada perusahaan ini?
Jawab : Promosi dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
diciptakan oleh marketing, seperti halnya melakukan kegiatan melalui
penyelenggaraan event dan diskon pada hari-hari besar tertentu atau
pameran yang tujuannya adalah untuk merangsang penjualan, yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap loyalitas konsumen.

6. Coba jelaskan secara singkat bagaimana cara mempengaruhi atau


meyakinkan konsumen mengenai kelebihan dari The Goods Departemen
Store & The Goods Café?
Jawab : Saya selaku sales marketing harus siap dengan pertanyaan-
pertanyaan dari konsumen yang ingin mengetahui suatu produk maupun
keuntungan apa yang didapat bila belanja di The Goods Departemen Store &
The Goods Café, dengan memberikan informasi-informasi yang jelas tentang
suatu produk dari kelebihan hingga kekurangan suatu produk, hingga
informasi diskon apablla sedang ada promo.

7. Bagaimana cara mensikapi bila ada konsumen yang complain kepada


anda?
Jawab : Menjelaskan dengan singkat, jelas dan transparan kepada konsumen
hingga konsumen mengerti dan kemudian ia dapat mengambil sikap.

i
Narasumber : Sdri Nella
Jabatan : HRD

1. Seberapa representative The Goods Departemen Store & The Goods


Café sebagai retail penjualan kebutuhan sekunder seperti sepatu,
kemeja, celana, T.Shirt dari berbagai merek dan brand untuk memenuhi
selera pasar konsumen di Ibu Kota pada umumnya?
Jawab : Tentang posisi The Goods Departemen Store & The Goods Café
yang berada ditempat dan lokasi yang berbeda, tujuannya adalah untuk
mendekatkan diri dengan konsumen, karena pemilihan tempat ini secara
umum sangat strategis untuk bidang usaha retail, karena tempat ini berada
pada kawasan Jakarta Selatan. Lokasi ini dipadati rumah hunian kelas
menengah dan atas sehingga menjadi potensi pasar yang baik untuk berbinis
retail dan café. Karena posisi sangat menentukan bagi kemajuan perusahaan.

2. Jelaskan strategi The Goods Departemen Store & The Goods Café agar
dapat bertahan ditengah persaingan pasar di industri fashion?
Jawab : Seperti yang sudah dijelaskan oleh marketing diatas, saya
menambahkan, sebagai HRD The Goods Departemen Store & The Goods
Café memiliki kewenangan atau otoritas untuk memberikan diskon maupun
bentuk lain yang dapat mempertahankan eksistensi, dari setiap jenis merek
dan brand berkualitas yang ditawarkan, hal ini dapat memberikan kesan
positif bagi konsumen dan tetap bisa bersaing dalam pasar industri fashion.

3. Bagaimana penguasaan pengetahuan kepada karyawan terhadap


produk yang ditawarkan, dari berbagai jenis dan varian produk merek
semua yang ada di The Goods Departemen Store & The Goods Café?
Jawab : Ketika perusahaan melakukan perekrutan pegawai, sesuai dengan
posisi yang dibutuhkan, dilakukan kualifikasi dari berbagai kompetensi yang
dibutuhkan untuk ditempatkan sebagai marketing. Kemudian diutamakan
Sarjana, setelah diterima diberikan pelatihan berupa training sebagai sales
marketing. Dengan muatan materi etika dalam berkomunikasi, pengetahuan
tentang produk dengan merek dan brand tertentu (product knowledge).

i
Selama percobaan dalam bekerja diberikan pendampingan oleh senior,
tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahan yang dapat merugikan
perusahaan. Misalnya tentang sikap dan perilaku, kerapihan dalam
berpakaian, dan penyampaian dalam berkomunikasi.

4. Bagaimana menurut Sdr, kemampuan pegawai yang diposisikan sebagai


marketing dan sales marketing?
Jawab : Setiap rekruitmen pagawai khususnya pada perusahaan dibawah
bendera perusahaan dengan merek dan brand yang terkenal di dunia, maka
setiap pegawai akan diberikan pendidikan dan pelatihan mengenai materi
proses bisnis fashions. Kecakapan dan kejujuran adalah penting tujuannya
adalah untuk tidak mengecewakan konsumen, mulai dari datang,
bertransaksi, hingga pasca pembelian.

5. Bagaimana cara menjaga lingkungan perusahaan untuk tetap menarik


perhatian konsumen?
Jawab : Kami sangat bangga dengan para pegawai yang ada di perusahaan
ini, karena mereka semua sangat memperhatikan lingkungan kerja, selain itu
mereka juga memiliki ethos kerja yang tinggi untuk meningkatkan penjualan
dalam setiap kesempatan senantiasa mencari peluang untuk menjual.
Sungguh saya sangat beruntung sebagai HRD perusahaan ini, karena
mereka semua mengerti apa yang menjadi tanggung jawab dalam pekerjaan
masing masing. Selain itu sebagai perusahan retail yang branded, yang
utama adalah memperhatikan faktor personal dan lingkungan, karena faktor
lingkungan dan personal memengaruhi persepsi seseorang. Seperti atribut -
atribut teknis dan memiliki nilai sosial budaya yang melekat pada suatu
produk tertentu serta dapat dikontrol oleh produsen. Sehingga konsumen
secara personal memiliki kesiapan mental untuk melakukan proses persepsi
berdasarkan pengalaman sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi. Melalui
persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari setiap merek dan produk produk
yang ditawarkan tersebut, dapat dilakukan melalui berbagai macam bentuk
komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations),
logo, fasilitas retail, sikap karyawan atau sales marketing dalam melayani
penjualan, dan performa pelayanan. Dan bila ini dilakukan secara
bertanggung jawab oleh seluruh komponen organisasi maka sangat mungkin
terbentuk brand image yang kuat bagi konsumen.

i
Narasumber : Sdr M. Taufik
Jabatan : Konsumen/Pelanggan

1. Bagaimana produk yang disajikan dan ditawarkan oleh The Goods


Departemen Store & The Goods Café dalam pemenuhan kebutuhan
konsumen?
Jawab : Produk yang dijajakan adalah produk fashion yang cukup inovatif dan
berkualitas, selalu memberikan kesan premium bagi yang menggunakannya.

2. Menurut Sdr, apakah harga yang diberikan oleh The Goods Departemen
Store & The Goods Café sebanding dengan kualitas dan nilai guna nya
itu sendiri?
Jawab : Selaku eksekutif muda yang bekerja di Jakarta dan memiliki selera
fashion yang harus selalu trendy, saya rasa dengan didukung produk yang
memiliki brand terkenal dan kualitas yang baik, harga yang ditawarkan pun
cukup worth it (setimpal).

3. Mengenai lingkungan tempat dan pelayanan yang diberikan oleh The


Goods Departemen Store & The Goods Café, apakah sudah cukup
memuaskan?
Jawab : Dari pengalaman saya saat berkunjung kesana baik membeli atau
hanya nongkrong dan melihat-lihat, pelayanannya cukup baik, sales
marketing pun sopan dan ramah, lingkungannya sangat nyaman baik di cafe
maupun dalam toko karena berada didalam Mall yang full AC.

4. Sebagai konsumen, coba anda jelaskan apa yang memotivasi atau


mendorong anda sehingga memutuskan untuk berbelanja di The Goods
Departemen Store & The Goods Café?
Jawab : Alasan saya berbelanja di The Goods Departemen Store & The
Goods Café karena toko retail ini selain lengkap, juga karyawan yang ada
ditoko ramah dan telaten untuk memberikan segala informasi yang ingin saya
tahu mengenai suatu produk maupun keuntungan yang didapat setelah
bebelanja disini.

5. Dengan begitu bagaimana kesan menurut Sdr terhadap The Goods


Departemen Store & The Goods Café?
Jawab : Menurut saya The Goods Departemen Store & The Goods Café
berhak mendapat kesan yang baik dari konsumen karena selain saya pun,
banyak konsumen yang mengaku puas setelah berbelanja disini, ada yang
bilang barang yang dijual selalu up to date, ada yang bilang diskon yang
ditawarkan cukup menarik, dan saya rasa ini berdampak pada brand image
The Goods Departemen Store & The Goods Café itu sendiri.

i
STRUKKTUR ORGANISASI THE GOODS DEPARTEMEN
STORE & THE GOODS CAFE

i
PROGRAM KERJA

 Tahapan Penyusunan Program Kerja:


1. Riset (research),
2. Perencanaan (planning) dan Membuat keputusan (decision making),
3. Komunikasi (communication) dan Aksi (action),
4. Evaluasi (evaluation)

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan program kerja:


1. Analisis SWOT :
 Strength (kekuatan organisasi)
Sejauh mana organisasi memiliki kemampuan serta keunggulan baik
SDM maupun SDA.
 Weakness (kelemahan organisasi)
Setiap organisasi memiliki kelemahan, bagaimana cara mengatasinya.
 Opportunity (peluang)
Organisasi menganalisis peluang-peluang untuk mencapai target atau
sasaran (goals)
 Threats (ancaman)
Organisasi menganalisis serta mampu mengantisipasi ancaman
Internal dan Eksternal yang dimungkinkan akan terjadi.
2. Waktu
Kapan kegiatan akan dilaksanakan.
3. Siapa yang melaksanakan dan apa masing-masing tugasnya
Pembagian tugas sesuai kompetensi/posisi anggota, serta dibuatkan
deskripsi tugas (job description).
4. Program kerja yang dibuat harus lebih baik dari realisasi kerja periode
sebelumnya.

Setelah program kerja disusun, maka dibahas pada “rapat kerja”


selanjutnya dikembangkan melalui pembagian tugas (organizing and staffing),

i
pemimpin menetapkan “target kerja” yang harus dicapai sesuai dengan tugas
masing-masing staff anggota, dalam proses kerjanya diberika arahan
(directing) serts dilakukan pengawasan (controlling) agar terarah sesuai
program yang telah dibuat bersama.
Hal ini sesuai dengan fungsi manajemen yaitu: Planning, Organizing
and Staffing, Directing, Controlling.

 Rapat Kerja meliputi:


1) Pembahasan program kerja
2) Penentuan “time schedule”
3) Pembagian tugas
4) Invetarisir sumber daya organisasi (SDM & SDA)
5) Target kerja (goals)

 Adapun Target Kerja (goals) sebagai berikut:


1) Target tahunan (setahun sekali)
2) Target semesteran (enam bulan sekali)
3) Target triwulan (tiga bulan sekali)
4) Target bulanan (sebulan sekali)

 Hasil atau manfaat dari kegiatan:


Hal ini berkaitan dengan dampak yang dihasilkan saat pasca kegiatan,
apakah kegiatan tersebut mampu menghasilkan suatu hal yang positif sesuai
dengan apa yang diharapkan.

 Mengevaluasi Program Kerja

Sebagai tindak lanjut dari program kerja yang telah dibuat, maka
setelah program kerja dilaksanakan, diperlukan suatu evaluasi untuk menilai
apakah program kerja yang direncanakan telah sesuai dengan apa yang
dilaksanakan. Untuk mengevaluasi program, kerja secara menyeluruh ada
suatu momen tertentu yang berhak melakukan evaluasi kegiatan, jadi
mengenai kapan tepatnya diadakan evaluasi menyeluruh hal ini disesuaikan
dengan konstitusi organisasi (AD/ART).

i
Program kerja tahunan sebaiknya dilakukan evaluasi secara bulanan
atau triwulan, agar dilakukan perbaikan secara terus menerus. Rencana kerja
yang telah dibuat sebelumnya, dapat dilakukan perubahan (jika perlu), yang
disesuaikan dengan situasi serta kondisi saat ini agar tujuan (goals) tercapai
serta maksimal.
Kesimpulannya diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program
kerja adalah pada nantinya kesalahan serta kekurangan yang pernah
dilakukan sebelumnya tidak lagi dilakukan atau terulang kembali.

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Muhammad Firdaus
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 24 April 1993
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat :Jl. Tebet Utara 1 Gang Staff 8 No 17, Rt 002/010, Tebet,
Jakarta Selatan (12820)
Telepon / HP : 087700338813

Pendidikan Formal

1998 – 1999 : TK Insan Permata Al – Falah, Bekasi Timur.


1999 – 2005 : SD Aren Jaya 18, Bekasi Timur.
2005 – 2008 : SMPN 115, Jakarta Selatan.
2008 – 2011 : SMAN 35, Jakarta Pusat.
2011 – sekarang : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama), Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai