Anda di halaman 1dari 3

Percikan Pemikiran Pierre Bourdieu

Pierre Felix Bourdieu merupakan salah satu pemikir ilmu sosial kontemporer yang
cukup berpengaruh, buah pemikirannya dipergunakan oleh berbagai bidang ilmu sosial
seperti sosiologi, antropologi, kajian gender, dan studi budaya. Pengalamannya sebagai
bagian dari kelompok sosial tertindas, lalu mendapatkan promosi sosial yang diperoleh
melalui sekolah, universitas dan status intelektual, membuka segi-segi kehidupan sosial yang
tidak dilihat oleh intelektual lain. Dari pengalaman hidup ini pula, Bourdieu mampu
melahirkan banyak konsep sepanjang perjalanan intelektualnya. Gagasan-gagasan Bourdieu
ini kemudian mengkristal dalam beberapa konsep utama, seperti habitus, kapital, dan
arena. Tiga konsep tersebut yang nantinya akan menjadi pembahasan utama pada tulisan
ini.

a. Habitus
“Sebagai buah dari sejarah, habitus menghasilkan praktik-praktik, baik individu
maupun kolektif, sesuai dengan skema yang dikandung oleh sejarah. Ia menjamin kehadiran
aktif pengalaman-pengalaman masa lalu yang diletakkan dalam setiap organisme dalam
bentuk skema persepsi, pemikiran dan tindakan, terlebih semua aturan formal dan norma
tersurat, untuk menjamin kesesuaian praktik-praktik sepanjang waktu” (Bourdieu, 1980)
Konsep habitus menjelaskan hubungan antara masyarakat dan individu dalam
terbentuknya subjek. Dalam kerangka yang sederhana, habitus adalah subjektivitas berupa
kesadaran yang melibatkan tindakan praktis seorang individu yang dibentuk dan juga
membentuk. Konsep habitus secara sederhana ingin menjelaskan bahwa kesadaran dan
tindakan seseorang itu dibentuk oleh lingkungan sosial, yang nantinya tindakan seseorang
ini juga akan mempengaruhi lingkungan sosialnya. Sebagai contoh, laki-laki yang dilahirkan
dalam lingkungan keluarga yang patriarki, dirawat dan dibesarkan oleh keluarga yang
mengkultuskan sosok ayah, memiliki potensi besar akan menjadi sosok yang dominan dalam
hubungan asmaranya. Kondisi ingin mendominasi ini kemudian ikut andil dalam
mereproduksi budaya patriarki dalam lingkungan sosial pria ini kedepannya. Inilah yang saya
maksud bahwa habitus itu dibentuk dan membentuk dunia sosial seorang individu.
Mari kita pakai contoh lain untuk memvisualisasikan habitus dalam kehidupan kita
sehari-hari. Seorang anak yang dibesarkan ditengah lingkungan yang memiliki kepedulian
terhadap lingkungan, akan membentuk pribadi anak yang juga peduli terhadap lingkungan,
seperti membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran akan lingkungan ini pastinya akan
membuat si anak menularkan kebiasaan tersebut kepada teman-temannya, yang berpotensi
membentuk lingkungan pertemanan yang memiliki kepedulian lingkungan. Dari dua contoh
ini, dapat kita lihat bagaimana hubungan dialektis antara individu dan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial disini tidak terbatas pada lingkungan keluarga seperti yang saya
contohkan tadi, melainkan beragam seperti lingkungan pendidikan, pertemanan, dan
lainnya.
b. Kapital
Kapital atau modal adalah seperangkat sumber daya yang dimiliki oleh Individu
dalam lingkungan sosialnya. Menurut Bourdieu, ada 4 modal yang dapat dimiliki oleh
seseorang, yakni modal sosial, modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik.
Pertama, Modal sosial adalah jaringan hubungan sebagai sumber daya untuk menentukan
kedudukan sosial, contohnya, seseorang yang memiliki hubungan pertemanan yang luas
biasanya akan lebih mudah dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup karena sumber
pertolongan dapat hadir dari berbagai arah. Kedua, modal ekonomi adalah seperangkat
sumber daya material yang dapat menjadi sarana produksi dan finansial, seperti
kepemilikan harta kekayaan seseorang di suatu daerah akan menjadi previlese tersendiri
bagi orang tersebut. Ketiga, kapital budaya seperti ijazah, pengetahuan, kode budaya, cara
berbicara dan lainnya, yang ini semua dapat dimanfaatkan dalam menentukan kedudukan
sosial. Dan terakhir, modal simbolik merupakan modal yang berupa kekuasaan simbolik
seperti jabatan, gelar, status tinggi, hingga nama keluarga. Keempat modal inilah yang
secara langsung atau tidak langsung hadir dalam setiap aktivitas individu dalam lingkungan
sekitarnya, begitupun dalam pembentukan habitus, modal ini memiliki posisi vital dalam
pembentukan habitus.
c. Arena
Arena adalah lingkungan sosial dimana individu itu berada, arena adalah tempat
persaingan dan perjuangan sosial antar individu dimana kapital-kapital tadi dipertaruhkan.
Seperti bidang jurnalistik, universitas, seni, dan lainnya. Artinya, arena adalah tempat
dimana hubungan sosial itu terjalin.

Anda mungkin juga menyukai