Anda di halaman 1dari 12

BAB I

STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN:
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, pembaca akan mampu:
1. memahami dan menjelaskan standar akuntansi;
2. memahami standar akuntansi yang berlaku;
3. memahami perkembangan standar akuntansi;
4. memahami keterkaitan antara akuntansi keuangan dan standar akuntansi.

RUJUKAN:
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP),
3. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK
EMKM)
4. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
5. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
6. Berbagai Hasil Workshop Update PSAK

1.1 STANDAR AKUNTANSI


Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar penggunanya (IAI, 2018:1.3). Pengguna
laporan keuangan adalah beragam, sehingga dibutuhkan acuan dan pedoman dalam
penyusunannya agar laporan keuangan antar entitas menjadi lebih seragam. Pedoman tersebut
terdapat pada standar akuntansi.
Terdapat dua standar akuntansi yang banyak digunakan sebagai acuan di dunia saat
ini, yaitu:
1. International Financial Reporting Standard (IFRS)
Standar ini disusun oleh International Accounting Standard Board (IASB).Standar ini
lebih menekankan pada konsepnya (principles-based).

1
2

2. US Generally Accepted Accounting Principles (US GAAP)


Standar ini disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) . Standar ini
lebih komprehensif dan detil (rules-based).
Kedua standar tersebut memiliki perbedaan yaitu IFRS lebih berbasis pada prinsip
sedangkan US GAAP lebih berbasis pada aturan. Sebelum mengadopsi IFRS, standar
akuntansi di Indonesia berkiblat pada US GAAP. Sejak tahun 2011 standar yang digunakan
telah konvergen dengan IFRS, dimana standar akuntansi menjadi berbasis prinsip (principle-
based) bukan lagi berbasis aturan (rules-based). Pengaturan berbasis prinsip bertujuan untuk
memenuhi tujuan IFRS yaitu meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan
laporan keuangan antar entitas secara global.
Perbedaan rules-based dan principle-based adalah pada rules-based akuntan dapat
memperoleh petunjuk implementasi secara detil sehingga mengurangi ketidakpastian dan
menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara mekanis. Sementara
principles-based, akuntan akan membuat sejumlah estimasi yang harus
dipertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak professional judgement.
Saat ini banyak negara di dunia yang mengadopsi penuh IFRS sebagai standar yang
berlaku di negaranya. Negara-negara yang tergabung dalam G-20 telah mengeluarkan
kesepakatan pada saat London Summit tanggal 2 April 2009 untuk membentuk satu set
standar akuntansi global yang berkualitas. Indonesia merupakan satu-satunya Negara di Asia
Tenggara yang bergabung dalam G-20, sehingga juga mempunyai komitmen untuk
melakukan konvergensi SAK ke IFRS.
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia saat ini (sampai dengan tahun 2019)
terdiri dari:
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
3. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
4. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
5. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Berikut adalah penjelasan masing-masing standar tersebut.
3

a. Standar Akuntansi Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berisikan pedoman penyusunan laporan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar penggunanya. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari:
a. kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan
Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik kualitatif, dan
asumsi dalam penyusunan laporan keuangan.
b. pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).
PSAK berisikan pedoman untuk penyusunan laporan keuangan, pengaturan transaksi atau
kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan kauangan. Pengaturan terkait komponen
laporan keuangan secara umum berisikan definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan.
SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas yang
terdaftar di pasar modal, dalam proses pendaftaran di pasar modal, atau entitas fidusia
(Martani, et al., 2016:16). Entitas fidusia adalah entitas yang menggunakan dana masyarakat
seperti entitas perbankan dan entitas dalam Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) termasuk
diantaranya asuransi, dana pensiun, dan jaminan kredit. Standar akuntansi keuangan ini
mengadopsi IFRS dan diterapkan mulai tahun 2012.
Guna menghasilkan standar akuntansi yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan dunia usaha, SAK terus direvisi dan disempurnakan. SAK secara terus menerus
dikonvergensikan dengan IFRS. Program konvergensi secara bertahap ini didukung oleh
regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (d/h Bapepam-LK), Bank Indonesia, Kementrian
Negara BUMN, Direktorat Jendral Pajak, dan regulator lainnya. Dampak program
konvergensi ini menyebabkan SAK menjadi bersifat principle-based, banyak menggunakan
pengukuran nilai wajar, memerlukan professional judgement, pengungkapan dalam laporan
keuangan, dan dicabutnya beberapa PSAK khusus untuk industri tertentu karena sudah diatur
secara umum. Konvergensi terbaru menghasilkan SAK yang terbit 1 Januari 2018.

b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik


Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Yang dimaksud
dengan entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah entitas yang:
4

 sudah atau dalam proses pendaftaran di pasar modal untuk menerbitkan efek
 memiliki fungsi fidusia (bank, asuransi, dana pensiun, dsb).
Jadi, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang berada di luar kriteria tersebut.
SAK ETAP lebih sederhana dan mudah, serta tidak banyak mengalami perubahan
dari praktik akuntansi yang berlaku saat ini. Standar ini mengadopsi IFRS for SME (Small
Medium Enterprise). SAK ETAP diterbitkan dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) pada 19 Mei 2009. Standar ini berlaku
efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1
Januari 2010. Standar ini sampai saat ini belum mengalami revisi sejak pertama kali
diterbitkan dan disahkan.
Dalam praktiknya, terdapat pandangan bahwa SAK ETAP terlalu sederhana untuk
diterapkan oleh entitas yang berukuran besar, namun tidak terdaftar di pasar modal
(http://www.iaiglobal.or.id). Sebagai contoh, SAK ETAP tidak mengijinkan pelaporan
keuangan konsolidasian. Dengan demikian, bagi entitas yang tidak terdaftar di pasar modal
dan bukan UKM, SAK umum dipandang terlalu kompleks, sementara SAK ETAP dipandang
kurang memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan. Disamping itu, adanya perkembangan
SAK di Indonesia yang sangat pesat yang ditandai dengan terbitnya SAK Entitas Mikro,
Kecil dan Menengah (EMKM) pada akhir 2016, semakin menegaskan untuk dilakukan reviu
komprehensif atas SAK ETAP. Oleh karena itu, sejak 15 Desember 2017 Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK-IAI) telah memutuskan untuk melakukan reformasi terhadap
SAK ETAP.
SAK ETAP nantinya akan digantikan oleh SAK Entitas Privat (SAK EP). Pada
30 Juni 2021, DSAK IAI telah mengesahkan SAK Entitas Privat. SAK Entitas Privat ini
merupakan hasil adopsi dari IFRS for SMEs (versi 2015) yang diterbitkan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). SAK Entitas Privat ini berlaku efektif 1 Januari 2025.
Penerapan dini diperkenankan untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2022.

c. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah


Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (SAK EMKM)
digunakan untuk menyusun laporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. SAK
EMKM disahkan pada tangal 24 Oktober 2016. Standar tersebut berlaku efektif per 1 Januari
2018. Entitas mikro, kecil dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang
5

signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil
dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku di
Indonesia, setidaknya 2 (dua) tahun berturut-turut. Artinya, jika selama dua tahun berturut-
turut suatu usaha yang tadinya menggunakan SAK ETAP, telah memenuhi kriteria kuantitatif
sebagai UMKM, maka diperkenankan berpindah menggunakan SAK EMKM.
Seiring perkembanganya, terdapat kebutuhan mengenai ketersediaan standar
akuntansi yang lebih sederhana dari SAK umum berbasis IFRS dan SAK ETAP dikarenakan
keterbatasan sumber daya manusia dalam menghasilkan laporan keuangan menggunakan
kedua pilar SAK tersebut. Oleh karena itu, DSAK IAI melakukan pengembangan standar
akuntansi yang dapat memenuhi kebutuhan UMKM dengan bentuk kelompok kerja yang
melibatkan asosiasi industri, regulator, dan pihak pihak yang lain yang berkepentingan dalam
menghadirkan SAK yang dapat mendukung kemajuan UMKM di Indonesia. Hingga
akhirnya, DSAK IAI mengesahkan SAK Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM)
sebagai upaya mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Definisi, kriteria, dan rentang
kuantitatif usaha mikro, kecil, dan menengah, diatur pada Undang-Undang nomor 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Rentang kuantitatif usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengacu pada pasal
6, undang-undang nomer 20 tahun tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
adalah sebagai berikut:
a. Usaha Mikro
Memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan), paling banyak
Rp50.000.000 atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000.
b. Usaha Kecil
Memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan), antara Rp50.000.000
dan Rp500.000.000 atau memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp300.000.000 dan
Rp2.500.000.000
c. Usaha Menengah
Memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan), antara Rp500.000.000
dan Rp10.000.000.000 atau memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp2.500.000.000 dan
Rp50.000.000.000
SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar > 60 juta pelaku UMKM di
Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya tanpa harus terjebak dalam kerumitan
6

standar akuntansi keuangan yang ada saat ini. SAK EMKM ini merupakan standar akuntansi
keuangan yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan SAK ETAP. Aspek
kesederhanaan dari SAK EMKM, contoh dari sisi teknikal, menggunakan dasar pengukuran
biaya historis, sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar biaya
perolehannya. Akhirnya, SAK ETAP lebih diperuntukkan untuk entitas usaha besar (UB)
yang tidak mempunyai akuntabilitas publik. Jika mendasarkan pada Undang-undang No 20
tahun 2008 tentang UMKM, maka entitas usaha besar adalah entitas dengan aset dan omset
lebih dari besaran Rp10M (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan Rp50M.
SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas yang tidak memenuhi kriteria dalam SAK
ETAP, otoritas mengizinkan entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan minimum
yang terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
b. Laporan laba rugi selama periode.
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang
relevan.
Syarat informasi yang komparatif, maka laporan keuangan lengkap berarti bahwa
entitas menyajikan minimum dua periode untuk setiap laporan keuangan yang disyaratkan
dan catatan atas laporan keungan yang terkait.

d. Standar Akuntansi Keuangan Syariah


Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) digunakan untuk entitas yang
memiliki transaksi syariah atau entitas yang berbasis syariah. SAK Syariah menggantikan
PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah. SAK Syariah berlaku untuk penyusunan
dan penyajian laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2008. SAK Syariah terbaru disahkan pada November 2016 dan berlaku efektif 1 Januari
2017.
SAK Syariah dibangun atas dasar prinsip dan ajaran Islam. SAK Syariah mengatur
tentang:
1. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah.
2. Akuntansi salam.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan pengiriman di kemudian hari oleh
penjual dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai
dengan syarat-syarat tertentu.
7

3. Akuntansi istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan syarat tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
4. Akuntansi mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pemilik dana
menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak lainnya bertindak selaku pengelola.
Keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
5. Akuntansi musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberi kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian dibagi berdasarkan porsi
kontribusi dana
6. Akuntansi Wakaf
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang mewakafkan harta benda
miliknya) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.

e. Standar Akuntansi Pemerintahan


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan untuk menyusun laporan
keuangan instansi pemerintahan pusat maupun daerah.Akuntansi pemerintahan berinduk pada
kata akuntansi yang mengharuskan adanya suatu proses untuk menghasilkan laporan
keuangan. Perbedaannya, transaksi yang terjadi adalah transaksi keuangan pemerintah dan
laporannya pun adalah laporan keuangan dengan format khusus untuk pemerintah,
sebagaimana diatur dalam PP No. 71 tahun 2010 menggantikan PP No. 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang dikembangkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP hanya mengatur pengakuan, penilaian, dan
pengungkapan. Sistem dan prosedur diatur oleh masing-masing pemerintah (pemerintah
pusat oleh Departemen Keuangan dan pemerintah daerah oleh masing-masing pemerintah
daerah dengan arahan dari Departemen Dalam Negeri).
8

1.2 AKUNTANSI KEUANGAN


Akuntansi keuangan menyediakan informasi yang ditujukan untuk pengambilan
keputusan yang ditujukan untuk kepentingan pihak eksternal. Informasi yang dihasilkan
berupa laporan keuangan yang bertujuan umum sehingga ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar penggunanya. Berdasarkan hal tersebut, maka
mempelajari akuntansi keuangan harus selalu memperhatikan setiap perubahan standar
akuntansi keuangan yang berlaku. Setiap perubahan standar akuntansi akan mempengaruhi
praktek akuntansi yang harus diterapkan di suatu entitas.
Konvergensi terhadap IFRS membawa perubahan dalam dasar penetapan standar
akuntansi keuangan di Indonesia. SAK sudah tidak lagi berdasarkan industri tetapi
berdasarkan transaksi. Hal ini terlihat pada pencabutan PSAK yang ditetapkan
berdasarkan industri, misalnya pencabutan PSAK nomor 32 tentang akuntansi pengusahaan
hutan, PSAK nomor 35 tentang pendapatan jasa telekomunikasi, dan PSAK nomor 37
tentang akuntansi penyelenggaraan jalan tol. Artinya, jika misalnya perusahaan jasa
telekomunikasi atau perusahaan penyelenggara jalan tol mempunyai transaksi yang berkaitan
dengan instrumen keuangan, kedua jenis industri tersebut harus mengacu pada PSAK yang
mengatur tentang instrumen keuangan.
Masyarakat Indonesia harus bersiap-siap atas dinamisme IFRS yang terus berubah.
Walaupun SAK 1 Juni 2012 yang berlaku mengacu pada IFRS 1 Januari 2009, namun
DSAK-IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia) bertekad untuk
terus menjaga agar tidak terjadi kesenjangan dengan IFRS yang terus berkembang pada saat
ini.
Sejak tahun 2015, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) telah mengesahkan revisi, amandemen, dan penyesuaian tahunan atas beberapa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), serta mengesahkan Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK). Revisi dilakukan jika mengubah persyaratan secara
signifikan, dan ketika revisi disahkan, maka standar revisian akan mengantikan standar
sebelumnya. Amandemen dilakukan karena terjadi perubahan pada IFRS sehingga
PSAKnya juga harus diubah. Penyesuaian tahunan dilakukan hanya jika terdapat bagian-
bagian yang tidak konsisten. Jadi tidak terdapat prinsip dan persyaratan baru atau mengubah
prinsip dan persyaratan yang sudah ada.
9

1.3 PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI


a. Pedoman Akuntasi Pesantren
Selain 5 standar akuntansi yang telah dijelaskan sebelumnya, Ikatan Akuntan
Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia telah menerbitkan Pedoman Akuntansi
Pesantren pada bulan Mei 2018. Pedoman ini dibuat sebagai bentuk keberpihakan IAI dan BI
akan pemberdayaan ekonomi Pondok Pesantren agar mampu menyusun laporan keuangan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia.
SAK yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Pedoman Akuntansi
Pesantren adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP). Pertimbangan dalam memilih acuan kepada SAK ETAP dilandasi bahwa aset yang
dikelola Pondok Pesantren relatif besar nilainya. Dimana sebagian besar aset Pondok
Pesantren adalah waqaf permanen berupa tanah.
Format Penyajian atas laporan keuangan Pondok Pesantren yang diatur dalam
Pedoman Akuntansi Pondok Pesantren mengacu pada PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba. Pedoman Akuntansi Pesantren mengatur bahwa laporan keuangan lengkap yang
harus disusun oleh Pondok Pesantren adalah:
a. Laporan posisi keuangan;
b. Laporan aktivitas;
c. Laporan arus kas; dan
d. Catatan atas laporan keuangan.
Pedoman akuntansi pesantren ini diterapkan hanya untuk pondok pesantren yang telah
berbadan hukum yayasan, dimana telah terdapat pemisahan kekayaan antara pondok
pesantren dengan Pemilik Yayasan. Pedoman akuntansi pesantren tidak diterapkan pada
badan usaha yang berbadan hukum yang dimiliki oleh Pondok Pesantren seperti Perseroan
terbatas. Pedoman akuntansi pesantren ini akan disesuaikan apabila terdapat PSAK atau
ISAK baru yang relevan dengan aktivitas pondok pesantren.

b. Overview PSAK Terbaru dan SAK Outlook tahun 2021


Beberapa hal penting yang perlu dipahami tentang Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia adalah:
a. IFRS adalah rujukan utama, yaitu sekitar 95% Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) berasal dari IFRS.
10

b. Namun, SAK bukanlah IFRS


c. Kesenjangan SAK dengan IFRS adalah antara 1-2 tahun
d. Hal ini berbeda dengan negara-negara lainnya, seperti Australia, Canada,
Philipina, Malaysia, dan Korea, yang melakukan adopsi IFRS secara penuh.

Pilar SAK di Indonesia pada tahun 2020 akan mengalami perubahan sebagai
berikut:
a. Pada Desember 2018, DSAK-IAI sudah memutuskan mengeluarkan SAK-
Internasional. SAK-Internasional tersebut merupakan terjemahan dari IFRS kata
per kata.
b. SAK-Internasional ditujukan untuk perusahaan yang dual listing di luar negeri
(misalnya, Telkom dan Antam), Multi National Corporation (MNC), atau anak
perusahaan asing di Indonesia.
c. Belum diputuskan tanggal penerbitan, pengesahan, dan tanggal berlaku efektif
SAK-Internasional.
d. Bila SAK-Internasional ini dikeluarkan, maka standar ini akan menjadi pilar ke-4
bagi SAK di Indonesia.

1.4. KONVERGENSI IFRS/IAS: TANTANGAN DAN MASALAHNYA DI


INDONESIA
Konvergensi IFRS/IAS ke dalam Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
memunculkan permasalahan dan tantangan tersendiri. Ketidakstabilan nilai rupiah yang
terjadi saat ini (rupiah cenderung melemah) akan mempunyai dampak serius dalam
penyusunan laporan keuangan perusahaan yang banyak terkait dengan exposure valuta asing.
Konvergensi IFRS/IAS juga seringkali terbentur dengan masalah perundangan yang berlaku
di suatu negara. Misalnya ISAK 25: Hak atas Tanah, yang diterbitkan DSAK IAI akibat
adanya beragam intepretasi tentang bagaimana perlakuan tanah berdasarkan Kerangka
Hukum di Indonesia.
Pengaplikasian beberapa standar akuntansi memerlukan dukungan dari beberapa
profesi penunjang lain seperti penilai, aktuaris, dan lain-lain. Bila standar dan praktik
penunjang yang diperlukan di Indonesia belum berkembang setaraf dengan standar
11

internasional, maka jelas kita akan menghadapi kesulitan dalam mengaplikasikan beberapa
standar tertentu, misalnya IAS 19 Employee Benefits.
Frekuensi perubahan IAS/IFRS yang relatif cepat juga menjadi tantangan tersendiri
bagi para pelaku akuntansi. Setiap standar akuntansi perlu dipahami secara jelas sebelum
diterapkan. Penyusun laporan keuangan, auditor, maupun pengguna laporan keuangan
membutuhkan waktu yang cukup untuk dapat memahami suatu standar akuntansi. Namun,
apapun kesulitan dan tantangan yang dihadapi, Indonesia tidak mungkin menghindar dari
konvergensi IAS/IFRS yang sudah merupakan persyaratan untuk memasuki era global.
Adalah tugas pemerintah bersama organisasi profesi untuk bersama-sama mencarikan solusi
yang paling optimal (Kartikahadi et al., 2016).

PERTANYAAN DAN SOAL DISKUSI

1. Sebutkan dua standar akuntansi utama yang banyak digunakan di negara-negara di dunia
dan apa perbedaan keduanya!
2. Sebutkan dan jelaskan keunggulan dan kelemahan dari:
a. Principle-based
b. Rules-based
3. Apakah manfaat dari penggunaan satu standar akuntansi yang sama bagi negara-negara
di dunia?
4. Mengapa IAI melakukan konvergensi terhadap IFRS untuk standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia?
5. Apakah yang dimaksud dengan 3 pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia?
6. Jelaskan perbedaan jenis perusahaan yang menggunakan SAK umum, SAK ETAP, dan
SAK EMKM !
7. Apakah peran standar akuntansi keuangan?
8. Manajer keuangan PT X telah menelaah suatu standar akuntansi baru yang
dikeluarkan DSAK, yang memperbolehkan penerapan dini. Menurutnya
penerapan dini sebaiknya dilakukan karena akan membuat penyajian laporan
keuangan lebih relevan. Ia mendiskusikan hal tersebut dengan Direktur
Keuangan PT X. Oleh karena penerapan dini tersebut menyebabkan laba entitas
12

akan turun, dibandingkan jika tidak memilih penerapan dini, Direktur Keuangan
tidak memperbolehkan manajer keuangan memilih penerapan dini tersebut.
Apakah terdapat isu etika dalam kasus tersebut? Jelaskan. Stakeholder mana
yang terpengaruh dengan keputusan terkait penerapan dini tersebut? (Kartikahadi
et al., 2016).

Anda mungkin juga menyukai