Anda di halaman 1dari 19

Manajemen Lembaga Keuangan

(Bank Sentral Dan Pembentukan Kebijakan Moneter)

Disusun oleh :

1. Andrea Pramesti Regita Cahyani (1910112049)


2. Vifa Nur Zulianti (1910112050
3. Ovi Devantami (1910112051)
4. Farizka Eka Safitri Ghozali (1910112052)
5. Sekar Erfidita Rizky (1910112053)
6. Fitra Cahya H (1910112066)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)

SURABAYA

2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT, Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-
Nya atas segala limpahan rahmat serta hidayah yang selalu diberikan kepada Kami,
sehingga dapat menyelesaikan tugas sitem informasi manajemen ini. Kami juga
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan Makalah
ini, diantaranya yaitu :

1. Ibu dosen STIESIA Surabaya yang telah memberikan bimbingan kepada


saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sitem informasi
manajemen ini.
2. Teman – teman yang telah memberikan masukan dan dukungan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas sitem informasi manajemen ini.
3. Dan pihak - pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu

Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi memaksimalkan makalah kami. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terlebih bagi penulis. Kurang
lebihnya kami mohon ma’af. Hanya kepada Allah sajalah kami memohon agar amal
ini ikhlas karena-Nya dan semoga termasuk dalam perbuatan yang menambah berat
amal baik kami diakhirat nanti, serta menjadikan amal yang bermanfaat.

Surabaya, 20 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Maksud................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 System reseller Stiesia leasehold Camp.................................. 4
2.2 Reseller cara menarik pelangan Stiesia leasehold Camp……. 4
2.3 Strategi reseller pemasaran Stiesia Leasehold Camp…………. 6

2.4 Setrategi reseller jangka panjang Stiesia Leasehold Camp..... 8


BAB III PENUTUP
3.1 Kesiimpulan.............................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi dan inflasi sering digunakan sebagai tolok ukur dalam stabilitas
ekonomi dan moneter atau stabilitas harga suatu negara (Dhal, et al, 2011). Beberapa ekonom
berpendapat bahwa kebijakan moneter tidak cukup untuk mengatasi kekhawatiran tentang
risiko krisis dan guncangan dalam perekonomian, sehingga diperlukan ketahanan sistem
keuangan terhadap guncangan perekonomian, agar fungsi intermediasi, sistem pembayaran
dan penyebaran risiko tetap berjalan dengan semestinya yang dikenal dengan Stabilitas
Sistem Keuangan (SSK). Secara umum, stabilitas sistem keuangan didefinisikan sebagai
ketahanan sistem keuangan terhadap guncangan perekonomian, sehingga fungsi intermediasi,
sistem pembayaran dan penyebaran risiko tetap berjalan dengan semestinya (Bank Indonesia,
2007a). Stabilitas sistem keuangan dapat tercapai dengan menjaga stabilitas harga melalui
pengendalian inflasi dan suku bunga. Perkembangan suku bunga (BI rate), inflasi dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung berfluktuatif stabilitas sistem keuangan dapat
dicapai dengan berfokus pada lembaga-lembaga yang memiliki peran penting dalam
perekonomian (Crockett, 1997). Bank Indonesia (BI) menilai stabilitas sistem keuangan dapat
tetap terjaga dengan baik sebab ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan efektifnya
kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit,
likuiditas dan pasar yang cukup terjaga serta dukungan modal yang kuat. Beberapa ahli
ekonomi menyatakan bahwa industri perbankan merupakan industri yang memerlukan
perhatian khusus karena dianggap mudah dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal perbankan
dan merupakan bagian integral dari sistem pembayaran. Sebagaimana dinyatakan oleh
Hutchison & McDill (1999) bahwa teori krisis perbankan lebih banyak ditujukan pada
karakteristik khusus perbankan seperti transformasi mata uang dan jatuh tempo serta adanya
asimetris informasi sehingga menyebabkan industri perbankan sangat rentan terhadap
guncangan (shock). Terlepas dari faktor-faktor mikro dan makro konvensional, hubungan
lembaga keuangan yang mencerminkan risiko sistemik dalam sistem perbankan merupakan
faktor penentu yang signifikan dari suatu krisis
1.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud neraca bank sentral?
2. Bagaimana independensi bank sentral?
3. Apa perilaku yang terjadi dalam bank sentral?
4. Apa yang dimaksud pasar cadangan dan tingkat bunga bank sentral?
5. Bagaimana risiko dan struktur tingkat bunga dalam bank sentral?
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan yaitu :
1. Untuk memahami pengertian dari bank sentral
2. Untuk mengetahui independensi dalam bank sentral
3. Untuk memahami perilaku yang terjadi dalam bank sentral
4. Untuk memahami pengertian pasar cadangan dan tingkat bunga bank sentral
5. Untuk mengerti risiko dan struktur tingkat bunga dalam bank sentral
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Neraca Bank Sentral

Neraca bank sentral adalah ikhtisar yang menggambarkan posisi harta,


kewajiban, dan modal suatu badan usaha pada saat tertentu. Disebut neraca karena
kenyataannya terjadi keseimbangan antara harta di satu pihak dengan kewajiban dan
modal di pihak lain (balance sheet). Definisi lain dari neraca bank sentral yaitu
laporan secara sistematis yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu
perusahaan meliputi Assets (harta), Liabilities (hutang) dan Capital (modal). Neraca
umumnya dibuat pada akhir periode akuntansi (akhir tahun) dan akhir periode
(bulanan) dan dalam sistem akuntansi komputer neraca dapat disusun setiap saat bila
diperlukan dan metode akuntansi perpetual memungkinkan neraca dapat di visual
setiap saat. Isi atau elemen neraca bank terdiri dari:
1. Kelompok Aset:·
- Aset Lancar·
- Investasi jangka panjang·
- Aset tetap·
- Aset yang tidak berwujud·
- Aset lain-lain.
2. Kelompok Kewajiban:·
- Kewajiban lancar·
- Kewajiban jangka panjang·
- Kewajiban lain-lain.
3. Kelompok Ekuitas:·
- Modal saham·
- Agio/disagio saham
- Cadangan – cadangan
- Saldo laba

Kegiatan bank sentral di dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter


tercermin pada bentuk umum neraca yang disusun. Secara singkat pos-pos atau rekening
utama pada neraca bank sentral adalah sebagai berikut :
1. Kekayaan (Assets)
2. Cadangan, yang meliputi :
- Sertifikat emas
- Special Drawing Rights (SDR)
- Valuta asing
- Pinjaman yang diberikan (loans), terutama kepada bank umum.
- Surat berharga (sebagian besar adalah surat berharga milik pemerintah).
- Kekayaan lain-lain, dapat berupa tanah, gedung atau peralatan-peralatan,
3. Hutang (Liabilities)
4. Uang kertas
5. Deposito, yang merupakan bagian terbesar adalah deposito bank umum.
6. Surplus diperoleh dari : bunga surat berharga yang ditahan, bunga pinjaman yang
diberikan dandari kegiatan lain.
7. Lain-lain (misalnya: pengeluaran yang belum dibayar).

Dari uraian di atas jelas tampak bahwa pada dasarnya kekayaan bank sentral diperoleh
denganmenciptakan hutang terhadap dirinya sendiri. Seperti pada contoh pembelian surat
berharga,kekayaan yang berupa surat berharga ini dapat diperoleh dengan menciptakan
hutang berupa deposito bank umum.

4.2 Indenpendensi Bank Sentral

Independensi bank sentral adalah kebebasan bank sentral dari campur tangan
pemerintah untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan-

pertimbangan politik (Fraser 1994). Meyer (2000) juga mendefinisikan bank sentral (Bank

Sentral Republik Indonesia) sebagai tinjauan kelembagaan, kebijakan dan organisasi yang

mencangkup bahwa bank sentral bebas dari pengaruh, instruksi atau arahan, control baik dari
badan eksekutif maupun dari badan legislatif.

independensi dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ) aspek yaitu:

1. Goal Independence

Goal Independence berarti pemerintah tidak memberikan pengaruh langsung dalam


penetapan tujuan-tujuan kebijakan moneter. Goal independence bervariasi dari kebebasan
penuh atau tinggi sampai kebebasan terbatas atau rendah. Kebebasan tinggi seperti di
Amerika Serikat, undang-undangnya hanya menyebutkan tujuan-tujuan yang harus dicapai
FedRes yang mana memiliki kebebasan untuk menentukan prioritas sesuai keadaan. Bank of
Japan (BoJ) dan Sveriges Riskbank (SR) juga memiliki goal independence yang cukup tinggi.
Kebebasan yang rendah dalam goal independence dimiliki oleh Reserve Bank Of New
Zealand (RBNZ) ,stabilitas harga dinegosiasikan antara Gubernur Bank Sentral dan Menteri
Keuangan secara berkala. Selain Reserve Bank Of New Zealand (RBNZ) yang memiliki
kebebasan yang rendah, terdapat bank sentral lain pula yang memiliki kebebasan yang rendah
yaitu Bank of England (BoE) dan Bank of Canada (BoC). Inggris memiliki Menteri
Keuangan yang memliki kewenangan untuk menetapkan batasan stabilitas harga. Sedangkan
di Kanada, pemerintah dan BOC menetapkan target-target pengendalian inflasi.

2. Instrument Independence

Instument Independence berarti bank sentral memiliki wewenang untuk menetapkan

sendiri target-target operasionalnya tanpa pengaruh dari pemerintah. Instrument


Independence ini meliputi pengendalian suku bunga jangka pendek dan nilai tukar, serta
larangan pemberian kredit kepada pemerintah. Sebagai gambaran,bank sentral seperti ECB,
FedRes, BoJ dan SR memiliki kewenangan penuh dalam menetapkan suku bunga. Dalam hal
pengendalian nilai tukar hampir semua bank sentral hanya memiliki tanggung jawab yang

sangat terbatas. Demikian juga hamper semua bank sentral masih dapat memberikan kredit

kepada pemerintah. Sementara itu ECB masih memiliki wewenang dalam penetapan nilai

tukar dan tidak dapat memberikan kredit langsung kepada pemerintah.

3. Personal Independence

Personal Independence berarti badan pembuat kebijakan memiliki wewenang untuk

menolak campur tangan pemerintah. Personal Independence ini meliputi masa jabatan,

jumlah anggota dan masa jabatan berjenjang dari anggota badan pembuatan kebijakan,

tingkat keragaman lembaga yang terkait dalam proses pengangkatan anggota badan pembuat

kebijakan, serta status hukum khusus undang-undang bank sentral. Sebagai gambaran,

beberapa bank sentral yang memiliki tingkat personal independence yang tinggi sehingga

dapat mengurangi campur tangan pemerintah di bank sentral, antara lain ECB, FedRes, BOC

dan BoJ.

Dalam undang-undang No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dinyatakan bahwa

Bank Sentral Republik Indonesia adalah Bank Indonesia, suatu lembaga Negara yang

independen, bebas dari campur tangan pemerintah pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang (pasal 4). Pencantuman

status independen dalam undang-undang ini diperlukan untuk memberikan dasar hukum yang

kuat, menjamin kepastian hukum dan konsistensi status kelembagaan Bank Indonesia.
Sebagai lembaga independen Bank Indonesi memiliki otonomi penuh dalam pelaksaanaan

tugasnya, dan untuk menjamin independensi, kedudukan Bank Indonesia berada di luar

pemerintah Republik Indonesia.

Menurut UU No. 23 Tahun 1999 dan UU No. 3 Tahun 2004, semua pihak termasuk

pemerintah dilarang untuk melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan

tugas Bank Indonesia, yang meliputi, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; mengatur dan mengawasi Bank.

Meskipun tidak dianggap sebagai bentuk campur tangan, kalau Bank Indonesia melakukan

kerjasama dengan pihak lain, atau jika Bank Indonesia mendapat bantuan teknis dalam

rangka mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

4.3 PERILAKU BANK SENTRAL

Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral adalah Kebijakan Moneter dan Makroprudensial
tujuannya yaitu untuk mencapai stabilitas harga dan stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan meningkatkan ketahanan
sistem keuangan dan untuk mengurangi risiko yang timbul akibat keterkaitan antarinstitusi,
serta kecenderungan institusi keuangan untuk mengikuti siklus ekonomi sehingga
memperbesar risiko sistemik. Sedangkan kebijakan moneter bertujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Dimensi pertama kestabilan nilai rupiah adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju
inflasi. Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain.

Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia harus mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat agar tidak salah dalam mengambil
keputusan. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak
langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan
suku bunga yang terlalu ketat, akan memberikan dampak yang tidak baik untuk
kegiatan ekonomi, hingga bisa saja mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya, dengan demikian Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang
disebut Inflation Targeting Framework dengan tujuan untuk menciptakan stabilitas
moneter.

2. Bank Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kinerja
lembaga keuangan yang baik, khususnya dalam sekrtor perbankan. Penciptaan
kinerja lembaga perbankan itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan
regulasi. Karena sektor perbankan memiliki peran yang dominan dalam sistem
keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan
ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang
efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam
pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum harus dijalankan guna
menjaga kestabilan keuangan, melindungi perbankan dan stakeholder serta
mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan.

3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran


sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta
dalam sistem pembayaran, maka akan beresiko terhadap sistem pembayaran.
Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk)
sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia
mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat, dengan menerapkan sistem
pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real
Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan
sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia
memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.

4. Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam


stabilitas keuangan Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan
sektor keuangan dan mendeteksi potensi yang berdampak pada stabilitas sistem
keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan
indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset
dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas
terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan
dalam sektor keuangan.

5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan
peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis,
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun
krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas
dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Oleh karena itu,
pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam
penyediaan likuiditas tersebut.

Instrumen kebijakan makroprudensial


1. Countercyclical Buffer (CCB)
Countercyclical Buffer (CCB) adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai sarana untuk
mengantisipasi kerugian apabila terjadi pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan
yang berlebihan (excessive credit growth) sehingga berpotensi mengganggu stabilitas sistem
keuangan. Secara umum, Bank Indonesia akan meningkatkan besaran CCB pada saat
ekonomi sedang ekspansi, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan besaran CCB pada
saat ekonomi sedang kontraksi. Kebijakan ini tidak terpisahkan dari ketentuan permodalan
perbankan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diharapkan akan
memperkuat daya tahan perbankan.
2. Rasio Loan to Value atau Financing to Value (LTV/FTV) 
Rasio Loan to Value atau Financing to Value (LTV/FTV) adalah rasio antara nilai
kredit/pembiayaan yang diberikan oleh Bank Umum Konvensional maupun Syariah terhadap
nilai agunan, berupa properti pada saat pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan hasil
penilaian terkini. Salah satu tujuan dari kebijakan LTV/FTV adalah untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan dan memitigasi risiko sistemik yang berasal dari peningkatan harga
properti. Kebijakan LTV/FTV juga bertujuan sebagai instrumen makroprudensial untuk
mendorong fungsi intermediasi perbankan yang seimbang dan berkualitas dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap menjaga stabilitas sistem
keuangan. Instrumen kebijakan Makroprudensial ini bersifat countercyclical dan dapat
disesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi dan keuangan.

4.4 Pasar Cadangan dan Tingkat Bunga Bank Sentral

Cadangan moneter adalah nilai total mata uang asing, emas dan logam mulia lainnya
yang disimpan oleh bank sentral. Kepemilikan bank sentral terhadap cadangan tersebut
memungkinkan pengaturan mata uang dan suplai uang negara, serta mengelola transaksi di
pasar global. Cadangan moneter membantu pemerintah untuk memenuhi kewajiban keuangan
saat ini dan jangka pendek. Cadangan adalah aset dalam neraca pembayaran suatu negara.
Dolar AS adalah aset cadangan dominan, sehingga sebagian besar bank sentral negara
menyimpan sebagian besar cadangan mereka dalam dolar AS.

Kepemilikan cadangan moneter dikenal sebagai agregat moneter dan merupakan


kategori luas yang mendefinisikan dan mengukur jumlah uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Di Amerika Serikat, agregat moneter standar meliputi uang kertas dan koin,
pangsa pasar uang, tabungan, dan barang-barang lainnya.

Otoritas moneter bank sentral suatu negara akan menggunakan aset cadangan yang
tersedia untuk mendanai kegiatan manipulasi mata uang dalam perekonomian negara. Bank-
bank sentral juga akan memelihara cadangan internasional yang merupakan dana yang dapat
dilewati oleh bank-bank itu sendiri untuk melakukan transaksi global.

Dalam perbincangan awam, istilah tingkat bunga mengacu pada biaya dana yang
dikeluarkan oleh institusi keuangan, khususnya bank, untuk dana yang dipercayakan kepada
mereka (bunga simpanan, lending rate), atau biaya dana yang dibebankan institusi keuangan
kepada peminjam (bunga pinjaman, borrowing rate).

Tingkat bunga biasanya dinyatakan dalam persentase dari pokok dana dalam satuan
tahun. Tentu saja gambaran demikian oversimplified. Karena simpanan masuk ke institusi
keuangan dalam berbagai bentuk, tergantung kreativitas institusi keuangan tersebut
merancang produk finansial dalam rangka memobilisasi dana dari masyarakat.

Yang paling umum di sistem perbankan kita adalah deposito berjangka (sumber
utama dana perbankan Indonesia), sertifikat deposito (certificate of deposit, tidak populer di
sini, merupakan sumber dana terbesar bank umum di Amerika Serikat), dan demand deposit
(simpanan yang bisa diambil atau digunakan untuk transaksi, setiap saat, current and saving
account/CASA). Karena CASA merupakan sumber dana perbankan paling murah, maka bank
yang memiliki CASA dalam jumlah dan proporsi yang besar akan lebih unggul dari segi
pendanaan dari bank pesaingnya.

Tanpa intervensi kebijakan moneter, tingkat bunga akan bergerak mengikuti hukum
pasar. Misalnya ketika ekonomi sedang booming, unit usaha melakukan ekspansi, kebutuhan
dana meningkat, permintaan akan uang meningkat, dan tingkat bunga sebagai harga uang
akan naik pula.

Namun, tingkat bunga kemudian dijadikan ‘objek mainan’ oleh otoritas moneter,
untuk tujuan-tujuan makro yang lebih bernilai tambah bagi perekonomian negara. Otoritas
moneter suatu negara umumnya dipegang oleh bank sentral, menggunakan tingkat bunga
sebagai alat kebijakan moneter dalam rangka mencapai target tertentu.

Pacu Pertumbuhan Ekonomi


1. Salah satu target utama pengaturan tingkat bunga adalah ikut membantu memacu
pertumbuhan ekonomi. Tingkat bunga yang rendah dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi, karena biaya dana yang murah akan mendorong peningkatani kredit. Tentu
saja asumsinya perekonomian menyediakan berbagai peluang ekspansi. Tanpa
peluang semacam itu, maka zero interest rate pun tidak akan punya daya dorong.
2. Target lainnya yang diinginkan oleh otoritas moneter dengan intervensi terhadap
tingkat bunga adalah mengerem laju inflasi. Dengan menaikkan tingkat bunga
simpanan diharapkan rumah tangga akan mengurangi belanjanya dan menabung
dalam porsi yang lebih besar. Perminatan barang dan jasa akan menurun dan harga
akan kembali stabil. Kebijakan ini seringkali pula tidak mampu mencapai target,
karena inflasi yang bisa direm oleh kenaikan tingkat bunga hanyalah inflasi yang
berasal dari demand pull, permintaan yang naik tajam.
3. Target lain lagi adalah menjaga nilai tukar mata uang. Dengan menaikkan tingkat
bunga rupiah, Bank Indonesia berharap individu dan perusahaan lebih suka
memegang rupiah ketimbang mata uang lain. Investor internasional akan memperoleh
insentif dari perbedaan tingkat bunga (differential interest rate). Meminjam dalam
mata uang dengan tingkat bunga yang lebih rendah untuk diinvestasikan ke dalam
instrument keuangan yng diterbitkan dalam denominasi mata uang dengan tingkat
bunga lebih tinggi.
4.5 Risiko dan Struktur tingkat bunga
Risiko menggambarkan adanya kemungkinan terjadinya fenomena yang tidak diinginkan dan
sesuatu yang non-accrual dan tidak terduga dan/atau direncanakan. Dalam ekonomi, risiko adalah
kemungkinan terjadinya kerugian moneter akibat adanya transaksi dan kerugian yang diakibatkan
menurunnya imbal hasil keuangan. Fluktuasi yang bersifat siklus dan perubahan harga dapat
meningkatkan terjadinya risiko yang tidak diinginkan.
Risiko dibagi menjadi dua, yaitu risiko yang bersifat sistemik dan sistematis. Seluruh
instrumen sekuritas pada pasar modal termasuk ke dalam risiko yang sistematis, di mana risiko ini
terjadi akibat adanya fluktuasi atau ketidakpastian politik dan ekonomi yang selanjutnya memberikan
pengaruh kepada perilaku aset dalam pasar modal. Sehingga, risiko sistematik dalam pasar modal
adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari atau tidak mungkin untuk dikendalikan. Di sisi lain, risiko
sistemik adalah risiko yang berkaitan dengan rangkaian proses yang dikendalikan/dijalankan seperti
risiko investasi di dalam sebuah perusahaan yang dapat terjadi akibat, misalnya, sebuah keputusan
yang berkenaan dengan aspek keuangan (Turanlı, Özden and Demirhan (2002))
Risiko tingkat suku bunga yang terjadi merupakan bagian dari risiko yang sistematis.
Fluktuasi tingkat suku bunga tidak dapat sepenuhnya dikendalikan, namun pengukuran dengan
metode tertentu dapat dilakukan untuk mengatasi risiko suku bunga ini. Pengukuran risiko tingkat
suku bunga sangat penting karena berguna untuk mengukur seberapa besar dampak negatif dari
sebuah kejadian yang tidak diinginkan dalam perekonomian (lihat Woodford, 1999).
Dalam kajian keuangan, suku bunga seharusnya tidak hanya dilihat dalam konteks ekonomi
saja, namun juga dalam konteks lain. Menurut Ang dan Bekaert (2002), risiko yang ada dibalik suku
bunga memberikan dampak langsung pada proses dan mekanisme pasar. Duffie dan Kan (1996) serta
Dai dan Singleton (2002) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak hanya memberikan dampak
pada bekerjanya pasar, namun juga mampu untuk mengubah struktur pasar tersebut. Di sisi lain,
terdapat begitu banyak sudut pandang mengenai hal ini.
Sudut pandang financial income menyebutkan bahwa pendapatan yang akan dihasilkan di
masa depan, dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dikarenakan perhitungan nilai saat ini dilakukan
dengan memasukkan asumsi tingkat suku bunga. Jika ada perubahan yang tidak terduga pada suku
bunga, maka terjadi risiko yang membuat nilai pendapatan menjadi lebih rendah dibandingkan yang
sebelumnya diperkirakan. Di sisi lain, sudut pandang institutional menyebutkan bahwa perubahan
tingkat suku bunga berpengaruh pada nilai pasar suatu institusi keuangan (Carneiro dan Sherris,
2008).
Hal ini dikarenakan nilai dari aset dan kewajiban institusi keuangan di satu sisi dan off-
balancesheet contracts (tercermin pada suku bunga) di sisi lain, dipengaruhi oleh perubahan tingkat
suku bunga dan nilai sekarang dari arus kas masa depan; bahkan dalam beberapa kasus, arus kas masa
depan ini sendiri dapat mengalami perubahan.

Dari sudut ekonomi makro, salah satu teori mengenai penentuan keseimbangan umum tingkat
suku bunga adalah loanable funds theory (teori dana). Teori ini diawali dengan Struktur Pembentukan
Suku Bunga dari Sisi Perbankan 5 Penawaran dan permintaan berinteraksi untuk membentuk harga
dana (suku bunga) di pasar keuangan. Tingkat keseimbangan suku bunga ditentukan dengan
mempertemukan penawaran dan permintaan di pasar surat-surat berharga secara simultan.
Kurva penawaran dan permintaan biasanya bergeser ke kanan dari waktu ke waktu karena
adanya peningkatan pendapatan sedangkan kurva permintaan biasanya bergeser ke kanan karena
adanya pertumbuhan di pasar dan perkembangan teknologi. Jika pergeseran kurva permintaan lebih
besar daripada pergeseran kurva penawaran maka akan terjadi peningkatan pada suku bunga
keseimbangan. Dengan kata lain peningkatan permintaan pasar yang lebih pemikiran bahwa suku
bunga adalah harga, sehingga sebagaimana harga-harga lainnya, pembentukannya tergantung kepada
interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
Dalam teori ini dinyatakan bahwa tingkat suku bunga riil (tingkat suku bunga nominal
dikurangi dengan tingkat inflasi) ditentukan oleh interaksi antara ketersediaan tabungan untuk
dipinjamkan (penawaran dana) dengan permintaan dana. Penawaran dana ditentukan oleh tingkat
tabungan agregat yang merupakan fungsi positif dari suku bunga. Permintaan dana terbagi menjadi
dua komponen, yaitu investasi swasta dan utang pemerintah. Perusahaan swasta membutuhkan dana
untuk tujuan investasi sedangkan pemerintah mencari pinjaman (utang) dari masyarakat untuk
membiayai defisit anggaran belanjanya.
Permintaan investasi oleh swasta (I) merupakan fungsi negatif dari suku bunga sehingga
kurvanya berslope negatif sedangkan kurva permintaan dana oleh pemerintah (G) berbentuk vertikal
karena utang pemerintah biasanya berkaitan dengan rencana pembangunan jangka panjang dan tidak
berhubungan dengan tingkat suku bunga pasar saat ini. LF1 LF2 Loanable Funds i1 i2 D1 D2 S1 S2
Interest Rate Grafik 2.1 Keseimbangan di Pasar Dana Grafik 2.1 Keseimbangan di Pasar Dana
Interest Rate Loanable Funds 6 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, September 2000 besar
daripada peningkatan penawaran di pasar akan menyebabkan suku bunga pasar meningkat, demikian
pula sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka

“Fungsi Utama Stabilitas Sistem Keuangan Instrumen


Makroprudensial”.https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/stabilitas-sistem-
keuangan/instrumen-makroprudensial/default.aspx.diunduh pada 14 Oktober 2021.Pukul
18.10 WIB.

“Risiko Tingkat Suku Bunga Di Pasar Keuangan Turki Pada Periode Waktu Yang
Berbeda”.https://www.bmeb-bi.org/index.php/BEMP/article/download/21/14.diunduh pada
14 Oktober 2021.Pukul 18.16 WIB.

“Struktur Pembentukan Suku Bunga Dari Sisi Perbankan”.https://www.bmeb-


bi.org/index.php/BEMP/article/view/296.diunduh pada 14 Oktober 2021.Pukul 18.24 WIB.

“Neraca Bank Sentral”.https://www.coursehero.com/file/48902159/Neraca-Bank-


Sentraldocx/ .diunduh pada 14 Oktober 2021.Pukul 18.35 WIB.

“Tingkat Bunga”.https://investor.id/opinion/tingkat-bunga.diunduh pada 14 Oktober


2021.Pukul 18.40 WIB.

“Apa Itu Cadangan Moneter”.https://www.wartaekonomi.co.id/read304696/apa-itu-


cadangan-moneter.diunduh pada 14 Oktober 2021.Pukul 18.50 WIB.

“Independensi Bank Sentral, Instrumen Kebijaksanaan Moneter”.


https://www.slideshare.net/ichalrm/independensi-bank-sentral-instrumen-kebijaksanan-
moneter.diunduh pada 14 Oktober 2021.Pukul 18.58 WIB.

Anda mungkin juga menyukai