Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ISLAM DI LAOS”

DI
S
U
S
U
N
oleh :

HERAWATI
1238.19.0428
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN PEMBIMBING : ROBY SEPRYA M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-KIFAYAH (STIT)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan

kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ISLAM DI

LAOS” tepat pada waktunya.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat pendidikan islam.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Filsafat

pendidikan Islam. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang

sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik

dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan

wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Pekanbaru, Desember 2021

Penulis

!
DAFTAR ISI ………………………………… !!

BAB I ………………………………… 1

PENDADULUAN ………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………… 1

C. Tujuan Makalah ………………………………… 1

BAB II ………………………………… 2

PEMBAHASAN ………………………………… 2

A. Letak Geografis Laos ………………………………… 3

B. Sejarah Perkembangan Islam di Laos

BAB III ………………………………… 8

PENUTUP ………………………………… 8

A. Kesimpulan ………………………………… 8

B. Kritik dan saran ………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………… 9

!!
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunitas Muslim di Laos merupakan minoritas kecil di Negara mayoritas buddha dan
mencakup sekitar 0,01 % dari populasi. Komunitas Muslim dapat dijumpai di ibu kota Laos yaitu
Vientiane, yang juga memiliki mesjid jami’. Populasi Muslim sebagian besar bergerak di
perdagangan dan mengelola toko daging. Sebuah komunitas kecil muslim cham dari Kamboja
yang lolos dari khmer juga ditemukan, Muslim hidup terutama diperkotaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana letak geografis Negara Laos?
2. Bagaimana sejarah perkembangan islam di laos?
3. Apa faktor penyebab sangat sedikit muslim laos?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui letak geografis Negara Laos
2. Mengetahui sejarah perkembangan Islam di Laos
3. Mengetahui faktor penyebab kurangnya umat Muslim di Laos

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Laos


Laos adalah negara satu-satunya di Asia Tenggara yang terjepit dan tidak punya wilayah
laut. Laos berada disebelah barat vietnam, batas sebelah utara adalah cina. Negara tetangga lain
adalah thailand di sebelah selatan dan myanmar di sebelah barat laut. Luas wilayah Laos adalah
236.800 km2. Sekitar 70 % wilayah laos berbentuk pegunungan dan terdapat gunung Biawilayah
ini ditutupi oleh berbagai setinggi 2.819 meter yang merupakan gunung tertinggi di Negara ini.
sekitar 55 % jenis hutan, yaitu hutan hujan tropis, hutan bambu, dan hutan yang tercampur
dengan vegetasi trop.
Berdasarkan letak astronomisnya, Laos beriklim tropis dengan suhu rata-rata tahunan
antara 26 C- 28 C. Curah hujan rata-rata antara 1.500 – 2.500 mm per tahun. Laos memiliki 3
musim. Musim hujan pada bulan Juni-Oktober akibat pengaruh angin musim barat daya. Musim
kemarau yang sejuk terjadi pada bulan – Februari karena pengaruh angin musim timur. Pada
bulan Maret – Mei terjadi musim pancaroba yang kering. Laos adalah negara yang terhimpit oleh
daratan di Asia Tenggara dan diselimuti hutan lebat yang kebanyakan bergunung-gunung, di
mana salah satunya yang tertinggi adalah Phou bia dengan ketinggian 2.817 m dari permukaan
laut. Laos juga memiliki beberapa dataran rendah dan dataran tinggi. Sungai Mekong
membentuk sebagian besar dari perbatasannya dengan Thailand, sementara rangkaian
pegunungan dari Rantai Annam membentuk sebagian besar perbatasan timurnya
dengan Vietnam.

Pada pertengahan tahun 2006, penduduk Laos mencapai 6,1 juta jiwa dengan
pertumbuhan penduduk alami rata-rata setiap tahun 2,3%. Kepadatan penduduknya adalah 23
jiwa per km2. Angka kelahiran per tahun adalah 36 sedangkan angka kematian per tahun 13 per
1.000 penduduk. Suku bangsa yang paling dominan di Laos adalah suku Lao. Suku bangsa
lainnya adalah Thai, Meo, Yao,Mon Khimer, cina.Dengan presentase Lao (48%), Mon Khmer
(25%), Thai (14%), Meo dan Yao (13%).[1]

2
B. Sejarah Perkembangan Islam di Laos
Sampai abad 21 Islam merupakan suatu kekuatan politik yang patut diperhitungkan di
Asia tenggara ia merupakan agama kerajaan brunei darusalam. Agama resmi federasi malaysia
sebanyak 55% pemeluk dari seluruh jumlah penduduk Malaysia, di Indonesia jumlah pemeluk
agama Islam mencapai 90%, di Myammar agama Islam dipeluk oleh kelompok minoritas burang
lebih sebanyak 3,9% dari jumlah penduduk myammar secara keseluruhan, thailand sebanyak 4%,
di Philipina pemeluk Islam berjumlah 9%, sedangkan di singapura penduduk dengan beragama
Islam berjumlah sebanyak 16% dari jumlah penduduk Islam secara keseluruhan.[2]
Komunitas Muslim di Laos merupakan minoritas kecil di negara mayoritas buddha dan
mencakup sekitar 0,01 % dari populasi. Komunitas Muslim dapat dijumpai di ibu kota Laos yaitu
vientiane, yang juga memiliki Mesjid jami’. Populasi Muslim sebagian besar bergerak di
perdagangan dan mengelola toko daging. Sebuah komunitas kecil Muslim cham dari Kamboja
yang lolos dari khmer juga ditemukan, Muslim hidup terutama diperkotaan.[3]
Populasi muslim sebagian esar bergerak diperdagangan dan mengelola toko daging.
Sebuah komunitas kecil muslim cham dan dari kamboja yang lolos dari khmer merah juga
ditemukan, muslimnya hidup terutama diperkotaan. Sulit memang menemukan Muslim di Laos

3
. Namun, bukannya tidak ada. Laos memang dikenal sebagai negara di Asia Tenggara
yang populasi Muslimnya paling sedikit. Saat ini, Muslim yang tinggal di wilayah bekas jajahan
Prancis itu tak sampai 800 orang. Sejarah mencatat islam masuk kelaos sekitar abad ke-18 adalah
orang-orang dari tamil, selatan india yang pertama kali membawa islam ke Laos.
Kebanyakan Muslim tamil adalah laki-laki yang bekerja sebagai penjaga dan buruh, ada
pula yang berdagang , yakni menjual kosmetik yang mereka impor dari cina, Vietnam dan
Thailand. Sebagian besar dari mereka tinggal di vientiane, ibu kota Laos. Mereka juga menyebar
dan tinggal di 3 kota besar Laos lainnya , yakni luang prabang, pakse dan savannakhet. Islam
juga di bawa masuk oleh muslim dari pakistan. Banyak dari mereka yang bekerja untuk pasukan
inggris di tempatkan di myammar selama perang dunia pertama. Lokasi myanmar yang
berdekatan dengan laos membuat muslim pakistan yang kerap di panggil pakhtun mudah
menyebarkan islam di laos.
Muslim pakhtum adalah kelompok etnis Muslim yang cukup besar di Laos . kebanyakan
dari mereka telah menjadi penduduk laos dan menikahi perempuan laos. Sebagian laki-laki
pakhtum bekerja sebagai pegawai negeri dan polisi. Sejumlah lainnya memiliki toko pakaian
atau lahan pertanian. Presiden asosiasi muslim laos, Muhammad rafiq alias sofi seng sone,
menyatakan hubungan muslim dengan pemerintah laos sangat baik. “tidak ada masalah terkait
hubungan antar agama, masyarakat laos pada umumnya sangat ramah dan perhatian dan kami
merasa sangat beruntung bisa hidup disini” ujarnya. Penerimaan itulah yang membuat muslim di
laos dapat dengan mudah membangun mesjid untuk beribadah.
Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang
tersisa di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak
heran kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.
Agama Islam pertama kali masuk ke Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para
saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara
tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang
asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw. Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari
ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan
perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di sini, mereka memiliki
masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam
4
Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara
gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan.
Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu
Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran
kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil
dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket. Mereka
masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di
Tamil. Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Meski
demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap
di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia,
Indonesia, dan Palestina.
Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Setengah
populasinya yang mencapai empat setengah juta orang berasal dari etnis Lao atau yang dikenal
masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka
juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya. Mereka yang berasal dari etnis
ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka
berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang.
Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.[4]
Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane merupakan pembisnis. Mereka berjaya di
bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual
daging atau pemilik restoran halal. Beberapa restoran di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road,
dan dua atau tiga restoran halal lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon
Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa ketring bagi petugas
kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal di Vientiane bekerja di
bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan
jalan Lan Xang, dan Khu Vieng. Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di
Laos.

5
Namun mereka berjumlah lebih sedikit dan memutuskan tinggal di kota kecil di luar
Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat
Mekong tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang
asing. Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim
Kamboja. Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka adalah para pengungsi dari rezim Khmer
berkuasa. Mereka melarikan diri ke Negara tetangga mereka (Laos), setelah pemimpin rezim Pol
Pot menyerukan gerakan pembersihan masal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.
Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin.
Selain itu mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan Khmer
sejak 1975. Semua Masjid di Kamboja dihancurkan. Mereka juga dilarang untuk beribadah atau
berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.
Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mata imam masjid Kamboja di
Vientiane, Musa Abu Bakar, berlinang air mata ketika menceritakan kematian seluruh anggota
keluarganya dari kelaparan. Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang
mereka dapatkan dari tentara Khmer hanyalah daging babi, yang diharamkan oleh Islam.
Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang di Vientiane, kemudian melarikan diri dari
kampung halamannya. Sementara sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan
identitas etnis mereka dan juga keislamannya.
Dari suluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat
kelaparan dan pembantaian. Kini di Laos diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim Kamboja.
Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal
dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik
Chantaburi Vientiane. Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh
memegang agama. Umumnya, mereka adalah penganut mahzab Syafii, berbeda dengan
komunitas Muslim Asia Selatan di Vientiane yang menganut mazhab Hanafi.[5]
Muslim Chin Haw juga memiliki Masjid sendiri di Laos. Masjid tersebut terletak di ruas
jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya
neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras
suara untuk azan. Mudah Membangun Masjid

6
Meski hanya kelompok minoritas, umat Islam di Laos tidak menjadi sasar an
diskriminasi. Presiden Asosiasi Muslim Laos, Muhammad Rafiq alias Sofi Seng Sone,
menyatakan hubungan Muslim dengan pemerintah Laos sangat baik.
“Tidak ada masalah terkait hubungan antaragama. Masyarakat Laos pada umumnya sangat
ramah dan perhatian. Dan, kami merasa sangat beruntung bisa hidup di sini,” ujarnya.
Penerimaan itulah yang membuat Muslim Laos dapat dengan mudah membangun Mesjid
untuk beribadah. Muslim asal kamboja misalnya, memiliki Mesjid sendiri yang bernama Mesjid
Azhar. Masyarakat lokal mengenalnya dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di
sebuah sudut di Distrik Chantaburi yang berjarak sekitar empat kilometer dari pusat Kota
Vientiane. Meskipun dibangun oleh Muslim Kamboja, namun masjid ini juga banyak dikunjungi
jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini kebanyakan warga dari negara
tetangga, juga para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, seperti dari Malaysia, Indonesia,
dan Palestina.
Bangunan masjid ini cukup sederhana, namun dilengkapi dengan madrasah untuk anak-
anak Muslim belajar agama Islam. Keberadaan masjid ini di Vientiane tidak diprotes oleh
masyarakat sekitar. “Bahkan, ketika azan berkumandang, komunitas non-Muslim di Vientiane
tak merasa terganggu,” kata Rafiq.
Di Laos, ada sekitar seribu muslim, orang campa dan orang china pada 1978. Banyak
orang campa minta berimigrasi ke malaysia[6].

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas Muslim di Laos merupakan minoritas kecil di negara mayoritas Buddha dan
mencakup sekitar 0,01% dari populasi. Jumlah muslim Laos tidak lebih dari sekitar 800 hingga
1000 jiwa, 200 jiwa diantaranya adalah muslim asli Laos. Bila dibandingkan dengan hampir 7
juta total penduduknya jumlah tersebut nyaris tak terlihat dan menjadikan Laos sebagai negara
Asean dengan penduduk muslim paling sedikit.

B. Kritik dan saran


Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan pada makalah ini dan penulis
dengan senang hati dan akan menerima saran serta kritik demi kesempurnaan makalah ini. Atas
segala saran dan bantuan, penulis sampaikan terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

[1]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, Januari 2014), hal 259.
[2]Marshall G,S Hogdson, the Venture Islam, (Chicago : Uversity of Chicago Press
1974), hal 244
[3]M.G. Ricklefs, Bruce Lckhart, Albert Lau, Portia Rayes, Maitri Awung, Thwin,
Sejarah Asia Tenggara : dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, (Depok : Komunitas
Bambu, Mei 2013), hal 217-218
[4]Grolier, Negara dan Bangsa Asia. (Jakarta: Widyadara, 1988), hal 123
[5]Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010) hal 24

[6] Kettani Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: 2005, Raja Grafindo
Persada), hal 227

Anda mungkin juga menyukai