Anda di halaman 1dari 11

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)

Tafsir Bercorak Adabi Ijtima’i


Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA
11 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin
tertulis dari penerbit.

Judul Buku
Tafsir Bercorak Adabi Ijtima’i
Penulis
Ahmad Sarwat, Lc. MA
Editor
Fatih
Setting & Lay out
Fayyad & Fawwaz
Desain Cover
Faqih
Penerbit
Rumah Fiqih Publishing
Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940
5

Daftar Isi

Daftar Isi .............................................................. 5


Mukaddimah ........................................................ 6
Bab 1 : Pengertian ................................................ 9
1. Bahasa ........................................................... 9
2. Istilah ............................................................. 9
B. Contoh ........................................................11
1. Tafsir al-Manar ............................................ 11
2. Tafsir al-Maraghi ......................................... 11
3. Tafsir al-Qur’an al-Karim ............................. 11
4. Tafsir Al-Mishbah ........................................ 11
6

Mukaddimah

Berbicara tentang corak tafsir adabi ijtima’i,


bagi yang belum mengenal tentu akan kesulitan
memahami maksudnya. Apalagi bila hanya
berpatokan pada penamaannya saja.
Dimana-mana tafsir pastilah mengandung
unsur adabi dan ijtima’i, bukan?
Adabi itu artinya bercorak sastra, dimana tafsir
itu mengulas dan mengurai kekuatan sastra. Dan
hal itu pasti ada di banyak ktiab tafsir yang lain,
sebab Al-Quran itu sendiri merupakan sastra juga.
Dan istilah ijtima’i pun demikian juga. Sudah
pasti semua tafsir itu bersifat ijtima’i alias
bernuansa sosial, karena Al-Quran memang
diturunkan kepada seluruh umat manusia.
Lalu apa yang menjadi keunikan atas istilah
adabi ijtima’i ini?
Sebenarnya untuk mengenal corak tafsir yang
satu ini mudahnya bahwa tidak bisa dilepaskan dari
buah pemikiran tokoh inisiatornya sekaligus
menjadi tokoh sentralnya, yaitu Muhammad
Abduh.
Sehingga menurut hemat penulis, istilah corak
tafsir adabi ijtima’i hanyalah sekedar sebuah
penyebutan saja, namun yang menjadi unsur
terpentingnya justru terletak para pemikiran-
pemikiran Muhammad Abduh.
7
Hanya saja salah satu ciri yang bisa disebut
diungkap namun bukan berarti keunikan adalah
dari sisi penggalian terhadap aspek sastra dan kritik
sosial atas kemunduran umat Islam di masa hidup
sang tokoh. Padahal kalau ditelisik ke masa lalu,
sudah banyak ulama ahli tafsir yang membahas Al-
Quran dari kekuatan sastra juga. Namun tidak
secara spesifik disebut bercorak sastra.
Demikian juga kalau disebut ijtima’i yang
bermakna sosial atau mungkin lebih tepatnya
berupa kritik sosial, sebenarnya semua tafsir yang
pernah ada pun juga selalu bicara masalah sosial.
Maka bila sekedar diterjemahkan secara
harfiyah saja, istilah corak adabi ijtma’i malah sama
sekali tidak merupakan sebuah corak yang unik,
karena pada dasarnya semua kitab tafsir yang
sudah pernah ditulis sebelumnya pun sudah
banyak mengandung aniliasa atas kekuatan sastra
dan kritik sosial.
Maka untuk lebih tepatnya, corak tafsir adabi
ijtima’i itu pada intnya adalah lintasan berbagai
pemikiran Muhammad Abduh dan semangatnya
yang dituangkan dalam format kitab tafsir.
Kitabnya sendiri secara resmi bukan bernama
Al-Manar, melainkan Tafsir Al-Quran Al-Hakim.
Namun kenapa lebih dikenal sebagai Tafsir Al-
Manar, karena diterbitkan secara berseri di dalam
sebuah majalah yang terbit berkala dengan nama
Al-Manar.
Lagi pula sebenarnya yang menuliskannya
bukan Muhammad Abduh langsung. Abduh hanya
mengajar saja, lalu salah satu muridnya yaitu
8
Muhammad Rasyid Ridha kemudian
menuliskannya.

Sehingga kalau kita perhatikan di cover kitab


tafsir Al-Manar, yang tercantum sebagai nama
penyusunnya justru bukan Muhammad Abduh,
melainkan justru Rasyid Ridha. Walaupun nama
Muhammad Abduh juga dicantumkan juga, namun
bukan sebagai penyusun.
Corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-
petunjuk ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan
langsung dengan kehidupan masyarakat serta
usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-
penyakit atau masalah-masalah mereka
berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan
mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut
dalam bahasa yang mudah dimengerti dan indah
didengar.
9

Bab 1 : Pengertian

Kalimat al-adabi al-ijtima’i merupakan kata


majemuk dari dua suku kata, yaitu adabi dan
ijtima’i.
1. Bahasa
Secara etimologi, adabi berarti kesusasteraan
yang merupakan bagian dari kajian ilmu gramatika
bahasa arab, seperti nahwu, sharaf, luqhah, dan
balaghah. Dengan demikian, adabi berkaitan
dengan keindahan bahasa yang digunakan oleh
seorang penafsir. Sedangkan pengertian ijtima’i
adalah sosialkemasyarakatan. Kedua terma itu
kemudian menjadi hakikat ‘urfiyyah dikalangan
ulama tafsir dan memiliki makna tersendiri yang
mengacu kepada suatu karateristik dalam
penafsiran al-Qur’an.
2. Istilah
Sedangkan makna terminologi al-adabi al-
ijtima’i dalam kajian tafsir –seperti yang dijelaskan
oleh al-Farmawiy- adalah suatu penafsiran al-
Qur’an dari aspek keindahan redaksinya, kemudian
menyusun penjelasan itu dalam suatu redaksi yang
indah dengan menonjolkan aspek hidayah al-
Qur’an bagi kehidupan masyarakat, serta
menghubungkan makna-makna ayat-ayat tersebut
dengan hukumhukum kemasyarakatan dan
10
pembangunan dunia tanpa menggunakan istilah-
istilah keilmuan yang rumit.
Sementara itu, menurut Muhammad Husain
al-Dzahabi, terma al-adabi al-ijtima’i mengandung
pengertian sebagai suatu penafsiran al-Qur’an
dengan pertama-tama menunjukkan kecermatan
ungkapan bahasanya, dilanjutkan dengan merajut
makna-makna yang dimaksudkannya dengan cara
yang menarik, kemudian dieksplorasikan
penerapan nash kitab suci itu dengan realitas
sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku dalam
masyarakat dan pembangunan dunia.
Mufasir kenamaan Indonesia, Quraish Shihab,
- seorang yang mengagumi Muhammad Abduh -
merinci dengan memberikan tiga poin sentral
karakteristik corak tafsir adabi ijtima’i, yakni : (1)
segi ketelitian redaksinya, (2) kemudian menyusun
kandungan ayat – ayat tersebut dalam suatu
redaksi dengan tujuan utama memaparkan
tujuantujuan al-Qur’an, aksentuasi yang menonjol
pada tujuan utama yang diuraikan al-Qur’an, dan
(3) penafsiran ay
11

B. Contoh

Tafsir bercorak ini yang populer di rimba


akademis adalah :
1. Tafsir al-Manar
Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh, yang
kemudian dilanjutkan dan diselesaikan
penulisannya oleh muridnya, Rasyid Ridha.
2. Tafsir al-Maraghi
karya Musthofa al-Maraghi.
3. Tafsir al-Qur’an al-Karim
karya Mahmud Syaltut.
4. Tafsir Al-Mishbah
karya M. Quraish Shihab.

Anda mungkin juga menyukai