Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2 ADPU4130

(ILMU ADMINISTRASI NEGARA)

NIM : 043664984

NAMA : ZALIPAH MAHARANI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UPBJJ UT SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2021.2


Tugas Tutorial 2

Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!

1. Seperti apakah kelemahan dan problema dalam birokrasi dan sertakan contohnya pada
organisasi pemerintahan daerah?  (Skor 40)
2. Seperti apakah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah?  (Skor 30)
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert Presthus dalam
Public Administration?  (Skor 30)

Jawaban:
1. Kelemahan birokrasi akan berkisar pada empat hal berikut.
a. Standar efesiensi fungsional
Salah satu ciri dari birokrasi, baik yang telah berjalan secara rasional dan efesien
maupun tidak, ialah birokrasi harus menetapkan standar efiensi fungsional. Kalau
misalnya ada orang yang menuduh bahwa aparatur pemerintah berkerja tidak
efesien, pembelaannya tidak lah cukup dengan mengatakan bahwa budanya
memang begitu. Dengan kata lain, perlu ada satu standar yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian efesiensi secara fungsional. Persoalnya
adalah bagaimana cara membuat standar efisiensi yang dapat diberlakukan secara
fungsional itu. Beberapa ahli organisasi menunjukan bahwa weber gagal dalam
menilai atau memperhitungkan cara-cara untuk memecahkan masalah-masalah
organisasi, yang mungkin mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
efisiensinya. Peter Blau berpendapat bahwa Weber mengabaikan kemanfaatan
dan kerugian relatif dari sistem senioritas dan sistem prestasi, yang dimaksudkan
untuk memajukan personalia dan dalam penekanannya pada otorita hierarki.
Weber juga tidak memperbandingkan akibat akibat dari kepatuhan mutlak
bawahan kepada mereka yang mungkin menjadi lawan dalam menetapkan
kebijakan.
b. Penekanan yang berlebihan terhadap rasionalitas, impersonalitas, dan hierarki
Dalam pemikiran Weber, dalam setiap organisasi berlaku aturan-aturan formal
yang secara nyata akan mengendalikan perilaku anggota-anggota organisai. Hal
ini berarti mengesampingkan struktur informal. Para analis birokrasi melontarkan
kritik tergadap konsep Weber itu yang di pandang memberikan tekanan yang
berlebihan terhadap rasionalitas, impersonalitas, dan hierarki dalam hubungan-
hubungan sosial birokratik.
c. Penyelewengan tujuan
Tanda-tanda dari organisasi yang tidak sehat adalah penyelewengan tujuan
kekauan berlebihan, pita meray, perlakuan tidak berpribadi, dan penolakan secara
tidak masuk akal terhadap perubahan. Merton menyebutkan penyakit-penyakit ini
dengan Bureaucratif dsyfunctions dan mencirikannya dengan istilah trained
inpacity. Ketidakmampuan terlatih ini menunjuk pada suatu kondisi dimana
kemampuan sesorang berfungsi secara tidak tepat dan membuta. Segala tindakan
anggota organisasi didasarkan atas hasil latihan dan keahlian yang memang
berhasil diterapkan di masa-masa lampau, tetapi akan menghasilkan tanggapan
yang tidak tepat dalam kondisi-kondisi yang telah berubah.
d. Pita merah (red tape)
Pita merah disebabkan oleh kecenderungan alamiah dari manusia yang berada
dalam lingkungan birokratif untuk merutinkan aktivitas-aktivitas mereka.
Karakteristik Weber mengenai birokrasi sangat rasional dan amat tidak peduli
dalam melayani pembuat kebijakan dan publik telah mendorong perhatian yang
sungguh-sungguh pada ketetapan prosedur, sekalipun, sasaran-sasaran pelayanan
publik dapat mudah diubah. Pita merah adalah suatu istilah yang dimaksudkan
untuk menunjukan adanya prosedur-prosedur birokratik yang mempunyai ciri
ketaatan mekanis pada peraturan, formalitas yang berlebihan dan lebih banyak
memperhatikan hal hal yang rutin, dan komplikasi sejumlah informasi eksternal
yang mengakibatkan berkepanjangan penundaan dan kemandekan.

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang diundangkan


pada tanggal 2 Oktober 2014 merubah wajah hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Otonomi daerah yang dijalankan selama ini semata-mata hanya dipahami sebagai
perpindahan kewajiban pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk masyarakat.
Padahal substansi penting dari otonomi daerah adalah pelimpahan kewenangan dari pusat
ke daerah secara politik dan ekonomi agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
berlangsung secara adil dan merata di daerah. Sehingga konsep otonomi daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia ini yang ditekankan lebih tajam dalam
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014. Perubahan yang mendasar lain yang tidak ada
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ialah ditetapkannya Urusan Wajib Daerah,
dan pola hubungan Urusan Konkuren antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang langsung dimasukkan dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014. Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 diklasifikasi urusan
Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren,
dan urusan pemerintahan umum. Dapat Dapat disimpulkan bahwa ketentuan UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah masih mengarah pada desentralisasi, dilihat
dari adanya pembagian urusan meskipun diklasifikasikan secara rinci ke dalam 3 urusan
pemerintahan. Jika merujuk pada teori model hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah secara teoritis menurut Clarke dan Steward, desentralisasi seperti ini
termasuk The Agency Model. Model dimana pemerintah daerah tidak mempunyai
kekuasaan yang cukup berarti sehingga keberadaannya terlihat lebih sebagai agen
pemerintah pusat yang bertugas untuk menjalankan kebijaksanaan pemerintah pusatnya.

3. Fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert Presthus dalam Public


Administration:

1) Analisis tugas dan klasifikasi jabatan


Suatu deskripsi pekerjaan yang harus dilakukan, yang memberikan dasar bagi
penyediaan personalia yang efektif.
2) Rekrutmen dan penempatan
Proses penyesuaian keahlian dan minat individualitas dengan spesifikasi tugas dan
ruang.
3) Evaluasi, promosi, dan pemindahan
Prosedur yang menetapkan keberhasilan pelaksanaan tugas dan menentukan
kemampuan individual bagi kemanfaatan yang tersebar.
4) Skala kompensasi
Renacan untuk menjamin prinsip upah yang sama untuk pekerjaan yang sama
dengan jenjang penggajian yang didasarkan atas keahlian yang dibutuhkan oleh
suatu tugas.
5) Latihan, bimbingan, dan perbaikan kondisi kerja
Rancangan-rancangan yang di maksudkan untuk memberikan motivasi kepada
para pekerja.
6) Hubungan dengan organisasi dan serikar pekerja
Cara cara untuk melakukan hubungan dengan kelompok-kelompok atau
organisasi buruh.
7) Tindakan disiplin
Pengawasan terhadap kerajinan individu dan prosedur untuk memberhentikan
karyawan.
8) Catatan personalia
Berbagai prosedur dan cara yang berkenaan dengan pengadaan catatan-catatan
kepegawaian.

Anda mungkin juga menyukai