Anda di halaman 1dari 13

Teori Birokrasi (teori klasik organisasi 1)

Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun


secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan
proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949),
Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah
mendukung model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi
organisasi. Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan
delapan karakteristik struktural.
Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang
distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian
tugas organisasi. Weber menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah
dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.
Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang
kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam
menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang
rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas pekerja dapat
ditingkatkan.
Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran
kekuasaan anggota organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan
secara individu, membantu mengarahkan hubungan intra personal di
antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
Keempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada
kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Para manajer harus
mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang
berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi
perusahaan.
Kelima, mampu tukar personil dalam peran organisasi yang
bertanggung jawab memungkinkan aktivitas organisasi dapat diselesaikan
oleh individu yang berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya
tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota
organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.
Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra
personil di antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam
kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus
berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan dan
kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi dari
tugas-tugas organisasi di dalam perbandingannya dengan prioritas yang
rendah dari anggota organisasi individu.
Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua
anggota organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab
kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang
keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.
Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi
dan pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas
perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan
kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.
Model birokrasi telah menerima image publik yang buruk dalam
beberapa tahun belakangan ini karena formalitas yang ekstrim dan
kakunya organisasi birokrasi tersebut. Akan tetapi, dalam penerapannya di
jaman modern seperti sekarang ini, “birokrasi dunia seringkali dijadikan
untuk mengkritik kegagalan mengalokasikan kewenangan dan tanggung
jawab , kaidah dan rutinitas yang kaku, kesalahan resmi, kinerja yang
lamban, buck-passing, prosedur yang bertentangan dan arahan, duplikasi
usaha, membangun kerajaan, terlalu banyak kekuasaan yang pegang oleh
orang yang salah, pemborosan sumber daya, dan inertia” (Hick dan Gullett,
1975:128). Birokrasi dunia, seringkali menjadi sinonim dengan
ketidakefisienan organisasi, formalitas, dan lemahnya kepekaan. Bradley
dan Baird (1980) menyatakan bahwa “keluhan terhadap birokrasi begitu
banyak: ia telah disalahgunakan karena kreativitas individu yang
bersemangat, mendukung kesesuaian dan modifikasi kepribadian (hal.10).
Jelasnya, sejumlah perguruan tinggi ternama telah memperlihatkan
kritikannya terhadap masalah birokrasi. Universitas dipandang tidak adil
ketika mereka menerapkan birokrasinya sendiri. Cerita tentang sejumlah
mahasiswa yang dikeluarkan dari perguruan tinggi karena melakukan
kesalahan dalam nilai mereka, pendaftar baru yang harus menunggu lama
dalam baris antrian hanya untuk bisa mendengarkan pernyataan bahwa
mereka tidak diterima meskipun telah mendaftarkan diri, atau pengguna
perpustakaan yang menerima denda karena keterlambatan mereka
mengembalikan buku yang dipinjamnya ke perpustakaan. Cerita-cerita
seperti itu muncul tidak saja dalam birokrasi dan tidak pekanya birokrasi,
tetapi juga pada hal-hal di mana belum berkembangnya struktur organisasi
bisa menjadi bentuk menjatuhkan diri terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
Akan tetapi, birokrasi menawarkan banyak keuntungan yang besar
terhadap organisasi-organisasi yang rumit seperti universitas. Presisi,
kecepatan, kejelasan, kontinuitas, ketelitian, kesatuan, dan bawahan
langsung dinyatakan sebagai keuntungan dari struktur organisasi
(Tortoriello, Blatt, dan DeWine, 1978). Struktur birokrasi mengikutsertakan
kemampuan memprediksi perilaku organisasi melalui penjabaran kaidah,
panduan dan prosedur spesifik dalam rangka menyelesaikan tugas. Seperti
yang akan kita bahas dalam Bab 6, kaidah-kaidah tersebut membantu
organisasi untuk mengatasi input kesulitan tingkat rendah, yang
menunjukkan bahwa birokrasi adalah sesuatu yang berguna bagi rutinitas
penanganan tugas-tugas organisasi yang bisa diprediksikan. Sebelumnya
kaidah tidak berguna untuk merespon input dengan tingkat kesulitan
tinggi, menunjukkan bahwa model birokrasi dianggap tidak pas untuk
menangani masalah organisasi yang rumit. Birokrasi tidak melahirkan
kreativitas dan fleksibilitas, meskipun ada banyak situasi di mana anggota
organisasi harus bereaksi secara aktif terhadap masalah yang rumit dan
sulit diprediksikan. Singkatnya, birokrasi menawarkan banyak kelebihan
yang kuat dalam menerapkan standar praktek organisasi, selain ia juga
bisa membatasi anggota organisasi dan individu yang bekerja di dalamnya.
Teori Administrasi (teori klasik organisasi 2)
Teori administrasi adalah bagian kedua dari tiga dasar teori klasik
organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Di sini terdapat perbedaan yang
dibiaskan pada praktek manajerial dalam teori administrasi. Mengingat
teori birokrasi memberikan penjelasan organisasi yang dibangun secara
“ideal”, teori administrasi merumuskan strategi spesifik untuk menerapkan
struktur birokrasi. Teori administrasi menterjemahkan banyak prinsip dasar
model birokrasi secara deskriptif ke dalam prinsip praktek manajerial
preskriptif. Buktinya, teori administrasi memiliki gelar populer sebagai
“prinsip manajemen” (Hick dan Gullett, 1975).
Teoritikus administrasi pertama dan paling berpengaruh adalah
industrialis berkebangsaan Perancis yaitu Henry Fayol. Pada tahun 1916,
Fayol mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen. Dalam tonggak
sejarahnya buku berjudul Manajemen Umum dan Industri (yang
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Inggris di tahun 1949) itu telah
menjadi titik tolak dari teori administrasi. Prinsip-prinsip tersebut telah
diterapkan secara luas pada desain dan praktek organisasi dan
memberikan pengaruh kuat pada desain dan administrasi organisasi
industri modern. Beberapa prinsip dasar manajemen yang telah
diperkenalkan oleh Fayol kemudian menjadi sesuatu yang biasa kita
temukan sekarang ini, tetapi itu merupakan refleksi dari aplikasi dan
penggunaannya yang luas. Banyak prinsip dasar yang serupa dengan
model birokrasi yang didefinisikan oleh Weber. Fayol (1949)
mendefinisikan 20 prinsip dasar manajemen.
Perencanaan mengarahkan para manajer untuk menganalisa tugas
dan tujuan organisasi dan untuk merancang strategi spesifik maupun
mengidentifikasi bahan baku dan personil yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tujuan organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh prinsip
dasar ini memiliki kesamaan dengan “kaidah, aturan dan prosedur yang
diformalisasikan” oleh prinsip birokrasi Weber, lihat tabel 3.1 halaman 78).
Organisasi mengarahkan para manajer untuk mengalokasikan
personil, peralatan dan sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tujuan organisasi yang diidentifikasi dalam perencanaan.
Perintah menuntut para manajer untuk mengarahkan aktivitas
anggota kelompok anggota organisasi yang berbeda untuk menyelesaikan
tujuan organisasi.
Kontrol mengharuskan para manajer menggunakan kewenangan
mereka untuk memastikan bahwa tindakan pekerja sesuai dengan tujuan
dan aturan organisasi (untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip
tersebut dengan prinsip birokrasi “hirarki” Weber; lihat Tabel 3.1).
Bidang pekerjaan mengarahkan pengembangan kemampuan kerja
khusus dari anggota organisasi sehingga mereka dapat berkonsentrasi
pada tugas-tugas tertentu sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut
dengan “spesialisasi peran anggota organisasi“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Otoritas memberdayakan para manajer untuk menggunakan
kekuasaan dan kontrol terhadap bawahan guna mengarahkan aktivitas
mereka terhadap produk organisasi. Bawahan dituntut menghasilkan
sesuai kewenangan atasan yang ada dalam organisasi. (Untuk mengetahui
seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “hirarki“
Weber; lihat Tabel 3.1).
Disiplin mengarahkan semua anggota organisasi untuk
menyampaikan kaidah dan panduan organisasi dan hukuman khusus bagi
anggota organisasi yang gagal dalam melaksanakan tugas sesuai aturan
perusahaan. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut
dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Kesatuan perintah menyatakan bahwa setiap anggota organisasi
harus menerima arahan dari satu atasan saja dan bertanggung jawab
kepada orang tersebut. Prinsip ini berfungsi untuk meningkatkan kejelasan
peran kerja dengan cara mengenali siapa yang bertanggung jawab
terhadap apa dan siapa yang berwenang terhadap siapa dalam aktivitas
organisasi.
Rantai scalar menyatakan bahwa anggota organisasi harus
menjawab langsung kepada atasan mereka dan mengawasi langsung
bawahan mereka. Rantai scalar membentuk jalur interaksi vertikal di
antara atasan dan bawahan sepanjang rantai komando hirarki organisasi
(Gambar 3.1). ia mengidentifikasi rute utama susunan untuk kaidah dan
pengarahan yang diikuti dengan jalur komunikasi dan mampu menciptakan
interaksi sulit di antara anggota organisasi yang berada dalam posisi rantai
komando paralel di dalam organisasi. Untuk mengatasi masalah ini, Fayol
menyatakan bahwa dalam lingkungan tertentu (keadaan darurat,
misalnya), anggota organisasi dapat berkomunikasi secara horisontal, atau
lintas rantai komando secara paralel dengan rekan sekerja untuk
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas organisasi. Prinsip dasar ini
mengatasi masalah komunikasi horisontal terbatas di antara anggota
organisasi dengan tingkat hirarki yang sama dalam organisasi. Fayol
menyebut saluran horisontal, yang dalam efeknya memecah rantai scalar,
sebagai “jembatan,” tetapi ia kemudian lebih dikenal dengan “jembatan
Fayol” (Gambar 3.2)
Kesatuan arah menyatakan bahwa anggota organisasi harus satu
pikiran, bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Prinsip dasar
ini menggambarkan sebuah penekanan terhadap produk organisasi
terhadap produk anggota organisasi individual. (Untuk mengetahui
seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi
“profesionalisme“ Weber; lihat Tabel 3.1:78).
Bawahan individu bagi kelompok yang lebih besar mengarahkan
anggota organisasi secara individu untuk bertindak sesuai kepentingan
organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut
dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“ yang menekankan pentingnya
organisasi untuk berhadapan dengan anggota organisasi individu; lihat
Tabel 3.1).
Penghitungan ulang menyatakan bahwa anggota organisasi harus
mendapatkan penghargaan atas pekerjaan mereka dengan gaji dan
tunjangan materi lain (bonus, bagi laba, pembagian saham) yang sesuai
dengan produktivitas pekerjaan mereka. Prinsip ini didasarkan pada
pernyataan bahwa anggota organisasi bisa dipicu secara meterial sehinga
kinerja mereka bergantung kepada jumlah penghitungan uang yang
mereka terima dari perusahaan.
Sentralisasi kekuasaan menyatakan bahwa kinerja organisasi bisa
sukses ketika adanya kontrol ketat terhadap aktivitas anggota organisasi
dari administrasi pusat dan desentralisasi proses organisasi tidak bisa
berkembang pada suatu titik di mana proses itu tidak berada dalam
pengawasan hirarki langsung. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan
prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “hirarki“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Perintah mengarahkan organisasi, perencanaan, dan klasifikasi
aktivitas dengan jelas. Prinsip ini menekankan bahwa tidak ada yang boleh
disisakan dalam perubahan organisasi. Semua aktivitas organisasi beserta
prosesnya harus dirancang dengan jelas dan dipadukan ke dalam tujuan
formal organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip
tersebut dengan prinsip birokrasi “kaidah, aturan dan prosedur yang
diformalisasikan“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Ekuitas menyatakan bahwa semua anggota organisasi harus
diperlakukan secara adil. Kaidah dan panduan yang ditetapkan secara
obyektif harus bisa digunakan untuk mengatur personil organisasi. (Untuk
mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip
birokrasi “kaidah, aturan dan prosedur yang diformalisasikan“ Weber; lihat
Tabel 3.1).
Stabilitas kedudukan menyatakan bahwa anggota organisasi
membutuhkan waktu khusus untuk belajar menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepada mereka, dan selama mereka mampu melakukannya
dengan baik, maka pekerjaan dan posisi mereka akan tetap aman dalam
organisasi.
Inisiatif menyatakan bahwa anggota organisasi harus mampu
bekerja dengan perhatian yang terbaik bagi organisasinya. Para manajer
harus mengetahui tugas yang akan diselesaikan dan mengarahkan
aktivitas “bawahan” untuk memenuhi tugas-tugas tersebut.
Semangat kesatuan menyatakan bahwa tujuan organisasi bisa
dicapai dengan sukses ketika anggota merasa bangga terhadap
organisasinya. Fayol menekankan pentingnya loyalitas dan komitmen
emosional anggota organisasi terhadap organisasi mereka.
Lini dan fungsi staf mengidentifikasi kebutuhan personil dengan
dukungan khusus (staf) untuk membantu manajer yang memiliki tanggung
jawab utama dalam membuat keputusan dan mengarahkan aktivitas untuk
mencapai tujuan organisasi (lini). Anggota staf yang menangani masalah
tehnik, administrasi, personil dan masalah lain membantu manajer lini
untuk bebas dari detail administrasi sehingga dengan demikian mereka
dapat memfokuskan perhatianya dalam mengarahkan pencapaian tujuan
organisasi .
Adalah suatu hal yang mudah untuk melihat banyak kesamaan yang
terdapat di antara teori birokrasi Weber dan teori administrasi Fayol (Tabel
3.1). keduanya berusaha meningkatkan logika, perintah dan struktur
dalam organisasi. Teori administrasi dikembangkan sebagai panduan
preskriptif bagi manajemen organisasi industri sesuai penggunaan kaidah
dan otoritas secara langsung. Di sini diperlihatkan kekuatan dan kelemahan
dari teori administrasi. Prinsip dasar preskriptif dari teori administrasi
membuat teori tersebut sangat pragmatis dan dapat diaplikasikan pada
organisasi bisnis. Sebelumnya, karena tidak ada prinsip manajemen
universal yang dapat diaplikasikan secara merata pada semua situasi
organisasi, prinsip teori administrasi dapat disalahartikan, bertentangan
dan tidak sesuai dalam penggunaannya ketika berhubungan dengan
masalah-masalah organisasi yang berbeda. Di samping itu, seperti yang
akan kita bahas secara mendalam pada bagian akhir bab ini, prinsip teori
administrasi, seperti prinsip birokrasi, sering dihubungkan sebagai bentuk
yang kaku dan tidak peka terhadap kebutuhan anggota organisasi.
Teori Manajemen Ilmiah (teori klasik organisasi 3)
Teori manajemen ilmiah adalah bagian ketiga dari tiga bagian dasar
dari teori klasik organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Manajemen ilmiah
berbagi dengan teori administrasi dan teori birokrasi yang menekankan
pada sisi logika, perintah dan hirarki dalam organisasi. Seperti halnya
dalam teori administrasi, di dalam manajemen ilmiah terdapat bias
perbedaan pada praktek manajemennya. Fokus manajemen ilmiah lebih
mikroskopis ketimbang fokus teori administrasi. Ketika teori administrasi
menjelaskan cara-cara organisasi yang harus dibangun, manajemen ilmiah
menjelaskan cara-cara spesifik dari tugas organisasi yang harus dibangun
guna meningkatkan efisiensi pencapaian hasilnya.
Pendukung yang paling berpengaruh dari teori manajemen ilmiah ini
adalah Frederick Winslow Taylor. Insinyur mekanik Amerika yang
menyatakan bahwa pengamatan ilmiah, analisis dan intervensi harus
digunakan untuk meningkatkan cara-cara di mana tugas harus diselesaikan
dalam organisasi industri. ia menaruh perhatian pada operasi yang tidak
sistematis dari organisasi dalam dua dekade pertama abad dua puluh.
Taylor merasa bahwa adanya kesia-siaan dan tidak efisiennya cara
organisasi dalam menyelesaikan bisnis mereka karena lemahnya
rancangan kerja dalam organisasi dan lemahnya lingkungan kerja anggota
organisasi. Ia mengatakan bahwa dengan memberikan usaha terbaik
kepada para pekerja dalam menyelesaikan rancangan yang baik, aktivitas
yang terkait dengan pekerjaan, maka organisasi bisa menghemat uang dan
meningkatkan produktivitas, sedangkan pekerja bisa menerima gaji yang
lebih tinggi berdasarkan kinerja yang mereka perlihatkan dengan lebih
baik. Ia mengusulkan untuk membayar pekerja sesuai jumlah pekerjaan
yang dilakukan, ketimbang jumlah jam kerjanya. Karenanya, jika pekerja
lebih produktif dalam penyelesaian tugas mereka bisa mendapat banyak
uang.
Pengujian secara ilmiah bentuk pekerjaan organisasi yang spesifik
menurut Taylor harus dirancang mulai dari tugasnya sehingga mampu
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. ketika langkah penyelesaian
tugas telah ditentukan dengan benar, maka studi waktu dan gerak dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat optimal penyelesaian tugasnya. Dengan
menentukan tingkat kinerjanya, Taylor mengatakan, bahwa insentif yang
diterima bisa diberikan kepada para pekerja yang menunjukkan
peningkatan. Ia memberikan penilaian penting bahwa “Waktu adalah
uang.,” sehingga membangun semangat manajemen ilmiah (Cummings,
Long, dan Lewis, 1983:74). Taylor berusaha mempengaruhi semua
anggota organisasi untuk menerima keyakinan manajemen ilmiah untuk
mempromosikan implementasinya. Dalam arti, Taylor telah mendukung
“revolusi mental” menurut cara di mana aktivitas organisasi dapat
dirumuskan dan dipraktekkan dengan benar.
Taylor menulis tentang banyak kisah-kisah sukses hingga dokumen
yang berguna dari praktek manajemen ilmiah. Sebagai contoh,
dalam Manajemen Ilmiah (1974, yang pertama dipublikasikan pada tahun
1911), ia menjelaskan tentang penggunaan tehnik manajemen ilmiah
untuk menguji bagaimana ball bearing diperiksa. Setelah metode kerja
secara ilmiah dievaluasi dan tugas dirancang menurut prosedur yang paling
efisien, sebanyak 35 pekerja mampu melaksanakan tugas yang telah
diselesaikan oleh 120 pekerja, dengan peningkatan kualitas kerja lebih dari
dua pertiganya (Hick dan Gullett, 1975).
Demikian pula halnya dalam studi yang sekarang ini dilakukan di
pabrik mesin Bethlehem Steel Corporation, Taylor kembali memperlihatkan
kegunaan dari teknik manajemen ilmiah dalam meningkatkan produktivitas
pekerja dan meningkatkan efisiensinya. Melalui studi gerak dan waktu di
bagian pengolahan batu bara dan bijih besi di perusahaan baja, ia
memperlihatkan bahwa bobot shovel dengan material yang diangkut oleh
pekerja bervariasi dari 16 hingga 38 pound (Rogers dan Agarwala-Roger,
1976). Sebelum efisiensi maksimum dalam pengangkutan terjadi bobot
angkutan bisa melebihi 20 pound. Berdasarkan material spesifik yang telah
diangkut pekerja, shovel berbeda memperlihatkan daya angkut rata-rata
21 pound material. Para pekerja menerima perintah untuk mengangkut
shovel yang akan digunakan untuk mengangkut material, maupun tehnik
pengangkutan yang lebih efektif. Selain itu, pemberian insentif membuat
para pekerja mengangkat beban di atas rata-rata.
Hasil intervensi Taylor di Bethlehem Steel Corporation sangat luar
biasa. Jumlah material yang diangkut per hari naik dari 16 menjadi 59 ton.
Bahkan setelah studi gerak dan waktu Taylor, dan upah insentif pekerja
yang diterima, perusahaan mampu memangkas biaya penanganan menjadi
separuhnya. Selain itu, situasi tersebut mampu mengurangi jumlah pekerja
yang diperlukan untuk mengangkut material hingga lebih dari 65 persen
sampai 75 persen (Koehler, Anatol, dan Applbaum, 1981). Hasil tersebut
memberikan bukti dramatis bahwa tehnik manajemen ilmiah bisa
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam organisasi industri.
Taylor memperkenalkan beberapa prinsip dasar dan konsep
manajemen yang penting dalam Manajemen Ilmiah (1911) yang telah
melalui banyak pengujian.
Pertama, ilmu harus menekankan pada rule of thumb dalam
memandu rancangan tugas dan aktivitas organisasi. Efektivitas operasi
organisasi harus diukur secara obyektif dan ilmiah.
Kedua, harmonisasi harus ditingkatkan dalam organisasi dengan
menciptakan kaidah, aturan dan peran formal anggota organisasi secara
ilmiah dengan basis dan penunjukkan yang jelas.
Ketiga, perusahaan harus menekankan pada individualisme.
Manajemen harus bekerja sama dengan pekerja untuk memastikan bahwa
tugas diselesaikan dengan sangat efisien, dan berbasis pada cara ilmiah.
(Bandingkan prinsip ini dengan sentimen tentang tidak pentingnya individu
dalam teori birokrasi Weber dan teori administrasi Fayol; lihat Tabel 3.1).
Keempat, pencapaian hasil maksimum, termasuk output terbatas,
harus menjadi tujuan utama organisasi.
Kelima, semua pekeja harus ditingkatkan kemampuan produksi
maksimum dan potensi kerjanya sehingga dengan demikian mereka bisa
mencapai efisiensi dan kesesuaian yang lebih baik. Ini dapat dicapai
dengan pemilihan dan pelatihan pekerja secara ilmiah untuk tugas-tugas
khusus. Hanya pekerja kelas satu yang harus diberikan pekerjaan dalam
organisasi.
Keenam, perlunya divisi kerja di antara manajer dan para pekerjanya;
manajer harus bertanggung jawab atas penyelesaian tugas dimana mereka
memiliki dukungan yang lebih baik untuk menangani tugas ketimbang yang
dimiliki bawahannya. Perencanaan dan tugas administrasi harus dilakukan
oleh manajer yang terlatih dan ahli dalam tugas, sedangkan pekerja harus
diarahkan untuk menyelesaikan tugas yang dirancang oleh manajer.
Ketujuh, perhatian harus diberikan untuk menghilangkan semua
bentuk shouldering dalam aktivitas organisasi. Anggota organisasi bekerja
serius dan memberikan kemampuan yang terbaik. (Bandingkan prinsip ini
dengan prinsip “profesionalisme” Weber dan prinsip “inisiatif” Fayol; lihat
Tabel 3.1).
Kedelapan, pekerja harus diberi gaji atas pekerjaan yang
dilakukannya melalui penggunaan piece rate. Berdasarkan tingkat yang
ditetapkan dalam studi waktu dan gerak, standar minimum produksi harus
ditentukan, dan pekerja harus dihargai menurut kemampuan standar
minimum. “Bonus” kepada pekerja dapat pula diberikan jika standar
produksi minimum terlampaui.
Konsep manajemen ilmiah Taylor menekankan pentingnya struktur
dan desain dalam penyelesaian tugas organisasi. Penelitiannya memberi
andil bagi pengembangan tehnik manajemen dalam standarisasi kerja,
perencanaan tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan penghematan
biaya dan terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, tehnik industri,
manajemen industri, dan manajemen personal.
Frank dan Lillian Gilbreth mendukung Taylor yang berusaha
menerapkan prinsip manajemen ilmiahnya bagi praktek organisasi. Mereka
menyempurnakan studi waktu dan gerak dalam ilmu pengetahuan yang
menggunakan analisis gambar gerak untuk mengevaluasi kinerja pegawai
(Spriegel dan Myer, 1953; Gillbreth, 1915). Mereka menekankan
pentingnya faktor manusia dalam manajemen dan studi pekerja (Hick dan
Gullett, 1975). Bersama dengan Taylor, mereka membantu
mempopulerkan tehnik manajemen ilmiah dalam tatanan organisasi.
Akan tetapi, banyak situasi organisasi tidak tampak menguntungkan
dari segi penelitian Taylor dan para pendukungnya. Manajemen ilmiah
secara khusus telah diterapkan untuk organisasi industri yang memiliki
pekerjaan “rutin, berulang, distandarkan, dan mungkin pekerjaan tersebut
akan bertambah besar di masyarakat di mana mesin-mesin kini sudah
banyak digunakan untuk menyelesaikan proses pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai