Anda di halaman 1dari 20

Analisis Pendekatan Klasik Komunikasi Organisasi Pada

Perusahaan PBF (Pedagang Besar Farmasi)


Marzalia Raisa (0803622005)

Abstrak
Pendekatan klasik dalam komunikasi organisasi mengacu pada model komunikasi yang
dikembangkan pada awal abad ke-20. Pendekatan ini berfokus pada struktur hierarkis dan
penggunaan saluran komunikasi formal dalam organisasi. Pedagang Besar Farmasi (PBF)
merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Karena PBF sangat terikat dengan ketentuan maka penulis ingin
menganalisis pendekatan klasik komunikasi pada PBF. Penulis menganalisis dari konten
komunikasi, arah komunikasi, model komunikasi dan gaya komunikasi pada perusahaan PBF.
Menggunakan metode kualitatif deskriptif dan Teknik wawancara, penulis menyimpulkan bahwa
pendekatan klasik komunikasi pada PBF msih sangat relevan dan memang cocok digunakan demi
kelancaran distribusi obat secara aman.
Keyword: Pendekatan Klasik, Komunikasi Organisasi, Henry Fayol

PENDAHULUAN
PENDEKATAN KLASIK KOMUNIKASI ORGANISASI
Pendekatan klasik dalam komunikasi organisasi mengacu pada model komunikasi yang
dikembangkan pada awal abad ke-20. Pendekatan ini berfokus pada struktur hierarkis dan
penggunaan saluran komunikasi formal dalam organisasi. Pendekatan klasik muncul setelah
terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan perubahan paradigma dalam cara pekerjaan
dilakukan. Pada periode ini, masyarakat mengalami perubahan dari agraris menjadi industri. Pada
awalnya, pekerjaan biasanya dilakukan oleh individu atau kelompok kecil dalam lingkungan
keluarga, namun kemudian beralih ke pabrik yang terkait erat dengan penggunaan mesin dan
perkembangan industri. Selama masa ini, organisasi digambarkan sebagai sebuah mesin. Alasan
mengapa organisasi digambarkan sebagai mesin dapat kita temukan dalam pemikiran Henry Fayol
melalui Teori Manajemen Klasik, Max Weber melalui Teori Birokrasi, serta Federick Taylor
melalui Teori Manajemen Ilmiah. Pada makalah ini, penulis menggunakan referensi utama dari
buku Katherine Miller, Organizational Communication-Approaches and Process, Sixth
Edition.2006.
TEORI MANAJEMEN KLASIK – FAYOL

Henry Fayol merupakan industrialis yang berasal dari Perancis, hidup di antara tahun 1920-
an dan dapat dikatakan sebagai Bapak dari teori manajemen dan operasi modern. Dua hal besar
dari pemikiran Fayol adalah perhatiannya kepada elemen manajemen dan prinsip-prinsip
manajemen. Elemen manajemen berkaitan dengan apa yang harus dilakukan manajer, dan prinsip
manajemen berkaitan dengan bagaimana manajer harus menetapkan elemen-elemen.

ELEMEN MANAJEMEN

Menurut Fayol, pada dasarnya terdapat lima dasar elemen dari manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, komando, koordinasi dan kontrol.

1. Perencanaan meliputi prediksi masa depan untuk menentukan cara terbaik untuk pencapaian
tujuan organisasi.
2. Pengorganisasian adalah mengenai penataan sumber daya beserta evaluasinya.
3. Komando merupakan elemen dimana manajer menentukan tugas untuk karyawan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
4. Koordinasi merupakan harmonisasi seluruh aktivitas yang terpisah-pisah dalam organisasi
menjadi satu kesatuan.
5. Kontrol meliputi perbandingan antara tujuan dan aktivitas yang dilakukan untuk meyakinkan
bahwa organisasi tetap berjalan sesuai dengan rencana.

Implementasi elemen tersebut di atas adalah dengan komunikasi, karena dapat dibayangkan
bagaimana seluruh elemen yang ada jika dilakukan tanpa komunikasi? Maka sebetulnya di dalam
elemen manajemen terdapat komunikasi meskipun tidak secara eksplisit disebutkan oleh Fayol.

PRINSIP MANAJEMEN

Elemen manajemen merupakan “what” dari suatu organisasi sedangkan prinsip manajemen
membahas “how” agar organisasi dapat berfungsi dengan baik. Prinsip manajemen menurut Fayol
terdiri dari prinsip struktur organisasi, prinsip kekuasaan dalam organisasi, prinsip penghargaan,
dan prinsip sikap organisasi.

Prinsip Struktur Organisasi


 Scalar Chain. Organisasi harus dikelola dalam hierarki vertikal yang jelas dan komunikasi
harus dibatasi berdasarkan hieraki ini. Komunikasi terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya.
 Unity of Command. Karyawan harus menerima tugas yang jelas dari hanya satu orang atasan.
 Unity of Direction. Menyatakan jika aktivitas-aktivitas yang memiliki tujuan sama harus
ditempatkan dibawah satu supervisor.
 Division of Labour. Pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik apabila karyawan diberi tugas
dengan jumlah terbatas dan terspesialisasi.
 Order. Seharusnya ada tempat dan tugas yang pasti bagi setiap karyawan di dalam suatu
organisasi.
 Span of Control. Manajer akan lebih efektif jika mereka memiliki kontrol terhadap karyawan
dengan jumlah yang terbatas. Menurut Fayol, jumlah yang efektif berkisar 20-30 orang
karyawan bagi manajer level pertama dan 6 karyawan untuk manajer tingkat tertinggi dalam
organisasi.

Enam prinsip tersebut menunjukkan bahwa organisasi akan menjadi sebuah organisasi yang
berstruktur tinggi dan berjenjang. Meskipun Fayol menekankan pada komunikasi vertikal tetapi ia
juga menemukan komunikasi horisontal yang melintasi hierarki. Inilah yang disebut oleh Fayol
sebagai “gankplank” yang secara horisontal akan menghubungkan karyawan pada hierarki yang
sama. Gankplank ini akan terjadi apabila diperbolehkan oleh manajer atau jika antar karyawan
berkomunikasi untuk menyelesaikan tujuan bersama organisasi.

Prinsip Kekuasaan Dalam Organisasi

 Sentralisasi. Organisasi akan lebih efektif ketika manajemen pusat memiliki kontrol kepada
pengambilan keputusan dan aktivitas karyawan. Meskipun demikian Fayol percaya bahwa
adanya hubungan atau faktor ketergantungan antara ukuran organisasi dan karakteristik
personal masing-masing manajer dan karyawan yang dapat mempengaruhi optimalisasi level
sentralisasi
 Otoritas dan Tanggung Jawab. Manajer seharusnya memliki otoritas yang diturunkan baik
dari posisinya dalam organisasi maupun karakter personalnya (seperti intelejensi dan
pengalaman). Prinsip ini juga menyatakan bahwa tanggung jawab harus diikuti dengan otoritas
dengan ukuran yang seimbang.
 Disiplin. Seluruh anggota organisasi harus patuh kepada aturan organisasi dan kepada manajer
yang menegakkannya.

Berdasarkan prinsip ini Fayol menyatakan bahwa kekuasaan harus dipusatkan pada manajer,
pada mereka yang memegang otoritas dan tanggunjawab. Seluruh karyawan yang ada dalam
struktur kekuasaan ini harus mengikuti aturan dan perintah yang diberikan oleh manajer.

Prinsip Penghargaan Dalam Organisasi

 Renumeration of Personnel. Karyawan seharusnya diberikan penghargaan atas pekerjaan


mereka dengan gaji dan bonus (salary and benefit) yang memadai.
 Equity. Pemberian upah harus adil, tidak ada pemerasan dan demikian pula dari pihak
karyawan harus membalasnya dengan prestasi kerja yang baik.
 Tenure Stability. Penghargaan yang dapat diberikan kepada karyawan berupa waktu, jabatan,
bonus, pembagian keuntungan dan penghargaan lainnya yang tidak berbentuk uang.

Prinsip Sikap Organisasi

 Subordinasi dari Keinginan Individu kepada Keinginan Umum. Organisasi dapat efektif
apabila karyawan medahulukan kepentingan dan tujuan organisasi di atas kepentingan individu.
 Inisiatif. Dimaksudkan sebagai upaya manajer untuk dapat menilai dan mengarahkan upaya
karyawan untuk bekerja sebaik mungkin bagi kepentingan organisasi.
 Esprit De Corps. Mengharapkan para anggota dalam organisasi memiliki semangat terhadap
organisasi dan tidak ada pertentangan di antara mereka. Boleh dikatakan prinsip yang
digunakan di sini adalah “all for one and one for all”.

Birokrasi – Max Weber

Dapat dibayangkan jika organisasi tanpa struktur, tanpa kestabilan dan tanpa peraturan maka
akan muncul kekacauan di sana–sini. Oleh karena itu muncullah birokrasi. Teori birokrasi muncul
dari seorang tokoh sosiologi Jerman, yakni Max Weber. Teori birokrasi Weber disebut juga dengan
istilah teori “tipe ideal”. Menurut Weber organisasi yang ideal adalah suatu birokrasi yang kegiatan
dan tujuannya dipikirkan secara rasional dan pembagian kerjanya dinyatakan secara tegas. Dalam
teorinya, Weber menyebutkan karakteristik suatu bentuk organisasi merupakan birokrasi. Selain
itu, kemampuan teknis harus ditekankan dan evaluasi kerja harus dibuat menyeluruh atas dasar
jasa. Sebetulnya karya “Tipe Ideal” organisasi Weber ini tidak mudah diklasifikasikan ke dalam
prinsip seperti apa yang dimiliki oleh teori Fayol, meskipun demikian dapat disimpulkan bahwa
sebetulnya ada enam hal dari karya Weber ini. Keenam aspek tersebut meliputi:

1. Birokrasi harus dioperasikan melalui hierarki yang jelas.


2. Adanya pembagian kerja yang jelas (division of labour).
3. Sentralisasi dalam pengambilan keputusan dan kekuasaan.
4. Pada dasarnya birokrasi adalah sistem yang tertutup.
5. Penekanan pada pentingnya peraturan untuk fungsi organisasi. Harus ada peraturan yang
rasional dan mapan bagi organisasi, dan harus ada juga peraturan untuk mengatur seluruh
kebergantungan dalam organisasi dan seluruh peraturan tersebut harus dicurahkan dalam
kodifikasi secara tertulis bagi organisasi.
6. Fungsi dari otoritas. Weber melihat bahwa birokrasi dapat berjalan melalui sistem otoritas,
kekuasaan dan disiplin yang ditegakkan dalam organisasi.

Selain itu, aspek terpenting dari teori birokrasi Weber adalah perhatian yang diberikan pada
fungsi otoritas. Weber melihat birokrasi sebagai bekerja melalui sistem otoritas, kekuasaan, dan
disiplin. Oleh karenanya Weber mendalilkan kewenangan didasarkan dari tiga alasan, yakni:

 Traditional Authority (Legitimasi Kekuasaan). Kekuasaan yang didasarkan pada keyakinan


yang berlangsung lama tentang siapa yang seharusnya mengontrol dan berada pada posisi
tertentu pada hirarki organisasi.
 Charismatic Authority. Merupakan kekuasaan didasarkan pada kepribadian individu dan
kemampuan untuk menarik serta berinteraksi dengan pengikutnya. Kekuasaan karismatik dapat
dilihat dari banyak organisasi atau "sekte" di mana individu dapat menarik pengikut dan
menuntut ketaatan melalui kekuatan kepribadiannya.
 Rational-Legal Authority. Merupakan kekuatan berdasarkan penerapan aturan rasional
dikembangkan melalui ketergantungan pada informasi dan keahlian. Dengan otoritas hukum
rasional, kekuasaan terletak tidak dalam individu, tetapi dalam keahlian dan rasionalitas yang
telah menciptakan suatu sistem aturan dan norma.

Kekuasaan tradisional dan kekuasaan karismatik bergantung pada posisi atau individu
memegang posisi otoritas untuk menentukan. Sedangkan kekuasaan hukum rasional bergantung
bukan pada rasionalitas, keahlian, norma, dan aturan. Dengan demikian, kekuatan hukum rasional
jauh lebih bersifat pribadi daripada kekuasaan tradisional atau kekuasaan karismatik.

TEORI MANAJEMEN ILMIAH – TAYLOR

Teori terakhir dari periode yang dapat dikatakan murni klasik yang akan dibahas di sini
adalah Taylor. Frederick Taylor menciptakan teori ini kira-kira pada awal abad 20-an. Yang
membedakan teori dari kedua teori yang lain adalah, jika Fayol lebih menekankan kepada
bagaimana seorang manajer melakukan pekerjaannya untuk mendukung jalannya organisasi, dan
birokrasi Weber lebih kepada membangun teori ideal tentang bagaimana gambaran sebuah
organisasi, Taylor menekankan kepada level mikro dari organisasi dan fungsi organisasi. Fayol
memperhatikan hubungan antara manajer dan karyawan dan kontrol terhadap pekerjaan masing-
masing individu. Sebagai seorang praktisi Taylor menganalisis dan mengukur waktu gerakan yang
diperlukan oleh pekerja di pabrik baja. Dengan studi waktu sebagai dasarnya, Taylor dapat
membagi pekerjaan ke dalam komponen-komponennya dan merancang cara pengerjaan yang tepat
dan cepat untuk setiap pekerjaan. Hasilnya, ia dapat menentukan berapa banyak pekerja akan dapat
bekerja dengan peralatan dan bahan yang tersedia.

Dorongan untuk Teori Manajemen Ilmiah

Pada prinsipnya Taylor memandang adanya:

1. Pelatihan Karyawan. Untuk perbaikan kualitas pekerjaan, sistem magang dan pelatihan hanya
akan bermanfaat apabila mereka atau karyawan yang telah berpengalaman dapat melakukan
tugasnya secara efisien dan perilaku yang efektif. Pelatihan agar karyawan lebih berkualitas
dapat menggantikan petunjuk praktis atau prosedur yang terlalu formal dan dianggap sudah
tidak memadai lagi.
2. Masalah Penggajian Taylor mendorong para pemilik usaha untuk membayar pekerja yang
produktif dengan bayaran atau upah yang lebih tinggi. Kenaikan upah ditentukan dari tambahan
laba yang diakibatkan dari naiknya produksi. Pekerja diminta untuk melebihi standar prestasi
sebelumnya dan mereka akan menerima upah lebih banyak. Inilah yang disebut dengan sistem
upah diferensial. Taylor menekankan dan percaya bahwa pekerja yang memenuhi standar yang
lebih tinggi tidak perlu takut diberhentikan karena perusaahan untung dengan naiknya
produktivitas.
Komponen Manajemen Ilmiah

Secara detail komponen manajemen ilmiah ini terdiri dari empat hal utama. Pertama, There is
one best way to do every job, seperti telah disebutkan, Taylor percaya bahwa selalu ada cara terbaik
dalam pengerjaan setiap pekerjaan. Hal tersebut ditujukan untuk melawan “cara lama” dalam
pengerjaan tugas yang biasanya keterampilan individual diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi.

Kedua, The proper selection of worker dan ketiga, pentingnya training bagi pekerja. Taylor
percaya bahwa karyawan harus secara ilmiah dipilih atau direkrut dan dilatih untuk setiap
pekerjaannya. Akhirnya diharapkan hanya “first class workers” saja yang dapat tahan dengan
pekerjaannya. Jika ternyata setelah dilatih atau bahkan misalnya dipindahkan ke tempat lain yang
dianggap sesuai untuk dirinya seoranga pekerja tidak dapat juga menyesuaikan diri dengan
organisasi maka ia akan diberhentikan atau dipecat dari organisasi tersebut.

Keempat, adanya perbedaan antara pekerja dan manajer. Manajer bertugas untuk berpikir,
merencanakan dan melakukan pekerjaan administratif. Sebaliknya karyawan atau lebih tepat
disebut buruh (melihat latar belakang dari munculnya teori ini adalah bidang industri pabrik baja),
mereka mengerjakan pekerjaan yang sifatnya fisik, mengerjakan seluruh pekerjaan yang telah
direncanakan oleh manajer.

PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) DI INDONESIA

Saat ini, apotek atau klinik mungkin lebih dikenal di kalangan masyarakat umum sebagai
pemasok obat. Namun, yang menjadi pemasok obat dibalik klinik atau apotek sebenarnya adalah
PBF.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF bertugas untuk menyalurkan obat
kepada PBF lain, apotek, puskesmas hingga rumah sakit (Permenkes, 2011)
Pedagang besar farmasi, juga dikenal sebagai distributor farmasi, adalah perusahaan yang
bertindak sebagai perantara antara produsen farmasi dan pihak-pihak lain di industri farmasi,
seperti apotek, rumah sakit, pusat kesehatan, atau toko obat. Mereka memainkan peran penting
dalam rantai pasok farmasi dengan menghubungkan produsen farmasi dengan konsumen akhir.
PBF hanya melayani peredaran berbagai jenis obat dalam jumlah besar atau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Model bisnisnya juga sedikit berbeda dari bisnis
biasa, tetapi intinya sama, yaitu membantu pabrik farmasi untuk menyalurkan produk obatnya.
Sasaran penerimanya adalah apotek, klinik, rumah sakit, dan berbagai tempat yang telah ditentukan
lainnya.
Sistem kerja Pedagang Besar Farmasi sudah diatur berdasarkan undang-undang yang
berlaku untuk memastikan ketersediaan obat di masyarakat bisa terpenuhi secara merata. Namun,
tak hanya itu. PBF memiliki beberapa fungsi lainnya, yaitu sebagai berikut.
1. Menyediakan dan Menyimpan Obat
Obat harus disimpan dan siap diedarkan setelah selesai diproduksi agar dapat sampai ke tangan
masyarakat. Untuk mempermudah proses penyimpanan, pengiriman, dan penyediaan obatnya,
tempat yang berfungsi sebagai pusat tentunya diperlukan. Di sini, PBF hadir sebagai tempat
sentral produsen obat-obatan tersebut. PBF juga dilengkapi dengan apoteker yang bertanggung
jawab untuk memastikan penyimpanan dan distribusi sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku. Hal tersebut berguna untuk menghindari terjadinya pengedaran suplemen palsu.
2. Distributor ke Fasilitas Kefarmasian
Karena adanya kesulitan dalam mendapatkan obat langsung dari pabriknya oleh fasilitas
kefarmasian, PBF hadir sebagai penyalur dan memudahkan suplai obat berjalan secara
teratur.Kontrol ketat dari kualitas penyimpanan dan pengiriman melalui sertifikat CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) yang dimiliki oleh sebuah PBF membuat kualitas obat menjadi
terjamin. Tak hanya itu, dengan adanya aturan perundang-undangan yang ketat, jaringan
distribusi juga menjadi sehat.
Secara umum bisnis adalah sebuah kegiatan menjual dan membeli untuk memaksimalkan
keuntungan dengan mempertimbangkan biaya produksinya. Meskipun sedikit berbeda, sistem
bisnis dari PBF tidak jauh berbeda dari prinsip dasarnya. Yang membedakan distributor biasa
dengan PBF adalah cakupan distribusi dan kewajibannya saja. Namun, sebagai sebuah entitas
bisnis tidak jauh berbeda. Beberapa fungsi, seperti pengadaan, penjualan, penyimpanan, dan
penagihan tidak jauh berbeda. Dalam proses pengadaan, tidak sembarang suplemen akan dibeli.
Pertama, mempertimbangkan kebutuhan dan kemendesakan. Kedua, juga mempertimbangkan
faktor bisnis, seperti riwayat penjualan, program pemasaran, dan permintaan pasar.
Penyimpanan dan Pengiriman
Penyimpanan juga harus dipertimbangkan secara matang. Ada prosedur untuk mencegah
terjadinya kerugian yang besar akibat tidak teliti dalam menyimpannya. Pertama adalah melihat
bagaimana kondisi expired datenya. Sistem dalam menyimpan menggunakan prinsip first expired,
first out. Artinya, barang mana yang akan kedaluwarsa terlebih dahulu harus dijual lebih dulu.
Penempatannya juga harus dikelompokkan berdasarkan golongan obatnya. Proses berikutnya
adalah pengiriman. Namun, dalam mengirimkannya harus diperhatikan dengan betul standar
CDOB. Pengiriman bisa dilakukan secara langsung apabila memiliki tim atau biasanya
memanfaatkan layanan pihak ketiga.
Pembayaran dan Penagihan
Sistem terakhir yang harus dipahami ketika menggunakan model bisnis ini adalah penagihan
pembayaran. Biasanya, karena penjualannya dalam jumlah banyak maka pembayarannya dapat
menggunakan sistem kredit. Proses pembayaran dan penagihannya sederhana. Apabila fasilitas
kefarmasian membutuhkan stok, tinggal menuju salesmannya untuk dibuatkan faktur pembayaran.
Setelah disetujui oleh apoteker penanggung jawab, dikirimkan barangnya. Ketika jatuh tempo
akan ditagih.
Usaha di berbagai bidang memiliki sistem dan cara kerja berbeda-beda. Namun, secara umum
sistemnya sama, yaitu meliputi pengadaan, penyimpanan, dan pengiriman. Karena PBF adalah
distributor besar maka beberapa proses distribusinya diatur melalui undang-undang. (sumber:
https://www.kompasiana.com/naomitehillah/61fbe5b7bb44862635014213/apa-itu-pedagang-
besar-farmasi-pbf-berikut-penjelasannya?page=all#section2 )
Di Indonesia Potensi pendapatan industri farmasi di Indonesia sangat positif, yaitu
mencapai Rp400 triliun per tahun. Potensi tersebut dihitung dari total uang yang dikeluarkan untuk
membeli obat-obatan dalam setahun. Pengeluaran per kapita per bulan orang Indonesia sekitar
Rp1,8 juta, yang kira-kira 40-50 %nya digunakan untuk membeli obat-obatan. Jika total penduduk
sebanyak 275 juta jiwa, tak heran bila revenue per tahun bias mencapai Rp400 triliun, bahkan
lebih, ini menjadi ceruk pasar tersendiri, dan peluang bisnis PBF di Indonesia. Apalagi pemerintah
telah memulai langkah untuk memproduksi bahan baku obat (BBO) secara mandiri di dalam
negeri. Sehingga dapat mengurangi permintaan BBO impor, dan produk obat formulasi BBO
dalam negri per September 2022, sudah bisa digunakan oleh fasilitas kesehatan.
Upaya ini mampu mempercepat pengembangan industri farmasi di tanah air, sekaligus
mendukung pemenuhan hak sehat masyarakat lebih maksimal. Setidaknya ada total 206 industri
farmasi di Indonesia (4 BUMN, 178 PMDN Swasta, dan 24 PMA) sebagai produsen obat. Kinerja
industri farmasi tersebut pada Q3 - 2022 tercatat mencapai Rp58,08 triliun. Lalu, dari segi
distribusinya – ada 2.232 PBF (Pedagang Besar Farmasi) di Indonesia yang bertugas
mendistribusikan obat-obatan ke fasilitas pelayanan kesehatan, seperti apotek. Dan ada sekitar
30.199 apotek – yang angkanya masih terus tumbuh untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
penduduk Indonesia.(sumber: https://www.farmacare.id/bikin-nggak-mikir-2-kali-ini-dia-
peluang-bisnis-apotek-di-indonesia )
Beberapa fakta diatas menjadikan industry farmasi di Indonesia menjadi objek yang menarik
untuk diteliti dan dikembangkan, bahkan dalam bidang komunikasi.

PERAN KOMUNIAKSI ORGANISASI DALAM PEDAGANG BESAR FARMASI


(PBF)

Dari paparan penulis diatas mengenai PBF, menurut penulis komunikasi organisasi memiliki
peran yang penting dalam operasional pedagang besar farmasi. PBF perlu menjaga aliran
komunikasi yang efektif antara berbagai departemen dan tingkatan dalam organisasi mereka.
Komunikasi yang baik memastikan koordinasi yang lancar antara tim penjualan, distribusi,
manajemen persediaan, keuangan, dan departemen lainnya. Ini melibatkan pertukaran informasi
yang tepat waktu, instruksi, laporan, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman antar karyawan.
Komunikasi internal yang baik juga memfasilitasi kerjasama tim dan meningkatkan efisiensi
operasional.
PBF juga perlu berkomunikasi dengan pihak eksternal seperti produsen farmasi, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan, dan pelanggan lainnya. Komunikasi eksternal dapat melibatkan
pemasaran, negosiasi kontrak, penawaran harga, pertukaran informasi produk, penanganan
pengaduan, dan upaya membangun hubungan baik dengan pihak-pihak terkait. Komunikasi yang
efektif dengan pihak eksternal membantu membangun kepercayaan, memastikan pengiriman
produk yang tepat waktu, serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
Oleh karena itu, penulis tertarik menganalisis bentuk komunikasi organisasi pada PBF dari
pendekatan klasik. Pada penjelasan mengenai teori, telah dipertimbangkan prinsip-prinsip umum
yang diwakili oleh ide-ide yang lebih spesifik dari struktur organisasi, kekuasaan, desain kerja,
dan sikap. Hal ini tidak mengherankan bahwa terdapat proses komunikasi yang mengambil
karakteristik tertentu dalam organisasi.
RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berikut rumusan masalah yang ingin penulis paparkan terkait pendekatan klasik komunikasi
organisasi pada PBF:
1. Bagaimana konten komunikasi PBF?
2. Seperti apa arah aliran komunikasi PBF?
3. Bagaimana cara atau saluran komunikasi PBF? dan
4. Bagaimana gaya komunikasi dalam PBF?

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini ditujukan untuk melakukan analisis sehubungan dengan permasalahan yang terjadi
pada perusahaan PBF :
1. Untuk mendeskripsikan konten komunikasi PBF saat ini
2. Untuk mendeskripsikan arah aliran komunikasi PBF
3. Untuk mendeskripsikan cara atau saluran komunikasi PBF
4. Untuk mendeskripsikan bagaimana gaya komunikasi dalam PBF

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif. Menurut Nazir dalam Andi Prastowo (2011: 186), metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2011: 60), penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran secara
individual maupun kelompok. Sedangkan metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam
Lexy L. Moleong (2011: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. Data yang dihasilkan berupa kata-kata, gambar serta perilaku manusia.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian secara mendalam tentang ucapan,
tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari individu, kelompok, masyarakat maupun organisasi
tertentu. Penggunaan desain penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis Pendekatan Klasik Komunikasi Organisasi Pada
Perusahaan PBF (Pedagang Besar Farmasi)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab
langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara
dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau video call
melalui Zoom atau skype. Penulis menggunakan kategori wawancara tidak terstruktur, yaitu
wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari
responden. Dalam wawancara ini penulis melakukan Tanya jawab kepada Direktur PBF Bintang
Medika Bekasi Farma.

Teknik Analis Data

Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu model Interaktif dari Miles dan
Huberman. Analisis dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data periode tertentu. Setelah melakukan wawancara penulis menganalisis jawaban
narasumber yang telah diwawancarai. Bila jawaban narasumber yang telah diwawancarai belum
memuaskan maka penulis akan kembali mewawancarai narasumber hingga mendapatkan data
yang kredibel. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
kesimpulan/verivikasi. (Umrati&Wijaya, 2020:87)
HASIL DAN DISKUSI

Konten Komunikasi Perusahaan

Dalam teori-teori klasik yang telah kita diskusikan, terdapat pembicaraan yang harus
dilakukan dan pembicaraan yang harus dihindari dalam konteks organisasi. Sebagai contoh,
prinsip "subordinasi kepentingan individu terhadap kepentingan umum" yang dikemukakan oleh
Fayol. Prinsip ini menunjukkan bahwa karyawan harus mengutamakan tujuan organisasi daripada
kebutuhan dan keinginan pribadi mereka. Dengan demikian, prinsip ini mengimplikasikan bahwa
komunikasi di dalam organisasi seharusnya berfokus pada topik yang berkaitan dengan tugas-
tugas.

Dalam organisasi klasik, komunikasi sangat dibatasi. Sebagai contoh jika kita mengutip
pandangan Farace, Monge dan Russel yang diungkapkan dalam Miller (2001), ada tiga jenis
komunikasi atau informasi yang biasanya ada dalam organisasi (atau yang kita sebut fungsi
komunikasi dalam organisasi:
1. Komunikasi yang berkaitan dengan tugas (task-related communication)
2. Komunikasi yang berkaitan dengan inovasi yang berkaitan erat dengan pengungkapan ide-
ide baru (innovation-related communication)
3. Komunikasi yang berhubungan dengan pemeliharaan (maintanance-related
communication) yang biasanya berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Komunikasi yang ketiga ini sangat jauh dari isi komunikasi pada pendekatan klasik. Komunikasi
yang seperti ini justru dianggap kontra produktif bagi pendekatan ini. Juga komunikasi jenis kedua.
Para pekerja juga tidak dianjurkan untuk bertukar pikiran dengan pekerja lain dalam hal
mengembangkan cara pengerjaan yang lebih baik bagi sebuah pekerjaan.
Pada PBF isi komunikasi yang terjadi di PBF umumnya juga terbatas, seperti yang
dikemukakan oleh direktur PBF, kebanyakan PBF mengadopsi manajemen klasik dari Henry
Fayol. Hal ini dikarenakan, PBF sangat terikat dengan aturan dan prosedur dari BPOM dalam hal
cara mendistribusikan obat yang baik dan benar. PBF tidak boleh sembarangan dan asal
berimprovisasi untuk menghindari penyalahgunaan edaran obat-obat yang terlarang. Dengan
struktur organisasi yang jelas, scalar chainnya jelas vertical dari atas ke bawah. Dengan satu
komando dari direktur, suatu keputusan mutlak ada ditangan pimpinan perusahaan. Para karyawan
di PBF sudah punya jobdesk masing-masing dan bekerja sesuai SOP yang ada.
Para karyawan saat bekerja, yang boleh dibicarakan hanya terbatas mengenai hal pekerjaan.
Seperti yang di kemukakan oleh Agus, Direktur PBF Bintang Medika Bekasi Farma:

“Sudah pasti dong. Obrolan di kantor memang selalu mengenai pekerjaan, karyawan tidak
dianjurkan banyak mengobrol hal-hal diluar pekerjaan. Jika banyak mengobrol di luar
pekerjaan, pesanan ke pelanggan bisa terlambat atau bahkan ada resiko tertukar atau
salahnya jumlah barang yang akan diantar. Walaupun tidak secara tertulis di buat aturan,
namun semua karyawan sudah paham, jika mereka bisa mengobrol hal lain saat istirahat atau
jika pekerjaan sudah selesai.”

Mengenai inovasi atau ide baru dalam pekerjaan, di PBF sah-sah saja mennyampaikannya
pada atasan. Terkait jika ada permasalahan mengenai pekerjaan, seperti prinsip Fayol yang juga
menekankan pada komunikasi horizontal lintas hierarki atau divisi. Senada dengan yang
disampaikan Agus tentang ide baru;
“Bebas saja, tapi kembali lagi semua keputusan ada di atasan apakah akan memakai ide baru
tersebut atau tidak. Karena PBF sangat terikat aturan dan prosedur dari BPOM sangat jarang
bisa berimprovisasi. Terkait masalah di pekerjaan, sangat dianjurkan antar karyawan saling
berkomunikasi tentunya dengan sepengetahuan manajer atau supervisornya. Contoh; saat
pengiriman, ada masalah banjir di jalan. Kurir pasti akan menelepon kepala Gudang yang
merupakan atasannya, salesman yang menangani pesanan dan supervisor sales untuk
konfirmasi bahwa barang tidak mungkin dikirim karena force nature”

Arah Aliran Komunikasi


Karakteristik kedua dari komunikasi teori klasik mempertimbangkan bagaimana rute pesan
bergerak sampai kepada sistem organisasi. Dalam teori klasik dari Fayol, Weber, dan Taylor rute
terpenting untuk komunikasi adalah vertical flow dari rantai informasi dalam hirarki organisasi.
Lebih lanjut, dalam teori klasik, mayoritas arah komunikasi organisasi adalah downward,
informasi terjadi dari atas ke bawah. Hal ini sebagai bentuk mengalirnya perintah, aturan dan
arahan. Tentu saja dengan aliran semacam ini hanya ada sedikit umpan balik saja dari bawah ke
atas (meskipun dalam Fayol dengan idenya gankplank, memungkinkan adanya komunikasi
horisontal). Kemungkinan aliran komunikasi horizontal dan free-flowing dapat meningkatkan
tingkat organisasi yang lebih tinggi dan cenderung melibatkan perencanaan dan koordinasi.
Di PBF prinsip kekuasaan di organisasi cenderung vertical flow sejalan dengan prinsip
Fayol, semua control hanya tersentralisasi pada direktur. Otoritas dan tanggung jawab manajer
dibawahnya yang bertanggung jawab kepada direktur, diperbolehkan mengambil keputusan yang
sekiranya bisa memberi keuntungan bagi perusahaan. Semua karyawan wajib mematuhi keputusan
yang dibuat atasan. Seperti yang disampaikan Agus;
“Setiap kacab bertanggung jawab untuk membuat perusahaan lebih baik dan maju dalam
semua divisi. Dan semua karyawan wajib tunduk dan patuh terhadap keputusan atasan, selagi
keputusan tersebut bisa di pertanggung jawabkan.”
Kemungkinan aliran komunikasi horizontal dan free-flowing dapat meningkatkan tingkat
organisasi yang lebih tinggi dan cenderung melibatkan perencanaan dan koordinasi, telah
dikemukan diatas jika terkait masalah yang terjadi saat ditempat kerja
“Terkait masalah di pekerjaan, sangat dianjurkan antar karyawan saling berkomunikasi
tentunya dengan sepengetahuan manajer atau supervisornya. Contoh; saat pengiriman, ada
masalah banjir di jalan. Kurir pasti akan menelepon kepala Gudang yang merupakan
atasannya, salesman yang menangani pesanan dan supervisor sales untuk konfirmasi bahwa
barang tidak mungkin dikirim karena force nature”

Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi yang biasanya digunakan dalam era klasik ini lebih banyak tertulis.
Bahkan jika dilihat pada Weber, secara eksplisit hal ini dinyatakan. Perlu diingat Kembali bahwa
Weber sangat mengidealkan standar dan aturan dalam pekerjaan. Untuk Taylor dengan one best
way-nya juga mengakibatkan banyaknya penggunaan saluran komunikasi tertulis melalui buku
kerja. Fayol pun dengan prinsip order-nya memungkinkan munculnya instruksi tertulis dan
berbagai macam petunjuk. Boleh dikatakan pada era klasik ini komunikasi tertulis banyak
digunakan berupa form buku kerja karyawan, instruksi, pernyataan misi, aturan dan evaluasi
kinerja.
Pada setiap PBF seperti diperusahaan manapun, ada SOP yang harus dijalankan. Misalnya
seperti meeting bulanan untuk evaluasi. Prosedur pemesanan barang yang harus menyertakan surat
pesanan dan pencatatan transaksi keluar masuk barang yang mendetail dan selalu dilakuakn double
check dari setiap divisi. Hal ini diperkuat dari keterangan Agus selaku Direktur PBF
menyampaikan:
“Setiap bulan wajib meeting seluruh Kacab membahas kinerja dan evaluasi bulan lalu untuk
membuat kinerja bulan depan lebih baik.”

“Pada setiap traksaksi masuk dan keluar barang, divisi gudang, inkaso dan fakturis wajib
memiliki log book untuk mencatat setiap faktur yang masuk dan yang keluar, serta faktur
keluar yang telah kembali untuk ketertiban administrasi dan kemudahan penagihan. Karena
setiap faktur keluar/jual yang kembali adalah uang masuk bagi perusahaan. Jika faktur
tersebut hilang dan tidak jelas ada dimana, perusahaan akan kesulitan untuk melakukan
penagihan kepada pelanggan, apalagi jika pelanggan tersebut kredit.”

“Prosedur pemesanan barang di PBF bisa dibilang cukup repot, karena harus mengikuti
ketentuan dari BPOM. Pertama PBF tidak bisa sembarangan melayani apotek, harus apotek
yang memiliki Apoteker Penanggung Jawab (APJ) yang masih mempunyai izin praktek yang
masih berlaku (SIA/SIPA). Dan klinik pun harus yang memiliki praktek dokter. Wajib juga
melampirkan NPWP dan FC KTP pemilik apotek atau klinik, ditambah izin usaha juga wajib
dilampirkan. Ini semua disebut specimen.

Kemudian specimen ini didaftarkan oleh APJ PBF di system PBF, setelah itu apotek yang
ingin memesan barang wajib melampirkan Surat Pesanan (SP) barang. SP ini pun dibagi
lagi, harus dipisahkan antara SP barang / obat reguler dengan barang precursor. Obat / barang
precursor adalah obat yang mengandung zat kimia psikotropika, jadi harus dipisahkan karena
pengawsannya yang lebih ketat oleh BPOM.

Setelah SP diberikan, fakturis akan menginput pesanan ke system menjadi faktur keluar
barang. Setelah itu, diserahkan ke kepala gudang dengan dicatat dan di paraf di log book
pada serah terima faktur. Setelah itu Gudang menyiapkan barang sesuai pesanan. Perlu
dicatat, Gudang harus mengeluarkan barang sesuai dengan no. batch dan expired date obat,
harus dikeluarkan yang ED nya paling pendek. Setelah barang siap, dicek kembali jumlah,
jenis barang, batch dan ED harus sesuai oleh APJ PBF. Lalu dicatat dan di paraf dilogbook
pengantaran oleh kurir dan kepala gudang. Setelah pengantaran, kurir mengkonfirmasi
kembali di logbook faktur yang kembali sesuai yang diantarkan hari itu.”

Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi formal merupakan cerminan komunikasi pada era klasik. Panggilan pun
juga formal dengan memanggil ibu/bapak, demikian juga panggilan yang dialamatkan dengan
menggunakan jabatan misalnya kepada dekan, ketua bidang, manajer divisi, kepala biro, dll.
Bahasa tertulis dan juga lisan sangat formal, menghindari slang atau bahkan ekspresi komunikasi
dilakukan dengan bahasa tingkat tinggi. Gaya komunikasi formal ini ternyata juga tercermin dalam
bahasa non verbalnya misalnya gaya berpakaian, dengan seragam.
Gaya komunikasi pada PBF yang mengadopsi manajemen klasik sudah jelas adalah formal
dengan memanggil ibu/bapak sesuai dengan jabatan masing-masing, seperti yang dikemukakan
oleh Agus selaku Direktur PBF;
“Untuk komunikasi di Kantor wajib formal sesuai dengan jabatan masing-masing.”
imbuhnya
Gaya komunikasi formal nonverbal juga tercermin dalam bahasa non-verbal, yaitu pada
gaya berpakaian. Seperti yang dikemukakan Agus;
“Tidak ada seragam, tapi setidaknya harus berpakaian rapi, semi formal, seperti kemeja dan
celana bahan. Tapi di hari sabtu diperbolehkan memakai celana jeans dengan kaos berkerah.”

KESIMPULAN
Banyak yang mungkin mengira pendekatan klasik organisasi sudah ketinggalan zaman.
Namun sebenarnya tidak. Dari penulisan ini, penulis menyimpulkan bahwa teori klasik masih
dipakai, contohnya seperti pada perusahaan Pedagang Besar Farmasi. PBF yang izin beroperasi
dan cara operasinya yang secara ketat diawasi oleh BPOM, maka teori klasik masih sangat relevan
digunakan dalam perusahaan. Karena menyangkut peredaran obat yang tidak bisa sembarangan
dan fleksible demi keselamatan orang banyak agar tidak disalahgunakan untuk peredaran obat
narkotika secara ilegal.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, manajemen klasik yang diterapkan pada PBF
dapat menjamin lancarnya distribusi obat kepada masyarakat secara aman dan terkendali sesuai
dengan regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah khususnya Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. Karena jika melanggar aturan yang ditetapkan dalam perusahaan dan tidak sesuai
dengan ketentuan pendistribusian obat yang berlaku, maka perusahaan bisa disalahgunakan untuk
peredaran narkotika atau penjualan obat yang sudah tidak layak diperjualbelikan yang akhirnya
dapat mengancam keamanan masyarakat dalam hal obat-obatan.
Referensi

Menteri Kesehatan RI. 2011.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar.Jakarta.

Andi Prastowo. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.

Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: RemajaRosadakarya

Moleong, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosadakarya

Umrati, Hengki Wijaya. 2020. Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian Pendidikan.
Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Media online
https://www.kompasiana.com/naomitehillah/61fbe5b7bb44862635014213/apa-itu-pedagang-
besar-farmasi-pbf-berikut-penjelasannya?page=all#section2

https://www.farmacare.id/bikin-nggak-mikir-2-kali-ini-dia-peluang-bisnis-apotek-di-indonesia
Wawancara

T: Dari prinsip struktur organisasi, di PBF Bang Agus;


Bagaimana rantai hierarkinya, apakah jelas di kelola dalam hierarki vertikal? Bagaimana
kesatuan komandonya, apakah hanya boleh menerima tugas hanya dr 1 atasan? Lalu apakah
komunikasi dikantor selalu mengenai pembahasan mengenai pekerjaan atau bisa lebih banyak
mengobrol?
J: Jelas dan semua sesuai dengan struktur organisasi yang telah di buat dan wajib di jalankan. Suatu
keputusan kutlak hanya bisa di berikan keputusan oleh seorang Pimpinan Perusahan. Sudah pasti
dong. Obrolan di kantor memang selalu mengenai pekerjaan, karyawan tidak dianjurkan banyak
mengobrol hal-hal diluar pekerjaan. Jika banyak mengobrol di luar pekerjaan, pesanan ke
pelanggan bisa terlambat atau bahkan ada resiko tertukar atau salahnya jumlah barang yang akan
diantar. Walaupun tidak secara tertulis di buat aturan, namun semua karyawan sudah paham, jika
mereka bisa mengobrol hal lain saat istirahat atau jika pekerjaan sudah selesai.”
T: Untuk inovasi atau ide baru terkait pekerjaan, apakah karyawan bebas mengemukakan kepada
atasan? Lalu jika ada permasalah dalam pekerjaan apakah karyawan antar divisi diperbolehkan
saling berkomunikasi?
J: Bebas saja, tapi kembali lagi semua keputusan ada di atasan apakah akan memakai ide baru
tersebut atau tidak. Karena PBF sangat terikat aturan dan prosedur dari BPOM sangat jarang bisa
berimprovisasi. Terkait masalah di pekerjaan, sangat dianjurkan antar karyawan saling
berkomunikasi tentunya dengan sepengetahuan manajer atau supervisornya. Contoh; saat
pengiriman, ada masalah banjir di jalan. Kurir pasti akan menelepon kepala Gudang yang
merupakan atasannya, salesman yang menangani pesanan dan supervisor sales untuk konfirmasi
bahwa barang tidak mungkin dikirim karena force nature
T: Apakah rencana target kedepan, penataan sdm, penentuan tugas tiap karyawan, koordinasi
msng2 divisi dan evaluasi di komunikasikan tiap bulan dlm meeting? Kemudian disetiap transaksi
yang terjadi, apakah menggunakan log book mulai dari hulu ke hilir? Sebenarnya bagaimana
prosedur pesan barang di PBF?
J: Setiap bulan wajib meeting seluruh Kacab membahas kinerja dan evaluasi bulan lalu untuk
membuat kinerja bulan depan lebih baik.
Pada setiap tranksaksi masuk dan keluar barang, divisi gudang, inkaso dan fakturis wajib memiliki
log book untuk mencatat setiap faktur yang masuk dan yang keluar, serta faktur keluar yang telah
kembali untuk ketertiban administrasi dan kemudahan penagihan. Karena setiap faktur keluar/jual
yang kembali adalah uang masuk bagi perusahaan. Jika faktur tersebut hilang dan tidak jelas ada
dimana, perusahaan akan kesulitan untuk melakukan penagihan kepada pelanggan, apalagi jika
pelanggan tersebut kredit.”
Prosedur pemesanan barang di PBF bisa dibilang cukup repot, karena harus mengikuti ketentuan
dari BPOM. Pertama PBF tidak bisa sembarangan melayani apotek, harus apotek yang memiliki
Apoteker Penanggung Jawab (APJ) yang masih mempunyai izin praktek yang masih berlaku
(SIA/SIPA). Dan klinik pun harus yang memiliki praktek dokter. Wajib juga melampirkan NPWP
dan FC KTP pemilik apotek atau klinik, ditambah izin usaha juga wajib dilampirkan. Ini semua
disebut specimen.
Kemudian specimen ini didaftarkan oleh APJ PBF di system PBF, setelah itu apotek yang ingin
memesan barang wajib melampirkan Surat Pesanan (SP) barang. SP ini pun dibagi lagi, harus
dipisahkan antara SP barang / obat reguler dengan barang precursor. Obat / barang precursor
adalah obat yang mengandung zat kimia psikotropika, jadi harus dipisahkan karena pengawsannya
yang lebih ketat oleh BPOM.
Setelah SP diberikan, fakturis akan menginput pesanan ke system menjadi faktur keluar barang.
Setelah itu, diserahkan ke kepala gudang dengan dicatat dan di paraf di log book pada serah terima
faktur. Setelah itu Gudang menyiapkan barang sesuai pesanan. Perlu dicatat, Gudang harus
mengeluarkan barang sesuai dengan no. batch dan expired date obat, harus dikeluarkan yang ED
nya paling pendek. Setelah barang siap, dicek kembali jumlah, jenis barang, batch dan ED harus
sesuai oleh APJ PBF. Lalu dicatat dan di paraf dilogbook pengantaran oleh kurir dan kepala
gudang. Setelah pengantaran, kurir mengkonfirmasi kembali di logbook faktur yang kembali
sesuai yang diantarkan hari itu.”
T: Untuk aliran komunikasinya apakah selalu dari atas ke bawah, bisa horizontal atar divis bang?
J: Setiap kacab bertanggung jawab untuk membuat perusahaan lebih baik dan maju dalam semua
divisi. Dan semua karyawan wajib tunduk dan patuh terhadap keputusan atasan, selagi keputusan
tersebut bisa di pertanggung jawabkan.
Terkait masalah di pekerjaan, sangat dianjurkan antar karyawan saling berkomunikasi tentunya
dengan sepengetahuan manajer atau supervisornya. Contoh; saat pengiriman, ada masalah banjir
di jalan. Kurir pasti akan menelepon kepala Gudang yang merupakan atasannya, salesman yang
menangani pesanan dan supervisor sales untuk konfirmasi bahwa barang tidak mungkin dikirim
karena force nature”

T: Bagaimana gaya komunikasi di kantor Abang? Formal pakai pak/bu, atau bebas?
J: Untuk komunikasi di lantor wajib formal sesuai dengan jabatan masing-masing.

T: Bagaimana dengan seragam, ada?


J: Tidak ada seragam, tapi setidaknya harus berpakaian rapi, semi formal, seperti kemeja dan
celana bahan. Tapi di hari sabtu diperbolehkan memakai celana jeans dengan kaos berkerah.

Anda mungkin juga menyukai