Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Rayyan Ramdhani

NPM :
Mata Kuliah : Hukum dan Etika Pariwara

Ujian Akhir Semester


Pelanggaran Etika Pariwara pada Iklan Hago di Tahun 2019

Dari tahun ke tahun, perkembangan media melaju sangat pesat yang membuat iklan
turut tumbuh dan berkembang begitu pesat. Iklan menjadi sangat relevan digunakan terutama
bagi perusahaan ataupun pelaku bisnis agar bisnis ataupun produk yang mereka tawarkan
dapat lebih dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun sayangnya masih terdapat beberapa
pelaku bisnis dan pengiklan yang kurang memperhatikan etika dalam beriklan. Hal ini tentu
bukan merupakan hal yang tepat, dan pada akhirnya menyebabkan nilai yang ingin mereka
sampaikan melalui iklan tersebut kepada konsumen justru tidak tersampaikan.
Salah satu contoh pelanggaran dari etika pariwara terlihat pada Iklan yang
ditampilkan oleh Hago, salah satu aplikasi yang berisi banyak mini games dan dapat
dimainkan bersama pengguna lain, keluarga, maupun teman. Iklan ini ditayangkan di
beberapa stasiun televisi Indonesia, diantaranya adalah RCTI, Trans 7, SCTV, MNC TV,
RCTI, Net TV, dan Trans TV di tahun 2019 yang pada akhirnya stasiun televisi tersebut
diberikan sanksi tertulis karena telah menayangkan iklan Hago tersebut oleh Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI).
Dalam iklan tersebut, terdapat adegan yang memperlihatkan sosok seorang guru yang
sedang menghukum salah satu siswanya yang membuat guru tersebut ditakuti oleh siswa-
siswanya yang lain. Beberapa saat kemudian, seorang siswa datang ke dalam kelas. Siswa
tersebut terlambat masuk ke kelas, namun guru tersebut tidak memarahi siswa yang terlambat
itu. Raut muka sang siswa terlihat seperti menantangi guru tersebut dan anehnya sang guru
juga terlihat seperti sungkan dengan siswa itu. Sang guru justru memperbolehkan sang siswa
yang terlambat untuk masuk ke kelas dan menyuruhnya untuk duduk, bahkan dalam iklan
tersebut sang guru sampai membawakan tas murid yang terlambat itu. Di akhir iklan, ternyata
terlihat bahwa sang guru dan sang siswa ternyata merupakan teman bermain games bersama
yang membuat sang guru menjadi sungkan dengan sang siswa.
Iklan Hago tersebut mengambil latar sekolah dan mengangkat tokoh guru dan siswa.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan hal tersebut, namun yang menjadi masalah adalah
bagaimana jalan cerita dari iklan tersebut yang terindikasi melecehkan profesi dari guru.
Dilihat dari bagaimana sang guru di dalam iklan bersikap membeda-bedakan siswanya,
dimana hal tersebut sangat bertentangan dengan etika guru dan prinsip dasar pendidikan.
Selain itu, guru seharusnya mendorong para siswanya agar menjadi siswa yang rajin dan giat
belajar, namun apa yang ditunjukkan dalam iklan justru keadaan yang berkebalikan dengan
seharusnya. Di akhir iklan justru terlihat sang guru asik bermain dengan siswanya. Iklan
tersebut cenderung merendahkan profesi guru karena membuat guru terlihat tidak memiliki
wibawa dan tidak patut untuk ditiru, serta perilaku dari guru maupun siswa tersebut tidak
sesuai dengan etika lingkungan pendidikan. Hal itulah yang membuat Iklan Hago dinilai
bertentangan dengan etika periklanan yang berkembang di Indonesia.
Dari Iklan Hago tersebut, terdapat beberapa etika dan hukum yang dilanggar, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. KPI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Standar Program Siaran (SPS) Pasal 58 Ayat (4) huruf
(h)
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa program siaran iklan dilarang menayangkan hal-
hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama. Berdasarkan
kasus dari Iklan Hago di tahun 2019 ini, sudah jelas iklan tersebut bertentangan dengan
nilai kesusilaan masyarakat, dimana norma kesusilaan merupakan suatu aturan sosial
yang mengajarkan tingkah laku manusia yang bersumber dari hati nurani manusia itu
sendiri. Dalam Iklan Hago, siswa yang terlambat nampak seperti kurang memiliki rasa
hormat kepada sang guru, bahkan sampai sang guru membawakan tasnya ke meja siswa
tersebut. Selain itu, adanya adegan dimana sang guru terlihat pilih kasih dengan para
siswanya juga merupakan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh orang, terutama oleh
seorang guru yang seharusnya bisa memberikan contoh kepada siswa-siswanya.

2. KPI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Standar Program Siaran (SPS) Pasal 16 ayat (2) huruf
a dan b
Ayat ini mengatur tentang bagaimana seharusnya program siaran tentang lingkungan
Pendidikan dilakukan. Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa penggambaran tentang
lembaga pendidikan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut, yaitu: a. tidak
memperolok pendidik/pengajar; b. tidak menampilkan perilaku dan cara berpakaian yang
bertentangan dengan etika yang berlaku di lingkungan Pendidikan. Iklan Hago ini secara
tidak langsung seperti memperolok kehadiran guru. Guru terlihat seperti orang yang
mudah diatur dan dikuasai oleh siswanya, sehingga guru terlihat seperti ketakutan dan
kurang memiliki wibawa.

3.  Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (“UU Penyiaran”) pasal 5,


Sesuai dengan Pasal 5 UU Penyiaran, penyiaran diarahkan untuk menjaga dan
meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa. Iklan Hago tidak
memuat hal tersebut, justru menghilangkan nilai moralitas bangsa karena menganggap
seakan-akan guru merupakan sosok yang bisa diatur oleh siswanya dan tidak memiliki
wibawa. Hal ini tentu tidak baik, mengingat sangat mungkin bagi siswa saat melihat iklan
tersebut akan menganggap bahwa apa yang ditampilkan dalam iklan merupakan hal yang
wajar dan boleh-boleh saja untuk mereka lakukan di kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.youtube.com/watch?v=EDOLHykeIqI
http://www.kpi.go.id/download/regulasi/P3SPS_2012_Final.pdf
http://www.kpi.go.id/download/regulasi/UU%20No.%2032%20Tahun%202002%20tentang
%20%20Penyiaran.pdf

Anda mungkin juga menyukai