Anda di halaman 1dari 7

1.

Input terdiri atas 2 yaitu tuntutan (demands) dan dukungan (support). Perlu adanya
manajemen bagi demands. Kelebihan demands akan mengakibatkan beban berlebihan
(overload) yang akan mengganggu stabilitas sistem. Perlu ada kontrol terhadap demands,
baik melalui institusi, budaya, maupun struktural gatekeepers. Selain demands, suatu sistem
membutuhkan dukungan. Dukunganlah yang menentukan demands mana yang patut untuk
diterima dan diproses lebih lanjut. Dukungan dapat didasari atas ideologi, budaya maupun
nasionalisme. Dukungan juga dapat timbul karena adanya konflik dan ancaman. Dalam
sistem politik, input diperlukan sebagai sumber energi dalam sistem politik. Masyarakat
dengan beragam kebutuhan, tingkat pendidikan, kesehatan, pelayanan, dan sebagainya
memerlukan pemenuhan kepuasan dari sistem. Tidak semua kebutuhan tersebut dapst
dipenuhi, ada kebutuhan yang dengan mudah dipenuhi, namun ada pula kebutuhan yang
dalam pemenuhanya memerlukan sumber daya dan perhatian khusus. Dari semua kebutuhan
tersebut sering kali tidak dapat dipenuhi karena tuntutan – tuntutan yang ada tidak
terorganisir secara baik sehingga tidak sampai ke sistem. Hal terpenting yang harus dipelajari
agar sebuah tuntutan dapat sampai secara baik masuk ke dalam sistem politik adalah cara
penyampaian dan peranan komunikasi politik, termasuk agen yang menyampaikan tuntutan
tersebut. Tuntutan internal sebenarnya bukanlah input, namun lebih pada sesuatu yang timbul
akibat langsung dari sistem politik itu sendiri (with input). Dalam hal ini, tuntutan internal
muncul karena adanya situasi – situasi yang terdapat dalam sistem politik itu sendiri. Adapun
mengenai input yang berupa dukungan, tidak semata – mata berupa dukungan yang tampak
dari luar, namun juga dukungan yang berupa pandangan atau suasana pikiran. Suasana
pikiran yang mendukung merupakan suatu kumpulan sikap, kecenderungan yang kuat atau
kesediaan untuk bertindak demi orang lain. Hal ini dapat berupa kesetiaan pada partai sampai
dengan semangat patriotisme. Mengenai dukungan, ada 2 hal :

1. Wilayah Dukungan
a. Komunitas Politik
Dukungan terhadap komunitas politik dapat digunakan sebagai usaha untuk
menyelesaikan perbedaan yang ada dan mendorong pembuatan keputusan
yang mengikat. Dukungan semacam ini dapat terlihat melalui pertumbuhan
kesadaran dan kesatuan nasional. Sebagai contoh, seseorang akan merasa
dirinya sebagai bagian dari suatu bangsa dan bersedia untuk melakukan kerja
sama dengan menyumbangkan tenaga dan sumber daya yang dimilikinya
untuk penyelesaian secara damai dari berbagai tuntutan yang berbeda.
b. Rezim
Rezim diartikan sebagai dukungan terhadap aturan dasar yang mengatur dan
menyelaraskan berbagai tindakan dari anggota sistem untuk menyelesaikan
masalah yang muncul sebagai konsekuensi dukungan terhadap suatu
komunitas politik.
c. Pemerintah
Dukungan terhadap suatu pemerintahan yang bertugas menyelesaikan
beragam masalah dan konflik yang muncul diantara sesama anggota sistem.
2. Mekanisme Dukungan
Sistem politik tidak akan dapat menyerap energi yang cukup memadai dari anggota –
anggotanya untuk mengubah tuntutan menjadi sebuah keputusan.ada 2 hal dalam
mekanisme dukungan, yaitu output dan sosialisasi (politisasi).
Pertama,output. Dalam sistem politik , output berwujud suatu keputusan atau
kebijaksanaan politik. Membuat keputusan yang dapat memenuhi tuntutan dari
sebagian anggota dalam sistem adalah salah satu cara utama untuk menjaga ikatan
dari kelompok yang telah memberikan dukungan.
Kedua, sosialisasi (politisasi), proses pembelajaran anggota masyarakat secara turun –
temurun dalam suatu sistem politik merupakan salah satu bagian dari usaha untuk
menciptakan dan mengakumulasikan suatu sumber atau cadangan dukungan yang
besar. Proses pembelajaran ini berlangsung secara terus – menerus, mulai dari masa
kanak – kanak, remaja, hingga dewasa. Sosialisasi politik ini secara efektif
menciptakan dan mewariskan nilai – nilai politik dan ukuran legitimasi dari suatu
generasi ke generasi yang lain.
contoh jika sejumlah besar anggota sistem politik tetap tidak merasa puas dalam
waktu yang lama atas pencapaian-pencapaian sistem politik untuk mewujudkan
keinginan-keinginan serta tuntutan-tuntutan mereka, maka mereka akan mengancam
sistem dengan penarikan kembali sebagian atau seluruh dukungan darinya.
Pengelompokan-pengelompokan dan pertentangan-pertentangan juga merupakan
sumber tekanan utama terhadap dukungan yang diberikan pada sistem. Tetapi sejauh
suatu sistem secara mendasar menyalurkannya, maka sistem tersebut akan dapat
menyesuaikan diri terhadap pengikisan dukungan di beberapa daerah tertentu dengan
menarik dukungan yang lebih besar di daerah lain. Dan menjaga diri sendiri. Sistem
politik dapat menyesuaikan diri pada tekanan dukungan dalam beberapa cara salah
satunya ialah berupa penggantian elemen-elemen strukturalnya, sistem perwakilan,
sistem kepartaian, dan sebagainya. Sistem politik juga dengan cerdik mencoba
menyeimbangkan kurangnya dukungan khusus dengan jalan menurunkan dukungan
baur melalui suatu bentuk pembenaran dan perasaan bahwa terdapat kepentingan
umum atau masyarakat yang dipromosikan oleh ketangguhan sistem politik itu. sistem
politik yang berbeda mengikuti perintah-perintah yang berlainan pula bagi
pengembangan dan penyebaran perasaan komunitas di antara para anggotanya.

2. Seberapa banyakah dukungan yang diperlukan ke dalam sebuah sistem dan berapa
banyakkah anggotanya perlu memberikan dukungan agar sistem itu mampu
mengubah tuntutan menjadi sebuah keputusan, tidak ada jawaban yang siap untuk
ditawarkan. Situasi nyata dalam tiap kasus akan menentukan berapa jumlah dan ruang
lingkup dukungan yang diperlukan. Namun, kita dapat menyebut sejumlah situasi
yang berguna untuk mengarahkan perhatian kita kepada beberapa generalisasi.
Di bawah kondisi tertentu hanya sedikit sekali anggota yang perlu mendukung suatu
sistem. Anggota mungkin bodoh dan apatis, tidak peduli terhadap bagaimana sistem
beroperasi secara umum, kemajuan atau keputusannya. Dalam suatu sistem yang tidak
kokoh.
contoh seperti di India, dukungan sekarang mungkin sedikit dari anggota masyarakat.
Mereka tidak terpengaruh oleh keputusan nasional. Mereka pun tidak memandang
bahwa mereka begitu terpengaruh oleh keputusan nasional. Mereka mungkin kurang
memiliki identifikasi dengan rezim dan pemerintah, namun, sehubungan dengan
masuknya kebutuhan, sistem tersebut mungkin mampu bertindak atas dasar dukungan
yang ditawarkan oleh tiga persen politikus dan cendekiawan yang berorientasi ke
Barat yang aktif secara politis. Dengan perkataan lain, kita mempunyai sebuah
minoritas kecil yang secara kuantitatif cukup untuk mendukung operasi sistem. Tetapi
kita dapat berasumsi, bila anggota suatu sistem terlalu banyak mengajukan tuntutan
maka kemungkinan sekali mereka akan aktif mendukung atau memusuhi satu dari tiga
tingkat sistem ini. Tetapi hal itu tergantung seberapa jauh kebutuhan tersebut dipenuhi
melalui keputusan yang tepat.
Contoh lain, kita dapat menemukan, semua anggota suatu sistem meberikan
dukungan, tetapi jumlah dukungan tersebut mungkin begitu sedikit untuk mendukung
satu atau semua aspek sistem yang sedang terancam. Perancis modern dapat kita
ambil sebgai contoh. Masukan dukungan tingkat masyarakat politik mungkin
memadai untuk mempertahankan Perancis sebagai suatu kesatuan politik. Tetapi
karena alasan historis dan alasan kontemporer sangat disangsikan apakah anggota
sistem politik Perancis memasukan sesuatu selain dukungan yang rendah pada rezim
atau pada pemerintah tertentu. Jumlah dukungan yang minim ini ,meskipun umum
dijumpai di bagian masyarakat yang relatif luas, memberikan bagi sistem politik.
Perancis suatu fundasi yang kurang aman dibanding India. Di satu dukungan kurang
meluas tetapi lebih aktif. Secara kuantitatif lebih besar dipihak minoritas.

2.

Periode pemerintahan Orde Baru pada awalnya ditandai dengan semangat untuk melakukan
perbaikan dari sistem politik terdahulu. Salah satu ciri utama dari semangat Orde Baru adalah
mengurangi konflik untuk memberikan kesempatan yang luas bagi pembangunan ekonomi.
Untuk mencapai itu, stabilitas politik menjadi prasyarat penting. Kebijakan fusi partai politik,
yakni beleid penyerdehanaan julmlah partai politik sebagai upaya meredam konflik politik
serta menjada stabilitas pembangunan. Duanl faktor utama, yakni kemenangan Golkar pada
pemilu 1971, dan dukungan militer, membuat pemerintah mendesain fusi berdasarkan
kedekatan ideologi masing – masing yang tertuang dalam Undang – Undang No. 3 tahun
1973, pada 5 januari 1973. Pengaruh jumlah partai dan ideologi secara langsung berpengaruh
terhadap kinerja partai yang menjadi tidak efektif karena konflik internal akibat fusi yang
dipaksakan dan semakin susutnya peran politik hasil penggabungan partai itu, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia. Sementara massa mengambang
semakin mempertegas upaya pengerdilan peran partai karena tidak dapat menemukan akses
kepada konstituennya di desa – desa. Kebijakan ini hanya memperbolehkan partai politik
memilik perwakilan hanya di tingkat kabupaten dan Kotamadya, tidak untuk tingkat
kecamatan dan desa. Kondisi seperti ini membuat partai politik tidak memiliki lagi
kesempatan untuk membina dan menjumpai konstituennya secara kontinu di antara dua
pemilu. Lalu kerap terjadi konflik – konflik yang berlangsung di dalam tubuh partai politik
dan juga merupakan faktor penyebab lain dan memudarnya peranan dan pengaruh partai
politik. Dua partai yang dikenal di era Orde Baru , merupakan fusi dari sembilan partai
politik yang ada pada masa awal Demokrasi Pancasila. PPP merupakan fusi dari empat partai
politik Islam, yaitu NU, Parmusi, PSII, dan PERTI. Sedangkan PDI adalah fusi dari lima
partai politik yang berbeda ideologi yaitu PNI, Parkindo, Parti Katolik, IPKI, dan Partai
Murba. Akan tetapi fusi tersebut bukanlah diprakarsai oleh masing – masing partai,
melainkan oleh pemerintah saat Orde Baru. Tidak heran jika kerap terjadi konflik di dalam
kedua partai tersebut lantaran masing – masing unsur berusaha mempertahankan
kepentingannya. Serta kondisi partai politik saat itu mendapat intervensi dari pemerintah.

3.

Dalam buku “Dasar – dasar Ilmu Politik” disebutkan bahwa Amandemen Ketiga UUD
1945 yang disahkan pada tanggal 10 November 2001,mengenai Bab Kekuasaan Kehakiman
memuat beberapa perubahan (Pasal 24A ,24B, 24C). Dimana Mahkamah Konstitusi
mempunyai kewenangan menguji Undang – Undang terhadap UUD 1945 (Budiardjo,2008 :
360)

Adapun wewenang MK adalah

 Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final untuk :
a. Menguji Undang – Undang terhadap UUD 1945 Judical review
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara
c. Memutus pembubaran partai politik
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

 Memberikan putusan pemakzulan (impeachment) presiden dan atau wakil presiden


atas permintaan DPR karena melakukan pelanggaran berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat, atau perbuatan tercela.

MK beranggotakan sembilan hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden yang diajukan
masing – masing tiga orang oleh MA, DPR, dan Presiden Ketua dan Wakil Ketua MK dipilih
dari dan oleh Hakim Konstitusi. Dan hakim Konstitusi tidak boleh merangkap sebagai
penjabat negara.
4.

Peran Indonesia Dalam ASEAN

1. Peran Indonesia di Bidang Politik

Adapun peran yang dilakukan Indonesia dalam ASEAN di bidang politik, yaitu
diantaranya :

 Indonesia berperan dalam meningkatkan Demokrasi sebagai panduan


kehidupan bernegara di lingkungan ASEAN.
 Berperan untuk melaksanakan secara bertahap Kawasan Perdagangan Bebas
ASEAN (AFTA).
 Bekerja sama menanggulangi narkotika dan obat terlarang.
 Berperan untuk mengadakan perjanjian ekstradisi, yaitu penyerahan pelarian
penjahat yang tertangkap di antara anggota ASEAN.
 Indonesia berperan dalam ASEAN dan mitra Wicara melalui ASEAN
Convention on Counter Terrorism (ACCT) serta APSC (ASEAN Political and
Security Community Blueprint) 2027  sebagai landasan penting dalam
membangun Masyarakat ASEAN yang lebih aman dan stabil untuk
menanggulangi penyebaran paham ekstrim kekerasan dan aksi tterorism atau
violent extrimism

Berkurangnya peranan Indonesia dalam politik Internasional tidaklah berarti hilangnya


peranan Indonesia dalam hubungan antar bangsa. Peranan Indonesia dalam dunia pada masa
Orde Baru mengalami pergeseran dari politik luar Negeri yang mementingkan regionalisme.
Orde Baru berpendapat bahwa perhatian Indonesia terutama harus diberikan pada usaha
menciptakan hubungan yang serasi antara negara – negas dikawasan Asia Tenggara. Tidak
ada gunanya mempunyao sahabat yang banyak yang berjauhan tempatnya bila dengan
tetangga sendiri tidak terdapat hubungan yang harmonis. Dengan adanya kerja sama yang
baik antara negara – negara tetangga maka kekuatan negara masing – masing akan lebih
meningkat sehingga ancaman dari luar akan berkurang. Berdasarkan sikap ini, Indonesia
segera menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hubungan yang baik juga mulai
dirintis dengan negara – negara Asia Tenggara lainnya sehingga pada 1967, terbentuk
ASEAN. Oleh karena itu Indonesia merupakan negara terbesar diantara negara – negara
ASEAN maka tidaklah heran jika peran politik Indonesia dalam organisasi kerja sama
regional tersebut cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai