Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

          Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah” Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan” yang berjudul “Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran“ ini
dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

          Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Junjungan kita Rasulullah SAW
yang mana telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.

          Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
makalah yang kami buat selanjutnya.Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para
pembaca dan khususnya kami.

          Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya
dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan didalam lembaran ini

Serang, 29 Oktober 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................         i

DAFTAR ISI .............................................................................................................         ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG ........................................................................................         1


B.     RUMUSAN MASALAH ..................................................................................         1
C.    TUJUAN ...........................................................................................................         1

BAB II PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR BELAJAR ...........................................................................         2

B.     KONSEP PEMBELAJARAN ...........................................................................         3

1. Konsep Belajar ................................................................................................         3


2. Konsep Mengajar .............................................................................................         4
3. Prinsip Mengajar ..............................................................................................         5
4. Syarat Mengajar Efektif ....................................................................................         6
5. Proses Belajar Mengajar ..................................................................................         6
6. Peran Guru ......................................................................................................         7
7. Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi .......................................         8

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .......................................................................................................         11


2. Daftar Pustaka ..................................................................................................         12

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

          Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses
komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar
pesan atau informasi antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi
belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan di sekolah adalah media pembelajaran.
Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki nilai praktis dan fungsi yang
besar dalam pelaksanaan pembelajaran.

          Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan


kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan
yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang
guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik
guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.

Maka dari itu dalam makalah ini, akan di bahas tentang pengertian, klasifikasi dan
kriteria pemilihan media pembelajaran yang bertujuan memberikan gambaran secara lebih detail
tentang media pembelajaran.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Konsep?


2. Apa itu Belajar?
3. dan apa itu Pembelajaran?

C. TUJUAN

1. Memahami pengertian Konsep.


2. Memahami Arti Belajar.
3. Memahai arti pembelajaran 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR BELAJAR

          Untuk pertama yang akan dibahas adalah pengertian konsep terlebih dahulu.
Setelah beberapa kali mencari bahan untuk mengartikan tentang pengertian konsep, akhirnya
dapat disimpulkan bahwa konsep itu:

1.      Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna,

2.      Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek,

          Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen
mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.
Sedangkan Reber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, yaitu :

a)      Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan


b)      Belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan
yang diperkuat.

          Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Untuk yang selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian belajar :

1.      Behaviorisme, belajar adalah sebuah perubahan perilaku yang dapat diamati (observable)
dan dapat diukur,

2.      Kognitivisme, dalam belajar proses berfikir bergantung pada suatu kemampuan untuk
mencipta, memperoleh dan mengubah gambaran internal tentang segala sesuatu yang dialami di
lingkungan. Dalam hal ini anak menjadi problem solver dan pemroses informasi.

3.      Konstruktivisme, anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Pendekatan ini
menekankan keterlibatan anak dalam proses belajar. Proses belajar harus menyenangkan dan
mendukung anak untuk belajar.

4.      Progresivisme, belajar adalah perubahan dalam pola berpikir melalui pengalaman memecahkan
masalah. Ketika anak memecahkan masalah yang dihadapinya, ketika itu pula terjadi perubahan
pola berpikir mereka.

B.     KONSEP PEMBELAJARAN

1.      Konsep Belajar

          Konsep belajar menurut guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Belajar siswa yang ditafsirkan guru hanya sebagai menghafal atau mendengarkan keterangan
guru saja merupakan problem yang harus diatasi. Hal ini karena jika guru menganggap bahwa
belajar hanyalah menghafal atau hanya untuk mendengarkan keterangan guru maka selama itu
pula pembelajaran masih terpusat pada guru dan tidak pada siswa yang seharusnya mengalami
belajar. Untuk itulah guru harus mengubah pandangan tentang belajar dan mengetahui
bagaimana sebenarnya belajar itu.

          Belajar pada dasarnya adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang yang
menghasilan perubahan pada dirinya akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah
suatu perbuatan yang kompleks yang mencakup beberapa segi. Dengan demikian dalam praktik
pengajaran diperlukan keputusan yang bijaksana dalam menerapkan teori belajar karena tidak
ada suatu teori yang sesuai untuk segala situasi. 

2.      Konsep Mengajar


          

          Seperti halnya belajar, mengajar merupakan proses yang kompleks karena banyak
kegiatan yang harus dilakukan agar hasil belajar siswa lebih baik. Oleh sebab itu rumusan
pengertian mengajar tidak dapat dirumuskan begitu saja secara sederhana yang tidak meliputi
seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Setiap rumusan akan
berimplikasi pada aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Misalnya, seorang guru/dosen yang
berpandangan bahwa mengajar sekedar menyampaikan pelajaran/materi, tentu pembelajaran
yang dilakukan hanya upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa secara sederhana.
Guru menyampaikan materi dan siswa menerima materi. Guru berlaku aktif mendominasi
aktivitas kelas, sebaliknya siswa banyak mendengar secara pasif. Padahal, Pembelajaran adalah
segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat
dipermudah (facilitated) yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri
peserta didik.

          Berdasarkan ilustrasi di atas, konsep mengajar yang relatif komprehensif harus dipahami
oleh guru. Berikut beberapa pengertian yang representatif menggambarkan apa sebenarnya
mengajar itu.

a)      William H Burton memberi pengertian, mengajar adalah upaya dalam memberi
perangsang, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
b)      Mohamad Ali mendefinisikan, mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan.

c)      Nana Sudjana menyatakan, mengajar pada hakikatnya suatu proses, proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan/ bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.

          Jika dicermati, pendapat yang dikemukakan para pakar tersebut menunjukkan bahwa
mengajar bukan hanya kegiatan guru menuangkan materi kepada siswa dengan pola datang,
duduk, diam, dan catat. Lebih dari itu, mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan
sejumlah kegiatan yang direncanakan dalam upaya menciptakan kondisi agar siswa mengalami
perbuatan belajar secara aktif sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

3.      Prinsip Mengajar

          Mengajar bukanlah pekerjaan atau tugas yang ringan bagi seorang guru. Agar hasil atau
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, banyak hal yang harus dipertimbangkan dan
dilakukan guru baik sebelum, sedang, dan selesai melakukan kegiatan mengajar. Agar tidak
sekedar mengajar di depan kelas, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip mengajar. Ada beberapa
pendapat tentang prinsip mengajar secara efektif. Tanpa mengurangi makna secara
komprehensif, berikut adalah prinsip mengajar yang dapat dipedomani pengajar agar dapat
mengajar dengan efektif.

a)      Perhatian. Pengajar harus dapat membangkitkan perhatian peserta belajar kepada topik dan
pengalaman belajar yang sedang dipelajari.

b)      Aktivitas. Pengajar harus melibatkan peserta belajar berpartisipasi aktif dalam proses belajar
mengajar.
c)      Appersepsi. Pengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta belajar.

d)     Peragaan. Pengajar hendaknya berusaha menggunakan media untuk menunjukkan benda atau
hal-hal yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan dalam kelas.

e)      Repetisi. Mengingat ingatan itu tidak setia (terbatas), guru perlu mengulang penjelasannya jika
diperlukan.

f)       Korelasi. Pengajar hendaknya selalu menghubungkan materi yang diajarkan dengan pelajaran
lain sehingga cakrawala peserta belajar bertambah luas.

g)       Sosialisasi. Pengajar hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif yang
mengakibatkan terjadinya proses sosial.

h)      Individualisasi. Manusia adalah makhluk yang unik, masing-masing memiliki perbedaan
kemampuan belajar. Oleh sebab itu pengajar harus bisa menghargai setiap perbedaan dan
melayani secara optimal.

i)        Sequence. Pengajar harus memikirkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun
secara tepat menurut waktunya (sesuai dengan urutan atau tahapan).

j)        Evaluasi. Pengajar harus mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta belajar
dan efektifitas mengajarnya.

4.      Syarat Mengajar Efektif

          Jika disepakati bahwa mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa
mengalami proses belajar, maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti
mengajar secara efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang
efektif.

Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:

a)      Guru harus menguasai materi/bahan pengajaran.


b)      Guru harus cinta kepada apa yang diajarkan.

c)      Guru harus mampu menciptakan kondisi agar siswa bisa belajar dan mengalami aktivitas
mental dan fisik.

d)     Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi saat mengajar.

e)      Guru harus mampu merencanakan, membuat, dan menggunakan media pengajaran secara
tepat.

f)       Guru hendaknya memotivasi siswa sesuai sasaran dalam belajar.

g)      Guru harus mampu dan mau membuat perencanaan sebelum mengajar dan
mengimplementasikan dalam kelas.

h)      Guru harus mampu memberikan masalah yang merangsang berpikir siswa.

i)        Guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua bahan
pengajaran.

j)        Guru harus mampu mengadakan evaluasi secara tepat sesuai dengan tujuan.

5.      Proses Belajar Mengajar

          Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas). Proses belajar
mengajar merupakan implementasi dari serangkaian perencanaan yang telah dilakukan oleh guru
dalam bentuk proses interaksi dengan siswa di dalam maupun di luar kelas untuk mencapai
tujuan. Dalam kondisi ini terdapat serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik dan terpadu yang berlangsung dalam situasi edukatif. Artinya, dalam proses belajar
mengajar ini tidak sekedar guru menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai serta keterampilan pada diri siswa yang sedang belajar.

Proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai proses “pengaturan” lingkungan dan
sumber daya yang ada agar terjadi kegiatan belajar (perubahan tingkah laku) pada siswa. Proses
belajar mengajar merupakan suatu sistem, dibangun oleh komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan. Ini berarti, proses belajar mengajar bisa berlangsung secara
optimal jika seluruh komponennya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Komponen
proses belajar mengajar tersebut adalah tujuan, manusia, bahan, kegiatan belajar mengajar,
metode, alat, sumber pelajaran, evaluasi. Menurut T. Raka Joni, komponen-komponen tersebut
adalah tujuan, siswa, isi dan struktur bahan pengajaran, pengajar, ekonomi dan administrasi.

6.      Peran Guru

          Proses pendidikan tampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan
tersebut guru merupakan ujung tombak pelaksana di lapangan. Hal ini berarti guru memiliki
peranan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru dalam proses
belajar mengajar adalah:

a)      Guru sebagai pendidik. Guru harus menanamkan norma-norma dan nilai kepada anak
didiknya.

b)      Guru sebagai pengajar. Guru harus mengorganisasikan dan mengelola semua komponen dan
kompetensi belajar mengajar.

c)      Guru sebagai pembimbing. Guru harus memberikan bimbingan (akademik, sosial, individu,
pekerjaan, waktu senggang) kepada siswa.

d)     Guru sebagai demonstrator. Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan yang diajarkan dan
mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis.

e)      Guru sebagai pelatih. Guru harus mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
diri siswa.

f)       Guru sebagai administrator. Guru hendaknya “mengadministrasikan” secara baik komponen
yang ada di kelas (mengetahui dan membuat program pengajaran, mengelola kelas, dan
sebagainya)

g)      Guru sebagai mediator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan yang cukup tentang media pendidikan serta menjadi perantara dalam hubungan
antar manusia.

h)      Guru sebagai fasilitator. Guru hendaknya memberikan fasilitas yang maksimal agar tujuan
pengajaran tercapai.
i)        Guru sebagai evaluator. Guru harus mampu menguasai dan terampil melaksanakan kegiatan
evaluasi pendidikan.

7.      Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi

          Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah sebuah komunikasi yang dibangun dan
dilakukan oleh guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan. Komunikasi ini
merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan nalurinya yang selalu ingin berhubungan satu sama
lain, saling interaksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara
sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau
bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian
hakikat dari kehidupannya yang senantiasa hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, manusia
akan kehilangan hakikatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi
dengan sesamanya.

          Komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses pengoperan dan penerimaan lambang-
lambang yang mengandung makna. Wilbur Schramm menjabarkan pengertian komunikasi dalam
tiga komponen utama, yaitu encoder, sign/signal, dan decoder. Encoder (pembuat sandi) adalah
komunikator yang mempunyai informasi tertentu dan benar serta mampu mengirimkan informasi
tersebut secara tepat pada kecepatan yang optimal. Sign/signal adalah pesan, berita, atau
pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok. Decoder
(pemecah sandi) adalah komunikan yang menerima pesan dan mampu memahami pesan yang
diterimanya.

          Lebih lanjut, Claude Shannon membuat model komunikasi yang menunjukkan
peristiwa komunikasi secara lebih rinci. Shannon melengkapai proses komunikasi dengan adanya
gangguan yang terjadi saat berkomunikasi. Gangguan ini juga akan berimplikasi pada hasil
sebuah komunikasi.

Berdasarkan pemahaman komponen utama komunikasi tersebut, komunikasi adalah


proses penyampaian pesan, gagasan, fakta, konsep, dan data dari sumber pesan melalui
media/saluran yang sengaja dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau
komunikan. Dalam konteks proses belajar mengajar, pesan yang disampaikan adalah isi
pelajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan bisa berupa guru, siswa, orang
lain atau penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pembelajaran dan penerima
pesannya adalah siswa atau guru.

          Keberhasilan komunikasi dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi pencapaian
tujuan pembelajaran. Semakin lancar (berhasil) komunikasi dalam proses belajar mengajar
semakin mudah pencapaian tujuan. Sebaliknya, semakin tidak lancar (gagal) komunikasi dalam
proses belajar mengajar semakin sulit pencapaian tujuan. Ini berarti guru/dosen harus dapat
meminimalkan gangguan komunikasi yang selalu terjadi dalam setiap kesempatan
berkomunikasi dengan taraf yang tidak sama. Gangguan tersebut dapat dirinci menjadi hambatan
psikologis, fisik, kultural, geografis, dan lingkungan. 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

          Dari makalah yang telah kami sampaikan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa mengalami proses belajar,
maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti mengajar secara efektif
adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang efektif, dan dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran tersebut. Dan proses
pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk
melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus
berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mampu melakukan proses
pembelajaran ini  guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran
yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-
teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Sadiman. Arief S., M.Sc ,Seri Pustaka Teknologi Pendidikan Nomor. 6 Media Pendidikan
“Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,2007.

Alma, Buchari. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. 2009.

Sudarwanto. profesionalisme Guru. Artikel: Yogyakarta. 2005.

Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999

Mulyati, Andi Psikologi Belajar, : Jakarta.. 2008


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Melalui berbagai strategi pembelajaran dan pengembangan potensi diri, peserta didik

memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan

menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya,

disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan

peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia teknologi, termasuk

teknologi informasi pada era globalisasi.

Pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar

sekolah, pada jenjang dan dengan menggunakan pendekatan, strategi serta model apa pun harus

benar-benar efektif. Pembelajaran yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan

pembelajaran tersebut dalam menyajikan secara optimal tiga dimensi pembelajaran sebagai

proses, produk dan sikap. Dimensi proses pembelajaran menuntut guru untuk melibatkan peserta

didik secara aktif kedalam kegiatan-kegiatan dalam upaya memperoleh hasil belajar.

RUMUSAN MASALAH

Melalui pembahasan dalam makalah ini penyusun mencoba untuk lebih mendalami

mengenai apakah yang dimaksud dengan belajar serta hakikat yang terkandung didalamnya, serta

apakah yang dimaksud dengan teori belajar.


BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR BELAJAR

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen

mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.

Sedangkan Reber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, yaitu :

• Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan

• Belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan

yang diperkuat.

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan

pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative

permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

B. Ciri-ciri Perilaku Belajar

Tingkah laku yang dikategorikan sebagai aktivitas belajar memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Perubahan tingkah laku  terjadi secara sadar

2. Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional

3. Perubahan bersifat positif dan aktif

4. Perubahan bersifat permanent

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah


6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan

perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku,

yaitu :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

3. Perubahan yang fungsional.

4. Perubahan yang bersifat positif.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

6. Perubahan yang bersifat pemanen.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan

hasil belajar dapat berbentuk :

1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis

maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan

sebagainya.

2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan

lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol

matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam

membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan

hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.


3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan

keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu

kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang

efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan

strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam

tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri

individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu

obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai

pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol

oleh otot dan fisik.

Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak

dalam :

1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan

penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan

penggunaan bahasa secara baik dan benar.

2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,

keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran

yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang

masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai

pengertian yang benar.

4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya

dengan menggunakan daya ingat.

5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar

pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa”

(why).

6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau

buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.

7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).

8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.

9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih,

gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar

meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan

aspek-aspeknya.

C. TEORI-TEORI BELAJAR

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang

bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis

teori belajar, yaitu:

1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi

fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme

tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.

Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi

kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

4. Social Learning menurut Albert Bandura

2.  Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran

konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan

untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan

individu.Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa

2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.

3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan

teman-temanya.

3.  Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne


Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk

kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan

informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal

individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai

hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah

rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

4.  Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau

konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan

dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.

D. JENIS-JENIS BELAJAR

Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu

bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para

ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar antara

lain :

1. Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung

dalam kata-kata yang digunakan.

2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-

objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang

yang merupakan sesuatu bersifat mental.

3. Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan,

sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi

yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat

kembali kealam dasar.

4. Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan}

dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk

memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan

konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan.

5. Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi

terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.

6. Belajar Kaidah

Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual

skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih

dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.

7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi

tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan

melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode

bekerja tertentu.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Melalui pemaparan makalah yang telah disampaikan dimuka, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan, antara lain :

1.      Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang relative permanen karena adanya

pengalaman

2.      Perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan

(domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya

3.      Teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang

relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999


Mulyati, Psikologi Belajar, 2008, Andi : Jakarta.
Sudjana,Nana.1991,Teori –Teori Belajar Untuk Pengajar.Jakarta:Lembaga Penerbitan Falkultas
Ekonomi Univ.Indonesia.
Sudjana, Nana.1985,Teori Belajar.Jakarta:Falkultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta
APA Citation. Surya, Mohamad, 2004 Bunga rampai guru dan pendidikan / penyusun [ie penulis]
Mohamad Surya Balai Pustaka, Jakarta
Masidjo , Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah, KANISIUS, 1995.
Abu Ahmadi. 2003, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta
http://dakupoenya.wordpress.com/2010/01/01/jenis-jenis-belajar/
KONSEP BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
1. MAKNA BELAJAR DAN MENGAJAR
Belajar dan mengajar adalah dua aktivitas yang hampir tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya,
terutama dalam prakteknya di sekolah-sekolah. Bahkan apabila keduanya telah digerakkan secara
sadar dan bertujuan, maka rangkaian interaksi belajar-mengajar akan segera terjadi. Sehubungan
dengan hal ini ada baiknya kedua istilah tersebut untuk dibahas.
A. Belajar
Kita masih ingat bahwa “belajar” pernah dipandang sebagai proses penambahan pengetahuan.
Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini.
Akibatnya, “mengajar” pun dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan
dari seorang guru kepada siswanya.
Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih sangat parsial, terlalu sempit, dan
menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif. Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu
diletakkan pada perspektif yang lebih wajar sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya
mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan, nilai dan sikap.
Sebagai landasan pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, berikut ini kami
kemukakan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh Drs.M.NgalimPurwanto.MP (1990).
a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975). “Belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya ).”
b) Gagne, dalam buku The conditions of Learning (1977). “ Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
( performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.”
c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978). “ Belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d) Witherington,dalam buku Educational Psychology. “ Belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yan menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
Dari definsi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang
penting yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :
a)Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang lebih buruk.
b)Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman : dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai
hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c)Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir
daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lam periode waktu itu berlangsung sulit
dtentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang
mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus
mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan,
adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d)Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis, seperti: Perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah / berfikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
B.Mengajar
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa istilah belajar pernah dipandang sebagai proses
penambahan pengetahuan. Senada dengan nuansa penafsiran terhadap belajar seperti itu, maka
“mengajar “ pun pernah dianggap sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan.
Pandangan demikian membawa konsekuensi logis terhadap situasi belajar –mengajar yang
diwujudkan oleh guru, yakni proses belajar-mengajar (PBM) yang terjadi di dalamnya bersifat
teacher-centered. Pengajaran menjadi berpusat pada guru mengajar lebih dominan daripada belajar.
Guru berperan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa (information
givers) atau dengan nama lain sebagai instructor. Oleh sebab itu, sumber belajar yang digunakan,
maksimal hanya sebatas apa yang ada diantara dua kulit buku dan empat dinding kelas. Bahkan,
banyak diantara mereka yang menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar. Akibatnya,
siswa-siswa menjadi individu-individu yang pasif, kedaulatan merekapun pada akhirnya harus
tunduk pada kekuasaan guru. Mereka tidak dididik untuk berfikir kritis, berlatih menemukan konsep
atau prinsip, ataupun untuk mengembangkan kreatifitasnya. Mereka tidak dipersiapkan untuk
menghadapi kehidupan yang perubahan-perubahannya sangat cepat, bahkan dapat terjadi dalam
hitungan detik seperti sekarang ini. Hal ini bisa terjadi pada masa mendatang, karena dengan
penerapan konsep mengajar semacam itu, siswa-siswa tidak dididik untuk belajar sebagai manusia
seutuhnya, sementara kita berharap agar kelak siswa-siswa menjadi orang-orang yang terdidik, tidak
sekedar tersekolah atau belajar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka mengajar sepantasnya dipandang sebagai upaya atau
proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk membuat siswa-siswanya belajar. Dalam hal ini guru
berupaya untuk membelajarkan siswa-siswanya, dan sebaliknya para siswa menjadi pembelajar-
pembelajar yang aktif, kritis dan kreatif. Dengan cara ini interaksi belajar mengajar dapat terjadi, dan
pengajaran tidak lagi bersifat teacher-centered, karena telah bergeser pada kontinum pengajaran yang
lebih bersifat student-centered. Pertanyaan selanjutnya, yang menggelitik kita selaku guru yang
bertugas pada era informasi ini yaitu : Apakah diantara kita yang terlanjur telah menerapkan
pengajaran bersifat teacher-centered akan segera berubah kearah student-centered ?
2. MAKNA PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran mengundang berbagai kontroversi diberbagai kalangan pakar pendidikan,
terutama di antara guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan oleh demikian luasnya ruang lingkup
pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek belajar atau pembelajarpun bukan hanya siswa dan
mahasiswa, tetapi juga peserta penataran/pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus,
seminar, diskusi panel, symposium, dan bahkan siapa saja yang berupaya membelajarkan diri sendiri.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatau system atau proses membelajarkan subyek
didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
(Depdiknas,Model pembelajaran IPA SD,2003). Dengan demikian, jika pembelajaran dianggap
sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut
dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan
mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat-
alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku
atau media cetak lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada para
siswa dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
Setelah persiapan tersebut, guru melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan mengacu
pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, struktur
dan dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau
strategi dan meode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta
filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa. Jadi
semuanya itu akan menentukan terhadap struktur pembelajaran.

Pengembangan Metode dan Teknik Pembelajaran
Dalam perkembangan di dunia pendidikan Pengembangan Metode dan Teknik Pembelajaran sangat
pesat dan para pakar pendidikan pun lebih giat memikirkan metode apa yang akan di gunakan dalam
pembelajaran
Sesuai dengan cara penggunaannya, metode pembelajaran dikalangan pendidikan diantaranya:
1.Metode ceramah, inti kegiatannya adalah memberikan orientasi atau penjelasan mengenai suatu
definisi, pengertian, konsep, hukum, dan sejenisnya. Metode ceramah akan efektif apabila
digabungkan dengan metode lainnya.
2.Metode demonstrasi, yaitu pengajar melakukan peragaan suatu proses, suatu kerja, keterampilan
tertentu, atau suatu penampilan, dihadapan pembelajar.Metode demonstrasi, terdiri atas metode
demonstrasi pasif (pembelajar hanya mengamati) dan metode demonstrasi aktif (sebagian pembelajar
mencoba mendemonstrasikan kembali). Penggunaan metode demonstrasi aktif dapat mempertinggi
retensi dan metode ini sangat sesuai untuk mengajarkan ketrerampilan proses, penampilan, dan kerja.
3.Metode diskusi, dapat diterapkan sebagai diskusi kelas atau kelompok. Diskusi akan lebih baik
apabila dilakukan dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi menghasilkan interaksi antara siswa
dengan siswa dan gguru dengan siswa
4.Metode tutorial, lebih cenderung sebagai kegiatan melajar mandirii. Bahan ajar diberikan kepada
pembelajar untuk dikembangkan. Selama melaksanakan pengembangan bahan ajar, pembelajar diberi
kesempatan untuk konsultasi dengan pengajar.
5.Metode simulasi, mewajibkan kepada pembelajar untuk melakukan simulasi tentang suatu peran,
kegiatan khusus atau ,menggunakan simulator.
6.Metode praktikum, menitikberatkan pada kegiatan untuk melakukan pengamatan, percobaan,
pengumpulan data, yang dilakukan di laboratorium atau ditempat lain yang disamakan dengan
laboratorium atau workshop.
7.Metode proyek, pada umumnya sama dengan metode praktikum, akan tetapi pelaksanaannya
memerlukan perencanaan (proposal) yang mencakup rancangan, penjadwalan, kebutuhan bahan, dan
sebagainya

Anda mungkin juga menyukai