Makalah Konsep Belajar
Makalah Konsep Belajar
Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah” Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan” yang berjudul “Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran“ ini
dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Junjungan kita Rasulullah SAW
yang mana telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
makalah yang kami buat selanjutnya.Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para
pembaca dan khususnya kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya
dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan didalam lembaran ini
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses
komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar
pesan atau informasi antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi
belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan di sekolah adalah media pembelajaran.
Peranan media pembelajaran pun menjadi penting karena memiliki nilai praktis dan fungsi yang
besar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Maka dari itu dalam makalah ini, akan di bahas tentang pengertian, klasifikasi dan
kriteria pemilihan media pembelajaran yang bertujuan memberikan gambaran secara lebih detail
tentang media pembelajaran.
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk pertama yang akan dibahas adalah pengertian konsep terlebih dahulu.
Setelah beberapa kali mencari bahan untuk mengartikan tentang pengertian konsep, akhirnya
dapat disimpulkan bahwa konsep itu:
1. Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna,
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen
mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.
Sedangkan Reber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, yaitu :
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
1. Behaviorisme, belajar adalah sebuah perubahan perilaku yang dapat diamati (observable)
dan dapat diukur,
2. Kognitivisme, dalam belajar proses berfikir bergantung pada suatu kemampuan untuk
mencipta, memperoleh dan mengubah gambaran internal tentang segala sesuatu yang dialami di
lingkungan. Dalam hal ini anak menjadi problem solver dan pemroses informasi.
3. Konstruktivisme, anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Pendekatan ini
menekankan keterlibatan anak dalam proses belajar. Proses belajar harus menyenangkan dan
mendukung anak untuk belajar.
4. Progresivisme, belajar adalah perubahan dalam pola berpikir melalui pengalaman memecahkan
masalah. Ketika anak memecahkan masalah yang dihadapinya, ketika itu pula terjadi perubahan
pola berpikir mereka.
Konsep belajar menurut guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Belajar siswa yang ditafsirkan guru hanya sebagai menghafal atau mendengarkan keterangan
guru saja merupakan problem yang harus diatasi. Hal ini karena jika guru menganggap bahwa
belajar hanyalah menghafal atau hanya untuk mendengarkan keterangan guru maka selama itu
pula pembelajaran masih terpusat pada guru dan tidak pada siswa yang seharusnya mengalami
belajar. Untuk itulah guru harus mengubah pandangan tentang belajar dan mengetahui
bagaimana sebenarnya belajar itu.
Belajar pada dasarnya adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang yang
menghasilan perubahan pada dirinya akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah
suatu perbuatan yang kompleks yang mencakup beberapa segi. Dengan demikian dalam praktik
pengajaran diperlukan keputusan yang bijaksana dalam menerapkan teori belajar karena tidak
ada suatu teori yang sesuai untuk segala situasi.
Seperti halnya belajar, mengajar merupakan proses yang kompleks karena banyak
kegiatan yang harus dilakukan agar hasil belajar siswa lebih baik. Oleh sebab itu rumusan
pengertian mengajar tidak dapat dirumuskan begitu saja secara sederhana yang tidak meliputi
seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Setiap rumusan akan
berimplikasi pada aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Misalnya, seorang guru/dosen yang
berpandangan bahwa mengajar sekedar menyampaikan pelajaran/materi, tentu pembelajaran
yang dilakukan hanya upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa secara sederhana.
Guru menyampaikan materi dan siswa menerima materi. Guru berlaku aktif mendominasi
aktivitas kelas, sebaliknya siswa banyak mendengar secara pasif. Padahal, Pembelajaran adalah
segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat
dipermudah (facilitated) yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri
peserta didik.
Berdasarkan ilustrasi di atas, konsep mengajar yang relatif komprehensif harus dipahami
oleh guru. Berikut beberapa pengertian yang representatif menggambarkan apa sebenarnya
mengajar itu.
a) William H Burton memberi pengertian, mengajar adalah upaya dalam memberi
perangsang, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
b) Mohamad Ali mendefinisikan, mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan.
c) Nana Sudjana menyatakan, mengajar pada hakikatnya suatu proses, proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan/ bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Jika dicermati, pendapat yang dikemukakan para pakar tersebut menunjukkan bahwa
mengajar bukan hanya kegiatan guru menuangkan materi kepada siswa dengan pola datang,
duduk, diam, dan catat. Lebih dari itu, mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan
sejumlah kegiatan yang direncanakan dalam upaya menciptakan kondisi agar siswa mengalami
perbuatan belajar secara aktif sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Mengajar bukanlah pekerjaan atau tugas yang ringan bagi seorang guru. Agar hasil atau
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, banyak hal yang harus dipertimbangkan dan
dilakukan guru baik sebelum, sedang, dan selesai melakukan kegiatan mengajar. Agar tidak
sekedar mengajar di depan kelas, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip mengajar. Ada beberapa
pendapat tentang prinsip mengajar secara efektif. Tanpa mengurangi makna secara
komprehensif, berikut adalah prinsip mengajar yang dapat dipedomani pengajar agar dapat
mengajar dengan efektif.
a) Perhatian. Pengajar harus dapat membangkitkan perhatian peserta belajar kepada topik dan
pengalaman belajar yang sedang dipelajari.
b) Aktivitas. Pengajar harus melibatkan peserta belajar berpartisipasi aktif dalam proses belajar
mengajar.
c) Appersepsi. Pengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta belajar.
d) Peragaan. Pengajar hendaknya berusaha menggunakan media untuk menunjukkan benda atau
hal-hal yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan dalam kelas.
e) Repetisi. Mengingat ingatan itu tidak setia (terbatas), guru perlu mengulang penjelasannya jika
diperlukan.
f) Korelasi. Pengajar hendaknya selalu menghubungkan materi yang diajarkan dengan pelajaran
lain sehingga cakrawala peserta belajar bertambah luas.
g) Sosialisasi. Pengajar hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif yang
mengakibatkan terjadinya proses sosial.
h) Individualisasi. Manusia adalah makhluk yang unik, masing-masing memiliki perbedaan
kemampuan belajar. Oleh sebab itu pengajar harus bisa menghargai setiap perbedaan dan
melayani secara optimal.
i) Sequence. Pengajar harus memikirkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun
secara tepat menurut waktunya (sesuai dengan urutan atau tahapan).
j) Evaluasi. Pengajar harus mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta belajar
dan efektifitas mengajarnya.
Jika disepakati bahwa mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa
mengalami proses belajar, maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti
mengajar secara efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang
efektif.
c) Guru harus mampu menciptakan kondisi agar siswa bisa belajar dan mengalami aktivitas
mental dan fisik.
d) Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi saat mengajar.
e) Guru harus mampu merencanakan, membuat, dan menggunakan media pengajaran secara
tepat.
g) Guru harus mampu dan mau membuat perencanaan sebelum mengajar dan
mengimplementasikan dalam kelas.
h) Guru harus mampu memberikan masalah yang merangsang berpikir siswa.
i) Guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua bahan
pengajaran.
j) Guru harus mampu mengadakan evaluasi secara tepat sesuai dengan tujuan.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas). Proses belajar
mengajar merupakan implementasi dari serangkaian perencanaan yang telah dilakukan oleh guru
dalam bentuk proses interaksi dengan siswa di dalam maupun di luar kelas untuk mencapai
tujuan. Dalam kondisi ini terdapat serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik dan terpadu yang berlangsung dalam situasi edukatif. Artinya, dalam proses belajar
mengajar ini tidak sekedar guru menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai serta keterampilan pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai proses “pengaturan” lingkungan dan
sumber daya yang ada agar terjadi kegiatan belajar (perubahan tingkah laku) pada siswa. Proses
belajar mengajar merupakan suatu sistem, dibangun oleh komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan. Ini berarti, proses belajar mengajar bisa berlangsung secara
optimal jika seluruh komponennya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Komponen
proses belajar mengajar tersebut adalah tujuan, manusia, bahan, kegiatan belajar mengajar,
metode, alat, sumber pelajaran, evaluasi. Menurut T. Raka Joni, komponen-komponen tersebut
adalah tujuan, siswa, isi dan struktur bahan pengajaran, pengajar, ekonomi dan administrasi.
Proses pendidikan tampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan
tersebut guru merupakan ujung tombak pelaksana di lapangan. Hal ini berarti guru memiliki
peranan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru dalam proses
belajar mengajar adalah:
a) Guru sebagai pendidik. Guru harus menanamkan norma-norma dan nilai kepada anak
didiknya.
b) Guru sebagai pengajar. Guru harus mengorganisasikan dan mengelola semua komponen dan
kompetensi belajar mengajar.
c) Guru sebagai pembimbing. Guru harus memberikan bimbingan (akademik, sosial, individu,
pekerjaan, waktu senggang) kepada siswa.
d) Guru sebagai demonstrator. Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan yang diajarkan dan
mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis.
e) Guru sebagai pelatih. Guru harus mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
diri siswa.
f) Guru sebagai administrator. Guru hendaknya “mengadministrasikan” secara baik komponen
yang ada di kelas (mengetahui dan membuat program pengajaran, mengelola kelas, dan
sebagainya)
g) Guru sebagai mediator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan yang cukup tentang media pendidikan serta menjadi perantara dalam hubungan
antar manusia.
h) Guru sebagai fasilitator. Guru hendaknya memberikan fasilitas yang maksimal agar tujuan
pengajaran tercapai.
i) Guru sebagai evaluator. Guru harus mampu menguasai dan terampil melaksanakan kegiatan
evaluasi pendidikan.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah sebuah komunikasi yang dibangun dan
dilakukan oleh guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan. Komunikasi ini
merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan nalurinya yang selalu ingin berhubungan satu sama
lain, saling interaksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara
sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau
bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian
hakikat dari kehidupannya yang senantiasa hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, manusia
akan kehilangan hakikatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi
dengan sesamanya.
Komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses pengoperan dan penerimaan lambang-
lambang yang mengandung makna. Wilbur Schramm menjabarkan pengertian komunikasi dalam
tiga komponen utama, yaitu encoder, sign/signal, dan decoder. Encoder (pembuat sandi) adalah
komunikator yang mempunyai informasi tertentu dan benar serta mampu mengirimkan informasi
tersebut secara tepat pada kecepatan yang optimal. Sign/signal adalah pesan, berita, atau
pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok. Decoder
(pemecah sandi) adalah komunikan yang menerima pesan dan mampu memahami pesan yang
diterimanya.
Lebih lanjut, Claude Shannon membuat model komunikasi yang menunjukkan
peristiwa komunikasi secara lebih rinci. Shannon melengkapai proses komunikasi dengan adanya
gangguan yang terjadi saat berkomunikasi. Gangguan ini juga akan berimplikasi pada hasil
sebuah komunikasi.
Keberhasilan komunikasi dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi pencapaian
tujuan pembelajaran. Semakin lancar (berhasil) komunikasi dalam proses belajar mengajar
semakin mudah pencapaian tujuan. Sebaliknya, semakin tidak lancar (gagal) komunikasi dalam
proses belajar mengajar semakin sulit pencapaian tujuan. Ini berarti guru/dosen harus dapat
meminimalkan gangguan komunikasi yang selalu terjadi dalam setiap kesempatan
berkomunikasi dengan taraf yang tidak sama. Gangguan tersebut dapat dirinci menjadi hambatan
psikologis, fisik, kultural, geografis, dan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami sampaikan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
mengajar adalah proses menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa mengalami proses belajar,
maka guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti mengajar secara efektif
adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang efektif, dan dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran tersebut. Dan proses
pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk
melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus
berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mampu melakukan proses
pembelajaran ini guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran
yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-
teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman. Arief S., M.Sc ,Seri Pustaka Teknologi Pendidikan Nomor. 6 Media Pendidikan
“Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,2007.
PENDAHULUAN
Melalui berbagai strategi pembelajaran dan pengembangan potensi diri, peserta didik
memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan
disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia teknologi, termasuk
sekolah, pada jenjang dan dengan menggunakan pendekatan, strategi serta model apa pun harus
benar-benar efektif. Pembelajaran yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan
pembelajaran tersebut dalam menyajikan secara optimal tiga dimensi pembelajaran sebagai
proses, produk dan sikap. Dimensi proses pembelajaran menuntut guru untuk melibatkan peserta
didik secara aktif kedalam kegiatan-kegiatan dalam upaya memperoleh hasil belajar.
RUMUSAN MASALAH
Melalui pembahasan dalam makalah ini penyusun mencoba untuk lebih mendalami
mengenai apakah yang dimaksud dengan belajar serta hakikat yang terkandung didalamnya, serta
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu
mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.
• Belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan
yang diperkuat.
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative
Tingkah laku yang dikategorikan sebagai aktivitas belajar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku,
yaitu :
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis
maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan
sebagainya.
kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri
obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai
5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak
dalam :
penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,
yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang
masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai
4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa”
(why).
6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih,
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar
meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan
aspek-aspeknya.
C. TEORI-TEORI BELAJAR
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan
untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan
D. JENIS-JENIS BELAJAR
ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar antara
lain :
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-
objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi
yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan}
dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk
memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi
terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual
skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih
dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi
melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode
bekerja tertentu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Melalui pemaparan makalah yang telah disampaikan dimuka, maka dapat ditarik suatu
1. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang relative permanen karena adanya
pengalaman
2. Perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan
3. Teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang