Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Perkembangan Fisik Motorik Umur 5-8 Tahun


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Perkembangan Anak 2
Dosen pengampu : Nuraida, M.Si

Oleh:
Kelompok 4
1. Suci Rahmadani (11200184000020)
2. Azkiyatul Farichah (11200184000043)
3. Destriyan Rachmawati S (11200184000042)
4. Ananda Yasinta (11200184000044)

Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Perkembangan Fisik Motorik Umur 5-8 Tahun” ini dengan baik. Adapun tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu
Perkembangan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang perkembangan fisik motorik anak umur 5-8 tahun.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bu Nuraida selaku dosen dari mata
kuliah ini dan juga teman-teman. Kami sadar penyusunan makalah ini tidak akan
terlaksana dengan baik apabila tanpa arahan, bimbingan serta petunjuk dari kalian
semua. Kami sadar bahwa kekurangan yang ada pada makalah ini, untuk itu saran dan
kritik dari pembaca sangat kami terima untuk menjadikan makalah ini lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi pembaca.

Mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam pengetikan


makalah dan penyajian makalah kami baik dalam materi maupun penulisannya.
Sekian dari kamu, kami ucapkan Terimakasih.

Jakarta, 12 Oktober 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii
BAB I .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Perkembangan Fisik dan Motorik .................................................................................. 6
B. Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 5-8 Tahun. .............................. 12
1. Metode pembelajaran PAUD melalui bermain ....................................................... 12
2. Metode pembelajaran PAUD melalui cerita............................................................ 13
3. Metode pembelajaran PAUD melalui music ........................................................... 13
4. Metode pembelajaran PAUD melalui karyawisata ................................................. 13
5. Metode pembelajaran PAUD melalui demonstrasi................................................. 13
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................... 17
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 17
SARAN .................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan anak yang rentang usianya 0-6 tahun. Sesuai dengan pasal 28
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1 yang menyatakan bahwa
anak usia merupakan anak yang masuk pada rentang usia 0-6 tahun (Fadlillah, 2014:18).
Anak pada masa usia dini merupakan periode yang sangat penting dalam memberikan
rangsangan untuk mencapai perkembangan yang ideal. Perkembangan otak pada usia dini
mulai mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga masa ini disebut dengan masa
emas atau golden age. Penelitian di bidang neurologi membuktikan bahwa setengah dari
kecerdasan anak terbentuk dalam empat tahun pertama pada kehidupan sang anak, setelah
anak berusia delapan tahun, perkembangan otak anak mencapai 80% dan ketika anak
berusia 18 tahun perkembangan otak mencapai 100% (Selamet Suyanto, 2005:6). Pemberian
stimulasi ialah salah satu cara membantu anak untuk berkembang, anak yang terstimulasi
dengan baik akan mencapai aspek-aspek perkembangan dengan baik pula. stimulus bisa
diberikan melalui pendidikan anak usia dini, anak akan diberikan pembelajaran melalui
bermain.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak
sebelum anak menempuh pendidikan sekolah dasar. Potensi dan kecerdasan yang dimiliki
oleh anak akan berkembang melalui pemberian stimulasi yang tepat pada rentang usia dini.
Sehingga apa yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi perkembangan anak pada tahap
selanjutnya. Fadlillah (2014:67) pada UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 14 disebutkan
bahwa pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
ruhani supaya anak mempunyai bekal dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani berkaitan dengan perkembangan fisik motorik
anak. Melalui karakteristik unik anak yaitu keingintahuan yang besar dan keinginan untuk
mencoba, anak bisa melakukan latihan-latihan fisik motorik melalui gerakan-gerakan
terkoordinasi yang difasilitasi dengan lingkungan yang mendukung atas pemberian stimulasi
tersebut.

Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Heri Rahyubi (2012:228) perkembangan motorik
khususnya pada anak usia dini akan lebih ideal jika lingkungan tempat tumbuh kembang
anak mendukung anak untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan
terbaik karena bisa menstimulasi perkembangan otot. Jika anak melakukan aktivitas di
dalam ruangan, maka pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk memberikan
ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, melompat, dan menggerakkan seluruh
tubuhnya dengan cara yang tidak terbatas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan fisik?

4
2. Apa itu perkembangan motorik?
3. Kegiatan pembelajan apa saja untuk anak umur 5-8 tahun?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu fisik.


2. Untuk mengetahui apa itu motorik.
3. Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran untuk anak umur 5-8 tahun.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Fisik dan Motorik


Perkembangan Motorik Anak Usia Dini Perkembangan fisik motorik memiliki
peranan sama penting dengan aspek perkembangan yang lain, perkembangan motorik
bisa dijadikan sebagai tolak ukur pertama untuk mengetahui tumbuh kembang anak.
Hal ini disebabkan perkembangan fisik motorik bisa diamati dengan mudah melalui
panca indera, seperti perubahan ukuran pada tubuh anak. Menurut Papalia, D.E.
(2014:125) pertumbuhan dan perkembangan fisik mengikuti prinsip sefalokaudal dan
proximodistal. Menurut prinsip sefalokaudal, pertumbuhan terjadi dari atas ke bawah,
karena otak tumbuh dengan cepat sebelum lahir, kepala bayi yang baru lahir merupakan
disproporsi besar. Menurut prinsip proximodistal pertumbuhan serta perkembangan
motorik dari dalam ke luar (pusat tubuh ke luar), dalam rahim kepala dan badan
berkembang sebelum lengan dan kaki, kemudian tangan dan kaki, dan jari tangan dan
kaki. Anggota badan terus tumbuh lebih cepat daripada tangan dan kaki pada anak usia
dini.
Perkembangan fisik merupakan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada
tubuh seseorang. Perubahan yang sangat jelas terlihat merupakan perubahan pada
bentuk dan ukuran tubuh seseorang. Perkembangan motorik (engine improvement)
merupakan perubahan yang terjadi secara progressif pada kontrol dan kemampuan
untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan
(development) dan latihan atau pengalaman (encounters) selama kehidupan yang bisa
dilihat melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan. (Rini Hildayani, 2016:3.4)
Senada dengan yang dipaparkan oleh Hurlock (1978:151) perkembangan
motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan
pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Sebelum perkembangan terjadi anak
tidak akan berdaya. Kondisi tersebut akan berubah secara cepat pada usia 4-5 tahun
pertama kehidupan pasca lahir. Anak bisa mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan
tersebut melibatkan anggota badan yang luas yang digunakan untuk berjalan,
melompat, berlari, berjinjit, berenang, dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun terjadi

6
perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang
melibatkan bagian otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam,
melempar, menangkap bola, menulis, dan sebagainya.
Salah satu perbedaan mencolok antara anak usia dini dengan bayi dan balita
yakni anak prasekolah tidak memiliki lemak bayi dan tampak lebih ramping.
Perampingan ini dan meningkatknya koordinasi gerak memudahkan anak usia dini
untuk lebih percaya diri berpartisipasi dalam aktivitas perpindahan yang sangat penting
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan motoriknya. Perkembangan fisik motorik
anak ditandai dengan pertumbuhan fisik yang meliputi peningkatan berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, dan tonus otot. Kurang optimalnya pertumbuhan fisik anak bisa
menjadi pertanda ada sesuatu yang terjadi dalam diri anak. Pada usia tiga tahun, tubuh,
tangan, dan kaki anak akan tumbuh semakin panjang. Kepala masih relatif besar, tubuh
bagian lainnya berusaha menyusul seiring dengan semakin miripnya bagian anggota
tubuh anak dengan tubuh orang dewasa (Morisson 2012:221).
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar melibatkan otot-otot besar dan motorik halus melibatkan otot-otot
kecil. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak melibatkan otot dan anak pada masa
tataran usia dini lebih cenderung aktif/lebih senang bergerak, lebih senang melakukan
percobaan atau praktik, lebih senang bermain baik permainan yang membutuhan
banyak energi maupun permainan yang hanya menampakkan sedikit gerakan. Sedikit
ataupun banyak gerakan yang dilakukan tetap melibatkan otot, sehingga perkembangan
motorik sangat menunjang aspek perkembangan yang lain. Seperti yang dipaparkan
oleh Sher (2009: 37) gross engine exercises requiring coordination, like different kinds
of sports, or even undertakings, for example, hopping forward. Motorik kasar
merupakan aktivitas fisik yang memerlukan koordinasi seperti berbagai jenis olahraga
atau tugas-tugas sederhana seperti gerakan melompat. Diperjelas oleh Decaprio
(2013:18) motorik kasar merupakan gerakan tubuh dengan menggunakan otot-otot
besar ataupun sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan diri.
Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak terbagi dalam gerakan besar dan
gerakan kecil. Gerakan besar melibatkan otot-otot besar tentunya membutuhkan banyak
energi, begitu juga sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan oleh anak dengan dasar
kesenangan. Bermain aktif mempraktikkan gerakan berlari, melompat, melempar, dan
gerakan yang lain merupakan gerakan yang dilakukan baik terlibat dalam permainan
7
dengan aturan maupun bermain bebas. Lolita Indraswari menjelaskan kegiatan motorik
halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis,
menggunting. Semakin banyak gerakan motorik halus bisa membuat anak berkreasi
seperti menggunting kertas dengan hasil yang lurus, menggambar bermakna dan bisa
mewarnai dengan rapi, menjahit, menganyam, dan sebagainya.
Melalui gerakan-gerakan tersebut dan kesempatan yang diberikan oleh pendidik
maupun orang tua menjadikan gerakan-gerakan tersebut sebagai stimulasi
perkembangan motorik anak usia dini baik motorik kasar maupun motorik halus.
Seperti yang diungkapkan oleh Piaget dalam Slamet Suyanto (2005:119) berbagai
penelitian menunjukkan bahwa bermain memberikan ruang bebas terhadap anak,
sehingga anak bisa mengembangkan kemampuan motoriknya. Saat bermain anak
berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan, anak
terlahir dengan kemampuan refleks, dan belajar menggabungkan dua atau lebih gerak
refleks, sehingga anak mampu mengontrol gerakannya dan menjadi gerak
terkoordinasi. Ismatul Khasanah (2011) menyatakan ada beberapa prinsip permainan
yaitu permainan merupakan sesuatu yang menyenangkan, permainan merupakan
wadah bereksprimen dalam berbagai hal, permainan merupakan sesuatu yang aktif dan
dinamis tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Permainan berlaku bagi setiap anak di
sepanjang zaman, memiliki konteks hubungan sosial dan spontan, sebagai sarana
komunikasi antar anak dan lingkungan.
Menurut Santrock (2009:12-14) keterampilan motorik kasar anak pada usia 3
tahun menikmati gerakan-gerakan sederhana, seperti meloncat, melompat, dan beralari
bolak balik yang dilakukan oleh anak hanya karena senang melakukan aktivitas
tersebut. Anak merasa cukup bangga menunjukkan kemampuannya dalam berlari dan
melompat. Usia 4 tahun, anak masih menikmati jenis aktivitas yang sama, tetapi
menjadi lebih senang berpetualang, anak bisa merangkak rendah, menaiki tangga dan
turun dengan cara yang sama yaitu anak masih sering kembali menjejakkan kaki pada
setiap anak tangga. Anak berusia 5 tahun senang berpetualang dan bisa berlari cepat
satu sama lain. Sedangkan pada keterampilan motorik halus anak pada usia 3 tahun
anak menunujukkan kemampuan yang lebih matang untuk mencari dan menangani
sesuatu dibandingkan ketika anak masih bayi. Walaupun untuk beberapa waktu anak
mampu memungut objek terkecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, anak masih
canggung dengan hal tersebut. Anak juga bisa membangun sebuah menara balok yang
sangat tinggi, tetapi tidak sepenuhnya dalam garis lurus. Ketika bermain puzzle anak
8
agak kasar menempatkan potongan-potongan puzzle, bahkan ketika mengenali lokasi
yang cocok, penempatan potongan puzzle belum begitu tepat. Anak sering mencoba
memaksakan potongan tersebut pada tempatnya atau menepuknya dengan keras.
Perkembangan motorik anak usia dini yang baik bisa menyimpulkan bahwa
anak memiliki kesehatan yang baik, namun bukan hanya tentang kesehatan seperti yang
dijelaskan oleh Hurlock (1978:150) ada beberapa sumbangan dari perkembangan
motorik yang baik yaitu: (a) kesehatan yang baik, kesehatan yang baik sebagian
bergantung pada latihan penting bagi perkembangan dan kebahagiaan anak. Apabila
koordinasi motorik buruk, prestasi anak berada di bawah standar, anak hanya
memperoleh kepuasan yang sedikit demi sedikit demi kegiatan fisik dan kurang
memiliki motivasi untuk mengambil bagian; (b) katarsis emosional, melalui latihan
yang berat, anak bisa melepaskan tenaga yang tertahan dan membebaskan tubuh dari
ketegangan, kegelisahan, dan keputusasaan; (c) kemandirian, semakin banyak anak
melakukan kegiatan sendiri, semakin besar rasa kebahagiaan dan kepercayaan atas
dirinya; (d) hiburan diri, pengendalian motorik bisa menyebabkan kesenangan baginya
dalam melakukan kegiatan sendiri; (e) sosialisasi, perkembangan motorik yang baik
bisa mempengaruhi penerimaan anak dan memiliki kesempatan untuk mempelajari
keterampilan motorik. Perkembangan motorik yang baik memiliki keunggulan
memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan; (f) konsep diri, pengendalian
motorik meimbulkan rasa aman secara fisik, dan melahirkan perasaan aman secara
psikologis. Rasa aman psikologis pada dasarnya akan mempengaruhi perilaku.
Sumbangan perkembangan motorik bisa memberikan gambaran bahwa banyak
hal positif yang bisa berpengaruh pada perkembangan anak usia dini, sehingga
perkembangan motorik sangat penting untuk diperhatikan. Orang dewasa baik pendidik
maupun orang tua harus mengetahui masalah perkembangan fisik motorik anak usia
dini, hal ini dijelaskan dalam Novan A.W. (2014: 47-54) problematika perkembangan
fisik motorik pada anak usia dini. Terdapat konsep perbedaan bahwa individu telah
menyadarkan orang dewasa baik pendidik maupun orang tua setiap anak memiliki
perkembangan fisik motorik yang berbeda-beda, ditemukan beberapa masalah seperti
berikut;
1. Masalah dalam pertumbuhan fisik Masalah dalam pertumbuhan fisik terkait
masalah pemberian gizi pada anak, terbisa masalah kurang gizi (malnutrisi) dan
masalah kelebihan gizi (obesitas). (Ratu A.D.S., 2007)

9
a. Malnutrisi Kurangnya gizi yang diberikan oleh orang tua kepada anak
menyebabkan terjadinya masalah pada pertumbuhan fisik anak. Anak usia dini
yang terhambat pertumbuhan fisiknya karena masalah malnutrisi badannya
terlihat kurus dan lemah. Tumbuh kembang otak anak juga tidak ideal yang akan
mempengaruhi kemampuan kognitif anak menjadi rendah. Menurut Mahendra
dan Saputra dalam Desmika. W.S. (2012) perkembangan motorik sangat
dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan
masa perkembangannya. Status gizi yang kurang akan menghambat laju
perkembangan motorik anak yang berimplikasi pada perkembangan aspek lain.
b. Obesitas Selain dengan istilah kelebihan gizi, obesitas disebut juga dengan
istilah kegemukan. Obesitas bermula dengan adanya 25 milyar sel lemak di
dalam tubuh ketika anak dilahirkan. Jumlah sel-sel tersebut tidak akan pernah
berkurang dan bertambah jika anak memiliki kebiasaan makan yang berlebih
sejak usia dini. Ukuran sel-sel lemak bertambah besar dari ukuran typical, anak
dikatakan mengalami obesitas manakala berat badannya melebihi standar 120%
berat tubuhnya. (Imam Musbikin, 2008)

2. Masalah dalam perkembangan motorik Anak usia dini tidak semuanya mengalami
perkembangan motorik yang ideal sesuai dengan pertambahan usianya. Ada
beberapa yang menjadi masalah dalam perkembangan motorik, antara lain:

a. Masalah dalam keterampilan motorik kasar Masalah keterampilan motorik


kasar pada anak terkait dengan ketidakmampuan anak mengatur keseimbangan
dan reaksi kurang cepat serta koordinasi kurang baik. Masalah keseimbangan
pengaturan tubuh pada dasarnya berhubungan dengan system vestibuler sebagai
pengatur keseimbangan di dalam tubuh manusia. Masalah ini jika tidak cepat
ditangani akan berdampak pada kesulitan dalam membaca dan menulis ketika
anak memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Selain itu, kemampuan
bereaksi dan koordinasi juga menentukan keterampilan motorik kasar anak,
masih banyak anak lambat dalam bereaksi dan kacau dalam koordinasi
gerakannya. Hal ini terjadi karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih
atau ada kemungkinan anak memiliki masalah dalam syaraf motoriknya.
b. Masalah dalam keterampilan motorik halus Masalah keterampilan motorik
halus yang terjadi pada anak usia dini merupakan terkait dengan kemampuan
10
yang kurang dalam menggambar bentuk bermakna dan belum bisa mewarnai
dengan rapi. Usia 4 tahun anak mulai bisa menggambar bentuk yang memiliki
makna meskipun belum sempurna. Jika anak usia 4-6 tahun belum bisa
menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan baik menjadi suatu
bentuk yang lebih bermakna perlu diwaspadai. Orang tua maupun pendidik
perlu meninjau kemampuan anak dalam mempersepsikan apa yang ada di
lingkungan sekitarnya. Selain itu juga anak pada usia 4 tahun biasanya memiliki
kemampuan yang semakin baik dalam mewarnai. Jika pada usia menjelang
masuk sekolah dasar kemampuan anak mewarnai belum baik, seperti coretan
warna selalu keluar dari bidang gambar, ada kemungkinan anak memiliki
masalah dalam koordinasi mata dan tangannya.

Masalah dalam perkembangan motorik menjadi acuan yang penting untuk


dipelajari oleh pendidik maupun orang tua, agar masalah yang terjadi pada anak
diketahui sejak dini dan mencari jalan keluar yaitu berupa tindakan yang tepat terhadap
masalah perkembangan motorik anak usia dini. Perkembangan motorik anak menjadi
perhatian pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan dan
pembelajaran anak di sekolah, dan menjadi perhatian orang tua selaku orang yang
bertanggung jawab terhadap pembelajaran anak di rumah, bukan hanya aspek
perkembangan motorik saja tetapi juga aspek perkembangan yang lain.

11
B. Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 5-8 Tahun.

Metode pembelajaran PAUD adalah metode yang digunakan oleh pendidik


untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak memperoleh
keterampilan tertentu. Metode pembelajaran dirancang dalam bentuk kegiatan bermain
yang bermakna dan menyenangkan bagi anak. Tujuan metode ini adalah untuk
memperoleh informasi tentang tumbuh kembang yang telah dicapainya selama
mengikuti pelatihan di PAUD. Selain itu, metode ini juga menggunakan informasi yang
diperoleh sebagai umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran dan meningkatkan pelayanan kepada anak agar sikap, pengetahuan dan
keterampilan berkembang secara optimal. Secara umum metode pembelajaran yang
diterapkan di PAUD terbagi menjadi 5 yaitu melalui permainan, cerita, musik,
karyawisata dan demonstrasi. Berikut penjelasannya:

1. Metode pembelajaran PAUD melalui bermain

Metode bermain merupakan metode pembelajaran anak usia dini yang


menerapkan permainan tertentu sebagai wahana belajar siswa.Teknik ini
didasarkan pada penelitian bibliografi dan pengamatan cepat di lapangan yang
terbukti paling efektif dan efisien dibandingkan dengan metode lain.
Kemampuan anak-anak untuk belajar mengingat menjadi cepat dan berlimpah, dan
anak-anak tidak bosan. Setidaknya ada 4 manfaat nyata dari metode bermain ini,
antara lain:

a. Manfaat afeksi adalah manfaat mainan dalam kaitannya dengan perkembangan


psikologis anak
b.Manfaat kognitif adalah manfaat mainan bagi perkembangan kecerdasan anak,
secara umum hal ini bergantung pada imajinasi Anak Bersama
c. Kegunaan Spiritual adalah kegunaan mainan, yang menjadi dasar pembentukan
nilai-nilai kesucian dan keluhuran akhlak manusia
d.Kegunaan keseimbangan adalah sejenis mainan untuk tumbuh kembang anak ,
saat melatih mainan dan mengembangkan kombinasi nilai mainan positif dan
negatif

12
2. Metode pembelajaran PAUD melalui cerita
Metode cerita adalah metode pembelajaran anak usia dini yang
menggunakan teknik guru bercerita tentang legenda, dongeng, mitos, atau cerita
yang di dalamnya disisipkan pesan moral atau intelektual tertentu. Atau dongeng
yang dituturkan oleh guru. Berdasarkan cerita ini, alam bawah sadar anak akan
memicu pemikiran konstruktif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
pesan moral atau intelektual yang diajarkan.

3. Metode pembelajaran PAUD melalui music


Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran anak usia dini yang
menggunakan nyanyian sebagai wahana belajar anak.
Menurut Rahmat Soedargo, musisi dan pendidik, dasar musik klasik umumnya
terletak pada irama denyut nadi manusia, oleh karena itu memainkan peran penting
dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter bahkan tubuh manusia.
Musik klasik dengan komposisi nada yang berfluktuasi antara nada tinggi dan
rendah juga terbukti dapat merangsang kuadran C otak. Faktanya, pada usia 4 tahun,
kuadran B dan C otak anak-anak terus berkembang hingga 80 persen dengan musik.
Hal ini dapat terjadi karena musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat yang dapat
mempengaruhi tubuh, ritme yang dapat mempengaruhi jiwa, dan harmoni yang
dapat mempengaruhi ruh.

4. Metode pembelajaran PAUD melalui karyawisata


Bagi anak-anak, tamasya berarti kesempatan untuk memperoleh informasi
secara langsung atau untuk mempelajari sesuatu. Kunjungan lapangan berarti
bahwa anak-anak dipandu ke objek tertentu untuk memungkinkan pengalaman
belajar yang tidak mungkin dilakukan di kelas. Welton dan Malloton dalam buku
Moeslichatoen juga mengatakan bahwa karyawisata dapat memberikan kesempatan
kepada anak-anak untuk mengamati alam dan melihatnya dari dekat. Wisata sangat
penting untuk perkembangan anak, karena dapat membangkitkan minat mereka
pada sesuatu, memperluas perolehan informasi dan juga memperkaya ruang lingkup
kesempatan belajar anak yang tidak dapat disajikan di kelas.

5. Metode pembelajaran PAUD melalui demonstrasi


Mendemonstrasikan berarti menunjukkan dan menjelaskan. Oleh karena itu,
dalam demonstrasi, tugas guru adalah menunjukkan dan menjelaskan bagaimana
sesuatu harus dilakukan. Melalui demonstrasi diharapkan anak mengetahui

13
langkah-langkah pelaksanaannya. Demonstrasi memiliki arti penting bagi anak,
yaitu:

a. Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan


b. Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara cermat dan teliti
c. Membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala pekerjaan
secara cermat dan tepat
d. Membantu mengembangkan peniruan dan pengenalan secara tepat

Ketika mereka masih kecil, anak-anak suka bermain. Karena dunia anak-anak
adalah bermain. Dalam bermain, anak mengekspresikan minat dan kemampuannya,
baik secara afektif, kognitif maupun motorik. Sambil bermain, anak-anak dapat
mengasah imajinasinya agar kelak menjadi pribadi yang kreatif. Oleh karena itu, anak
perlu didorong untuk bermain, tetapi pada usia tiga tahun, anak mengalami
perkembangan otak di mana memori anak menyimpan banyak catatan dari setiap
pengalaman pribadi di masa kanak-kanak.Pada usia ini, anak sudah dapat memperoleh
pemahaman dan pengetahuan. Metode penyampaian materi pemahaman dan
pengetahuan harus menyenangkan agar anak menikmati proses belajar sekaligus proses
belajar dan pada akhirnya terus belajar sepanjang hayatnya.
orang tua harus menghidupi anak-anak mereka. Di tengah padatnya jadwal tersebut,
para orang tua terutama para ibu harus menemani atau menemani anaknya bermain
minimal 12 jam sehari. Dalam arti bermain bersama anak, bukan sekedar menemani
mereka bermain saat orang tuanya sibuk dengan pekerjaan lain atau dengan HP atau
televisi. Orang tua perlu benar-benar membenamkan diri dalam dunia anak sambil
memahami pikiran anak.berikut ini 8 contoh bermain bermakna bersama anak:

1.Bermain peran dengan anak Bermain peran dengan atau tanpa media permainan.
Contoh role playing game, misalnya: bermain memasak, anak berperan sebagai juru
masak dan orang tua berperan sebagai pembeli makanan. Atau di dalam mobil,
anak-anak bermain sebagai sopir dan orang tua sebagai polisi, atau di dokter, anak
bermain sebagai dokter dan ayah pasien.Manfaat bermain peran adalah dapat
merangsang imajinasi anak. Imajinasi penting bagi anak untuk berkreasi, baik
dalam berpikir maupun dalam bertindak.

14
2.Bermain dengan benda-benda yang diatur. Misalnya teka-teki, Lego, bermain balok
kayu, menempatkan gelas plastik dan lain-lain. Saat merakit benda, orang tua harus
memberi contoh dan kemudian membiarkan anak mengeksplorasi sendiri apa yang
mereka lihat dan pahami. Jika pengaturannya salah atau anak mengatur dirinya
sesuka hati, orang tua perlu terus memotivasi daripada mengatakan pekerjaan itu
salah sehingga anak dapat secara afektif mencoba percaya diri.Anak-anak dilatih
secara kognitif untuk menganalisis dan menguji sesuatu.
3.Bermain dengan gambar Misalnya, bermain dengan kartu bergambar, gambar
berwarna, menggambar/melukis, bermain dengan buku kegiatan, dll. Bermain
afektif dengan gambar mendorong anak untuk tertarik dan termotivasi untuk
belajar. Dengan bermain dengan gambar, pemahaman dan pengetahuan dapat
diperkenalkan, mis. B. Mengenal warna, mengenal nama benda, mengenal nama
dalam keluarga, dll, tergantung subjek gambar.
4.Bermain dengan kertas Misalnya melipat, menjiplak, memotong, merekatkan atau
menggulung kertas antara lain. Dalam kegiatan ini, anak-anak dilatih keterampilan
motorik halusnya. Selain itu, anak-anak dilatih dalam kreativitas. Anak-anak
dirangsang secara kognitif untuk menganalisis dan menguji.Saat bermain dengan
kertas, orang tua harus memperhatikan, terutama saat menggunakan benda tajam
atau benda yang dapat membahayakan anak, seperti penggunaan gunting dan lem,
agar huruf dan angka juga dapat diperkenalkan di sini.
5.Gunakan benda bergerak. Misalnya bermain dengan mobil, atasan, bola, dll.
Bermain dengan benda bergerak memiliki keuntungan yaitu dapat melatih motorik
anak. Misalnya, ketika bermain mobil, orang tua mengetik kata-kata dan maju, maju
dan mundur, kanan dan kiri.
6.Permainan sederhana Misalnya lempar bola, sepak bola, bowling, kelereng, bulu
tangkis dan lain-lain. Permainan sederhana dapat melatih motorik kasar dan halus
anak. Dalam permainan ini, orang tua dapat melatih keterampilan dan ketangkasan
anak-anaknya. Dalam permainan sederhana terdapat aturan-aturan sederhana yang
dapat digunakan untuk melatih anak berinteraksi, bersosialisasi, dan bekerjasama
secara afektif.Orang tua dapat mengenalkan aturan kalah menang dalam permainan
untuk mengembangkan sportivitas anak.Ada kalanya anak akan diposisikan sebagai
pemenang sekaligus pecundang sehingga anak termotivasi untuk mencoba.
7.Permainan mengutamakan keterampilan motorik kasar, misalnya Lompat tali,
Engklek / Sunda manda, meniru gerakan binatang, menebak gerakan, dll. Selain
15
melatih motorik kasar, permainan ini dapat melatih daya imajinasi dan kreativitas
anak. Orang tua dapat mendampingi anak bermain motorik kasar sambil
mengenalkan pengetahuan tertentu sesuai tema permainan.
8.Berimprovisasi dengan alat baru. Misalnya, bermain mobil mainan yang terbuat
dari kulit jeruk bali, bermain boneka kertas, bermain bola dengan gulungan kertas,
bermain drum dengan kaleng, bermain daun, memasang jepitan di pesawat terbang
dan masih banyak lagi. Mengajak Anak ke Taman Kanak-kanak Anak melakukan
hal-hal sederhana Disini diperlukan kreativitas orang tua untuk membimbing anak
agar anak menggunakan benda yang tidak berbahaya dan tidak merusak benda yang
masih bisa digunakan. Kegiatan ini dapat merangsang imajinasi dan kreativitas
anak. Anda juga dapat mengajari anak-anak untuk mencoba sesuatu dan berpikir
untuk memecahkan masalah.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Fisik motorik merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan anak
usia dini, bahkan dikatakan sebagai tolak ukur pertama dalam melihat tumbuh kembang yang
baik pada anak usia dini. Fisik motorik bisa berkembang dengan baik jika pendidik maupun
orang tua selaku yang berperan dalam pendidikan anak memberikan kesempatan anak untuk
berlatih, memberikan asupan yang tepat dan memfasilitasi dengan media yang bisa
mempengaruhi perkembangan fisik motorik anak usia dini. Pemberian rangsangan untuk
perkembangan fisik motorik harus dilakukan secara terus menerus, artinya tidak berhenti
pada satu rangsangan saja, karena perkembangan fisik motorik bukan hanya melibatkan satu
macam gerakan saja dan langsung bisa dikuasai dalam satu kali pemberian stimulasi, akan
tetapi banyak jenis unsur gerakan yang harus dikuasai oleh anak dalam perkembangan
motoriknya.

SARAN

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan. Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan makalah
ini. Dengan kerendahan hati penulis mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran dan pandangan dari
berbagai pihak menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

Rohyana Fitriani.(2018). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age
Hamzanwadi University Vol. 3 No. 1, Hal. 25-34

Fadlillah. (2014). Desain Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Heri Rahyubi. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa
Media.

17
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Ismatul Khasanah, Agung Prasetyo, & Ellya Rakhmawati. (2011). Permainan Tradisional
Sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian PAUDIA.
Volume 1. No. 1.

Novan A.W. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

Papalia, D.E. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J.W. (2011). Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.

Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat
Publishing.

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/edukasi/read/2020/12/28/05020097
1/8-contoh-bermain-bermakna-bersama-anak-di-rumah

18

Anda mungkin juga menyukai