LP Gerontik
LP Gerontik
KEPERAWATAN GERONTIK
OLEH:
HASMIATI
R014191038
PRESEPTOR INSTITUSI
‘FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. Definisi
Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit
pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik
adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada
pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu dan kiat atau teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan
kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat
menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lansia secara
komprehensif.
Respon lanjut usia terhadap proses penuaan berbeda-beda sesuai dengan latar
belakang social budaya dimana lanjut usia tersebut berada, sehingga fenomena yang
menjadi bidang garapan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia sebagai akibat
proses penuaan.
D. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI dalam Maryam (2008), klasifikasi lansia, yaitu:
a. Pralansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia, yaitu orang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi, yaitu seseorang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Batasan-batasan lansia menurut World Health Organizatio (WHO) dalam
Nugroho (2008), mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (erderly), kelompok antara usia 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old), kelompok antara usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun.
E. Teori-Teori Penuaan
Donion (dikutip dalam Stanley, 2007) menyatakan bahwa teori-teori yang
menjelaskan tentang terjadinya penuaan secara umum dibagi menjadi 2 (dua) bagian
umum, yaitu : teori biologi dan psikososial.
1. Teori Biologi
Teori biologi menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan
struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan dalam tubuh terutama
perubahan secara molekuler dan seluler dalam sistem organ utama, kemampuan untuk
berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori biologi terdiri atas : teori
genetika, teori wear and tear, riwayat lingkungan, teori imunitas, dan teori
neuroendokrin.
a. Teori Genetika
Penuaan merupakan suatu proses perubahan struktur sel dan jaringan yang secara
tidak sadar diwariskan dari waktu ke waktu. Teori genetika terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori
glikogen.
b. Teori wear and tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) menjelaskan bahwa penumpukan sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA sehingga mengakibatkan
terjadinya kesalahan tingkat seluler dan akhirnya organ tubuh tidak berfungsi
dengan baik.
c. Riwayat Lingkungan
Dalam teori ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan, antara lain zat
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma, dan infeksi. Faktor-faktor
tersebut tidak menjadi faktor utama dalam penuaan tetapi merupakan faktor yang
mempercepat penuaan.
d. Teori Imunitas
Teori ini menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan sistem imun
seseorang. Seiring bertambahnya usia maka fungsi endokrin juga menurun
sehingga sering muncul penyakit autoimun seperti arthritis rheumatoid dan alergi
terhadap makanan dan faktor lingkungan lainnya.
e. Teori Neuroendokrin
Teori ini menitikberatkan pada kelainan sekresi hormon yang dipengaruhi oleh
sistem saraf. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi
terhadap perintah. Hal ini diinterpretasikan dengan adanya tindakan melawan,
ketulian dan kurangnya pengetahuan.
2. Teori Psikososial
Dalam teori ini terdapat beberapa teori antara lain : teori kepribadian, teori tugas
perkembangan, teori disengagement, teori aktivitas, dan teori kontinuitas.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah aspek yang berkembang pesat pada tahun akhir
perkembangannya. Penuaan juga berpengaruh pada kepribadian lansia tersebut.
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang sebagai tahap-tahap spesifik dalam kehidupannya. Pencapaian dan
kepuasan yang pernah dicapai akan mempengaruhi perasaan lansia.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (pemutusan hubungan) menjelaskan bahwa lansi akan
mengalami suatu tahapan menarik diri dari kegiatan bermasyarakat dan tanggung
jawabnya. Lansia akan merasa bahagia apabila perannya dalam masyarakat telah
berkurang dan tanggung jawabnya sudah dilanjutkan oleh generasi muda.
d. Teori Aktivitas
Teori ini merupakan teori lawan dari teori disengagement, menurut teori ini untuk
menuju lansia yang sukses diperlukan aktivitas yang terus berlanjut. Selain itu,
aktivitas juga sangat penting untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal sebagai teori perkembangan. Teori ini menjelaskan tentang
dampak dari kepribadian pada kebutuhan untuk tetap melakukan aktivitas atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dimasa tua.
F. Tipe-Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam, 2008). Tipe
tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh
tak acuh.
2. Perubahan Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan konsep diri
j. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena
faktor lain seperti penyakit-penyakit
k. Kenangan (memory) ada dua
1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu,
mencakup beberapa perubahan
2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
l. Intelegentia Quation
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
2) Berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro
waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970). Seorang
lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari perubahan-perubahan emosi yang
ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak seperti anak kecil kembali. Mereka
terkadang menuntut perhatian berlebih dan meminta sesuatu yang membingungkan.
Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang mereka alami serta
kesadaran akan banyak hal yang hilang dan tak bisa melakukan banyak kegiatan
seperti ketika mereka muda dulu. Gejala depresi cukup kerap terjadi pada mereka
yang berusia lanjut.
Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini sebagai suatu
kewajaran. Para manula seolah ditekankan bahwa mereka memang memiliki sebuah
penyakit yang tak bisa disembuhkan, yakni gejala depresi itu sendiri. Untuk tingkat
ekstrem, keinginan untuk bunuh diri bahkan bisa tebersit di benak mereka.
4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yangterisolasi/diisolasi atau menarik diri dari
kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
Aspek Fisik
Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
o Head to tea
o Sistem tubuh
Aspek Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
Aspek Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
Aspek Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
Aspek Psikossosial
a. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
b. Fokus-fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. Diagnosa Keperawatan Gerontik
3. Perencanaan
a. Tujuan perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan
kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain
b. Tujuan tindakan keperawatan
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
Pemenuhan kebutuhan keselamatan
Peningkatan keamanan dan keselamatan
Memelihara kebersihan diri
Memelihara keseimbangan istirahat tidur
Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
4. Implementasi
a. Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif
juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien,
tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif
menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di lakukan untuk membantu organ-
organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang
optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang
sehat tentang perilaku hidup mereka.Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia
adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat
pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi
terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan pengunaan sistem
keamanan kerja.
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk
mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi di
rumah, meningkatkan pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya,
serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
4) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan
untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
b. Pencegahan (Preventif)
Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis
pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti
merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat.
2) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengindap faktor risiko.
3) Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol
hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan rektal,
papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
4) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit
dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan
dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan
perawatan jangka panjang.
c. Diagnosis dini dan Pengobatan
1) Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan
petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes dini, skrining
kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan
Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta penandatangan kontrak kesehatan.
2) Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi
meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan,
urogenital, hormonal, saraf dan integumen
DAFTAR PUSTAKA