Anda di halaman 1dari 11

Nama : Livia Arya Kinanti

NIM : 1901040074
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : 5B

TUGAS INDIVIDU
BENTUK-BENTUK KAJIAN BAHASA

1. Fonetik, yaitu bunyi bahasa yang tidak memperhatikan fungsinya sebagai pembeda
makna atau arti. Berikut sepuluh contoh dari fonetik.
Contoh 1 :
Klinik
Bunyi /k/ pada kata klinik tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata dan
bunyi /k/ pada akhir kata meskipun jika diucapkan bunyinya berbeda, namun
apabila /k/ pada awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan
mengubah maknanya.
Contoh 2 :
Kocak
Bunyi /k/ pada kata kocak tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata
dan bunyi /k/ pada akhir kata meskipun jika diucapkan bunyinya berbeda, namun
apabila /k/ pada awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan
mengubah maknanya.
Contoh 3 :
Takut
Bunyi /t/ pada kata takut tidak membedakan arti, karena bunyi /t/ pada awal kata dan
bunyi /t/ pada akhir kata meskipun jika diucapkan bunyinya berbeda, namun apabila
/t/ pada awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan
mengubah maknanya.
Contoh 4 :
Kapuk
Bunyi /k/ pada kata kapuk tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata
dan bunyi /k/ pada akhir kata meskipun bunyinya berbeda, namun apabila /k/ pada
awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan mengubah
maknanya.
Contoh 5 :
Kakak
Bunyi /k/ pada kata kakak tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata
dan bunyi /k/ pada akhir kata meskipun bunyinya berbeda, namun apabila /k/ pada
awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan mengubah
maknanya.
Contoh 6 :
Klasik
Bunyi /k/ pada kata klasik tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata
dan bun`yi /k/ pada akhir kata meskipun bunyinya berbeda, namun apabila /k/ pada
awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan mengubah
maknanya.
Contoh 7 :
Kolak
Bunyi /k/ pada kata kolak tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata dan
bunyi /k/ pada akhir kata meskipun bunyinya berbeda, namun apabila /k/ pada awal
kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan mengubah
maknanya.
Contoh 8 :
Katak
Bunyi /k/ pada kata katak tidak membedakan arti, karena bunyi /k/ pada awal kata dan
bunyi /k/ pada akhir kata meskipun jika diucapkan bunyinya berbeda, namun
apabila /k/ pada awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan
mengubah maknanya.
Contoh 9 :
Tamat
Bunyi /t/ pada kata tamat tidak membedakan arti, karena bunyi /t/ pada awal kata dan
bunyi /t/ pada akhir kata meskipun jika diucapkan bunyinya berbeda namun apabila /t/
pada awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan mengubah
maknanya.
Contoh 10 :
Terbit
Bunyi /t/ pada kata terbit tidak membedakan arti, karena bunyi /t/ pada awal kata dan
bunyi /t/ pada akhir kata meskipun jika diucapkan bunyinya berbeda, namun apabila
/t/ pada awal kata dan akhir pada kata tersebut dipertukarkan maka tidak akan
mengubah maknanya.
2. Fonemik, yaitu bunyi bahasa yang memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna
atau arti. Berikut sepuluh contoh dari fonemik.
Contoh 1 :
kamar– samar
Pada kedua kata tersebut, bunyi /k/ pada kata kamar dan bunyi /s/ pada kata samar
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Kamar memilki arti ruang
yang bersekat (tertutup) dinding, sedangkan kata samar memiliki arti kurang jelas atau
kabur.
Contoh 2 :
kasar–pasar
Pada kedua kata tersebut, bunyi /k/ pada kata kasar dan bunyi /p/ pada kata pasar
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Kasar memiliki arti tidak
halus, sedangkan pasar merupakan tempat orang berjual beli.
Contoh 3 :
masuk–rasuk
Pada kedua kata tersebut, bunyi /m/ pada kata masuk dan bunyi /r/ pada kata rasuk
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Masuk memiliki arti
datang (pergi) ke dalam, sedangkan kata rasuk artinya balok palang yang dipasang di
antara tiang rumah, atau arti lain dari merasuk.
Contoh 4 :
kucing–kuning
Pada kedua kata tersebut, bunyi /c/ pada kata kucing dan bunyi /n/ pada kata kuning
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Kucing merupakan
binatang mamalia, sedangkan kuning merupakan warna.
Contoh 5 :
cinta–minta
Pada kedua kata tersebut, bunyi /c/ pada kata cinta dan bunyi /m/ pada kata minta
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Cinta memiliki arti kasih
saying, sedangkan minta berarti memohon sesuatu.
Contoh 6 :
hati–mati
Pada kedua kata tersebut, bunyi /h/ pada kata hati dan bunyi /m/ pada kata mati dapat
menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Hati merupakan organ badan,
sifat batin manusia, sedangkan mati artinya sudah tidak bernyawa.
Contoh 7 :
cerah–gerah
Pada kedua kata tersebut, bunyi /c/ pada kata cerah dan bunyi /g/ pada kata gerah
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Cerah berarti terang,
sedangkan gerah artinya berasa panas badan.
Contoh 8 :
jangan–tangan
Pada kedua kata tersebut, bunyi /j/ pada kata jangan dan bunyi /t/ pada kata tangan
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Kata jangan memiliki arti
kata melarang, sedangkan tangan artinya anggota badan dari siku sampai jari.
Contoh 9 :
iman–imam
Pada kedua kata tersebut, bunyi /n/ pada kata iman dan bunyi /m/ pada kata imam
dapat menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Iman artinya kepercayaan,
sedangkan imam artinya pemimpin.
Contoh 10 :
palu–paku
Pada kedua kata tersebut, bunyi /l/ pada kata palu dan bunyi /k/ pada kata paku dapat
menghasilkan kata yang memiliki arti yang berbeda. Palu berarti alat untuk memukul,
sedangkan paku artinya benda yang terbuat dari logam yang memiliki ujung yang
runcing.
3. Morfem Bebas yaitu morfem yang dapat muncul dalam penuturan tanpa adanya
morfem lain. Berikut sepuluh contoh dari Morfem Bebas.
Contoh :
Hebat, Minum, Pergi, Jatuh, Ibu, Kita, Sedih, Senang, Duduk, Kota.
Kesepuluh contoh kata tersebut, merupakan morfem bebas karena kata-kata tersebut
dapat diucapkan dan dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan kehadiran morfem lain.
4. Morfem Terikat yaitu morfem yang apabila tidak dirangkai dengan morfem lain,
maka tidak dapat muncul dalam penuturan. Singkatnya, morfem yang terikat dengan
morfem lain. Berikut sepuluh contoh dari Morfem Terikat.
Contoh 1 :
Mobil itu berhenti tiba-tiba.
Pada kalimat tersebut, “henti” merupakan morfem terikat. Hal ini karena ia tidak
dapat berdiri sendiri, melainkan ia terikat dengan morfen ber-.
Contoh 2 :
Rumahnya berjarak cukup dekat
Pada kalimat di atas, “jarak” merupakan morfem terikat. Hal ini karena ia tidak dapat
berdiri sendiri, melainkan ia terikat dengan morfen ber-.
Contoh 3 :
Jangan lupa berjemur di pagi hari
“berjemur” merupakan morfem terikat, karena ia tidak dapat berdiri sendiri melainkan
harus terikat dengan morfem ber-.
Contoh 4 :
Ibu sedang berjualan di pasar
“jual” pada kalimat di atas merupakan morfem terikat karena ia terikat dengan
morfem ber-an.
Contoh 5 :
Ayah mengambil dompet di sakunya
“ambil” pada kalimat di atas merupakan morfem terikat, karena ia terikat dengan
morfem meN-.
Contoh 6 :
Sinta menyapu lantai rumah.
“sapu” pada kata menyapu merupakan morfem terikat karena tidak dapat berdiri
sendiri, melainkan terikat dengan morfem meN-.
Contoh 7 :
Deni bermain layang-layang
“main” pada kalimat di atas merupakan morfem terikat karena ia terikat dengan
morfem ber-.
Contoh 8 :
Vas bunga itu terjatuh ke lantai
“jatuh” pada kalimat di atas merupakan morfem terikat karena ia terikat dengan
morfem ter-.
Contoh 9 :
Tasya sudah berani beraksi
“aksi” pada kalimat di atas merupakan morfem terikat karena ia terikat dengan
morfem ber-.
Contoh 10 :
Dia adalah artis terkenal itu
“kenal” pada kalimat di atas merupakan morfem terikat karena ia terikat dengan
morfem ter-.
5. Morfem Pembentuk Kata Benda yaitu morfem-morfem yang apabila digabungkan
dapat membentuk sebuah kata benda. Berikut sepuluh contoh dari Morfem
Pembentuk Kata Benda.
Contoh 1 :
Main (KK) + Pe-N = Pemain (KB)
“Main” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pemain.
Contoh 2 :
Lukis (KK) + Pe-N = Pelukis (KB)
“Lukis” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pelukis.
Contoh 3 :
Kerja (KK) + Pe-N = Pekerja (KB)
“Kerja” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pekerja.
Contoh 4 :
Dagang (KK) + Pe-N = Pedagang (KB)
“Dagang” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pedagang.
Contoh 5 :
Jabat (KK) + Pe-N = Pejabat (KB)
“Jabat” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pejabat.
Contoh 6 :
Juang (KK) + Pe-N = Pejuang (KB)
“Juang” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pejuang.
Contoh 7 :
Ajar (KK) + Pe-N = Pelajar (KB)
“Ajar” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka akan
berubah menjadi kata benda, yaitu pelajar.
Contoh 8 :
Langgar (KK) + Pe-N = Pelanggar (KB)
“Langgar” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pelanggar.
Contoh 9 :
Lempar (KK) + Pe-N = Pelempar (KB)
“Lempar” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pelempar.
Contoh 10 :
Pakai (KK) + Pe-N = Pemakai (KB)
“Pakai” merupakan kata kerja yang apabila ditambah dengan imbuhan Pe-N maka
akan berubah menjadi kata benda, yaitu pemakai.
6. Morfem Pembentuk Kata Kerja, yaitu morfem-morfem yang apabila digabungkan
akan membentuk sebuah kata kerja. Berikut sepuluh contoh Morfem Pembentuk Kata
Kerja.
Contoh 1 :
Ekspor (KB) + Me-N = Mengekspor (KK)
“Ekspor” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu mengekspor.
Contoh 2 :
Pojok (KB) + Me-N = Memojok (KK)
“Pojok” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memojok.
Contoh 3 :
Poles (KB) + Me-N = Memoles (KK)
“Poles” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memoles.
Contoh 4 :
Pompa (KB) + Me-N = Memompa (KK)
“Pompa” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memompa.
Contoh 5 :
Potret (KB) + Me-N = Memotret (KK)
“Potret” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memotret.
Contoh 6 :
Pudar (KS) + Me-N = Memudar (KK)
“Pudar” merupakan kata sifat yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memudar.
Contoh 7 :
Puji (KB) + Me-N = Memuji (KK)
“Puji” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memuji.
Contoh 8 :
Pupuk (KB) + Me-N = Memupuk (KK)
“Pupuk” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu memupuk.
Contoh 9 :
Tali (KB) + Me-N = Menali (KK)
“Tali” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu menali.
Contoh 10 :
Katup (KB) + Me-N = Mengatup (KK)
“Katup” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan Me-N maka
akan berubah menjadi kata kerja, yaitu mengatup.
7. Morfem Pembentuk Kata Sifat, yaitu morfem-morfem yang apabila digabungkan akan
membentuk sebuah kata sifat. Berikut sepuluh contoh dari Morfem Pembentuk Kata
Sifat.
Contoh 1 :
Bawah (KB) + Ter = Terbawah (KS)
“Bawah” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu terbawah.
Contoh 2 :
Wujud (KB) + Ber = Berwujud (KS)
“Wujud” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ber- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu berwujud.
Contoh 3 :
Mutu (KB) + Ber = Bermutu (KS)
“Mutu” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ber- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu bermutu.
Contoh 4 :
Limpah (KK) + Ber = Berlimpah (KS)
“Limpah” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ber- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu berlimpah.
Contoh 5 :
Percaya (KK) + Ter = Tepercaya (KS)
“Percaya” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu tepercaya.
Contoh 6 :
Ahli (KB) + Ter = Terahli (KS)
“Ahli” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka akan
berubah menjadi kata sifat, yaitu terahli.
Contoh 7 :
Favorit (KB) + Ter = Terfavorit (KS)
“Favorit” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu terfavorit.
Contoh 8 :
Akhir (KB) + Ter = Terakhir (KS)
“Akhir” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu terakhir.
Contoh 9 :
Infeksi (KB) + Ter = Terinfeksi (KS)
“Infeksi” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu terinfeksi.
Contoh 10 :
Isolasi (KK) + Ter = Terisolasi (KS)
“Isolasi” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan imbuhan ter- maka
akan berubah menjadi kata sifat, yaitu terisolasi.
8. Morfem Pembentuk Frasa Depan, yaitu morfem-morfem yang apabila digabungkan
akan membentuk sebuah frasa depan. Berikut sepuluh contoh dari Morfem
Pembentuk Frasa Depan.
Contoh 1 :
Sekolah (KB) + di = di sekolah
“Sekolah” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di sekolah.
Contoh 2 :
Papua (KB) + ke = ke Papua
“Papua” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan ke, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu ke Papua.
Contoh 3 :
Belakang (KB) + di = di belakang
“Belakang” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di belakang.
Contoh 4 :
Atas (KB) + di = di atas
“Atas” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di atas.
Contoh 5 :
Halaman (KB) + di = di halaman
“Halaman” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di halaman.
Contoh 6 :
Bogor (KB) + dari = dari Bogor
“Bogor” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan dari, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu dari Bogor.
Contoh 7 :
Samping (KB) + di = di samping
“Samping” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di samping.
Contoh 8 :
Tangga (KB) + di = di tangga
“Tangga” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di tangga.
Contoh 9 :
Warung (KB) + ke = ke warung
“Warung” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan ke, maka
akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu ke Warung.
Contoh 10 :
Perpustakaan (KB) + di = di perpustakaan
“Perpustakan” merupakan kata benda yang apabila ditambah dengan kata depan di,
maka akan membentuk menjadi frasa depan, yaitu di Perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai