Anda di halaman 1dari 14

FIKRAH NAHDLIYAH DAN

MANHAJUL FIKR ASWAJA


Fikrah Nahdliyah
• Fikrah Nahdliyah adalah kerangka berpikir
yang didasarkan pada ajaran Ahlussunnah
wal Jama’ah yang dijadikan landasan
berpikir Nahdlatul Ulama (khiththah
nahdliyah) untuk menentukan arah
perjuangan dalam rangka islah al-ummah
(perbaikan umat).
(KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ULAMA. NOMOR: 02/Munas/
VII/2006)
Manhajul Fikr (Metode Berpikir)
• Dalam merespon persoalan, baik yang berkenaan
dengan persoalan keagamaan maupun
kemasyarakatan, Nahdlatul Ulama memiliki
manhaj Ahli sunnah wal Jama’ah sebagai berikut:
1. Dalam bidang Aqidah/teologi, Nahdlatul Ulama
mengikuti manhaj dan pemikiran Abu Hasan Al-
Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.
2. Dalam Bidang Fiqih/Hukum Islam, Nahdlatul
Ulama bermazhab secaraqaul i dan manhaji
kepada salah satu Al-Madzahib Al-‘Arba’ah
(Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali)
3. Dalam bidang Tasawuf, Nahdlatul Ulama
mengikuti Imam al Junaid al Baghdadi (w.297H.)
dan Abu Hamid al Ghazali (450-505 H./1058-1111
M.).
Khashaish (Karakteristik) Aswaja
1. Fikrah tawassuthiyyah (pola pikir moderat),
artinya Nahdlatul Ulama senantiasa
bersikap tawazun (seimbang) dan i’tidal
(moderat) dalam menyikapi berbagai
persoalan.
2.Fikrah tasamuhiyah (pola pikir toleran),
artinya Nahdlatul Ulama dapat hidup
berdampingan secara damai dengan pihak
lain walaupun aqidah, cara pikir, dan
budayanya berbeda.
3. Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif),
artinya Nahdlatul Ulama senantiasa
mengupayakan perbaikan menuju ke arah
yang lebih baik (al-ishlah ila ma huwa al-
ashlah).
4. Fikrah Tathowwuriyah (pola pikir dinamis),
artinya Nahdlatul Ulama senantiasa
melakukan kontekstualisasi dalam merespon
berbagai persoalan.
5. Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis),
artinya Nahdlatul Ulama senantiasa
menggunakan kerangka berpikir yang
mengacu kepada manhaj yang telah
ditetapkan oleh Nahdlatul Ulama.
Karakter Tawassuth dan I’tidal
Tawassuth adalah sikap tengah-tengah, tidak ekstrim kiri ataupun
ekstrim kanan. Disarikan dari firman Allah SWT:
ً‫ْﻴ‬
‫ﺪﺍ‬ ُ
‫ْﻢَﺷ‬
‫ِﻬ‬ ‫ُﻝَﻋﻠ‬
َ
‫ْﻴﻜ‬ ‫ْﻮ‬
‫ُﺳ‬
‫ُﻥ ﺍﻟﺮ‬ُ
‫ْﻮ‬
‫َﻳﻜ‬ ِ ‫َﻰ‬
‫ﺍﻟﻨﺎﺱَﻭ‬ ‫ﺍﺀَﻋﻠ‬
َ‫َﺪ‬ ‫ُﻧ‬
‫ْﻮﺍُﺷ‬
‫َﻬ‬ ُ
‫ْﻮ‬
‫َﺘﻜ‬
‫ِﻟ‬
‫ًﻄﺎ‬
‫َﺳ‬ ‫ُﺍﻣ‬
‫ًﺔَﻭ‬ ُ
‫ْﻢ‬ ‫ْﻠﻨ‬
‫َﺎﻛ‬ ‫َﻌ‬
‫َﻚَﺟ‬‫َﺬ‬
‫ِﻟ‬َ
‫َﻭﻛ‬
“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan
pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia
umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan
perbuatan) kamu sekalian.”
(QS. al-Baqarah: 143)

I’tidal (tegak lurus). Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman:

‫َﺍ‬
‫ْﻥ‬‫َﻰ‬‫ٍﻡَﻋﻠ‬ ‫َﺂﻥَﻗ‬
‫ْﻮ‬ ُ
ُ‫ْﻢَﺷﻨ‬‫َﻣﻨﻜ‬‫ِﺮ‬
‫ْﺠ‬ َ
‫َﻳ‬
‫َﻭﻻ‬،‫ِﻂ‬
‫ْﺴ‬ ‫ْﺎﻟ‬
‫ِﻘ‬ ‫ِﺑ‬‫ﺍﺀ‬
َ‫َﺪ‬‫َﻦُِﺷ‬
‫َﻬ‬ ‫ْﻴ‬ِ‫ْﻮﺍَﻗﻮ‬
‫ﺍﻣ‬ ‫ُﻧ‬
‫ْﻮ‬ُ
‫ُﻮﺍ ﻛ‬
‫ﺁﻣﻨ‬
َ‫َﻦ‬ ‫ْﻳ‬
‫ِﺬ‬ ‫َﺂﺍﻳ‬
‫َﻬﺎ ﺍﻟ‬ ‫َﻳ‬
‫َﻥ‬
‫ْﻮ‬ُ
‫َﻤﻠ‬‫َﺗ‬
‫ْﻌ‬‫َﻤﺎ‬
‫ِﺑ‬
‫ُﺮ‬
‫ْﻴ‬ ‫ْﻮﺍ ﺍَِﺍﻥ ﺍََﺧ‬
‫ِﺒ‬ ‫ُﻘ‬ ‫ْﻘ‬
‫َﻮﻯَﻭﺍﺗ‬‫ِﻟﻠﺘ‬
‫ُﺏ‬‫َﺮ‬َ
‫ْﻗ‬ ‫ْﻮﺍُﻫ‬
‫َﻮ ﺍ‬ ُ
‫ِﺪﻟ‬
‫ْﻋ‬‫ِﺍ‬ ُ
،‫ْﻮﺍ‬
‫ِﺪﻟ‬‫َﺗ‬
‫ْﻌ‬ َ
‫ﻻ‬
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang
tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil.
Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil.
Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. al-Maidah: 8)
Prinsip dan Karakter Tawassuth
A. Dalam bidang Aqidah
• Keseimbangan antara penggunaan dalil
aqli dengan dalil naqli
• Memurnikan aqidah dari segala
campurtangan luar Islam
• Tidak mudah menjatuhkan vonis musyrik
dan kufur
B. Bidang Syari’ah
• Menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah
sebelum langsung dari al-Qur’an dan as-
Sunnah
• Pada masalah yang sudah ada dalil nash
yang sharih dan sahih tidak boleh ada
campur tangan pendapat akal.
• Pada masalah zhanniah dapat ditoleransi
adanya perbedaan pendapat selama tidak
bertentangan dengan prinsip agama
C. Bidang Tasawuf
• Tidak mencegah, bahakan menganjurkan,
usaha memperdalam penghayatan ajaran
Islam dengan riyadlah dan mujahadah
menurut cara yang tidak bertentangan
dengan prinsip agama
• Mencegah ekstrimisme yang dapat
menjerumuskan orang kepada
penyelewengan aqidah dan syari’ah
D. Bidang Mu’asyarah (Pergaulan antar
golongan)
• Mengakui watak dan tabiat manusia yang
senang berkelompok
• Mu’asyarah harus diusahakan berdasar
saling pengertian dan saling menghormati
• Permusuhan terhadap suatu golongan
hanya boleh dilakukan terhadap golongan
yang secara nyata memusuhi agama dan
umat Islam
E. Bidang Kehidupan Bernegara
• Negara yang didirikan bersama oleh seluruh
rakyat wajib dipelihara dan dipertahankan
eksistensinya.
• Penguasa negara (pemerintah) yang sah
harus ditempatkan pada kedudukan
terhormat dan ditaati, selama tidak
menyimpang atau bertentangan dengan
perintah Allah.
• Bila terjadi kesalahan dari pihak
pemerintah, memperingatkannya melalui
tata cara yang ma’ruf.
F. Bidang Kebudayaan
• Kebudayaan, termasuk di dalamnya adat
istiadat, cara berpakaian, kesenian, dan
sebagainya harus ditempatkan secara wajar
dan dinilai dengan norma agama.
• Kebudayaan yang baik dari manapun
datangnya dapat diterima dan
dikembangkan
• Tidak boleh ada sikap apriori, dalam arti
selalu menerima yang lama dan menolak
yang baru atau sebaliknya.
G. Bidang Da’wah
• Mengajak masyarakat untuk menciptakan
keadaan yang lebih baik.
• Da’wah harus dilakukan dengan sasaran
dan tujuan yang jelas.
• Berdakwah harus dilaksanakan dengan
keterangan yang jelas
•Tasamuh
Coming Soon
•Tawzun
•Amar Ma’ruf Nahi

Mungkar

Anda mungkin juga menyukai