Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI (S2) BAHASA DAN BUDAYA SUNDA

PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UJIAN TENGAH SEMESTER


Tahun Ajaran 2021-2022

Mata Kuliah: : Filsafat Ilmu


Kode Mata Kuliah :
SKS : 2 (dua) sks
Dosen : Prof. Dr.H.Asep Syamsul Bachri, M.Pd
Waktu : Jumat, 22-10-2021
(Take home)

PETUNJUK UMUM :
1. Jawaban UTS ditik Word dan dikirimkan via POS /TIKI/JNE ke alamat
Jl SMP No.18 Desa Batujajar Barat 40561 paling lambat tanggal
28-10- 2021 koordinir oleh KM.
2. Lampirkan Tugas pada tengah semester I .
3. Isi daftar hadir dan Berita Acara Ujian .
4. Jawaban UTS tidak perlu dijilid.

SOAL :
1. Bagaimana keterkaitan antara “Ada” sesuatu dengan ontologi, epistimologi &
aksiologi. Contoh Buku Filsafat Ilmu.
2. Jelaskan kaitan Cianjuran dan Bandungan melalui pendekatan Filsafat Ilmu.
3. Apa bedanya Filsafat Pengetahuan dengan Filsafat Umum ?
4. Dengan menguasai Filsafat Ilmu maka kita lebih kritis tentang bentang pengembangan
pengetahuan. Jelaskan dengan singkat.
JAWABAN :

1. Bagaimana keterkaitan antara “Ada” sesuatu dengan ontologi, epistimologi &


aksiologi. Contoh Buku Filsafat Ilmu.
Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,” yaitu studi tentang yang ada sejauh
ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan
mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh
pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi),
dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).1
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato,
dan Aristoteles. Thales, misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada di
mana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam”
yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya
bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu, melainkan
pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi
belaka.”
Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang
mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-
persoalan berikut: (a) apakah artinya ada, hal yang ada?; (b) apakah golongan-
golongan dari hal yang ada?; (c) apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?; (d)
apakah cara-cara yang berbeda dalam entitas dari kategori-kategori logis yang
berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian unuiversal, abstraksi dan bilangan)
dapat dikatakan ada? Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa
ontologi adalah teori atau studi tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik
dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis
untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk
menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut.2
Pada kajian epistimologi, “ada” sesuatu itu terbagi kedalam beberapa aliran :
a. Rasionalisme: Aliran ini berpendapat semua pengetahuan /sesuatu yang “ada”
adalah bersumber dari akal pikiran atau rasio. Tokohnya antara lain Rene
Descartes (1596-1650), yang membedakan adanya tiga ide, yaitu innate ideas (ide
1
Muhammad Kristiawan, Filsafat pendidikan; The choice is yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016), hal. 141
2
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 49.
bawaan), sejak manusia lahir atau juga dikenal dengan adventitinous ideas, yaitu
ide yang berasal dari luar manusia, dan faktitinousideas, atau ide yang dihasilkan
oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu Spinoza (1632-1677), Leibniz (1666-
1716).
b. Empirisme Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan/ sesuatu yang “ada”
itu diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-
kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri
manusia menjadi pengalaman atau dengan kata laian keber ”ada” an itu ada karena
terdapat pengalaman inderawi atau harus ada dan dirasakan indra . Tokohnya
antara lain: John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776).
c. Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-objek
yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek-objek
tersebut tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain
tidak bergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi,
tetapi interaksi tersebut memengaruhi sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada
sebelum pikiran menyadari serta akan tetap ada setelah pikiran berhenti
menyadari. Tokoh aliran ini antara lain Aristoteles (384-322 SM), menurut
Aristoteles, realitas berada dalam benda-benda konkret atau dalam proses-proses
perkembangannya. Bentuk (form) atau ide atau prinsip keteraturan dan materi
tidak dapat dipisahkan. Kemudian, aliran ini terus berkembang menjadi aliran
realisme baru dengan tokoh George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai
reaksi terhadap aliran idealisme, subjektivisme, dan absolutisme. Menurut
realisme baru: eksistensi objek tidak bergantung pada diketahuinya objek tersebut.
d. Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari
empiri (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan,
mengatur, dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan
waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan
akal merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-
1804). Kant mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.
Menurut Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai
sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan
penggalian, serta penerapan ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa
aksiologi disamakan dengan value and valuation. Aksiologi ( Hakikat dan manfaat ilmu dan
teknlogi). Dikaitkan dengan sesuatu yang “ada”, bahwa sesuatu yang ada itu adalah sesuatu
yang terdapat kegunaannya, sedangkan yang tidak ada kegunaannya dianggap tidak ada untuk
sesuatu yang “ada”, dengan kata lain sesuatu yang “ada” adalah sesuatu yang memiliki value
(nilai)3.

2. Jelaskan kaitan Cianjuran dan Bandungan melalui pendekatan Filsafat Ilmu.


Hal ini terkait dengan sejarah pendirian kota bandung dimana Gubernur Jenderal Charles
Ferdinand Pahud memerintahkan pemindahan Ibu kota Keresidenan Priangan dari Cianjur ke
kota Bandung sesuai dengan permintaan Adries de Wilde. Pemindahan Ibu kota Keresidenan
Priangan ini baru terlaksana pada waktu Residennya Van der Moore yaitu pada tahun 1864.
Terkait bandungan pada awalnya, Jalan Raya Pos (jalan nasional sekarang) berjarak 11 km
di utara Krapyak, ibu kota Kabupaten Bandung saat itu. Daendels memerintahkan kepada
Bupati Bandung ke-6, R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829)[12] untuk membangun ibu kota
Bandung yang baru di sekitar jalan tersebut. Ucapan Daendels yang terkenal adalah: "Zorg,
dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd" (Usahakan, bila saya datang kembali ke sini,
sebuah kota telah dibangun).
Wiranatakusumah II kemudian memilih sebuah lokasi di dekat sumber mata air yang
bernama Sumur Bandung. Dalam Bahasa Sunda, Sumur Bandung berarti sumur yang
berpasangan atau berhadapan (dari kata bandungan). Kedua sumur tersebut berada di tepi
barat Sungai Cikapundung. Satu sumur terletak di Bale Sumur Bandung atau Gedung PLN
Distribusi Jawa Barat dan Banten, Jalan Asia Afrika. Sedangkan sumur lainnya berada di
bawah bangunan bekas kompleks pertokoan Miramar, Alun-alun Bandung.
Sesuai dengan konsep tata ruang tradisional, Bupati R.A. Wiranatakusumah II dan
sejumlah rakyatnya membangun Pendopo di sisi selatan Alun-alun Bandung, menghadap ke
arah Gunung Tangkuban Parahu yang merupakan simbol kepercayaan sejarah masyarakat
Sunda. Sedangkan Masjid Agung Bandung (sekarang Masjid Raya Bandung) dibangun di sisi
barat alun-alun, dan pasar terletak di sisi timur.
Kaitan Cianjuran dan Bandungan melalui pendekatan Filsafat Ilmu dapat di
deskripsikan dan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bahwa ada kaitan dengan sejarah perpindahan ibu kota priangan ( Provinsi Jawa Barat
sekarang) dari cianjur ke bandung.
b. Terdapatnya perpindahan kekuasaan/ politik dari cianjur ke bandung, dimana saat itu
menyatakan bahwa wilayah Karesidenan Priangan tertutup bagi semua orang Eropa

3
Aziz, A., & Saihu, S. (2019). Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi Kaidah Bahasa
Arab. Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, 3(2), 299-214
dan Cina. Meskipun ada isolasi dari pemerintah Belanda, pada waktu itu „kota‟
Bandung di bawah pemerintahan Bupati Wiranatakusumah IV (1846- 1874), terlepas
dari sejarah tersebut maka ada pengaruh politik yang di bawa dari kota sebelumnya
(cianjur).
c. Adanya unsur adat, budaya dan keterampilan yang dibawa dari Cianjuran ke
Bandungan dengan adanya istilah “ Bandung Dari ”Bergdessa” (Desa Udik)
Menjadi Bandung ”Heurin Ku Tangtung” (Metropolitan).4 Dimana adat, kebiasaan,
dan keterampilan yang di bawa dari cianjuran (cianjur) Nampak dibawa terasa
“udik” (bergdessa) dibawa ke bandung yang nampak metropolitan dan berkemajuan.
3. Apa bedanya Filsafat Pengetahuan dengan Filsafat Umum ?

Walaupun objek kajian keduanya sama-sama pengetahuan, filsafat pengetahuan mengkaji


pengetahuan dalam arti seluas-luasnya, termasuk pengetahuan sehari-hari. Sedangkan filsafat
ilmu pengetahuan mengkaji pengetahuan yang bersifat khusus dan bersifat ilmiah untuk
membedakannya dari pengetahuan sehari-hari. Selain itu, filsafat pengetahuan juga 
membahas tentang batas, sumber, struktur dan keabsahan pengetahuan sedangkan filsafat
ilmu pengetahuan membahas ciri keilmiahan suatu ilmu pengetahuan dengan cara kerja
ilmiah. Perbedaan yang lain, filsafat pengetahuan bertujuan untuk mencapai hakikat ilmu
pengetahuan sedangkan filsafat ilmu pengetahuan hanya mencoba menerangkan gejala-gejala
secara ilmiah.

4. Dengan menguasai Filsafat Ilmu maka kita lebih kritis tentang bentang
pengembangan pengetahuan. Jelaskan dengan singkat!
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan dimana salah satu
manfaatnya adalah membuat kita berfikir kritis karena hal yang dipakai disini adalah logis,
sistematis dalam mencari kebenaran, menyeluruh dan mendasar , dimana hal dasar lain
sehingga kita bersifat kritis itu karena filsafat ilmu mendorong kita untuk :
1. Berfikir mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

4
Nandang Rusnandar. Jurnal “sejarah kota bandung”. 2010
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut
Agraha Suhandi (1989)
6. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik
7. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan
kita.
8. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup
secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya.
9. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung
egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
10. Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga
kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan
setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari
kebenaran.
11. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam
etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa,
ilmu mendidik, dan sebagainya.
12. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak
pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite,
melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu
membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
13. Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah
dengan yang tidak ilmiah.
14. Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu
yang ditekuni.
15. Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
16. Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan
agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup
yang sejahtera.
17. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional,
agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

Anda mungkin juga menyukai