Pedoman Penyusunan AntiBiogram
Pedoman Penyusunan AntiBiogram
ii
PEDOMAN NASIONAL
PENYUSUNAN ANTIBIOGRAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2020
i
TIM PENYUSUN
PEDOMAN NASIONAL PENYUSUNAN ANTIBIOGRAM
ISBN : 978-602-494-054-6
Cetakan 1 : 2020
Penerbit :
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta
Telp. 0271 664178, Fax. 0271 634700
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Permasalahan 1
B. Tujuan 2
BAB II. PRINSIP PENYUSUNAN ANTIBIOGRAM
A. Terminologi 3
B. Batas minimal jumlah sampel 4
C. Sinyal resistensi 6
D. Antibiogram pada antibiotik yang perlu mendapat perhatian 8
BAB III. ANALISIS DATA
A. Verifikasi data 11
B. Pelaporan 11
C. Pendataan Isolat 11
D. Pelaporan Jenis Antimikroba 12
E. Perhitungan Data 13
F. Validasi perhitungan data 14
G. Analisis tambahan dan kriteria inklusi 14
BAB IV. STRUKTUR PENYAJIAN DATA ANTIBIOGRAM
A. Spesifikasi tabel antibiogram 17
B. Penyajian sinyal resistensi 19
C. Spesifikasi untuk isolat non urin 20
D. Spesifikasi untuk isolat urin 20
E. Data yang ditampilkan dalam bentuk tabel 21
F. Hal-hal yang perlu dicantumkan pada tabel spesifik 21
iii
BAB V. PEMANFAATAN LAPORAN DATA POLA KUMAN 25
BAB VI. PENGGUNAAN PIRANTI LUNAK WHO-NET
A. Pendahuluan 27
B. Penggunaan WHO-net dalam penyusunan antibiogram 29
C. Contoh kasus penggunaan antibiogram 40
Referensi 46
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat yang diberikan, sehingga “PEDOMAN NASIONAL
PENYUSUNAN ANTIBIOGRAM” tahun 2020 dapat diselesaikan
dengan baik.
Pedoman nasional penyusunan antibiogram diharapkan dapat
membantu meningkatkan mutu dan kemanfaatan medis antibiogram di
rumah sakit. Antibiogram yang mencerminkan profil keseluruhan hasil
uji kepekaan mikroorganisme tertentu terhadap antimikroba seharusnya
didasarkan pada analisis yang tepat dan akurat, sehingga dapat menjadi
dasar implementasi strategi pengendalian AMR ( Antimicrobial resistance)
untuk penanganan dan penaggulangan penyakit infeksi.
Pedoman nasional penyusunan antibiogram ini disusun secara
komprehensif, terstruktur dan sistematis, yang bertujuan untuk mem-
berikan petunjuk praktis prinsip penyusunan antibiogram. Buku ini
terdiri dari enam BAB yaitu pendahuluan, prinsip penyusunan
antibiogram, analisis data, struktur penyajian data antibiogram,
pemanfaatan laporan data pola kuman, serta penggunaan piranti lunak
WHO-NET. Buku ini dilengkapi dengan contoh kasus penggunaan
antibiogram yang dapat menjadi panduan di rumah sakit. Terima kasih
disampaikan kepada seluruh tim penyusun, dan semua pihak yang ber-
kontribusi serta memberikan motivasi terhadap proses penulisan
Pedoman Nasional Penyusunan Antibiogram 2019. Kami menyadari
v
bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Tim Penyusun
vi
Bab 1. Pendahuluan
A. Permasalahan
Patogen dengan AMR semakin sering ditemukan, terutama di rumah sakit (RS)
dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya. Pasien dengan penurunan daya tahan
tubuh yang berada di dalam suatu lingkungan di mana terdapat beragam agen
infeksius yang terus menerus berada di bawah tekanan antibiotik, akan
1
menyebabkan terjadi dan menyebarnya organisma resisten ke pasien lain dalam
bentuk infeksi silang. Di sisi lain, perkembangan antimikroba baru tidak begitu
menggembirakan. Belum tampak adanya penemuan antimikroba yang
menjanjikan untuk mengobati beberapa organisma nosokomial multi-resisten
yang secara umum dikelompokkan sebagai ESKAPE (Enterococcus faecium
(vancomycin-resistant enterococci-VRE), Staphylococcus aureus (methicillin-resistant
Staphylococcus aureus-MRSA), Klebsiella dan Escherichia coli penghasil enzime extend-
ed spectrum beta-lactamases (ESBL) dan carbapenemase, Acinetobacter baumannii,
Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacter sp). Di sisi lain, tidak/belum tersedianya
informasi terkini dan terpercaya tentang pola mikroba dan kepekaannya
terhadap antimikroba (disebut juga antibiogram), baik di tingkat lokal maupun
nasional, menyebabkan penggunaan antimikroba dalam terapi empirik tidak
dilakukan berdasarkan bukti (evidence based).
B. Tujuan
Solusi bagi resistensi antimikroba adalah mempertahankan keampuhan obat
yang saat ini tersedia melalui penggunaan antibiotik yang bijak dan
memaksimalkan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi guna mencegah
menyebarnya resistensi. Diperlukan suatu strategi yang efektif dan terintegrasi,
meliputi edukasi bagi pasien dan dokter tentang penggunaan antibiotik yang
bijak, penerapan praktek pencegahan dan pengendalian infeksi untuk mencegah
penyebaran infeksi antar pasien, surveilans resistensi antibiotik dan pemakaian
antibiotik, serta program imunisasi. Kampanye harus meliputi edukasi publik
tentang bahaya resistensi antimikroba dan mengapa kita harus
mengendalikannya. Supaya para klinisi dapat memilih antimikroba yang tepat,
diperlukan data terkini dan terpercaya tentang antibiogram, yang idealnya secara
spesifik berasal dari dan disiapkan oleh tenaga yang berkompeten di RS yang
bersangkutan.
2
Bab 2. Prinsip Penyusunan Antibiogram
A. Terminologi
Beberapa definisi penting terkait penyusunan antibiogram adalah sebagai beri-
kut :
Antibiogram (antibiogram kumulatif) adalah laporan mengenai profil kese-
luruhan hasil uji kepekaan mikroorganisme tertentu terhadap antimikroba.
Laporan ini dihasilkan melalui analisis hasil isolat di tempat layanan kesehatan
tertentu dalam jangka waktu tertentu dan mencerminkan persentase isolat
pertama per spesies (per pasien) yang peka terhadap masing-masing agen
antimikroba yang diujikan secara rutin.
Kriteria breakpoint/kriteria interpretasi adalah minimal inhibitory concentration
(MIC)/kadar hambat minimum (KHM) atau nilai diameter zona hambat yang
digunakan untuk menunjukkan interpretasi sensitif, intermediet, dan resisten.
Pelaporan selektif adalah strategi pelaporan hasil uji kepekaan antimikroba
dimana agen sekunder (spektrum antimikroba yang lebih luas dan lebih mahal)
hanya dapat dilaporkan jika suatu organisme resisten terhadap agen utama.
Pelaporan berjenjang (cascade) adalah salah satu jenis pelaporan selektif.
Terapi empiris adalah pengobatan yang diberikan sebelum diperoleh data hasil
kultur dan uji kepekaan.
Isolat pertama mengacu pada setiap jenis spesies bakteri pertama yang
ditemukan dari seorang pasien selama periode waktu analisis. Jika dilakukan sub
analisis (misalnya analisis berdasar jenis spesimen yaitu darah, urin, pus dan
saluran nafas) maka "isolat pertama" akan merujuk pada isolat pertama setiap
jenis spesies dalam subset tertentu.
3
Daftar data uji kepekaan antimikroba merupakan ringkasan hasil uji
kepekaan antimikroba seorang pasien yang berisi semua hasil untuk isolat yang
ditemukan dari pasien tersebut.
Isolat multipel adalah isolat spesies yang sama yang didapatkan dari kultur
yang terpisah, terlepas dari lokasi tubuh, jenis spesimen, atau profil kepekaan
antimikroba, yang diperoleh dari seorang pasien selama periode waktu yang
ditentukan.
Lokasi pasien adalah lokasi tempat pasien dirawat pada saat spesimen untuk
kultur diambil. Lokasi dapat berupa tempat yang bersifat spesifik (misalnya
nama bangsal tertentu) atau tempat yang bersifat kurang spesifik seperti rawat
inap, rawat jalan, unit perawatan intensif atau fasilitas perawatan lain.
Isolat surveilans adalah organisme yang diperoleh dari kultur spesimen yang
dikumpulkan untuk tujuan menentukan apakah pasien membawa organisme
tertentu dan bukan dari kultur yang diperoleh sebagai bagian dari evaluasi klinis
penyakit pasien. Sebagai contoh, kultur rektum kadang-kadang dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan apakah pasien terkolonisasi vancomycin-resistant
enterococci (VRE).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan antibiogram yaitu:
Harus menggunakan nama generik antibiotik, sebaiknya mengikuti
terminologi dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik.
Kombinasi antibiotik-organisme yang dilaporkan harus sesuai dengan
rekomendasi terapi yang akan dicantumkan dalam pedoman penggunaan
antibiotik di RS.
Terminologi bakteri mengikuti terminologi dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
4
tim/komite program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA). Hal tersebut
akan berdampak terhadap pemilihan antibiotik empiris maupun pada prognosis
pasien infeksi, khususnya pada kasus sepsis. Dalam penyusunan antibiogram
akan dilakukan analisis statistik sehingga diperlukan jumlah isolat tertentu untuk
mendapatkan hasil yang signifikan. Untuk mengurangi dan memperbaiki
kesalahan yang mungkin terjadi, pedoman umum berikut dapat diikuti dalam
menyiapkan antibiogram:
Laporkan data minimal 1 tahun sekali dengan tanggal periode
pengumpulan yang pasti (misalnya 1 Januari 2018 hingga 31 Desember
2018).
Laporkan persen sensitif (%S) saja.
Laboratorium sebaiknya selalu mengikuti breakpoint CLSI terkini
terutama untuk Enterobacteriaceae, Acinetobacter baumannii, dan Pseudomonas
aeruginosa.
Sertakan hanya hasil akhir yang telah diverifikasi.
Sertakan hanya obat yang secara rutin diuji. Jangan memasukkan obat
yang diuji berdasarkan permintaan, tidak rutin digunakan atau melalui
protokol pengujian berjenjang/cascade.
Hanya isolat pertama per spesies per pasien yang disertakan dalam
analisis. Menyertakan beberapa isolat dari spesies yang sama dari
seorang pasien akan menyebabkan bias pada data hasil uji kepekaan.
Jumlah isolat per spesies yang digunakan untuk menyusun laporan data
uji kepekaan antimikroba kumulatif harus dicatat. Jika jumlah isolat
sedikit (<30 isolat) mungkin dapat menimbulkan bias, akan tetapi data
tersebut harus tetap disimpan di dalam file atau berkas laboratorium
untuk memudahkan akses jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Jika data organisme dengan isolat <30 ikut disertakan dalam analisis,
informasi yang dihasilkan tidak bermaka secara statistik. Dalam kondisi
demikian harus ditambahkan catatan pada masing-masing data untuk
menunjukkan bahwa validitas statistik kurang dari perkiraan %S.
Jika isolat yang ada <30 sehingga terdapat keterbatasan dalam
interpretasi dan penggunaan antibiogram sebagai pedoman pemakaian
antibiotik, dapat dilakukan cara-cara berikut:
o Menggabungkan data mikroorganisme yang dikumpulkan selama
lebih dari 12 bulan berturut-turut.
o Apabila memungkinkan dilakukan penggabungan lebih dari satu
spesies dalam genus yang sama (misalnya Shigella spp.).
5
o Menggabungkan data dari beberapa institusi yang sebanding dalam
wilayah geografis yang sama (misalnya rumah sakit perawatan
akut/acute care hospital).
Pada kondisi di mana data isolat yang ada <30, tim/komite PPRA dapat.
merujuk data regional, atau data nasional. Akan tetapi tetap penting bagi
setiap tim/komite PPRA RS untuk melakukan analisis data resistansi
sendiri dalam format yang direkomendasikan, daripada hanya bergantung
pada data regional atau nasional.
Untuk RS yang belum mempunyai fasilitas kultur direkomendasikan
untuk membuat perjanjian kerjasama pemeriksaan uji kultur dan
kepekaan dengan laboratorium terdekat yang telah tersertifikasi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian surveilans (misalnya penelitian
kolonisasi nasofaring untuk methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA), carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE) yang diperoleh dari
swab rektal, dll) harus dikeluarkan dan tidak disertakan dalam analisis
data.
Perlu dijelaskan lokasi perawatan pasien (misalnya rawat inap, rawat jalan
atau gabungan).
Jelaskan jumlah isolat untuk setiap organisme.
Isolat dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) umumnya dianggap pasien
rawat jalan.
Laporkan methicillin-susceptible Staphylococcus aureus (MSSA) dan methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara terpisah
C. Sinyal resistensi
Terjadinya resistensi antimikroba tertentu pada spesies tertentu dalam jumlah
berapa pun sangat berguna untuk menentukan kebijakan pengendalian
resistensi antimikroba. Ada beberapa mikroorganisme yang penting secara
epidemiologi maupun secara klinik yang perlu dicantumkan di dalam
antibiogram. Kombinasi antibiotik-mikroorganisme patogen (“drug-bug”) yang
disarankan untuk dimasukkan ke dalam antibiogram, yaitu:
Patogen negatif-Gram :
o Grup Enterobacteriaceae : Escherichia coli, Enterobacter spp. (tentukan
apakah akan dilakukan penggabungan spesies atau akan dilaporkan
per spesies, misalnya E. aerogenes dan E. cloacae), Klebsiella spp.
(tentukan apakah akan dilakukan penggabungan spesies atau akan
6
dilaporkan per spesies, misalnya K. pneumonia dan K. oxytoca), Proteus
mirabilis.
o Non-Enterobacteriaceae: Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter
baumannii, Stenotrophomonas maltophilia.
Kepekaan patogen negatif-Gram terhadap antimikroba :
piperacillin/tazobactam, ceftriaxone, ceftazidime, cefepime, meropenem, doripenem,
ertapenem, imipenem, gentamicin, tobramycin, amikacin, ciprofloxacin, levofloxacin,
nitrofurantoin, dan trimethoprim-sulfamethoxazole.
Patogen positif-Gram : methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
Methicillin-sensitive Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus
pyogenes (Group A Streptococcus), Streptococcus agalactiae (Group B Streptococcus),
dan Enterococcus spp. (tentukan apakah akan dilakukan penggabungan
spesies atau akan dilaporkan per spesies, misalnya E. aerogenes dan E.
cloacae).
Kepekaan patogen positif-Gram terhadap antimikroba : penicillin
(S. pneumoniae), ampicillin (Enterococcus spp.), ceftriaxone (S. pneumoniae),
doxycycline, levofloxacin (S. pneumoniae), ciprofloxacin (S. pneumoniae), linezolid
(S. aureus, Enterococcus spp.), trimethoprim-sulfamethoxazole (S. aureus, S.
pneumonia), clindamycin, vancomycin, daptomycin, nitrofurantoin (Enterococcus
spp.).
7
Vancomycin intermediate dan vancomycin resistant Staphylococcus aureus (VISA,
VRSA). Perhatikan bahwa metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi VRSA harus dilaporkan
Carbapenem resistant Enterobacteriaceae (CRE) dan Gram-negatif penghasil
carbapenemase yang diperantarai plasmid lainnya (pasmid mediated
carbapenamase producing gram negatives), seperti Acinetobacter spp dan
Pseudomonas aeruginosa.
Streptococcus pneumoniae dengan MIC penicillin ≥0,06 mg/L, seharusnya
dikategorikan sebagai I dan dikategorikan sebagai R jika MIC >2 mg/L.
Cantumkan referensi yang menunjukkan bahwa bahwa breakpoint untuk
meningitis berbeda dengan kasus lain.
Enterobacteriaceae resisten terhadap cephalosporin generasi ketiga atau yang
lebih baru. Dalam hal ini, mekanisme genetik untuk resistensi tersebut
telah dikonfirmasi secara fenotip (misalnya Enterobacteriaceae dengan
extended spectrum beta-lactamase (ESBL)).
8
tidak perlu dimasukkan dalam panel uji (seperti trimethoprim-sulfamethoxazole
untuk Pseudomonas aeruginosa). Spesies tertentu dapat menunjukkan hasil
sensitif terhadap agen antimikroba yang diuji in vitro namun tidak efektif
untuk terapi (seperti cephalosporin generasi pertama dan kedua serta
aminoglycoside untuk Salmonella dan Shigella). Hasil uji kombinasi
antibiotik-mikroorganisme tersebut seharusnya tidak dilaporkan.
9
10
Bab 3. Analisis Data
A. Verifikasi data
Data yang dilakukan analisis adalah data yang sudah diverifikasi. Setiap hasil uji
kepekaan harus dilakukan verifikasi sebelum dimasukkan ke dalam kumpulan
data yang akan dilakukan analisis. Berikut ini beberapa contoh hasil uji
kepekaan yang membutuhkan verifikasi oleh dokter:
- E. coli yang resisten terhadap imipenem.
- S. pneumoniae yang resisten terhadap vancomycin, hingga saat ini belum pernah
ada yang dikonfirmasi sebagai resisten pada isolat klinis.
- E. coli resisten terhadap amikacin, namun peka terhadap gentamicin dan
tobramycin.
B. Pelaporan
Pelaporan data antibiogram sebaiknya dilakukan berdasarkan data pola
kepekaan di masing-masing institusi. Apabila jumlah isolat pada suatu institusi
tidak terlalu banyak, maka laporan antibiogram dapat disusun dengan
menggabungkan data dari beberapa RS untuk memenuhi minimal jumlah isolat
yang valid berdasarkan statistik.
C. Pendataan Isolat
Pada satu hasil uji kultur dapat ditemukan lebih dari 1 jenis isolat yang diduga
sebagai penyebab infeksi. Pada kondisi tersebut disarankan untuk memasukkan
semua jenis isolat yang ditemukan ke dalam data dasar. Hal ini akan memberi
manfaat pada saat akan melakukan analisis yang bertujuan untuk pencegahan
11
dan pengendalian infeksi, penjaminan mutu, deteksi fenotipik yang jarang
ditemukan serta monitoring perkembangan isolat resisten. Apabila kita
menghilangkan suatu isolat dari data dasar maka akan dapat menghilangkan
informasi mengenai populasi bakteri, namun di sisi lain dengan memasukkan
lebih dari satu isolat yang sama dari satu pasien akan berpotensi menimbulkan
bias pada analisis. Antibiogram yang salah satu manfaatnya adalah sebagai
panduan terapi empirik hanya mengikutkan isolat pertama. Perangkat lunak
yang digunakan pada analisis pola kuman dapat membantu memilih isolat
pertama tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang valid secara statistik, satu jenis
isolat yang dianalisis minimal berjumlah 30 isolat.
Data yang dianalisis yaitu data yang berasal dari spesimen pasien untuk tujuan
diagnostik dan bukan data yang berasal dari kegiatan surveilans maupun data
lain yang bukan berasal dari pasien (misalnya sampel dari lingkungan). Analisis
pola kuman dilakukan minimal 1 tahun sekali sesuai dengan kemampuan
masing-masing RS.
12
2. Pelaporan Selektif
Hasil uji kepekaan seorang pasien perlu segera dilaporkan kepada klinisi.
Beberapa laboratorium menerapkan sistem pelaporan selektif (selective
reporting), dimana salah satu contohnya adalah pelaporan bertahap (cascade
reporting). Jenis antimikroba yang dipilih untuk dilaporkan ditentukan oleh
tim multidisiplin (dokter, farmasi, dan dokter spesialis mikrobiologi klinik)
dengan mempertimbangkan jenis organisme dan jenis infeksi. Sistem
pelaporan tersebut dilakukan apabila isolat yang ditemukan resisten terhadap
antimikroba lini pertama, sehingga membutuhkan informasi pola kepekaan
terhadap antimikroba lini kedua dengan spektrum yang lebih luas dan harga
yang pada umumnya lebih mahal.
Untuk kepentingan pembuatan antibiogram kumulatif maka semua
antimikroba yang diujikan tetap harus dimasukkan ke dalam data dasar.
Apabila hanya antimikroba lini pertama yang dilaporkan maka analisis
antibiogram akan bias.
E. Perhitungan Data
Hasil yang dilaporkan pada antibiogram hanya %S sedangkan persen
intermediet (%I) tidak dimasukkan ke dalam statistik kecuali untuk Streptococcuss
spp grup viridans. Hasil %S dan %I terhadap penicillin dicantumkan terpisah.
Penentuan sensitif, intermediet dan resisten suatu isolat harus berdasarkan pada
breakpoint tertentu. Beberapa faktor lain seperti MIC dan diameter zona hambat
terkadang juga perlu menjadi bahan pertimbangan (misalnya S. aureus yang
resisten terhadap oxacillin juga dilaporkan resisten terhadap semua antimikroba
13
golongan beta-lactam dengan mengabaikan MIC atau zona hambat golongan beta-
lactam yang diujikan). Perhitungan %S memerlukan interpretasi hasil yang tepat.
Apabila tidak memungkinkan mendapatkan breakpoint terbaru, maka perlu diberi
catatan kaki. Sebagian besar hasil MIC dilaporkan dalam 2 desimal.
14
Streptococcus pneumoniae
Penicillin : semua isolat yang diuji tanpa mempertimbangkan asal spesimen,
perhitungan %S dipisahkan berdasarkan breakpoint meningitis, non meningitis,
dan penicillin V. Apabila RS tidak menggunakan penicillin V untuk terapi, maka
hasil analisisnya tidak perlu ditampilkan.
Cefotaxime dan ceftriaxone : semua isolat yang diuji tanpa mempertimbangkan asal
spesimen, perhitungan %S dipisahkan berdasarkan breakpoint meningitis dan
non meningitis.
Cefepime : apabila cefepime digunakan untuk terapi meningitis dan non meningitis,
maka data analisis %S ditampilkan menggunakan breakpoint meningitis dan non
meningitis.
Staphylococcus aureus
Untuk analisis data kepekaan S. aureus, disarankan melakukan analisis terpisah
pada isolat yang resisten terhadap oxacillin dan dan isolat yang peka terhadap
oxacillin, hal ini untuk menunjukkan banyaknya MRSA dengan %S yang rendah
terhadap anti staphylococcal agent.
Enterococcus spp
Analisis E. faecalis, E. faecium dan Enterococcus lainnya harus dipisahkan.
Untuk hasil uji kepekaan aminoglycoside yang menunjukkan high level resistance,
perlu ditambahkan catatan kaki yang menunjukkan %R terhadap gentamicin dan
streptomycin.
15
tinggi isolat penghasil extended-spectrum β-laktamase (ESBL) dan K. pneumoniae
producing carbapenemase (KPC), maka diperlukan analisis berdasarkan unit
perawatan, misal ICU atau bangsal. Hasil analisis juga dapat dipisahkan
berdasarkan isolat penghasil ESBL, non ESBL, penghasil KPC dan non KPC.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi klinisi di unit tertentu untuk
menentukan antimikroba empirik.
Stratifikasi Data
Setiap institusi dapat menampilkan hasil analisis berdasarkan beberapa
parameter, misalnya berdasar ruang perawatan pasien atau berdasar jenis
spesimen. Stratifikasi data dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa hal:
1. Kebutuhan klinisi.
2. Mencukupi jumlah minimum sebanyak 30 isolat per jenis isolat.
3. Metode yang efektif agar dapat mengkomunikasikan hasil kepada klinisi.
Stratifikasi data tesrebut diikutkan dalam laporan antibiogram kumulatif, namun
ditampilkan dalam bentuk sub laporan terpisah.
Untuk analisis data dari beberapa isolat yang berasal dari jenis spesimen yang
sama (misal spesimen darah), maka data yang dianalisis yaitu spesies isolat
pertama yang berhasil diisolasi dari spesimen darah dari setiap pasien selama
jangka periode analisis.
Berikut ini beberapa contoh analisis dengan cara stratifikasi data:
- Analisis data berdasarkan unit perawatan.
- Analisis data berdasarkan karakteristik resistensi suatu organisme.
- Analisis data berdasarkan jenis spesimen atau lokasi infeksi.
- Analisis data berdasarkan pelayanan klinis atau populasi pasien.
Analisis data untuk antimikroba kombinasi
Analisis data pada isolat yang diujikan menggunakan panel antibiotik kombinasi,
maka sebaiknya data yang ditampilkan yaitu data %S dari sediaan tunggal
maupun kombinasi. Data %S akan dapat menunjukkan bahwa penggunaan
antimikroba kombinasi dapat meningkatkan %S isolat.
16
Bab 4. Struktur Penyusunan Laporan Antibiogram
18
antibiotik yang diuji terhadap satu isolat tertentu, maka harus ada keterangan
atau penjelasan mengenai hal tersebut.
13. Data kepekaan dari isolat yang sering sebagai kontaminan atau flora normal
(seperti koagulase negatif Staphylococus sp , Corynebacterium sp, dan spesies
Streptococcus viridans) tidak terlalu bermakna. Pada umumnya mikroorganisme
tersebut tidak diikutkan dalam laporan antibogram kumulatif walaupun
jumlahnya lebih dari 30 isolat/spesies. Walau demikian pada kondisi tertentu
(misalnya di RS tersebut memiliki unit NICU dan terdapat 30 atau lebih
isolat koagulase negatif Staphylococcus sp dalam 1 tahun dan berasal dari
spesimen darah), data ini mungkin dapat dimasukkan dalam catatan di
laboratorium mikrobiologi dan di tim/komite PPRA. Pada kondisi ini
disarankan data disajikan tiap spesies dan bukan dalam kelompok genus.
14. Jika terpaksa melaporkan data yang berasal dari isolat dengan jumlah kurang
dari 30/spesies, disarankan untuk memberikan catatan bahwa hasil tersebut
dari sudut pandang statistik mungkin tidak cukup bermakna untuk
menggambarkan kondisi keseluruhan populasi.
15. Sebagai data tambahan pada antibiogram kumulatif, dapat ditampilkan tren
berupa grafik dan tabel yang ditujukan untuk memantau kondisi resistensi
dari tahun ke tahun. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan yang signfikan.
19
3. Vancomycin intermediate dan vancomycin resistant Staphylococcus aureus (VISA dan
VRSA). Perlu diperhatikan bahwa harus dilaporkan jenis metode yang
digunakan untuk. identifikasi VRSA.
4. Carbapenem resistant Enterobacteriaceae (CRE) dan bakteri negatif-Gram lain
penghasil carbapenemase yang dimediasi oleh plasmid (misalnya Acinetobacter spp
dan P. aeruginosa).
5. Streptococcus pneumoniae dengan MIC penicillin ≥0,06 mg/L harus dilaporkan
sebagai I dan dilaporkan sebagai R apabila MIC > 2 mg/L. Sertakan di dalam
catatan bahwa khusus pada kasus meningitis memiliki brekapoint yang berbeda.
6. Enterobacteriaceae yang resisten terhadap chepalosporine generasi 3 atau lebih
tinggi. Penting juga untuk dilaporkan apabila ditemukan ESBL.
20
2. Kebijakan. Jika di antara 3 spesies terbanyak tersebut ditemukan ada yang
jumlahnya kurang 30 maka harus dilaporkan pada antibiogram kumulatif.
Pertama dapat dilaporkan berdasarkan genus (misalnya genus
Enterobacteriaceae), selanjutnya mengelompokkan genus Enterobacteriaceae
menjadi kelompok yang meningkatkan atau menekan produksi Chromosomal
beta-laktamase.
3. Catatan. Jangan menggabungkan data Staphylococcus aureus dan data
Staphylococcus koagulase negatif
21
berdasarkan besar prevalensinya. Lakukan analisis berdasar kelompok atau
genus jika spesies tersebut tidak rutin ditemukan.
b. Positif-Gram :
Enterococcus spp (jika memungkinkan dapat dipisahkan hingga level
spesies untuk Enterococcus faecium dan Enterococcus faecalis)
Staphylococcus aureus
Coagulase negative Staphylococcus spp (kecuali Staphyloccoccus lugdunensis
dan Staphylococcus saprophyticus dapat dianalisis secara terpisah jika
jumlah isolat memenuhi)
Streptococcus pneumoniae
22
Viridans group Streptococcus spp (hanya dari material tubuh yang
normalnya steril)
c. Anaerob :
Bacteroides fragilis
Clostridium perfringens
2. Lokasi spesifik :
Jika ingin membuat antibiogram kumulatif secara terpisah antara ruang
intensive care dan non intensive care atau lokasi spesifik lain dalam tabel yang
berbeda, penting untuk membandingkan %S antara masing-masing lokasi
spesifik tersebut dengan %S keseluruhan RS. Ruang ICU pada umumnya
menunjukkan pola resistensi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pola
resistensi RS secara keseluruhan.
3. Tren resistensi
Tren resistensi dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik yang
menunjukkan jumlah akumulasi dari tahun ke tahun. Data resistensi yang
penting untuk dianalisis di antaranya adalah:
a. S. aureus (%S oxacillin pada pasien rawat inap dan rawat jalan).
b. Enterococcus spp (dan atau E. faecium dan E. faecalis secara terpisah):
%S vancomycin pada sampel yang berasal dari material tubuh yang
normalnya steril.
c. E. coli %S terhadap trimethoprim/sulphametoxazole (isolat urin) dan
fluoroquinolone.
d. K. pneumonia dan E. coli %ESBL.
e. P. aeruginosa %S terhadap fluoroquinolone dan atau imipenem.
23
24
Bab 5. Pemanfaatan Laporan Data Pola Kuman
25
Beberapa klinisi mungkin juga membutuhkan data yang lebih lengkap dalam
bentuk PDF yang dimasukkan ke dalam website. Walau begaimanapun tetap
perlu disediakan versi cetak nya.
c. Penyediaan laporan bagi seluruh pengguna laporan data pola kuman.
Laporan data pola kuman harus tersedia untuk semua klinisi yang
memberikan resep antimikroba, PPI, epidemiologist, pharmacist dan petugas
laboratorium mikrobiologi klinik.
d. Sosialisasi data pola kuman.
Pada saat sosialisasi yang ditekankan adalah hasil-hasil yang sangat penting
yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman orang lain
mengenai resistensi tertentu di dalam RS tersebut dan di RS lain.
e. Data pola kuman diintegrasikan ke dalam SIMRS (sistem informasi
manajemen rumah sakit) dan ditentukan siapa yang bertindak sebagai
penanggungjawab data.
f. Keterbatasan data antibiogram kumulatif.
Hasil uji kepekaan dihitung berdasarkan sampel pasien yang diperiksa di
laboratorium dan mencerminkan praktik pengelolaan sampel setempat.
Kemaknaan dari angka perkiraan tersebut dalam hal penyusunan kebijakan
bisa jadi tidak bermakna apabila sampel klinis yang diperiksa kurang
mewakili populasi seluruh pasien yang dituju.
Hasil uji kepekaan dapat menjadi bias jika terjadi pengambilan sampel
berulang-ulang pada pasien dengan kegagalan terapi antimikroba
sebelumnya dan/atau pasien dengan riwayat perawatan yang lama. Faktor-
faktor tersebut penting untuk dipertimbangkan khususnya di pelayanan
rawat jalan di mana pemilihan terapi untuk kasus-kasus yang mudah
seringkali tidak dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan sampel klinis.
Perubahan metode kultur ataupun kebijakan pada suatu institusi atau antara
satu institusi dengan institusi lain juga harus dipertimbangkan pada
saat membandingkan tingkat kepekaan antimikroba.
26
Bab 6. Penggunaan Piranti Lunak WHO-net un-
tuk Penyusunan Antibiogram Kumulatif
A. Pendahuluan
27
Gambar 1. Tampilan Laman untuk mengunduh piranti WHONET
28
B. Penggunaan WHO-net dalam penyusunan
antibiogram
Secara umum, piranti WHONET ini dapat digunakan untuk:
- Memahami epidemiologi dari populasi kuman setempat
- Membantu pemilihan antimikroba
- Mengidentifikasi adanya outbreak/wabah di komunitas atau rumah sakit (RS)
- Mengetahui adanya masalah dalam hal kontrol kualitas dalam pemeriksaan di
laboratorium.
WHONET memiliki tiga komponen utama yaitu:
1. Konfigurasi laboratorium: WHONET memungkinkan penyesuaian isi dari
piranti lunak tersebut dengan keadaan institusi penggunanya. WHONET
memungkinkan pemilihan antibiotik yang digunakan, bangsal perawatan
yang ada, penyesuaian lapang data yang akan dimasukkan ke dalam
pelaporan surveilans, serta penerapan peringatan beberapa organisme atau
hasil resistensi yang penting.
2. Pemasukan data dan pelaporan klinis: WHONET memungkinkan
pemasukan sekaligus pengambilan data hasil kepekaan secara rutin, termasuk
perbaikan dan pencetakan data laporan klinis. Pada saat pemasukan data,
WHONET dapat memberikan umpan balik dengan segera jika ditemukan
adanya mikroorganisme dengan fenotip yang penting tertentu.
3. Analisis data: WHONET memungkinkan dilakukannya berbagai macam
analisis. Pilihan analisisnya antara lain daftar isolat kumulatif, hasi uji
kepekaan beserta hasil pengukurannya (diameter zona hambat atau
konsentrasi hambat minimal [KHM atau minimum inhibitory
concentration/MIC]), diagram sebar antibiotik, atau profil resistensi yang
ditemukan. Fitur analisis data inilah yang nantinya akan digunakan dalam
penyusunan antibiogram.
Pembuatan antibiogram menggunakan fitur analisis data diawali dengan
memilih konfigurasi laboratorium yang digunakan. Lihat gambar 2 berikut.
29
Gambar 2. Memilih laboratorium yang akan digunakan untuk analisis
(Dokumentasi pribadi)
Pada gambar 2 di atas, tampak beberapa laboratorium yang muncul. Hal ini bisa
dimungkinkan jika seseorang mengolah atau menyunting data dari beberapa
laboratorium atau RS di dalam satu piranti WHONET yang sama. Pilih
laboratorium yang akan digunakan untuk membuat antibiogram kemudian pilih
“Open laboratory”.
Setelah ditentukan konfigurasi laboratorium yang digunakan, akan muncul
beberapa pilihan menu seperti File, Data Entry, Data Analysis, dan Help. Pilih
Data Analysis untuk mulai melakukan analisis data.
30
Gambar 3. Tampilan menu utama
Ketika menu Data Analysis diklik, akan muncul submenu Data Analysis dan
Quick Analysis. Pilihan Quick Analysis dipilih jika kita akan melakukan analisis
secara cepat, misalnya untuk mendapatkan jumlah isolat secara keseluruhan
dalam periode waktu tertentu. Untuk memulai pembuatan antibiogram, pilih
Data Analysis.
Setelah submenu Data Analysis dipilih, akan muncul tampilan seperti gambar 5.
31
Gambar 5. Tampilan dalam Data Analysis.
32
Gambar 6. Tampilan jenis analisis %SIR
Pada gambar 6 di atas, tampak beberapa pilihan untuk jenis analisis %SIR.
Format pelaporan yang dihasil ada dua jenis, yaitu angka proporsi %SIR
beserta hasil pengukurannya (diameter zona hambat atau konsentrasi
hambat minimal [KHM], tergantung metode yang digunakan) atau ringkasan
%SIR. Untuk pembuatan antibiogram kali ini, pilih format berupa
ringkasan %SIR kemudian tentukan tampilan kolom yang diinginkan,
misalnya persen sensitive (%S). Di menu itu pula dapat ditentukan apakah
kita ingin melihat hasil kepekaan seluruh antibiotik atau memilih beberapa
antibiotik yang akan dilaporkan. Setelah ditentukan tampilan kolom serta
jenis antibiotik yang ingin dimunculkan, pilih OK.
33
b. Organism atau organisme. Di dalam menu ini, dapat ditentukan
mikroorganisme apa saja yang akan ditampilkan dalam analisis. Perhatikan
gambar 7 berikut.
34
c. Data files. Di dalam menu ini, pengguna dapat menentukan arsip data
laboratorium mana saja yang akan diikutkan dalam analisis. Lihat gambar 8
berikut.
35
d. Isolates. Di dalam menu ini, pengguna WHONET dapat menentukan kriteria
isolat yang akan ditampilkan, misalnya berdasarkan jenis spesimen (darah,
dahak, atau urin) atau berdasarkan ruang perawatan pasien (ruang rawat
biasa, ruang rawat intensif). Perhatikan gambar 9 berikut.
36
e. Option. Di dalam menu ini, pengguna dapat melakukan modifikasi terkait
analisis yang akan dilakukan oleh WHONET. Pilihan yang tampak seperti
pada gambar 10 berikut adalah pilihan yang aktif secara otomatis. Jika
menggunakan metode uji kepekaan yang berbeda, misalnya difusi cakram
dengan KHM, pengguna dapat mengatur prioritasnya.
37
f. One per patient. Kadang-kadang, pada seorang pasien yang dirawat dalam
waktu jangka panjang, misalnya di ruang rawat intensif (intensive care unit atau
ICU), dapat dilakukan pemeriksaan mikrobiologi lebih dari satu kali. Dengan
demikian, angka jumlah isolat bisa jadi lebih besar dibandingkan dengan
jumlah pasien yang ada sebenarnya.
38
g. Pilihan Output to
Pada gambar 12 di atas, pengguna dapat memilih dalam bentuk apa hasil
analisis akan dikeluarkan. Pada awalnya, mungkin pengguna akan memilih
luaran hasil di layar (screen), baru setelah itu memindahkan tabel atau grafik
yang muncul ke piranti pengolah data lain seperti Microsof Excel atau
Words untuk dirapikan datanya. Namun pengguna juga dapat langsung
meminta luaran hasil analisis disimpan dalam format Excel. Jika sudah
ditentukan format luarannya, pengguna dapat mulai melakukan analisis.
39
C. Contoh Kasus Pembuatan Antibiogram
Pada contoh kasus berikut, akan dibuat antibiogram dari semua antibiotik
terhadap seluruh bakteri Gram negative, pada periode tahun 2013, yang
diperoleh dari selain ruang ICU. Dengan demikian, isian pada Data analysis
akan menjadi seperti gambar 13 berikut.
Klik tombol ‘Begin analysis’ dan WHONET akan segera melakukan analisis
data. Setelah analisis selesai, akan muncul tampilan seperti gambar 14 berikut.
40
Gambar 14. Luaran analisis di layar computer
41
Dari gambar 14 tersebut, tampak bahwa terdapat 429 isolat bakteri Gram
negative yang didapatkan dari ruang perawatan selain ICU. WHONET akan
menyusun tabel nama isolat bakteri, jumlah isolat serta hasil kepekaannya.
Secara otomatis, tabel akan mengurutkan nama organisme sesuai urutan abjad,
namun pengguna dapat langsung mengurutkan organisme menurut jumlah
isolat dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit ataupun sebaliknya.
Caranya adalah dengan mengklik bagian ‘Number of patients’. Jika diklik
pertama kali, WHONET akan menyortir isolat dari yang jumlahnya paling
sedikit hingga yang jumlahnya paling banyak. Jika diklik kedua kali, WHONET
akan menyortir isolat dari yang jumlahnya paling banyak hingga yang jumlahnya
paling sedikit.
Perhatikan bahwa tampilan kolom yang muncul pada analisis tersebut sesuai
gambar 14 di atas adalah kode organisme, nama organisme, jumlah pasien
dengan isolat tersebut, dan persentase kepekaan dari masing-masing antibiotik.
Jika scroll bar digeser ke kanan, pengguna akan melihat jumlah isolat yang
diujikan terhadap masing-masing antibiotik tersebut. Lihat gambar 15 berikut.
42
Gambar 15. Jumlah isolat yang diujikan terhadap masing-masing antibiotik.
43
Setelah pengguna merasa bahwa data tersebut memang yang diinginkan,
pengguna dapat menyalin tabel, dengan menekan tombol ‘Copy Table’
kemudian membuka piranti pengolah data lain, misalnya Microsoft Excel, lalu
pada sheet yang masih kosong, langsung pilih paste atau CTR+V. Hasilnya
akan tampak seperti gambar 16 berikut.
44
Gambar 17. Hasil modifikasi tabel yang telah dipindahkan ke Microsoft Excel.
45
Referensi :
1. Agarwal A., Kapila K., Kumar S. WHONET Software for the Surveillance
of Antimicrobial Susceptibility. MJAFI 2009; 65 : 264-266.
2. Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. (2013).
Specification for a Hospital Cumulative Antibiogram, Sidney ACSQHC.
Available at: http://www.safetyandquality.gov.au/publications-resources/
publications/.
3. CLSI. (2014). Analysis and Presentation of Cumulative Antimicrobial
Susceptibility Test Data; Approved Guideline — Fourth Edition. CLSI
document M39-A4. Wayne, PA: Clinical and Laboratory Standards Institute.
4. Hindler, J.F. and Stelling, J. (2007). Analysis and Presentation of Cumulative
Antibiograms: A New Consensus Guideline from the Clinical and
Laboratory Standards Institute. Clinical Infectious Diseases, 44(15 March),
pp.867–873.
5. Los Angeles County Department of Public Health. (2017). Instructions for
Complying With The 2017 Antibiogram Reporting Requirements, Los
Angeles. Available at:
http://publichealth.lacounty.gov/acd/antibiogram.htm%0AContents.
6. WHONET Data Analysis-1. WHO Collaborating Centre for Surveillance of
Antimicrobial Resistance Boston, Massachusetts June 2006.
7. WHONET Data Analysis-2. WHO Collaborating Centre for Surveillance of
Antimicrobial Resistance Boston, Massachusetts June 2006.
46