STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Fix
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Fix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul ‘‘Standar Akuntansi
Keuangan & Penyusunannya Dan Kerangka Konseptual Akuntansi & Perkembangannya’’.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang di
ampu oleh Ibu Prof. Dr. Hj. Winwin Yadiati, S.E., M.Si., Ak dan Ibu Evitasari Puspitasari,
S.E.,M.Si.,Ak.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki penyusun. Namun, kami
sudah berusaha untuk menyusun Makalah ini dengan sebaik- baiknya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata, kami berharap semoga apa yang disajikan dalam Makalah ini dapat
memberikan manfaat yang besar bagi diri penyusun maupun semua pihak yang membaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini di era globalisasi membuat seluruh negara di dunia lebih mudah untuk
terhubung dan bersatu. Dengan adanya koneksi yang mudah antar negara membuat semakin
seringnya antar negara untuk beriteraksi. Interaksi yang mudah dengan adanya kemajuan teknologi
membuat proses bisnis, ekonomi dan perdagangan di dunia internasional semakin intens. Adanya
perbedaan budaya dan perubahan situasi kondisi antar negara membuat proses ekonomi dan bisnis
dunia internasional semakin beragam. Hal ini menjadikan ekonomi dan perdagangan dunia
mengalami dinamika bisnis dari tahun ke tahun. Dinamika bisnis akan berjalan secara optimal jika
disertai dengan regulasi yang berkembang menyesuaikan terhadap perubahan dan perkembangan
dinamika bisnis ekonomi. Terkait dengan hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
merupakan organisasi ikatan profesi akuntan tanggap terhadap perkembangan ekonomi yang
terjadi dan hal yang mempengaruhi dunia bisnis dan profesi akuntan. Hal ini terlihat dari dinamika
pengembangan standar yang dilakukan oleh IAI sejak Standar Akuntansi Keuangan dibentuk
pertama kali di 1973 sampai saat ini.
Adapun beberapa momentum penting dalam tonggak sejarah Standar Akuntansi
Keuangan. Pertama, sejak dibentuk tahun 1973 mendekati pembukaan pasar modal Indonesia
tahun 1974. Berawal dari dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan, GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles), dan GAAS (Generally Accepted Auditing Standard) tahun 1973,
selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
(Komite PAI) dan melakukan modifikasi prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam buku
“Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”. Berikutnya Komite PAI juga mulai menerbitkan standar
akuntansi khusus untuk industri, badan hukum, asuransi, koperasi, minyak dan gas bumi, sewa,
perbankan, dan badan atau organisasi lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu IAI melakukan
revisi secara total terhadap PAI dan dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan (SAK)” dan mulai
mengharmonisasikan standar Indonesia dengan standar internsasional. Selain itu juga terdapat
perubahan nama, PAI menjadi SAK SAK mengalami 7 kali perubahan agar sesuai dengan
perkembangan dunia usaha, revisi, dan penyempurnaan pada tahun 1995, 1996, 1999, 2002, 2004,
2007, dan 2009. Ditengah-tengah perubahan SAK, Komite SAK juga diubah namanya menjadi
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) serta mendapat otonomi untuk menyusun dan
4
mengesahkan SAK. Dan, hingga saat ini sesuai dengan kesepakatan Anggota G-20 tahun 2009,
IAI merencanakan untuk melaksanakan program konvergensi SAK ke International Financial
Reporting Standards (IFRS Standards) secara bertahap.
BAB II PEMBAHASAN
5
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya.
Standar Akuntansi Keuangan mulai dibentuk tahun 1973 mendekati pembukaan pasar
modal Indonesia tahun 1974. Berawal dari dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan, GAAP
(Generally Accepted Accounting Principles), dan GAAS (Generally Accepted Auditing Standard)
tahun 1973, selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia (Komite PAI) dan melakukan modifikasi prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”.
Ketika perkembangan pasar modal mulai meningkat, Komite PAI juga mulai
menerbitkan standar akuntansi khusus untuk industri, badan hukum, asuransi, koperasi, minyak
dan gas bumi, sewa, perbankan, dan badan atau organisasi lainnya. Seiring dengan berjalannya
waktu IAI melakukan revisi secara total terhadap PAI dan dalam buku “Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)” dan mulai mengharmonisasikan standar Indonesia dengan standar
internsasional. Selain itu juga terdapat perubahan nama, PAI menjadi SAK, pergantian ini sudah
melalui pertimbangan bahwa prinsip memiliki sifat yang lebih baku sedangkan standar masih
bersifat fleksibel dan dapat berubah mengikuti dinamika bisnis.
SAK mengalami 7 kali perubahan agar sesuai dengan perkembangan dunia usaha, revisi,
dan penyempurnaan pada tahun 1995, 1996, 1999, 2002, 2004, 2007, dan 2009. Ditengah-tengah
perubahan SAK, Komite SAK juga diubah namanya menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) serta mendapat otonomi untuk menyusun dan mengesahkan SAK.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan PSAK dan ISAK yang
merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti PSAK 28 dan PSAK 38, ISAK 31, ISAK 32,
ISAK 35 dan ISAK 36.
Sesuai dengan kesepakatan Anggota G-20 tahun 2009, IAI merencanakan untuk
melaksanakan program konvergensi SAK ke International Financial Reporting Standards (IFRS
Standards) secara bertahap, kurang lebih terdapat dua tahap. Dengan adanya konvergensi ini juga
menyebabkan SAK menjadi bersifat principle-based, banyak menggunakan dasar pengukuran
nilai wajar, memerlukan professional judgement serta pengungkapan dalam laporan keuangan.
Dampak lainnya juga terhadap pencabutan beberapa PSAK khusun untuk indutri tertentu karena
sudah diatur dalam SAK yang mengacu pada IFRS.
Diharapakan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat
memberikan manfaat bagi pemanggku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik, regulator yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang
6
dibutuhkan, khususnya dalam transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan
dapat menggunakan SAK sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang
dihasilkan dalam laporan keuangan.
Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process procedure yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia. Proses tersebut meliputi :
identifikasi isu; konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika diperlukan);
melakukan riset terbatas; pembahasan materi SAK; pengesahan dan publikasi exposure draft;
pelaksanaan public hearing; pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan); pembahasan masukan
publik; dan pengesahan SAK. Sedangkan penyusunan buletin teknis dan annual
improvements tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process procedure.
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
II.1.3 Anggota Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan
26
27
28
29
30
31
32
33
II.1.4 Proses Penyusunan SAK
1. Due Process Procedure penyusunan dan pencabutan standar akuntansi keuangan /standar
akuntansi keuangan syariah adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi isu;
b. Konsultasi isu dengan DKS dalam hal ini diperlukan;
c. Melakukan riset terbatas
d. Pembahasan materi standar akuntansi keuangan / standar akuntansi keuangan
syariah;
e. Pengesahan dan publikasi exposure draft.
f. Pelaksanaan public hearing;
g. Pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan);
h. Pembahasan masukan public; dan
i. Pengesahan standar akuntansi keuangan / standar akuntansi keuangan syariah
2. Due Process Prosedure penyusunan buletin teknis dan annual improvement tidak wajib
mengikuti keselluruhan tahapan due process yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat
KKPK dapat direvisi oleh DSAK dengan tujuan untuk mengikuti konvergensi IFRS di
Indonesia. KKPK terakhir direvisi pada tahun 2016.
34
Revisi Kerangka Konseptual merupakan bagian dari wujud komitmen konvergensi
IFRS di Indonesia. DSAK IAI pada tanggal 28 September 2016 telah mengesahkan Kerangka
Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) yang merupakan adopsi dari the Conceptual Framework
for Financial Reporting per 1 Januari2016. KKPK ini menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku efektif per 1
Januari 2015. KKPK berlaku efektif sejak tanggal pengesahan.
35
(comparable), terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham
(understandable).
4. Bab 4: KDPPLK 1994 (peraturan yang tersisa)
Bab ini mencakup pengaturan yang tersisa dari KDPPLK (1994).
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah
mengesahkan Exposure Draft Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (ED KKPK)
menjadi Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) dalam rapatnya pada tanggal 28
September2016. KKPK merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial
Reporting per 1 Januari 2016. KKPK ini akan menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku efektif per 1
Januari 2015. KKPK berlaku efektif sejak tanggal pengesahan.
Selain pengesahan KKPK, pada tanggal 28 September 2016, DSAK IAI juga telah
mengesahkan ED amandemen dan penyesuaian tahunan atas beberapa Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Berikut ini adalah ikhtisar ringkas amandemen dan penyesuaian
tahunan SAK:
36
No. SAK Ikhtisar Ringkas Tanggal Efektif
37
No. SAK Ikhtisar Ringkas Tanggal Efektif
38
No. SAK Ikhtisar Ringkas Tanggal Efektif
yang Dimiliki Untuk rencana awal yang berkelanjutan dan bukan penerapan dini
Dijual dan Operasi sebagai rencana pelepasan baru. Penyesuaian diperkenankan.
yang Dihentikan. ini juga mengklarifikasi bahwa perubahan
metode pelepasan ini tidak mengubah tanggal
klasifikasi sebagai aset atau kelompok lepasan.
39
II.2.3 Level Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan
40
keputusan dan bagaimana informasi tersebut dapat mudah dipahami, selain itu juga
informasi yang memiliki kualitas utama yang harus relevan dan dapat dipercaya, hingga
dapat dibandingkan dan konsistensi.
• Elemen Laporan Keuangan
Elemen utama laporan keuangan tersebut antara lain: aktiva, pasiva, ekuitas, investasi,
distribusi, pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian.
Level 3 - Konsep Pengakuan dan Pengukuran yang terdiri dari komponen Asumsi, Prinsip, dan
Batasan
• Asumsi dasar
Asumsi dasar dibagi menjadi empat bagian dasar antara lain: entitas ekonomi,
kesinambungan usaha, unit moneter, dan periodisasi akuntansi.
- Entitas ekonomi (Economy Entity) merupakan kegiatan ekonomi dari suatu badan usaha
yang dapat diakumulasi dan dilaporkan dengan asumsi badan usaha tersebut sudah
terpisah dengan pemilik dan unit bisnis lainnya.
- Kesinambungan usaha (Going Concern) merupakan unit bisnis dengan asumsi bisnis
tersebut tidak akan putus atau yang sering disebut dengan going concern.
- Satuan moneter (Monetary Unit) menjelaskan bahwa uang merupakan satuan
persamaan dalam kegiatan ekonomi.
- Periodisasi (Periodicity) merupakan umur perusahaan, yang dapat dianalogikan untuk
dibagi dalam beberapa periode yang dapay digunakan untuk menyajikan laporan
keuangan.
- Akrual (Accrual) merupakan proses penyusunan laporan keuangan dengan metode
akrual, yaitu pencatatan transaksi pada saat transaksi tersebut terjadi.
• Prinsip
Empat prinsip yang dikenal dalam akuntansi adalah Historis Harga Perolehan, Pengakuan
Pendapatan, Perbandingan, dan Pengungkapan Penuh.
- Historis harga perolehan merupakan pengakuan aktiva dan kewajiban setara dengan
harga perolehan.
- Pengakuan pendapatan merupakan prinsip dasar untuk mengakui pendapatannya yang
telah memenuhi syarat atau yang bisa direalisasikan, dan sudah menjadi haknya.
- Pengakuan beban merupakan prinsip dasar untuk mengakui bebannya yang telah
memenuhi syarat atau yang bisa direalisasikan, dan sudah menjadi kewajibannya.
41
- Pengungkapan penuh merupakan prinsip yang mengatur informasi yang harus
dilaporkan agar informasi tersebut dapat mempengaruhi pertimbangan pengambilan
keputusan.
• Batasan Biaya
Suatu perusahaan perlu untuk mempertimbangkan bagian penting dalam melakukan
pelaporan, salah satunya yaitu mengenai biaya yang dikeluarkan dalam mengeluarkan
informasi keuangan. Dalam pertimbangannya harus disertai perbandingan biaya yang
dikeluarkan untuk pelaporan dengan informasi yang disajikan dalam laporan.
Berikut ini adalah perbedaan dari Level KKPK antara US GAAP dan IFRS:
42
43
44
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
45
DAFTAR PUSTAKA
Fransisca, D. (2017). Kerangka Konseptual Akuntansi Keuangan. Diambil kembali dari Dosen Akuntansi:
https://dosenakuntansi.com/kerangka-konseptual-akuntansi-keuangan
Harry Andrian Simbolon, S. M. (2011). Perbedaan Kerangka Konseptual US GAAP dan IFRS. Diambil
kembali dari Akuntansi Terapan: https://akuntansiterapan.com/2011/04/07/perbedaan-
kerangka-konseptual-usgaap-dan-ifrs/
Kieso , D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2020). Conceptual Framework for Financial Reporting.
Dalam Wiley, Intermediate Accounting IFRS Edition (hal. 117). Wiley.
Standar Akuntansi Keuangan . (2021). Aplikasi SAK - IAI. Jakarta, Indonesia: Ikantan Akuntan Indonesia.
Standar Akuntansi Keuangan. (2021). Diambil kembali dari Ikatan Akuntan Indonesia:
www.iaiglobal.or.id
46