Disusun Oleh :
Kelompok 1
6. Asersi Manajemen
Asersi manajemen adalah pernyatan yang tersirat atau tertulis oleh
manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait
serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen secara
langsung terkait dengan standar akuntansi (PABU), karena asersi ini
merupakan bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai
berikut :
a. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian
selama periode yang diaudit.
Manajemen membuat beberapa asersi mengenai transaksi, yaitu :
1) Keterjadian (occurence). Asersi atas keterjadian menekankan apakah
transaksi yang telah tercatat dan telah dilaporkan dalam laporan
keuangan benar-benar telah terjadi selama periode pembukuan.
2) Kelengkapan (completeness). Asersi ini menekankan apakah semua
transaksi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan sudah
dicatat dengan lengkap. Asersi kelengkapan menekankan pada
kemungkinan hilangnya transaksi-transaksi yang seharusnya dicatat
dalam laporan keuangan. Pelanggaran terhadap asersi kelengkapan
terkait dengan kurang saji akun.
3) Akurasi (accuracy). Asersi akurasi membahas apakah transaksi telah
dicatat dengan jumlah yang benar. Menggunakan harga yang salah
untuk mencatat transaksi pembelian dan kesalahan dalam perhitungan
harga dikalikan dengan kuantitas merupakan contoh pelanggara
akurasi.
4) Klasifikasi (classification) asersi klasifikasi menekankan apakah
transaksi telah dicatat dengan nama akun yang tepat.
5) Pisah Batas (cut off). Asersi pisah batas membahas apakah transaksi
telah dicatat pada periode pembukuan yang tepat.
b. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan.
1) Keberadaan (existence). Aseri keberadaan terkait dengan apakah
aset,liabilitas dan ekuitas yang dimasukkan dalam neraca memang
benar-benar ada di tanggal neraca tersebut.
2) Kelengkapan (completeness). Asersi kelengkapan terkait dengan
apakah semua akun yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam laporan keuangan.
Tidak mencatat piutang dari pelanggan merupakan pelanggaran asersi
kelengkapan.
3) Penilaian dan Alokasi ( valuation and allocation). Asersi penilaian dan
alokasi terkait dengan apakah aset, liabilita, dan ekuitas telah
dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat,
termasuk setiap penyesuaian yang menggambarkan nilai aset pada
nilai realisasi bersihnya.
4) Hak dan Kewajiban (Rights and obligations). Asersi ini menekankan
pada apakah aset merupakan hak entitas tersebut dan apakah liabilitas
merupakan kewajiban dari entitas tersebut pada suatu tanggal tertentu.
c. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
1) Keterjadian dan Hak dan Kewajiban (occurence and Rights and
obligation). Asersi ini membahas apakah kejadian-kejadian yang
diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan
kewajiban dari entitas tersebut.
2) Kelengkapan (completeness). Asersi ini terkait dengan apakah semua
pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan
keuangan.
3) Akurasi dan Penilaian (Accuracy and Valuation). Asersi akurasi dan
penilaian dan alokasi terkait dengan apakah informasi keuangan telah
diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat.
4) Klasifikasi dan Pemahaman (Classification and
Understandability). Asersi ini terkait dengan apakah jumlah-jumlah
telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan
catatan-catatan kaki, dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan
terkait dapat dipahami.Setiap kelompok transaksi, saldo akun, dan
penyajian dan pengungkapan yang penting. Asersi yang relevan
memiliki pengaruh yang berarti terhadap apakah akun-akun telah
disajikan secara wajar dan digunakan untuk menilai resiko salah saji
material serta didesain dan kinerja prosedur audit.
Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Tujuan audit ini diterapkan pada saldo akun (seperti piutang usaha
dan persediaan) dan hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-
akun neraca. Beberapa tujuan audit yang diterapkan pada akun-akun laporan
laba rugi tertentu bisanya melibatkan transaksi non rutin dan beban yang
tidak dapat dikreditkan (seperti beban hukum atau perbaikan dan
pemeliharaan). Akun-akun laporan laba rugi lainnya berkaitan erat dengan
akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti beban penyusutan dengan
akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar). Auditor akan
mengumpulkan bukti untuk memverfikasi rincian yang mendukung saldo
akun dan bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri.
Tujuan audit umum:
a. Eksistensi, Jumlah yang tercantum memang ada. Tujuan ini bersangkutan
dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan memang
harus dicantumkan.
b. Kelengkapan, Jumlah yang ada telah dicantumkan. Tujuan ini
bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu
akun benar- benar telah dicatat.
c. Keakuratan, Jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar. Tujuan
ini mengacu pada jumlah yang tercantum secara aritmetika sudah benar.
d. Klasifikasi, Jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat, Klasifikasi ini melibatkan penentuan apakah
pos-pos yang adadalam daftar klien telah dicantumkan dalam akun-akun
buku besar yangtepat.
e. Cutoff, Transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode
yang tepat. Tujuan auditor disini adalah menentukan apakah transaksi-
transaksi telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.
f. Hubungan yang rinci (detail tie-in), rincian saldo akun sesuai
dengan jumlah pada file induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo
akun, dan sesuai dengan total buku besar, Tujuan yang rinci ini
memastikan rincian dalam daftar telah disiapkan secara akurat,
ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.
g. Nilai yang dapat direalisasi, aktiva yang telah dicantumkan dalam
jumlahyang diestimasi akan direalisasi, Tujuan ini terkait dengan apakah
saldo akun telah dikurangi untuk memperhitungkan penurunan biaya
historis ke nilai realisasi bersih.
h. Hak dan kewajiban, Hak selalu berkaitan dengan aktiva dan kewajiban
dengan utang. Tujuan ini hanya diterapkan pada akun aktiva sera
merupakan bagian dari asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk
saldo akun.
Tujuan audit khusus:
Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan
audit umum pada tujuan yang berkaitan dengan saldo ditentukan, maka
tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun
dalam laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan saldo harus disertakan pada setiap tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi
saldo akun yang sedang dipertimbangkan.
a) Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.
b) Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu
metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna
memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat,
dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan
dipenuhi.
c) Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus
membuat rencana untuk memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan
pelaporan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
Ada empat fase audit laporan keuangan:
a) Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit ini menjadi tiga aspek
kunci agar terhindar dari salah saji yaitu sebagai berikut:
Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Menilai risiko salah saji yang material