Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

“Tujuan dan Tanggung jawab Audit”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Bryan Fitra Rivaldy (16013010297)


2. Nicky Gervinda Putri (18013010003)
3. Anita Norlaela (18013010012)
4. Vianinda Ayang Dipasti (18013010023)
5. Ni Putu Andini S. (18013010025)
6. Alifia Dina R. (18013010027)
7. Cinita Ayu Puspa Dewi (18013010035)
8. Hesti Novitasari (18013010036)
9. Deva Dwi Ifanka (18013010038)
10.Novia Sukmandari (18013010049)
11.Rini Dwiyanti (18013010055)
12.Merry Wahyu R (18013010065)
13.Rochmah (18013010066)
14.Mabruroh (18013010072)
15.Belinda Lovely Luckyanti (18013010073)
16.Kharisma Ayuning P (18013010081)
17.Muhammad Endin Alfin (18013010175)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR TAHUN AJARAN 2020/2021


1. Tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan
Tujuan audit atas laporan keuangan pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapattentang kewajaran, di semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil operasi, serta arus kassesuai dengan prinsip-pinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP)Auditor mengumpulkan bukti untuk membuat
kesimpulan tentang apakahlaporankeuangan telah disajikan secara wajar dan
untuk menentukan keefektifan pengendalianinternal, sesudah itu baru
menerbitkan laporan audit yang tepat. Didalam audit terdapat
beberapalangkah untuk mengebangkan tujuan audit yaitu:
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit.
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus.
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan.
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan.
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan.
Opini audit laporan keuangan ada empat macam, yaitu:
1. Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), artinya laporan
keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. ajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), artinya laporan keuangan
dapat diandalkan tetapi masih ada beberapa masalah atau pos yang
dikecualikan agar tidak salah dalam mengambil keputusan.
3. Tidak Wajar (Adversed), artinya laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan standar akuntansi atau ada kesalahan material dalam laporan
keuangan tersebut.
4. Tidak Memberikan Pendapatan (Disclaimer), artinya laporan keuangan
memiliki kesalahan yang material dan manajemen membatasi lingkup
pemeriksaan sehingga auditor tidak menemukan bukti yang cukup.
2. Tanggung jawab Manajemen
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban
tugas-tugas uang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang
terima atau dimilikinya. Tanggung jawab timbul karena adanya hubungan
antar atasan dan bawahan, dimana atasan mendelegasikan sebagian
wewenang pekerjaannya kepada bawahan untuk dikerjakan. Tanggung
jawab mengalir dari bawah ke atas, jadi merupakan arus balik dari perintah-
perintah itu. Karena perusahaan selalu terkait dengan perusahaan-
perusahaan lainnya yang berada dalam lingkungan system social maka
manajer puncak suatu perusahaan khususnya harus bertanggungjawab pada :
1. Pemilik perusahaan:
a. Laba yang layak atas investasinya.
b. Sarana dan prasarana hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin.
c. Perusahaan tetap liquid dan sovable.
d. Informasi tentang keadaan perusahaan dan masa depan perusahaan.
e. Adanya rencana jangka panjang bagi perusahaannya.
f. Perusahaan hendaknya dikelola sesuai dengan izin (SIUP)nya.
g. Terbinanya hubungan baik antara pemilik, karyawan dan manajer.

2. Pemerintah dan Konsumen:


a. Adanya hubungan yang harmonis antara pemilik, karyawan dan
manajer sehingga produksi barang dan jasa tetap tersedia.
b. Menginginkan tersedianya barang dan jasa dengan kualitas baik,
harganya layak dan selalu ada di pasar.
c. Pemerintah mewajibkan agar perusahaan dikelola sesuai dengan izin
(SIUP)nya.
d. Pemerintah mengharuskan perusahaan untuk membayar kewajiban-
kewajiban,
e. Pemerintah mengharapkan hendaknya perusahaan memproduksi
barang dan menjamin konsumennya.

3. Karyawan Perusahaan, menginginkan:


a. Jaminan adanya pekerjaan yang tetap dan kesempatan produksi.
b. Perlakuan yang baik dan manusiawi dari manajer.
c. Kompensasi uang adil dan layak.
d. Situasi dan lingkungan kerja yang menyenangkan dan nyaman.
e. Kepuasan dan penghargaan atas hasil kerja mereka.
f. Mendapat informasi seperlunya mengenai keadaan perusahaan.

3. Tanggung Jawab Auditor


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh
kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi salah saji yang tidak material.
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan
keuangan untuk mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna
laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian
yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan
untuk menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya
yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak
absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.
Konsep ini menunjukkan bahwa auditor bukanlah penjamin atau pemberi
garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan salah saji yang
material tidak ditemukan dapat terjadi.
Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud). Kekeliruan adalah salah saji
dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan adalah
salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak
material.Skeptisme profesionalagar auditing dapat memberikan kepastian
yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun kecurangan, maka auditing
harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional,
yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti
audit.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva
(penyalahgunaan/kecurangan karyawan) dan pelaporan keuangan yang
curang (kecurangan manajemen).Kecurangan yang berasal dari pelaporan
keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan
informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan.
Sedangkan misaprosiasi aktiva akan mengakibatkan pemegang saham,
kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva tersebut tidak
lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
Tanggung jawab secara umum:
1. Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,
menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan
menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di pundak
manajemen, bukan di pundak auditor.
2. Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan
keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras
dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak
dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat
tidak wajar atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri
dari penugasan tersebut.
3. The Sarbanes oxley Act mengharuskan CEO dan CFO untuk
menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan persyaratan
Security Exchange Act tahun 1934 dan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material serta menandatangani laporan keuangan.

4. Siklus Laporan Keuangan


Terdapat beberapa cara dalam mengelompokkana audit. Salah satu
pendekatan yang digunakan adalah dengan memperlakukan setiap saldo
akun dalam laporan keuangan sebagai kelompok yang terpisah.
Pengelompokkan dengan menggunakan cara tersebut biasanya tidak efisien.
Pengelompokkan semacam itu akan mengakibatkan audit yang terpisah atas
akun-akun yang hubungannya sangat dekat, misalnya seperti persediaan dan
beban pokok penjualan.

5. Metetapkan Tujuan Pengauditan


Auditor menjalankan pengauditan atas laporan keuangan dengan
menggunakan pendekatan siklus dalam melakukan pengujian audit atas
transaksi-transaksi yang memengaruhi saldo akhir suatu akun serta
melakukan pengujian audit atas saldo akun dan pengungkapan terkait. Cara
yang paling efektif dan efisien untuk melakukan pengauditan adalah dengan
mendapatkan beberapa kombinasi keyakinan untuk setiap kelompok
transaksi dan untuk saldo akhir akun-akun terkait.
Tujuan audit terkait saldo artinya beberapa tujuan audit harus terpenuhi
oleh masing-masing saldo akun. Tujuan audit terkait transaksi artinya
beberapa tujuan audit harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan
bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat. Tujuan audit terkait
penyajian artinya terdapat tujuan audit spesifik terkait penyajian dan
pengungkapan akun piutang dagang dan wesel bayar.

6. Asersi Manajemen
Asersi manajemen adalah pernyatan yang tersirat atau tertulis oleh
manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait
serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen secara
langsung terkait dengan standar akuntansi (PABU), karena asersi ini
merupakan bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai
berikut :
a. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian
selama periode yang diaudit.
Manajemen membuat beberapa asersi mengenai transaksi, yaitu :
1) Keterjadian (occurence). Asersi atas keterjadian menekankan apakah
transaksi yang telah tercatat dan telah dilaporkan dalam laporan
keuangan benar-benar telah terjadi selama periode pembukuan.
2) Kelengkapan (completeness). Asersi ini menekankan apakah semua
transaksi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan sudah
dicatat dengan lengkap. Asersi kelengkapan menekankan pada
kemungkinan hilangnya transaksi-transaksi yang seharusnya dicatat
dalam laporan keuangan. Pelanggaran terhadap asersi kelengkapan
terkait dengan kurang saji akun.
3) Akurasi (accuracy). Asersi akurasi membahas apakah transaksi telah
dicatat dengan jumlah yang benar. Menggunakan harga yang salah
untuk mencatat transaksi pembelian dan kesalahan dalam perhitungan
harga dikalikan dengan kuantitas merupakan contoh pelanggara
akurasi.
4) Klasifikasi (classification) asersi klasifikasi menekankan apakah
transaksi telah dicatat dengan nama akun yang tepat.
5) Pisah Batas (cut off). Asersi pisah batas membahas apakah transaksi
telah dicatat pada periode pembukuan yang tepat.
b. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan.
1) Keberadaan (existence). Aseri keberadaan terkait dengan apakah
aset,liabilitas dan ekuitas yang dimasukkan dalam neraca memang
benar-benar ada di tanggal neraca tersebut.
2) Kelengkapan (completeness). Asersi kelengkapan terkait dengan
apakah semua akun yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam laporan keuangan.
Tidak mencatat piutang dari pelanggan merupakan pelanggaran asersi
kelengkapan.
3) Penilaian dan Alokasi ( valuation and allocation). Asersi penilaian dan
alokasi terkait dengan apakah aset, liabilita, dan ekuitas telah
dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat,
termasuk setiap penyesuaian yang menggambarkan nilai aset pada
nilai realisasi bersihnya.
4) Hak dan Kewajiban (Rights and obligations). Asersi ini menekankan
pada apakah aset merupakan hak entitas tersebut dan apakah liabilitas
merupakan kewajiban dari entitas tersebut pada suatu tanggal tertentu.
c. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
1) Keterjadian dan Hak dan Kewajiban (occurence and Rights and
obligation). Asersi ini membahas apakah kejadian-kejadian yang
diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan
kewajiban dari entitas tersebut.
2) Kelengkapan (completeness). Asersi ini terkait dengan apakah semua
pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan
keuangan.
3) Akurasi dan Penilaian (Accuracy and Valuation). Asersi akurasi dan
penilaian dan alokasi terkait dengan apakah informasi keuangan telah
diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat.
4) Klasifikasi dan Pemahaman (Classification and
Understandability). Asersi ini terkait dengan apakah jumlah-jumlah
telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan
catatan-catatan kaki, dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan
terkait dapat dipahami.Setiap kelompok transaksi, saldo akun, dan
penyajian dan pengungkapan yang penting. Asersi yang relevan
memiliki pengaruh yang berarti terhadap apakah akun-akun telah
disajikan secara wajar dan digunakan untuk menilai resiko salah saji
material serta didesain dan kinerja prosedur audit.

7. Tujuan Audit Terkait Transaksi


Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk memberikan kerangka
untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang
memadai yang diharuskan oleh standar ketiga pekerjaan lapangan dan untuk
memutuskan bukti yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap kelompok
transaksi, sesuai dengan kontrak kerja tersebut. Tujuan tersebut tetap sama
dari setiap audit ke audit yang lain, namun bahan buktinya dapat bervariasi,
tergantung dari kondisi yang ada.
a. Tujuan Umum Audit Terkait Transaksi
Keterjadian- transaksi yang dicatat benar-benar ada. Tujuan ini terkait
dengan apakah transaksi yang dicatat telah benar-benar terjadi.
Memasukkan penjualan dalam jurnal penjualan ketika tidak ada transaksi
yang terjadi merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan.
Kelengkapan-transaksi yang ada telah dicatat. Tujuan ini terkait
dengan semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal telah benar-
benar dimasukkan. Tujuan ini merupakan penyeimbang dari asersi
manajemen mengenai kelengkapan untuk kelompok-kelompok transaksi.
Akurasi transaksi yang dicatat disajikan dalam jumlah yang
benar. Tujuan terkait dengan akurasi informasi atas transaksi-transaksi
dan merupakan salah satu bagian dari asersi manajemen untuk kelompok-
kelompok transaksi. Untuk transaksi penjualan, tujuan ini akan dilanggar
jika kuantitas dari barang yang dikirimkan ternyata berbeda dengan
kuantitas barang yang ditagih dalam faktur penjualan.
Pemindahbukuan dan pengikhtisaran- transaksi yang dicatat telah
dimasukkan dalam arsip utama dengan tepat dan telah diikhtisarkan
dengan benar. Tujuan ini terkait dengan akurasi pemindahan informasi
dari transaksi yang dicatat di jurnal ke buku besar utama dan buku
pembantu. Karena pemindahbukuan transaksi dari jurnal ke buku
pembantu, buku bear, dan arsip utama lainnya biasanya dilakukan secara
otomatis oleh sistem akuntansi terkomputerisasi, risiko acak atas
kesalahan manusia dalam pemindahbukuan menjadi sangat minimal.
Klasifikasi-transaksi yang dimasukkan dalam jurnal klien telah
diklasifikasikan dengan tepat. Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi-
transaksi telah dimasukkan ke dalam akun yang tepat, dan merupakan
penyeimbang dari asersi manajemen terhadap klasifikasi untuk
kelompok-kelompok transaksi.
Penetapan waktu-transaksi dicatat pada tanggal yang benar. Tujuan
penetapan waktu transaksi merupakan penyeimbang asersi pisah batas
manajemen.
b. Tujuan Khusus Audit Terkait Transaksi
Setelah tujuan audit terkait transaksi ditentukan, tujuan khusus audit
terkait transaksi untuk setiap kelompok transaksi yang penting dapat
dikembangkan.
8. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo

Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Tujuan audit ini diterapkan pada saldo akun (seperti piutang usaha
dan persediaan) dan hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-
akun neraca. Beberapa tujuan audit yang diterapkan pada akun-akun laporan
laba rugi tertentu bisanya melibatkan transaksi non rutin dan beban yang
tidak dapat dikreditkan (seperti beban hukum atau perbaikan dan
pemeliharaan). Akun-akun laporan laba rugi lainnya berkaitan erat dengan
akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti beban penyusutan dengan
akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar). Auditor akan
mengumpulkan bukti untuk memverfikasi rincian yang mendukung saldo
akun dan bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri.
Tujuan audit umum:
a. Eksistensi, Jumlah yang tercantum memang ada. Tujuan ini bersangkutan
dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan memang
harus dicantumkan.
b. Kelengkapan, Jumlah yang ada telah dicantumkan. Tujuan ini
bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu
akun benar- benar telah dicatat.
c. Keakuratan, Jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar. Tujuan
ini mengacu pada jumlah yang tercantum secara aritmetika sudah benar.
d. Klasifikasi, Jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat, Klasifikasi ini melibatkan penentuan apakah
pos-pos yang adadalam daftar klien telah dicantumkan dalam akun-akun
buku besar yangtepat.
e. Cutoff, Transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode
yang tepat. Tujuan auditor disini adalah menentukan apakah transaksi-
transaksi telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.
f. Hubungan yang rinci (detail tie-in), rincian saldo akun sesuai
dengan jumlah pada file induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo
akun, dan sesuai dengan total buku besar, Tujuan yang rinci ini
memastikan rincian dalam daftar telah disiapkan secara akurat,
ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.
g. Nilai yang dapat direalisasi, aktiva yang telah dicantumkan dalam
jumlahyang diestimasi akan direalisasi, Tujuan ini terkait dengan apakah
saldo akun telah dikurangi untuk memperhitungkan penurunan biaya
historis ke nilai realisasi bersih.
h. Hak dan kewajiban, Hak selalu berkaitan dengan aktiva dan kewajiban
dengan utang. Tujuan ini hanya diterapkan pada akun aktiva sera
merupakan bagian dari asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk
saldo akun.
Tujuan audit khusus:
Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan
audit umum pada tujuan yang berkaitan dengan saldo ditentukan, maka
tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun
dalam laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan saldo harus disertakan pada setiap tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi
saldo akun yang sedang dipertimbangkan.

9. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan audit ini biasanya identik dengan asersi manajeman untuk


penyajian dan pengungkapan. Konsep yang diterapkan pada tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo juga berlaku untuk tujuan audit ini.
10. Bagaimana Tujuan Audit Dipenuhi

a) Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.
b) Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu
metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna
memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat,
dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan
dipenuhi.
c) Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus
membuat rencana untuk memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan
pelaporan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
Ada empat fase audit laporan keuangan:
a) Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit ini menjadi tiga aspek
kunci agar terhindar dari salah saji yaitu sebagai berikut:
 Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya
 Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
 Menilai risiko salah saji yang material

b) Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas


transaksi
Sebelum dapat memutuskan untuk mengurangi penilaiannya atas
risiko pengendalian yang direncanakan apabila pengendalian internal
dianggap efektif, yang pertama dilakukan dengan pengujian pengendalian
( test of control ) dimana auditor harus menguji keefektifan pengendalian
tersebut. Dengan memeriksa sampel salinan faktur penjualan yang telah
diparaf oleh klerk tersebut yang menunjukan bahwa harga jual per unit
telah diverifikasi. Selanjutnya proses pengujian substantif atas transaksi
(Substantive tests of transaction ) yaitu auditor mengevaluasi pencatatan
transaksi oleh klien dengan memverifikasi jumlah moneter transaksi itu.
c) Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
Auditor harus mampu melaksanakan prosedur analitis akan pengujian
rincian saldo dalam perusahaan dan sangat mengandalkan pada pada
pertimbangan professional auditor.
d) Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Proses subjektif ini sangat mengandalkan pada pertimbangan
professional auditor. Apabila audit telah selesai dilakukan, akuntan public
harus menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh klien.
DAFTAR PUSTAKA
dedisuselosemm.blogspot.com. (2015, 8 November). Kerangka Tugas dan
Tanggung Jawab. Diakses pada 2 Oktober 2020. Dari
http://dedisuselopress.blogspot.com/2015/11/kerangka-tugas-dan-tanggung-
jawab.html.
Sitoink.wordpress.com. (2012, 3 Mei) Tanggung Jawab dan Tujuan Audit.
Diakses pada 2 Oktober 2020, dari
https://sitoink.wordpress.com/2012/05/03/tanggung-jawab-dan-tujuan-audit/
Novitaariandy.wordpress.com. (2013, 15 September) Tujuan dan Tanggung
Jawab Audit. Diakses pada 2 oktober 2020, dari
https://novitaariandy.wordpress.com/2013/09/15/tujuan-dan-tanggung-
jawab-audit/
Tulisanpengisipengetahuan.blogspot.com. (2016, 22 Januari) Tujuan dan
Tanggung jawab Audit. Diakses pada 2 Oktober 2020, dari
http://tulisanpengisipengetahuan.blogspot.com/2016/01/tujuan-dan-
tanggung-jawab-audit.html

Anda mungkin juga menyukai